KELOMPOK
MUSDALIFAH NH01161010
NURMIANTI NH0116123
RISKY SAPUTRA NH0116147
NURFAYUSPIKA NH0116118
RIRIN YUNITA NH0116144
RONAL MARNANDO NH0116149
RESKI WULANSARI NH0116140
RISMA ARIS NH0116
KELAS A3
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua
atas doa serta segenap teman-teman mahasiswa yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Tujuan................................................................................................ 5
A. Pengertian …………………................................. 6
B. Etiologi .................................................... 6
C. Klasifikasi ……................................ 8
D. Manifestasi Klinik ................................... 8
E. Patofisiologi ............................. 10
F. Penatalaksanaan .......................... ........... 11
G. Pemeriksaan Penunjang
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................ 12
PENDAHLUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit urutan tertinggi dalam daftar
penyebab kemarin di beberapa Negara Barat. Sementara, di Negara tropis,
penyakit ini juga menjadi penyebab yang sangat penting dari invalidasi (cacat),
bahkan kematian.
Sebab-sebab dari penyakit gagal jantung cukup banyak. Gejala-gejala
klinis yang timbul juga sangat bervariasi dan kompleks. Sekalipin demikian,
dalam praktiknya sangat perlu untuk mengenal dan mengetahui gejala-gejala
tersebut. Sebab pengobatan yang efektif sangat tergantung pada pengetahuan
yang mendalam tentang patofisiologi, agar segala hal yang berhubungan
dengan penyakit tersebut dapat diketahui dengan mudah.
Setelah dilakukan penelitian secara mendalam , fungsi jantung dapat di
bagi menjadi dua. Pertama, jantunh harus menyediakan darah yang cukup
mengandung oksigen dan nutrisi untuk organ-organ tubuh. Darah ini harus
mempunyai tekanan yang cocok untuk perfusi dan pemberian makanan. Pada
saat yang sama, jantung juga memompakan darah yang mengandung bahan-
bahan sisa ke alat-alat ekskresi, misalnya hati dan ginjal, serta memompakan
darah yang suhunya berlebihan ke system pendingin tubuh, yaitu pembulu
darah di kulit. Semua hal ini dapat dilakukan oleh jantung sebelah kiri. Inilah
yang disebut system tekan tekanan tinggi ( high pressure system).
Kedua, jantung mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara pada
saat yang bersaamaan mengekresi darah salah satu hasil akhir metabolisme,
yaitu karbon dioksida. Pertukaran melalui membran alveolus yang sangat tipis.
Jika tekanan pada system yang kita bicarakan sekarang ini sama tingginya
dengan tekanan di vertikel kiri atau aorta, maka cairan darah segera akan
mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan penderita akan mati oleh karena edema
paru. Untuk mencegah keaadaan ini, maka bagian kanan jantung akan
menyuplai darah ke paru-paru melalaui arteri pulmonalis, yang disebut dengan
system tekanan rendah (low pressure system). Tekanan pada bagian kanan
jantung kira-kira hanya 20% daripada bagian kiri. Dan, pada kapiler paru-paru,
tekanan ini seharusnya tidak boleh lebih tinggi dari tekanan osmotic keloid
(onkotik) protein-protein darah. Sebab, cairan tidak akan tinggal diam di dalam
kapiler, sehingga akan menimbulkan edema paru.
Ketika istirahat, curah jantung kira-kira 4,5 per menit. Hal ini dapat
diaturbtubuh dengan cepat. Jika ada perbedaan sedikit saja dari curah jantung
antara vertikel kanan dan vertikel kiri, misalnya perbedaan satu tetes darah
dalam setiap denyut jantung, maka akan menimbulkan dalam beberapa jam
kemudian. Jadi, curah jantung verikel kanan harus selalu di pertahankan tepat
satu sama lain (mekanisme starling). Hal ini kemudian yang perlu diperhatikan
dengan baik, karena jika tidak, maka akan menyebabkan hal-hal yang tidak
diinkan.
B. Tujuan
1. Sebagai bahan diskusi tentang keparawatan paliatif pada pasien gagal
jantung
2. Sebagai media baca tentang asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
3. Sebagai penyelesaian tugas pada mata kuliah keperawatan paliatif
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). [ CITATION IMa13 \l 14345 ]
Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien
yang mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah
ada atau tidak ada harapan untuk sembuh.
Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyediakan obat dan juga tidak
sebaliknya perkembangan penyakit. Perawatan paliatif merupakan bagian
penting dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakuakan secara
sederhana sering kali prioritas utama adalah kulitas hidup dan bukan
kesembuhan dari penyakit pasien.
B. Etiologi
1. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade
perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
6. Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan
abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung .
[ CITATION IMa13 \l 14345 ]
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut gejala dan insensita gejala:
a. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau
beberapa jam.
b. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari hari.[ CITATION Sho12 \l
14345 ]
D. Manifestasi Klinis
1. Kriteria major
a. Paroksismal nocturnal dispnea
b. Distensia vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
2. Kriteria monor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dipnea d’effort
Hepatomegali
3. Major atau minor
Penurunan BB>4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnose gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2
kriteria minor.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
E. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. [ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
F. Penatalaksanaan
1. Terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring
dan kontrol faktor risiko.
2. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik, Angiotensin
Converting Enzyme inhibitor (ACEI), beta bloker, Angiotensin Receptor
Bloker (ARB), glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, serta bipridin.
[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
G. Pemekrisaan Penunjang
1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung 2.
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran
dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup
jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung. 3.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya. 4.
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic
peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
H. Tahap Berduka
1. Penyangkalan (denial)
Tahap pertama adalah penyangkalan. Ketika pertama kali menyadari
kehilangan, kita akan sukar menerima kenyataan itu dan berpikir “Ini tidak
benar-benar terjadi.” Kita menyangkalnya. Penyangkalan biasanya
merupakan pertahanan sementara untuk diri sendiri.
2. Marah (anger)
Ketika berada pada tahapan kedua, individu akan menyadari bahwa ia
tidak dapat senantiasa menyangkal. Oleh karena kemarahan, orang tersebut
akan sangat sulit untuk diperhatikan oleh karena perasaan marah dan iri hati
yang tertukar.begitu kita sering mengumpat dalam hati, mencari kesalahan
pada orang lain atau pada sebab lain.
3. Menawar (bargaining)
Tahapan ketiga melibatkan harapan supaya individu dapat sedemikian
rupa menghambat atau menunda kematian / kehilangan. Biasanya,
kesepakatan untuk perpanjangan hidup dibuat kepada kekuasaan yang lebih
tinggi dalam bentuk pertukaran atas gaya hidup yang berubah. Secara
psikologis, individu mengatakan, “Saya mengerti saya akan mati, tetapi jika
saja saya memiliki lebih banyak waktu…” Sayangnya dunia terus berputar
dan tidak kembali ke masa lalu. sejenis lah sama yang mohon-mohon minta
balikan, atau menyesalkan kenapa tidak dari dulu membangun hubungan
yang lebih baik.
4. Depresi (depression)
Pada tahapan keempat, penderita akan menghabiskan banyak waktu
untuk menangis dan berduka. Proses ini memberikan kesempatan kepada
pasien yang sekarat untuk memutus hubungan dengan sesuatu yang dicintai
ataupun disayangi. Tidak disarankan untuk mencoba menghibur individu
yang berada pada tahapan ini. Ini merupakan waktu penting untuk berduka
yang harus dilalui.
5. Penerimaan (acceptance)
Tahap terakhir adalah ketika kita akhirnya bisa menerima kenyataan
perpisahan itu, meski bukan kebahagiaan yang sebenarnya tetapi kenyataan
bahwa kita sadar semua akan baik-baik saja. Ini merupakan tahapan
terakhir, individu tiba pada kondisi sebagai mahluk hidup
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
2. Pengkajian riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Berisi tentang penyakit yang diderita klien
pada saat sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu : Berisi tentang keadaan klien apakah klien
pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama
c. Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga pernah menderita
penyakit yang sama dengan klien
3. Head To Toe
Perubahan fisik saat menjelang kematian:
a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melamban
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
4. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam
hidup kedalam empat fase, yaitu :
a. Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko
penyakit
b. Fase Akut, berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,
maupun psikologis.
c. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
d. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik
fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang
dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
5. Masalah oksigenisasi,respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan
cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah,
tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
6. Masalah eliminasi: konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi
konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau
kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi
akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma medulla
spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit
mis gagal ginjal
7. Nutrisi dan Cairan: asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah,
lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi
karena asupan cairan menurun .
8. Masalah suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai
selimut.
9. Masalah sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, penglihatan kabur,
pendengaran berkurang, sensasi menurun.
10. Masalah nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan
secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
11. Kulit dan Mobilitas : seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah
pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang
sering.
12. Masalah Psikologis : klien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali
ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal
antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif
dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi /
barrier komunikasi.
13. Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi
akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian peoses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri.
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). [ CITATION IMa13 \l 14345 ]
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. [ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gagal Jantung ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan di
atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Kami mengharapkan kritikan serta saran yang membangun kepada para
pembaca serta dosen pembimbing mata kuliah demi kesempurnaan
penyusunan Asuhan Keperawatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA