Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah : Keperawatan Paliatif & Manajemen Ajal

Dosen : Arlina Muhtar, S.Kep.Ns.,M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF


PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

KELOMPOK

MUSDALIFAH NH01161010
NURMIANTI NH0116123
RISKY SAPUTRA NH0116147
NURFAYUSPIKA NH0116118
RIRIN YUNITA NH0116144
RONAL MARNANDO NH0116149
RESKI WULANSARI NH0116140
RISMA ARIS NH0116

KELAS A3

PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Gagal
Jantung sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif & Manajemen
Ajal.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah banyak membantu, memberikan arahan serta bimbingan kepada
penulis mulai dari penyusunan awal pembuatan makalah hingga selesainya
makalah ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua
atas doa serta segenap teman-teman mahasiswa yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kelemahan, baik dalam penyajian maupun sistematika penulisannya, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk perbaikan makalah
ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan untuk


pengembangan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Makassar, 05 Januari 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Tujuan................................................................................................ 5

BAB II KONSEP MEDIS

A. Pengertian …………………................................. 6
B. Etiologi .................................................... 6
C. Klasifikasi ……................................ 8
D. Manifestasi Klinik ................................... 8
E. Patofisiologi ............................. 10
F. Penatalaksanaan .......................... ........... 11
G. Pemeriksaan Penunjang

BAB III. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................... ........... 13


BAB I

PENDAHLUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit urutan tertinggi dalam daftar
penyebab kemarin di beberapa Negara Barat. Sementara, di Negara tropis,
penyakit ini juga menjadi penyebab yang sangat penting dari invalidasi (cacat),
bahkan kematian.
Sebab-sebab dari penyakit gagal jantung cukup banyak. Gejala-gejala
klinis yang timbul juga sangat bervariasi dan kompleks. Sekalipin demikian,
dalam praktiknya sangat perlu untuk mengenal dan mengetahui gejala-gejala
tersebut. Sebab pengobatan yang efektif sangat tergantung pada pengetahuan
yang mendalam tentang patofisiologi, agar segala hal yang berhubungan
dengan penyakit tersebut dapat diketahui dengan mudah.
Setelah dilakukan penelitian secara mendalam , fungsi jantung dapat di
bagi menjadi dua. Pertama, jantunh harus menyediakan darah yang cukup
mengandung oksigen dan nutrisi untuk organ-organ tubuh. Darah ini harus
mempunyai tekanan yang cocok untuk perfusi dan pemberian makanan. Pada
saat yang sama, jantung juga memompakan darah yang mengandung bahan-
bahan sisa ke alat-alat ekskresi, misalnya hati dan ginjal, serta memompakan
darah yang suhunya berlebihan ke system pendingin tubuh, yaitu pembulu
darah di kulit. Semua hal ini dapat dilakukan oleh jantung sebelah kiri. Inilah
yang disebut system tekan tekanan tinggi ( high pressure system).
Kedua, jantung mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara pada
saat yang bersaamaan mengekresi darah salah satu hasil akhir metabolisme,
yaitu karbon dioksida. Pertukaran melalui membran alveolus yang sangat tipis.
Jika tekanan pada system yang kita bicarakan sekarang ini sama tingginya
dengan tekanan di vertikel kiri atau aorta, maka cairan darah segera akan
mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan penderita akan mati oleh karena edema
paru. Untuk mencegah keaadaan ini, maka bagian kanan jantung akan
menyuplai darah ke paru-paru melalaui arteri pulmonalis, yang disebut dengan
system tekanan rendah (low pressure system). Tekanan pada bagian kanan
jantung kira-kira hanya 20% daripada bagian kiri. Dan, pada kapiler paru-paru,
tekanan ini seharusnya tidak boleh lebih tinggi dari tekanan osmotic keloid
(onkotik) protein-protein darah. Sebab, cairan tidak akan tinggal diam di dalam
kapiler, sehingga akan menimbulkan edema paru.
Ketika istirahat, curah jantung kira-kira 4,5 per menit. Hal ini dapat
diaturbtubuh dengan cepat. Jika ada perbedaan sedikit saja dari curah jantung
antara vertikel kanan dan vertikel kiri, misalnya perbedaan satu tetes darah
dalam setiap denyut jantung, maka akan menimbulkan dalam beberapa jam
kemudian. Jadi, curah jantung verikel kanan harus selalu di pertahankan tepat
satu sama lain (mekanisme starling). Hal ini kemudian yang perlu diperhatikan
dengan baik, karena jika tidak, maka akan menyebabkan hal-hal yang tidak
diinkan.

B. Tujuan
1. Sebagai bahan diskusi tentang keparawatan paliatif pada pasien gagal
jantung
2. Sebagai media baca tentang asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
3. Sebagai penyelesaian tugas pada mata kuliah keperawatan paliatif
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). [ CITATION IMa13 \l 14345 ]
Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien
yang mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah
ada atau tidak ada harapan untuk sembuh.
Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyediakan obat dan juga tidak
sebaliknya perkembangan penyakit. Perawatan paliatif merupakan bagian
penting dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakuakan secara
sederhana sering kali prioritas utama adalah kulitas hidup dan bukan
kesembuhan dari penyakit pasien.

B. Etiologi
1. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade
perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
6. Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan
abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung .
[ CITATION IMa13 \l 14345 ]

C. Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut gejala dan insensita gejala:
a. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau
beberapa jam.
b. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari hari.[ CITATION Sho12 \l
14345 ]

2. Klasifikasi menurut letaknya:


a. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi
atau mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan
menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
b. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk
memompa secara ade kuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling
sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat
terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar normal dan tidak
menyebabkan gagal jantung kiri. GJ kanan juga dapat disebabkan oleh
penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonary primer. [ CITATION Sho12 \l
14345 ]

3. Menurut derajat sakitnya:


a. Derajat 1: Tanpa keluhan-anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak nafas
b. Derajat 2: Ringan-aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tertapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhanpun hilang
c. Derajat 3: Sedang-aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
d. Derajat 4: Berat-tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan
pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika
melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]

D. Manifestasi Klinis
1. Kriteria major
a. Paroksismal nocturnal dispnea
b. Distensia vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
2. Kriteria monor
 Edema ekstremitas
 Batuk malam hari
 Dipnea d’effort
 Hepatomegali
3. Major atau minor
Penurunan BB>4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnose gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2
kriteria minor.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
E. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. [ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]

F. Penatalaksanaan
1. Terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring
dan kontrol faktor risiko.
2. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik, Angiotensin
Converting Enzyme inhibitor (ACEI), beta bloker, Angiotensin Receptor
Bloker (ARB), glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, serta bipridin.
[ CITATION Sho12 \l 14345 ]

G. Pemekrisaan Penunjang
1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung 2.
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran
dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup
jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung. 3.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya. 4.
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic
peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]

H. Tahap Berduka
1. Penyangkalan (denial)
Tahap pertama adalah penyangkalan. Ketika pertama kali menyadari
kehilangan, kita akan sukar menerima kenyataan itu dan berpikir “Ini tidak
benar-benar terjadi.” Kita menyangkalnya. Penyangkalan biasanya
merupakan pertahanan sementara untuk diri sendiri.
2. Marah (anger)
Ketika berada pada tahapan kedua, individu akan menyadari bahwa ia
tidak dapat senantiasa menyangkal. Oleh karena kemarahan, orang tersebut
akan sangat sulit untuk diperhatikan oleh karena perasaan marah dan iri hati
yang tertukar.begitu kita sering mengumpat dalam hati, mencari kesalahan
pada orang lain atau pada sebab lain.
3. Menawar (bargaining)
Tahapan ketiga melibatkan harapan supaya individu dapat sedemikian
rupa menghambat atau menunda kematian / kehilangan. Biasanya,
kesepakatan untuk perpanjangan hidup dibuat kepada kekuasaan yang lebih
tinggi dalam bentuk pertukaran atas gaya hidup yang berubah. Secara
psikologis, individu mengatakan, “Saya mengerti saya akan mati, tetapi jika
saja saya memiliki lebih banyak waktu…” Sayangnya dunia terus berputar
dan tidak kembali ke masa lalu. sejenis lah sama yang mohon-mohon minta
balikan, atau menyesalkan kenapa tidak dari dulu membangun hubungan
yang lebih baik.
4. Depresi (depression)
Pada tahapan keempat, penderita akan menghabiskan banyak waktu
untuk menangis dan berduka. Proses ini memberikan kesempatan kepada
pasien yang sekarat untuk memutus hubungan dengan sesuatu yang dicintai
ataupun disayangi. Tidak disarankan untuk mencoba menghibur individu
yang berada pada tahapan ini. Ini merupakan waktu penting untuk berduka
yang harus dilalui.
5. Penerimaan (acceptance)
Tahap terakhir adalah ketika kita akhirnya bisa menerima kenyataan
perpisahan itu, meski bukan kebahagiaan yang sebenarnya tetapi kenyataan
bahwa kita sadar semua akan baik-baik saja. Ini merupakan tahapan
terakhir, individu tiba pada kondisi sebagai mahluk hidup

I. Tipe- Tipe Perjalanan Menjelang Ajal


1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi
pada kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien
dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
2. Pengkajian riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Berisi tentang penyakit yang diderita klien
pada saat sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu : Berisi tentang keadaan klien apakah klien
pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama
c. Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga pernah menderita
penyakit yang sama dengan klien
3. Head To Toe
Perubahan fisik saat menjelang kematian:
a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melamban
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
4. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam
hidup kedalam empat fase, yaitu :
a. Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko
penyakit
b. Fase Akut, berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,
maupun psikologis.
c. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
d. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik
fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang
dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
5. Masalah oksigenisasi,respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan
cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah,
tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
6. Masalah eliminasi: konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi
konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau
kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi
akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma medulla
spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit
mis gagal ginjal
7. Nutrisi dan Cairan: asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah,
lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi
karena asupan cairan menurun .
8. Masalah suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai
selimut.
9. Masalah sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, penglihatan kabur,
pendengaran berkurang, sensasi menurun.
10. Masalah nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan
secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
11. Kulit dan Mobilitas : seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah
pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang
sering.
12. Masalah Psikologis : klien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali
ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal
antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif
dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi /
barrier komunikasi.
13. Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi
akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Batasan Karakteristik Faktor Yang


Berhubungan
Ansietas Kematian 1. Kekhawatiran 1. Antisipasi efek
(Individu/ Keluarga) membebani pemberi merugikan dari
asuhan keperewatan. ansietas umum
2. Kekhawatiran 2. Antisipasi nyeri
mengenai dampak 3. Antisipasi
kematian seseorang penderitaan
terhadap orang dekat. 4. Hampir mengalami
3. Kesedihan yang kematian
mendalam 5. Ketidakpastian
4. Ketakutan akan nyeri tentang kehidupan
menjelang ajal setelah kematian
5. Ketakutan cepat mati 6. Ketidakpastian
6. Ketakutan kehilangan tentang kekuatan
kemampuan mental yang lebih tinggi
saat menjelang ajal 7. Ketidakpastian
7. Ketakutan menderita tentang prognosis
karena menjelang ajal 8. Konfrontasi
8. Ketakutan mengalami terhadap realita
sakit terminal penyekit terminal
9. Ketakutan tentang 9. Mengalami proses
proses kematian menjelang ajal
10. Ketakutan 10. Merasa dekat
terhadap proses dengan kematian
panjang menjelang ajal 11. Observasi terkait
11. Ketidakberdayaan kematian
12. Pikiran negative 12. Pembahasan
terkait kematian dan mengenai topic
menjelang ajal kematian
13. Ragu mengenai
menghadapi
kekuatan yang lebih
tinggi
14. Tidak menerima
kematian sendiri.
Berduka 1. Kematian keluarga 1. Kematian anggota
atau orang yang keluarga atau orang
berarti terdekat
2. Antisipasi kematian 2. Penyakit terminal
keluarga atau orang
yang berarti
3. Kehilangan
4. Antisipasi kehilangan
Risiko distress spritual 1. Perubahan hidup 1. Penyakit kronis
2. Perubahan lingkungan 2. Penyakit terminal
3. Sakit kronis
4. Sakit fisik
5. Perubahan dalam
ritual agama
6. Perubahan dalam
praktek spiritual
7. Depresi
8. Kehilangan
9. Harga diri rendah
10. Stres
Penurunan koping 1. Situasi penyerta yang 1. Penyakit kronis
keluarga mempengaruhi orang 2. Kanker
terdekat 3. Penyakit terminal
2. Kelelahan orang
terdekat dalam
memberikan
dukungan
3. Kurangnya saling
mendukung
4. Tidak cukupnya
dukungan yang
diberikan klien pada
orang terdekat
5. Penyakit kronis yang
menghabiskan
kemampuan dukungan
orang terdekat.
Defisit pengetahuan 1. Gangguan fungsi 1. Penyakit kronik
kognitif 2. Penyakit terminal
2. Kurang terpapar
informasi
3. Kekeliruan mengikuti
anjuran

C. Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Kematian Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
(Individu/ Keluarga) Koping (penurunan kecemasan)
Setelah dilakukan asuhan a. Gunakan pendekatan
selama……………klien yang menenangkan
kecemasan teratasi b. Nyatakan dengan jelas
dengan kriteria hasil: harapan terhadap
1. Klien mampu pelaku pasien
mengidentifikasidan c. Jelaskan semua
mengungkapkan prosedur dan apa yang
gejalacemas dirasakan selama
2. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan d. Temani pasien untuk
menunjukkan tehnik memberikan
untuk mengontol keamanan dan
cemas mengurangi takut
3. Vital sign dalam batas e. Berikan informasi
normal faktual mengenai
4. Postur tubuh, ekspresi diagnosis, tindakan
wajah, bahasa tubuh prognosis
dan tingkat aktivitas f. Libatkan keluarga
menunjukkan untuk mendampingi
berkurangnya klien
kecemasan g. Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
h. Dengarkan dengan
penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat
kecemasan
j. Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Berduka Setelah dilakukan asuhan a.Tentukan pada tahap
keperawatan berduka mana pasian
selama…………… klien terfiksasi. Identifikasi
kecemasan teratasi perilaku-perilaku yang
dengan kriteria hasil: berhubungan dengan
1. Pasien mampu untuk tahap ini.
menyatakan secara b.Kembangkan
verbal tahap-tahap hubungan saling
proses berduka yang percaya dengan
normal dan perilaku pasien. Perlihatkan
yang berhubungan empati dan perhatian.
dengan tiap-tiap tahap. Jujur dan tepati semua
2. Pasien mampu janji
mengidentifikasi c.Perlihatkan sikap
posisinya sendiri menerima dan
dalam proses berduka membolehkan pasien
dan mengekspresikan untuk
perasaan-perasaannya mengekspresikan
yang berhubungan perasaannya secara
denga konsep terbuka
kehilangan secara d.Dorong pasien untuk
jujur. mengekspresikan rasa
3. Pasien tidak terlalu marah. Jangan menjadi
lama mengekspresikan defensif jika
emosi-emosi dan permulaan ekspresi
perilaku-perilaku yang kemarahan
berlebihan yang dipindahkan kepada
berhubungan dengan perawat atau terapis.
disfungsi berduka dan Bantu pasien untuk
mampu melaksanakan mengeksplorasikan
aktifitas-aktifitas perasaan marah
hidup sehari-hari sehingga pasien dapat
secara mandiri. mengungkapkan
secara langsung
kepada objek atau
orang/pribadi yang
dimaksud.
e.Ajarkan tentang tahap-
tahap berduka yang
normal dan perilaku
yang berhubungan
dengan setiap tahap.
Bantu pasien untuk
mengerti bahwa
perasaan seperti rasa
bersalah dan marah
terhadap konsep
kehilangan adalah
perasaan yang wajar
dan dapat diterima
selama proses
berduka.
f. Dorong pasien untuk
meninjau hubungan
dengan konsep
kehilangan. Dengan
dukungan dan
sensitivitas,
menunjukkan realita
situasi dalam area-area
dimana kesalahan
presentasi
diekspresikan.
a.Bantu pasien dalam
memecahkan
masalahnya sebagai
usaha untuk
menentukan metoda-
metoda koping yang
lebih adaptif terhadap
pengalaman
kehilangan. Berikan
umpan balik positif
untuk identifikasi
strategi dan membuat
keputusan.
g.Dorong pasien untuk
menjangkau dukungan
spiritual selama waktu
ini dalam bentuk
apapun yang
diinginkan untuknya.
Kaji kebutukan-
kebutuhan spiritual
pasien dan bantu
sesuai kebutuhan
dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
itu.
Risiko distress spritual Ansietas kematian Spiritual Support
Konflict pembuatan a. Gunakan komunikasi
keputusan terapeutik untuk
Koping, ketidakefektifan membangun
Distress spiritual, resiko. kepercayaan dan
Kriteria hasil : kepedulian empatik
a. Mampu mengontrol b. Mendorong individu
kecemasan untuk meninjau
b. Mampu Mengontrol kehidupan masa lalu
tingkat depresi dan dan fokus pada
Ievel stress peristiwa dan
c. Mampu memproses hubungan yang
informasi memberi kekuatan
d. Penerimaan atau spiritual dan dukung
kesiapan menghadapi c. Mendorong
kematian partisipasi dalam
e. Berpartisipasi dalam interaksi dengan
pengambilan anggota keluarga,
keputusan untuk teman, dll
mendapatkan d. Menyediakan privasi
pelayanan kesehatan dan cukup waktu
f. Penerimaan terhadap untuk kegiatan
status kesehatan spiritual
g. Mampu beradaptasi e. Mendorong
terhadap partisipasi dalam
ketidakmampuan fisik kelompok pendukung
/ cacat fisik f. Ajarkan metode
h. Adaptasi anak relaksasi, meditasi,
terhadap hospitalisasi dan citra dipandu
i. Psikososial g. Bagi keyakinan
penyesuaian: sendiri tentang arti
perubahan hidup dan tujuan, sesuai
j. Kesehatan spiritual h. Mendengarkan
k. Menunjukkan harapan dengan seksama
arti hidup komunikasi individu,
l. Terlibat dalam dan mengembangkan
lingkungan sosial rasa waktu untuk
berdoa atau ritual
spiritual
i. Yakinkan individu
yang perawat akan
tersedia untuk
mendukung individu
dalam saat-saat
penderitaan
Penurunan koping Caregiver Stressors Coping Enhancement :
keluarga Family Coping a. Dukungan Pemberi
Disable Asuhan :
Parenting, Impaired Menyediakan
Parental Role, Conflict informasi penting,
Therapeutic Regimen advokasi, dan
Management, dukungan yang
Ineffective dibutuhkan untuk
Kriteria Hasil : memfasilitasi
1. Keluarga tidak perawatan primer
mengalami pasien selain dari
penurunan koping profesional
keluarga kesehatan.
2. Hubungan pasien- b. Peningkatan koping:
pemberi kesehatan membantu pasien
adekuat beradaptasi dengan
3. Kesejahteraan persepsi stresor,
emosi pemberi perubahan, atau
asuhan kesehatan ancaman yang
keluarga menggangu
4. Koping keluarga pemenuhan tuntutan
meningkat dan peran hidup
5. Normalisasi c. Dukungan emosi :
keluarga yang memberikan
memuaskan penenangan,
6. Performa yang baik penerimaan, dan
pemberi asuhan dorongan selama
Iangsung dan tidak periode stress
langsung d. Promosi keterlibatan
keluarga :
memfasilitasi
partisipasi keluarga
dalamperawatan
emosi dan fisik
pasien
e. Mobilitas Keluarga :
penggunaan
kekuatan keluarga
untuk mempengaruhi
kesehatan pasien
kearah yang positif
f. Pemeliharaan proses
keluarga :
meminimalkan
dampak gangguan
proses keluarga
g. Dukungan keluarga :
meningkatkan nilai,
minat, dan tujuan
keluarga
h. Panduan Sistem
Kesehatan:
memfasilitasi lokal
pasien dan
penggunaan
pelayanan kesehatan
yang sesuai
i. Fasilitas
pembelajaran :
meningkatkan
kemampuan untuk
memproses dan
memahami informasi
j. Membantu orang tua
dan keluarga lain
anak sakit kronis
atau yang mengalami
ketunandayaan
kronis dalam
memberikan
pengalaman hidup
normal untuk anak
dan keluarga mereka
k. Rawat rehat :
memberikan
perawatan jangka
pendek
Defisit pengetahuan Kowlwdge : disease a. Kaji tingkat
process pengetahuan pasien
Kowledge : health dan keluarga
Behavior Setelah b. Jelaskan
dilakukan tindakan patofisiologi dari
keperawatan selama …. penyakit dan
pasien menunjukkan bagaimana hal ini
pengetahuan tentang berhubungan dengan
proses penyakit dengan anatomi dan
kriteria hasil: fisiologi, dengan
1. Pasien dan keluarga cara yang tepat.
menyatakan c. Gambarkan tanda
pemahaman tentang dan gejala yang
penyakit, kondisi, biasa muncul pada
prognosis dan program penyakit, dengan
pengobatan. cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga d. Gambarkan proses
mampu melaksanakan penyakit, dengan
prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara benar e. Identifikasi
3. Pasien dan keluarga kemungkinan
mampu menjelaskan penyebab, dengan
kembali apa yang cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim f. Sediakan informasi
kesehatan lainnya pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
g. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
h. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
i. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
j. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan . Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi
harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi.

E. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian peoses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri.
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). [ CITATION IMa13 \l 14345 ]
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. [ CITATION Sho12 \l 14345 ]
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.[ CITATION Sho12 \l 14345 ]
B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gagal Jantung ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan di
atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Kami mengharapkan kritikan serta saran yang membangun kepada para
pembaca serta dosen pembimbing mata kuliah demi kesempurnaan
penyusunan Asuhan Keperawatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I. M. (2013). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: Buku


Kedokteran.

Naga, S. S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:


Diva Press.

Anda mungkin juga menyukai