Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Diampu Oleh : Agil Putra Tri Kartika S.Kep.,Ners
Nama Kelompok :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Kritis yang
berjudul “Gagal Jantung Kongestif”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semuanya.
VISI DAN MISI
PRODI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
Visi:
Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang islami, profesional dan mandiri di
bidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada tahun 2022.
Misi:
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang islami sesuai catur
darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kompetensi
keperawatan.
Tujuan:
COVER ........................................................................................ I
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi Gagal Jantung Kongestif
2. Dapat mengetahui etiologi Gagal Jantung Kongestif
3. Dapat mengetahui manifestasi klinis Gagal Jantung Kongestif
4. Dapat mengetahui patofisiologi Gagal Jantung Kongestif
5. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Gagal Jantung Kongestif
6. Dapat mengetahui penatalaksanaan Gagal Jantung Kongestif
7. Dapat mengetahui masalah yang lazim muncul Gagal Jantung Kongestif
8. Dapat mengetahui discharge planning Gagal Jantung Kongestif
9. Dapat mengetahui asuhan keperawatan Gagal Jantung Kongestif
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan keadaan jantung mengalami kegagalan dalam
memompa darah untuk mencukupi kebutuhan nutrien, oksigen sel-sel tubuh secara adekuat. Biasanya
terjadi pada trikel kiri, tetapi juga dapat terjadi pada ventrikel kanan (Udjianti, 2010). Congestive
Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa
darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya
mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak
mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan
garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan,
kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal
(Mansjoer dan Triyanti, 2007). Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari
struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).
2.2 Etiologi
Etiologi gagal jantung kongestif menurut Brunner & Suddarth (2013) yaitu :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab fungsi otot mencakup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
1. Aterosklerosis coroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
2. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Peningkatan afterload akibat hipertensi sitemik maupun pulmonal mengakibatkan beban kerja
jantung meningkat dan hipertrofi otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi mikoard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Tetapi pada akhirnya hipertrofi otot jantung tadi lama – kelamaan tidak dapat berfungsi
secara normal dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
3. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
4. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah melalui jantung (stenosis katup semilunar), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade pericardium, pericarditis konstriktif), pengosongan jantung
abnormal (inefisiensi katup AV), peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya
tekanan darah sistemik dapat menyebabkan gagal jantung.
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor sistemik yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan
abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
V
Gangguan aliran darah ke otot Arteriosklerosis koroner Faktor sistematik Penyakit jantung (stenosis
jantung (Hipoksia,anemia) katup AV, stenosis katup
temponade pericardium,
pericarditis konstruktif
Gagal pompa ventrikel kiri Back failure LVED naik Gagal pompa ventrikel kanan
ATP
Kelebihan Volume
Cairan
Fatigue
Tidak dapat mengakomondasi Bendungan vena sistematik Bendungan atrium kanan Tekanan Diastole
semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi
Lien Hepar
vena
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non-Medis :
- Perubahan gaya hidup,monitoring dan mengontrol factor resiko
Penatalaksanaan Medis :
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui
istirahat/pembatasan aktivitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung : Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk
tiroksikosis, miksedema, dan aritmia digitalisasi :
a. Dosis digitalis :
1) Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan
2x0,5 mg selama 2-4 hari
2) Digoksin iv 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
3) Cedilanid> iv 1,2-1,6 mg selama 24 jam
13
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien usia lanjut dan
gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fiblilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat :
Digoksin : 1-1,5 mg iv perlahan-lahan
Cedilanid> 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Cirebon
Pekerjaan : IRT
Status pernikahan : Menikah
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Alamat : Cirebon
Hubungan dg pasien : Suami
3. Data Saat Masuk
Tanggal masuk RS : 17 Oktober 2020
Tanggal masuk ICU : 19 Oktober 2020
No. rekam Medik : 008932
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF)
Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2020
4. Keluhan Utama
- Nyeri Dada
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Ny. S (55 tahun) masuk ke Rs pada tanggal 17 Oktober 2020. Saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 20 Oktober 2020. Pasien mengatakan nyeri dada, sesak nafas, lemas dan
kaki bengkak, kesadaran umum sedang, kesadaran composmetis, vital sign belum stabil,
terpasang IUFD RL ditangan kanan, terpasang O2 nasal kanul 3tpm, TD : 102/80 mmHg,
N: 112x/ menit, RR : 26x/ menit, S : 36,1⁰C, Terdapat edema di bagian ektermitas bawah
kanan dan kiri.
Pengkajian nyeri :
15
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmetis, GCS : E4 M6 V5
Tekanan darah : 102/80 mmHg
MAP : 91 mmHg
Nadi : 112x / menit
Suhu : 36, 1⁰C
Respirasi rate :26x/ menit
SPO2 : 100%
BB / TB : 60 Kg/ 165 Cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala: Mesocephale, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b. Mata: konjungtiva anemis, seklera anikhterik, pupil isokor, reflek cahaya (+)
c. Mulut : mukosa bibir lembab, gigi lengkap, reflek menelan (+) dapat berbicara
d. Hidung : tidak ada polip, tidak ada peradangan, terpasang nasal kanul 3 lpm
e. Dada :
I : Simetris, ekspansi dada simetris
P : tidak ada nyeri tekan
P : Suara paru sonor
A : Suara vesikuler
Jantung :
I : Tidak ada pembesaran jantung
P : Ada nyeri tekan
P : Redup
A : Lup dup
f. Abdomen :
I : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
A : bising usus normal 12x/ menit
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Thimpani
g. Ekstermitas :
Atas : akral hangat, terpasang infus di tangan kanan
Bawah : akral hangat, edema di bagian kanan, kiri, pitting edema derajat 2
17
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Darah lengkap
Hemoglobin 15,0 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 10700 3.600-11.000 mcl
Hematokrit 46 35-47 %
Eritrosit 5,2 3,8-5,2 Juta/ul
Trombosit 199.000 150.000-440.000 /ul
MCV 87:4 80-100 Fl
MCH 28.7 26-34 Pg/cell
MCHL 32,9 22-36 %
ROW 13,1 11,5-14,5 %
MPV 11,1 9,4-12,3 Fl
Hitung jenis
Basopil 0,1 0-1 %
Eosinopil 0,2 2-4 %
Batang 0,5 3-5 %
Segmen 83,7 50-70 %
Limposit 5,4 25-40 %
Monosit 10,1 2-8 %
a. Diagnostik
EKG = Sinus takikardi
b. Terapi obat
Miniaspi 1 x 80 mg
ISDN 3 x 5 mg
CP6 1 x 75 mg
Alprazolam 1 x 0,5 mg
Furosemid 2 x 40 mg
18
19
Penurunan curah
jantung
Hepar
20
Hepatomegaly
Nyeri
ADH meningkat
Retensi Na + H2O
Kelebihan volume
cairan
3.3 DIAGNOSA
No Tanggal Diagnosa
1 22 Oktober 2020 Penurunan curah jantung b.d suplai O2 menurun
2 22 Oktober 2020 Nyeri b.d hepatomegaly
3 22 Oktober 2020 Kelebihan volume cairan b.d peningkatan Aldesteron
21
3.4 INTERVENSI
Perencanaan
No Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
( NOC ) ( NIC )
1 22 oktober Penurunan Setelah - Monitor - Untuk mengetahui
2020 curah jantung dilakukan TTV perkembangan Vital
tindakan Sign
keperawatan - Untuk mengetahui
selama 2x24 perkembangan
jam diharapkan - Observasi keadaan umum
penurunan curah keadaan pasien
jantung teratasi umum - Untuk mengetahui
dengan kriteria respirasi dalam
hasil : rentang normal
1. TTV normal - Monitor - Mengobservasi
2. Tidak ada status aktivitas pasien
nyeri dada pernapasan - Untuk mengevaluasi
3. Tidak ada nyeri pasien
kelelahan - Monitor
toleransi - Untuk melatih
aktivitas aktivitas pasien
- Evaluasi
adanya nyeri
dada
pemberian
terapi
farmakologi
- Pemasangan
oksigen
nasal kanul
2 22 oktober Nyeri akut Setelah - Kaji nyeri - Untuk mengetahui
2020 dilakukan secara perkembangan nyeri
tindakan selama komperhens pasien
2x24 jam if - Untuk membantu
diharapkan mengurangi sesak
nyeri berkurang - Posisikan nafas
dengan kriterian pasien - Agar pasien dapat
hasil : dengan mengatur
1.Skala nyeri posisi pernapasan dengan
menurun semiflower baik
2.Ekspresi wajah - Ajarkan - Untuk merileksasi
rileks teknik nafas pasien
3.TTV dalam dalam
rentang normal
- Untuk mempercepat
- Ajarkan proses
teknik non penyembuhan dan
farmakologi menurunkan nyeri
distraksi - Agar pasien rileks
relaksasi dan istitrahat pasien
- Kolaborasi tercukupi
pemberian
obat
analgesic
- Ajurkan
23
untuk
istirahat
3 22 oktober Kelebihan Setelah - Monitor -Untuk mengukur
2020 volume cairan dilakukan adanya derajat edema
tindakan edema/pitin
keperawatan g edema -Untuk memonitor
tindakan - Timbang adanya kelebihan
keperawatan BB volume cairan
selama 2x24 jm -Untuk mengukur
diharapkan jumlah cairan yang
kelebihan masuk dalam tubuh
volume cairan -Untuk meningktkan
teratasi dengan - Monitor aliran balik vena ke
kriteria hasil intake dan jantung sehingga
1. Intake dan output akan mengurangi
output stabil cairan edema
2. Berat badan -Untuk mempercepat
stabil proses penyembuhan
3. Tidak ada - Tinggikan
edema posisi kaki
30°
- Kolaborasi
pemberian
terapi
deuratik
3.5 IMPLEMENTASI
24
3.6 EVALUASI
bengkak
O : pitting oedema (-)
BC/24 jam : 150 cc
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Tinggikan posisi kaki 30 derajat
BAB IV
27
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan
manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri
maupun gabungan dari : beban awal, kontrantilitas dan beban akhir
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat
tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan
larangan yang tak perlu menghindari kelemahan otot-otot rangka.
4.2 Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah dan askep ini belum begitu sempurna karena kami dalam
tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul
serta kritikan yang baik dan membangun sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat.
Dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah memiliki ilmu
dan kemampuan yang terbatas. Semoga askep ini dapat pula menambah wawasan bagi mahasiswa
lain.
28
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, DKK. (2020). Kualitas Hidup Penderita Gagal Jantung Kongestif Berdasarkan Derajat
Kemampuan Fisik dan Furasi Penyakit. Faletehan Health Journal, 7 (2) (2020) 70-76.
Yunita, DKK. (2020) .Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan Komplikasi
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/1126/2/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjozcGK98TsAhU78HMBHa8rDB4QFjAMegQIChAB&usg=AO
vVaw3d71YxsYojDVqfmosOW4Cq . [Pada tangga 21 oktober 2020
NANDA, NIC NOC. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional : Edisi
Revisi Jilid 1 dan Jilid 2. Mediaction publishing.