Disusun oleh:
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KRTUBAN PECAH DINI (KPD)
A. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda
persalinan (Manuaba, 1998). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah
spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di
mulai (William,2001). Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air
dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan
berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37
minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
(Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Aspirasi mekonium atau atau meconium aspiration syndrome (MAS)
adalah kondisi saat janin atau bayi yang baru lahir menghirup air ketuban
yang tercampur dengan feses pertamanya (mekonium). Kondisi ini dapat
berlangsung sebelum, selama, atau setelah proses persalinan.
Mekonium adalah feses pertama bayi yang memiliki tekstur kental,
lengket, dan berwarna hijau gelap. Umumnya, bayi akan mengeluarkan
mekonium dalam 24–48 jam pertama setelah dilahirkan. Namun, pada
beberapa kasus, bayi dapat mengeluarkan mekonium saat masih di dalam
rahim.
B. Klasifikasi
1. PROM (Premature Rupture of the membranes)
Ketuban pecah dini pada saat usia kehamilan >37 minggu. Pada
PROMpenyebabnya mungkin karena melemahnya membrane amnion
secarafisiologis. (Syaifuddin, 2002)
2. PPROM (Preterm Premature of the membranes)
Ketuban pecah dini yang terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu.
3. Prolonged PROM
Ketuban pecah yang terjadi lebih dari 12 jam.
E. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Banyak teori, yang menentukan hal – hal diatas seperti defek kromosom,
kelainan kolagen sampai infeksi.
4. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem
aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1
dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
PATHWAYS
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH
normal dari vagina adalah 4 - 4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1 -
7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat
keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly
janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
3. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
4. ProteinC-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis
G. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh
karena itu, penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang
rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan
infeksi dalam rahim. Memberikan profilaksis antibiotik dan membatasi
pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping
itu makin kecil umur kehamilan makin besar peluang terjadi infeksi dalam
lahir yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat
janin kurang dari 1 kg (Manuaba, 1998).
a. Penanganan Konservatif
1) Rawat di rumah sakit
2) Berikan antibiotika (Ampicillin 4 x 500 mg/eritromisin) dan
Metronidazole.
3) Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
4) Jika umur kehamilan 34-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi
berikan tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 2 jam.
5) Jika umur kehamilan 34-37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan
lakukan induksi.
6) Nilai tanda-tanda infeksi.
7) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memicu
kematangan paru janin (Sarwono, 2001).
b. Penanganan Aktif
1) Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi oxytiksin bila gagal seksio
caesaria dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg intra vaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
kehamilan diakhiri.
I. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan laserasi
Tujuan :
rasa nyaman ibu terpenuhi
ibu bisa beradaptasi terhadap nyeri
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk beristirahat diantara kontraksi uterus
Rasional: Menguurangi ketegangan otot yang dapat menimbulkan
keletihan & keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri
b. Pantau tanda-tanda vital dan observasi tanda nyeri
Rasional: manifestasi fisiologis nyeri adalah peningkatan nadi,
pernafasan, TD, & Otot tegang. Otot tegang dapat menggangu
kemajuan persalinan
c. Anjurkan untuk berkemih setiap 1 hingga 2 jam & lakukan palpasi
untuk distensi kandung kemih. Kateterisasi jika diperlukan
Rasional: Kandung kemih yang penuh dapat meningkatkan
ketidaknyamanan
d. Guanakan sentuhan mis, genggam tangan ibu, gosok punggung ibu
Rasional: Pengalaman sensori mis usapan / gosokan dapat menjadi
pengalih karena ibu berfokus pada stimulus .
e. Anjurkan untuk sering mengubah posisi
Rasional: Mencegah kekakuan otot
f. Komplikasi
1) infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke
intrauterin.
2) persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
3) prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
4) oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air
ketuban habis.
Komplikasi infeksi intrapartum
- komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium
(distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion
memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik
sampai kematian ibu.
- komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian
janin
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan Penyaki Kandungan dan KB,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta.
Mitayani ,2009, Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika
Errol norwiz,2011, anatomi dan fisiologi
Geri morgan,2009, obsteri dan ginekologi panduan praktik, Jakarta EGC.
Sujiyati ,2008, asuhan patologi kebidanan, jakarta ; Numed.