Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KATUP JANTUNG

Disusun Oleh :
Ns. Rajatol, S.Kep
Rahmat halim saputra, Amd.Kep
Ns. Syafril wirja, S.kep

IKATAN NERS KARDIOVASKULER INDONESIA ( INKAVIN )


JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta karunianya-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi kasus
pelatihan keperawatan kardiologi tingkat dasar, dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Penyakit Katup Jantung”
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas
bantuan, dukungan dan do’anya. Kami berharap makalah ini bermanfaat dalam
membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para peserta
pelatihan.
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Jakarta , September 2022


DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................................i


Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep ........................................................................................................4
2.1.1 Pengertian ..........................................................................................4
2.1.2 Etiologi ..............................................................................................11
2.1.3 Patofisiologi ......................................................................................13
2.1.4 Pemeriksaaan Diagnostik ..................................................................14
2.1.5 Penatalaksaan Medik .........................................................................15
2.2 Asuhan Keperawatan .................................................................................18
2.2.1 Pengkajian .........................................................................................19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................20
2.2.3 Perencanaan .......................................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ..................................................................................................22
3.1.1 Pathway Kasus...................................................................................22
3.1.2 Data Demografi..................................................................................22
3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu...................................................................22
3.1.4 Riwayat Penyakit Sekarang ...............................................................23
3.1.5 Faktor Risiko .....................................................................................23
3.1.6 Pemeriksaan Fisik..............................................................................24
3.1.7 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................29
3.1.8 Terapi.................................................................................................31
3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................31
3.2.1 Analisa Data ......................................................................................31
3.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................33
3.3 Perencanaan ................................................................................................34
3.4 Implementasi ..............................................................................................38
3.5 Evaluasi ......................................................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................................43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................................47
5.2 Saran ...........................................................................................................47
Lampiran Pathway Kasus........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit katup jantung masih banyak dijumpai pada masyarakat
Indonesia, walaupun angka yang tepat belum diketahui (M, Amiliana, 2012).
Perhatian para ahli jantung di Indonesia terhadap penyakit ini tidak sebesar
perhatian terhadap penyakit jantung koroner, namun bukan berarti penyakit ini
tidak menimbulkan masalah kesehatan yang bermakna. Keterlambatan intervensi
akan mengakibatkan luaran yang buruk dengan penurunan kualitas hidup, serta
peningkatan angka kesakitan dan kematian.
Data epidemiologi global mengatakan bahwa kelainan katup jantung
prevalensinya meningkat seiring usia yang disebabkan etiologi predominan yaitu
proses degeneratif. Prevalensi kelainan katup derajat moderat keatas berkisar 2,5%
dan meningkat seiring usia. ¾ dari kelainan katup jantung adalah katup mitral
(Lung B, 2011). Data epidemiologi nasional terkait kelainan katup jantung belum
tersedia.
Penyakit katup jantung adalah disfungsi jantung akibat abnormalitas struktur
fungsi jantung. Umumnya penyakit katup jantung berupa stenosis, regurgitasi atau
kombinasi keduanya.Salah satu komplikasi infark miokard menyebabkan
komplikasi mekanik yang dapat berujung pada kelainan-kelainan atau disfungsi
katup jantung. Terdapat beberapa jenis gangguan fungsional yang disebabkan oleh
kelainan katup, salah satunya stenosis katup dan insufisiensi katup. Insufisiensi/
regurgitasi katup terjadi bila daun katup gagal menutup dengan baik yang
memungkinkan aliran balik darah menyebabkan peningkatan volume kerja jantung
perlu memompa volume untuk mengganti darah yang mengalir balik.
Angka kejadian tersering adalah regurgitasi katup mitral (J Kardiol Indones.
2015;36:111-9). Pada kelainan ini ditemukan beban volume yang berlebihan pada
ventrikel kiri yang akhirnya berakibat pada dilatasi dan gangguan fungsi ventrikel
kiri.
Hal ini disebabkan oleh adanya STEMI inferior dan anterior yang
menyebabkan ruptur muskulus papilaris yang berujung pada dilatasi annulus
sehingga menyebabkan regurgitasi katup mitral (Thaler MS, 2013). Regurgitasi
mitral (MR) adalah insufisiensi katup mitral yang tidak menutup dengan sempurna
pada saat sistolik, sehingga menyebabkan aliran balik ke atrium kiri. MR dapat
disebabkan oleh proses rematik atau penyebab lain misalnya Prolaps katup mitral
(MVP) yaitu abnormalitas penutupan katup mitral pada saat sistolik, dimana salah
satu atau kedua daun katup terdesak lebih superior ke ruang atrium; MVP berawal
tanpa regurgitasi dan ruptur chorda tendinae atau rupture muskulus papilaris
sebagai komplikasi infark miokard akut (PERKI, 2015). Keadaan ini biasanya
ditandai dengan perburukan hemodinamik dengan dyspneu akut, kongesti paru dan
murmur sistolik baru. Edema paru dan syok kardiogenik dapat terjadi dengan cepat
(PERKI, 2018).
Intervensi yang dilakukan dapat berupa terapi medikamentosa, terapi infark
miokard bila terjadi ruptur corda tendinae atau musculus papilaris sebagai
komplikasi dan terapi pembedahan dengan repair dan replacement katup (PERKI,
2015).
Dalam makalah ini kelompok memfokuskan pada asuhan keperawatan
dengan penyakit katup jantung Mitral Regurgitasi berbasis standar diagnosis,
luaran dan intervensi keperawatan Indonesia yang dilakukan secara komprehensif
sehingga dapat memberikan penanganan yang optimal.
1.2 Rumusan
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit mitral
regurgitasi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengimplementasikan penerapan asuhan keperawatan pasien dengan
penyakit mitral regurgitasi dengan pendekatan standar diagnosa, luaran dan
intervensi keperawatan Indonesia
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan penyakit mitral regurgitasi.
2. Mampu memahami patofisiologi mitral regurgitasi.
3. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan penyakit
mitral regurgitasi dengan pendekatan standar diagnosa, luaran dan
intervensi keperawatan Indonesia
1.4 Manfaat
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit mitral
regurgitas dengan pendekatan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI dan SIKI
secara lebih komprehensif sehingga pasien mendapatkan pelayanan keperawatan
secara optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Katup mitral terletak di sisi kiri jantung. Katup ini berfungsi untuk membantu
mengendalikan aliran darah dari atas ke ruang jantung bagian bawah. Jika gagal
menutup sepenuhnya seperti yang seharusnya dilakukan saat jantung berkontraksi,
maka sebagian darah yang semula ditujukan untuk dikirimkan ke tubuh malah
mengalir kembali ke ruang jantung bagian atas. Hal ini akan menimbulkan masalah,
karena tubuh akan kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Untuk mencegah
komplikasi termasuk kerusakan organ, tubuh membuat penyesuaian dan jantung
dipaksa bekerja lebih keras daripada seharusnya untuk memompa lebih banyak darah.

2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian Mitral Regurgitasi
Regurgitasi mitral (MR) adalah insufisiensi katup mitral yang tidak
menutup dengan sempurna pada saat sistolik, sehingga menyebabkan aliran
balik ke atrium kiri. MR dapat disebabkan oleh proses rematik atau penyebab
lain misalnya Prolaps katup mitral (MVP) yaitu abnormalitas penutupan
katup mitral pada saat sistolik, dimana salah satu atau kedua daun katup
terdesak lebih superior ke ruang atrium. MVP berawal tanpa regurgitasi. -
Ruptur chordatendinae atau rupture muskulus papilaris sebagai komplikasi
infark miokard akut MR rematik sering terjadi bersama-sama dengan stenosis
mitral (MS) rematik. (PERKI, 2015).

Gambar 2.1 Katup mitral normal dan katup mitral regurgitasi


Regurgitasi mitral adalah proses kebocoran darah kembali ke atrium
(serambi). Katup mitral jantung merupakan katup yang memisahkan ruang
jantung yang disebut atrium/ serambi kiri dan ventrikel/ bilik kiri.
Regurgitasi mitral adalah suatu keadaan ketidakmampuan katup mitral
menutup dengan sempurna sehingga menyebabkan aliran darah balik dari
ventrikel kiri ke dalam atrium kiri pada saat sistolik/ ventrikel kiri
berkontraksi. Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari jantung menuju
aorta, sebagian darah mengalir kembali kedalam atrium kiri dan
menyebabkan meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri. Selanjutnya
terjadi peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-
paru yang mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru
(Inkavin, 2018).
Mitral regurgitasi terjadi akibat kesukaran katup mitral menutup
sehingga pada fase sistolik ventrikel kiri tidak semua darah mengalir ke
aorta, namun sebagian darah kembali ke atrium kiri. Murmur mitral
regurgitasi terdengar pada fase sistolik di apek dan menjalar ke aksila sebagai
akibat regurgitasi darah ke atrium kiri. Regurgitasi darah ke atrium kiri
mengakibatkan stroke volume berkurang sehingga ventrikel kiri bekerja lebih
keras untuk memenuhi kebutuhan darah seluruh tubuh sebagai mekanisme
kompensasi. Keadaan ini menimbulkan hipertropi ventrikel kiri dan
menyebabkan gagal jantung kiri (Bonow, et al, 2012)
Mitral Regurgitasi (MR) dapat disebabkan oleh gangguan bagian yang
berbeda dari katup mitral. Hal ini dapat menyebabkan perforasi daun katup
atau ruptur chorda. Ruptur chorda spontan dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit katup mitral miksomatosa. Ruptur otot papilar terjadi pada pasien
dengan infark miokard akut dengan elevasi segmen ST, biasanya
berhubungan dengan inferior. Kelebihan volume akut pada Ventrikel kiri dan
Atrium kiri menghasilkan kongesti paru dan curah jantung yang rendah
(ACC/AHA, 2020)
Gambar 2.2 Kelainan struktur
jantung pada mitral regurgitasi
(ACC/AHA, 2020)
Gambar 2.3 Patofisiologi dan Aspek Klinik MR

Menurut Guideline ACC/AHA 2020 tentang manajemen penyakit


katup secara umum MR dibagi menjadi 3 yaitu MR akut, MR primer kronis
dan MR sekunder kronis
1. MR Akut
Diagnosis pada MR akut memerlukan intervensi segera untuk
menyelamatkan nyawa.Pemeriksaan dengan TTE/ Transthoracic
Echocardiography adalah modalitas pencitraan awal pilihan untuk
mengevaluasi fungsi ventrikel kiri dan ventrikel kanan, tekanan arteri
pulmonalis dan mekanisme MR. Pasien dengan MR akut berat terjadi
akibat ruptur korda, biasanya mengalami dekompensasi hemodinamik
akut. Kelebihan volume cairan yang tiba-tiba meningkatkan atrium
kanan dan tekanan vena pulmonal sehingga menyebabkan kongesti paru
dan hipoksia sedangkan penurunan perfusi darah ke jaringan dengan
penurunan tekanan sistolik ventrikel kiri secara bersamaan membatasi
gradien tekanan, mendorong MR ke sistolik awal. Dengan demikian
murmur mungkin pendek dan tidak mengesankan, seperti pancaran warna
MR oleh TTE. Pada keadaan akut mendadak dan menyebabkan
ketidakstabilan hemodinamik setelah miokard infark, dengan fungsi
ventrikel kiri hiperdinamik oleh TTE dan tidak ada penyebab lain untuk
perburukan, TEE dapat sangat membantu dalam mendeteksi otot papiler
atau ruptur korda atau vegetasi katup dan abses annular yang selanjutnya
membutuhkan pendekatan terapi pembedahan segera.
Terapi Medis
Terapi vasodilator meningkatkan kompensasi hemodinamik pada MR
akut. Penggunaan vasodilator pada MR akut ini bertujuan untuk
mengurangi tahanan aliran aorta sehingga secara efektif menurunkan MR
dan meningkatkan curah jantung ke aorta. Penggunaan obat ini biasanya
dilakukan dengan infus titrasi, seperti natrium, nitroprusid atau
nikardipin. Penggunaan vasodilator kontraindikasi dengan hipotensi
sistemik yang diperburuk ketika resistensi perifer menurun. Penggunaan
intra aortic balon pump (IABP) dapat membantu mengobati MR akut
yang parah. Dengan menurunkan tekanan aorta sistolik, IABP
menurunkan afterload ventrikel kiri, meningkatkan curah jantung dan
menurukan volume regurgitasi. Secara simultan IABP meningkatkan
diastolik dan rerata tekanan aortik.
Intervensi
Pembedahan katup mitral segera lebih diutamakan dalam perbaikan
mitral jika memungkinkan, menyelamatkan nyawa pada pasien
simptomatik dengan MR akut yang parah. Tingkat keparahan MR akut
bervariasi dan beberapa pasien dengan MR yang lebih moderat dapat
mengalami kompensasi karena pelebaran ventrikel kiri memungkinkan
tekanan pengisian yang lebih rendah dan peningkatan curah jantung.
Bagaimanapun juga, sebagian besar pasien dengan MR akut yang parah
memerlukan tindakan pembedahan segera untuk mengembalikan
hemodinamik dan menghilangkan keluhan pasien.
2. MR Primer Kronis
Dalan menilai pasien dengan MR kronis penting untuk membedakan
antara MR primer kronis (degeneratif) dan MR kronis sekunder
(fungsional) karena 2 kondisi ini memliki banyak perbedaan. MR primer
adalah penyakit pada bagian katup mitral dan MR sekunder adalah
penyakit ventrikel atau atrium. Pada MR primer kronis, patologi jika ≥ 1
komponen katup (daun katup, korda tendinea, otot papilari, anulus)
menyebabkan inkompetensi katup dengan regurgitasi darah dari ventrikel
kiri ke atrium kiri.
Tabel 3.1 Stase Kronik Primary MR
Stage Definisi Anatomi Hemodinamik Hemodinamik Gejala
katup Katup Konsekuensi
A Berisiko Katup mitral Aliran balik < Tidak ada Tidak ada
Mitral prolap ringan 20% LA di
Regurgitasi dengan dopler Small
normal Vena
koaptasi. contracta <
Katup 0,3 cm
menebal
ringan dan
pergerakan
daun katup
terbatas
B Progresif MR Tingkat Aliran balik Pembesaran Tidak ada
sedang MR 20- ringan pada
sampai berat 40%LA atau LA
prolapse late systolic LV tidak
katup mitral eksentrik jet membesar
dengan MR Tekanan
normal Vena pulmonary
koaptasi kontrakta < pressure
Katup 0,7 cm normal
rematik Regurgitasi
berubah volume <60
dengan ml
keterbatasan Regurgitasi
daun katup fraksi < 50%
dan hilang ERO < 0,40
pusat cm2
koaptasi Angiographic
khususnya grade 1+
infeksi sampai 2+
endokarditis
C Asimptomatik Katup mitral Aliran balik Sedang atau Tidak ada
MR berat prolapse MR >40% berat
berat dengan LA atau LA
kehilangan holosistolic enlargement
koaptasi atau eksentrik jet LV
daun katup MR enlargement
yang Vena Pulmonary
mengambang contracta ≥ hipertensi
Katup 0,7 cm mungkin
rematik Regurgitasi muncul saat
mengubah volume ≥ istirahat atau
pergerakan 60ml latihan
daun katup Regurgitasi C1: LVEF
yang terbatas fraksi ≥ 50% >60% dan LV
dan ERO ≥ 0,40 ESD < 40
kehilangan cm2 mm
central Angiograpi C2: LVEF ≤
koaptasi grade 3+ 60% dan atau
Utamanya sampai 4+ LVESD ≥ 40
pada infeksi mm
endokarditis
Penebalan
daun katup
D Simptomatik Katup mitral Aliran balik Tingkat Penurunan
MR berat prolapse MR >40% sedang atau toleransi
berat dengan LA atau berat latihan
kehilangan holosistolic LA melebar Sesak saat
koaptasi atau eksentrik jet LV melebar aktifitas
daun katup MR Hipertensi
yang Vena pulmonal
mengambang contracta ≥
Katup 0,7 cm
rematik Regurgitasi
mengubah volume ≥
pergerakan 60ml
daun katup Regurgitasi
yang terbatas fraksi ≥ 50%
dan ERO ≥ 0,40
kehilangan cm2
central Angiograpi
koaptasi grade 3+
Utamanya sampai 4+
pada infeksi
endokarditis
Penebalan
daun katup
Beberapa kriteria hemodinamik katup untuk penilaian keparahan MR,
tetapi tidak semua kriteria untuk setiap kategori akan ada pada setiap
pasien. Kategorisasi keparahan MR digolongkan ke tingkat ringan,
sedang dan berat tergantung pada kualitas data dan integrasi parameter
dalam hubungannya dengan bukti klinis lainnya.
3. MR Sekunder Kronis
Pada MR sekunder kronis, daun katup biasanya normal dan sedikit
melebar. Sebaliknya MR dikaitkan dengan disfungsi LV berat yang
disebabkan CAD (MR sekunder kronis iskemik) atau penyakit miokard
idiopatik (MR sekunder kronis non iskemik). LV yang abnormal dan
melebar menyebabkan perpindakan otot papiler yang pada gilirannya
terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan pelebaran annular yang
mencegah koaptasi. MR sekunder juga dapat berkembang karena
pelebaran atrium kiri dan pembesaran annulus mitral yang sering terjadi
AF dan kardiomyopati
Tabel 3.2 Stase Sekunder MR
Stage Definisi Anatomi Katup Hemodinamik Associated Gejala
katup cardiac
finding
A Berisiko MR Normal valve Tidak ada Normal atau Gejala yang
leaflet, chorda aliran balik dilatasi disebabkan
dan annulus atau aliran ringan karena
pada pasien balik< 20% Ukuran LV ischemia
CAD / LA on dg fixed koroner dan
cardiomyopaty doppler (infarction) heart failure
Small vena atau mungkin ada
contracta < inducible
0,30 cm (ischemia)
pergerakan
dinding
regional
abnormal
Primary
penyakit
miokard
dengan LV
dilatasi dan
disfungsi
sistolik
B Progresif MR Abnormalitas ERO < 0,40 Pergerakan Gejala yang
gerakan cm2 diding disebabkan
dinding Regurgitan regional karena
regional daun volume < 60 abnormal ischemia
katup ringan ml dengan koroner dan
Annulus Regurgitan penurunan heart failure
dilatasi ringan fraksi < 50% fungsi mungkin ada
dengan sistolik LV
kehilangan Sistolik
koaptasi mitral disfungsi
leaflet dikarenakan
CAD
C Asymptomatik Abnormalitas ERO ≥ 0,40 Pergerakan Gejala yang
severe MR pergerakan cm2 diding disebabkan
dinding Regurgitan regional karena
regional dan volume > 60 abnormal ischemia
atau LV ml dengan koroner dan
dilatasi dengan Regurgitan penurunan heart failure
daun katup fraksi > 50% fungsi mungkin ada
yang tertarik sistolik LV
Sistolik
disfungsi
dikarenakan
CAD
D Symptomatik Abnormalitas ERO ≥ 0,40 Pergerakan Tanda gejala
severe MR pergerakan cm2 diding seperti heart
dinding Regurgitan regional failure
regional dan volume > 60 abnormal Intoleransi
atau LV ml dengan aktifitas
dilatasi dengan Regurgitan penurunan Sesak nafas
daun katup fraksi > 50% fungsi saat aktivitas
yang tertarik sistolik LV
Sistolik
disfungsi
dikarenakan
CAD
Tabel 3.3. Qualitative and quantitative parameters useful in grading MR severity by
Doppler echocardiography; (Ref : Published in Journal of the American Society of
Echocardiography : official publication of the American Society of Echocardiography 2017)

2.1.2 Etiologi
Penyebab paling umum dari Mitral Regurgitasi adalah prolaps katup mitral,
miksomatous, disfungsi fibroblast karena usia lanjut dimana kurangnya jaringan
ikat yang menyebabkan ruptur korda. Penyebab lainnya infeksi endokarditis,
gangguan jaringan ikat, penyakit jantung rematik, katup mitral sumbing dan
penyakit jantung radiasi. Diferensiasi antara 2 etiologi mungkin memiliki
implikasi untuk intervensi operatif (ACC/AHA, 2020)
Menurut Inkavin (2018), penyebabnya antara lain:
1. Penyakit jantung rematik
2. Infeksi tenggorokan
3. Ruptur corda tendinae
4. Ruptur papilary muscle
5. Trauma
6. Malformasi bawaan katup mitral, chorda tendinae atau annulus
7. Degenerasi miksomatous (keadaan dimana katup secara bertahap menjadi
terkulai)
8. Iskemia

2.1.3 Patofisiologi Mitral Regurgitasi


1. Katup mitral mengalami kegagalan saat menutup selama sistole ventrikel.
2. Lebih dari 50% jumlah darah kembali ke atrium kiri dari ventrikel kiri
3. Terjadi peningkatan volume darah di ventrikel kiri akan menyebabkan
dilatasi ventrikel
4. LVEDP dan tekanan di atrium kiri meningkat
5. Peningkatan tekanan di arteri pulmonalis akan menyebabkan hipertensi
pulmonal
6. Terjadi kegagalan jantung kanan
Pathway Penyakit Katup
Jantung Kelainan struktural jaringan
Autoimun disease: RHD, SLE, penyambung pada katup
Endokarditis, PJB, Trauma, Fibrosis dan retriksi Selama sistol, daun katup
Kalsifikasi, Infark miokard, Gagal penebalan daun katup mitral anterior dan posterior
Jantung, Sindrom Marfan, Komisura lengket dan menonjol kedalam atrium
korda tendinea Korda tendinae memanjang
Degenerasi miksomatus
katup

Lubang katup Meregangkan/


Penyebab katup Penyebab katup merobek korda
aorta bocor mitral mengecil
aorta
Daun katup (Mitral Stenosis)
menyempit Peregangan annulus
tidak dapat Daun katup ventrikel kiri menarik
menutup tidak dapat
Saat Katup sebagian tepi daun
Atrioventrikuler
Saat Katup Saat Katup terbuka, Aliran Katup mitral tidak
Semilunaris semilunaris darah dari LA ke dapat menutup
tertutup, Aliran terbuka, Aliran LV menurun sempurna
darah kembali darah dari LV Mitral Regurgitasi
ke LV ke aorta
Saat Katup
Atrioventrikuler
Volume LV tertutup, Aliran darah
menurun dari LV kembali ke

Stroke Volume darah di LA


Volume di LV volume meningkat
meningkat menurun
Remodelling Tekanan di LA
LV Penurunan curah jantung meningkat
Stenosis Risiko Perfusi Cerebral tidak
Trikuspid efektif
Perubahan Risiko Perfusi Miokard tidak Remodelling ruang
struktur katup efektif LA
menebal, korda
Kongesti
Gangguan ventilasi
vena
Aliran darah ke spontan
Volume RV pulmonalis
RV terhambat Gangguan pertukaran
menurun gas Kongesti
Pola Nafas tidak efektif paru
Perubahan atrium Aliran ke
kanan Paru
Perawatan di RS
menurun Tekanan
Paru
Bendungan di Ansietas meningkat
kanan, JVP, Kelebihan volume Defisit pengetahuan
\\
Hepatomegali, cairan Kesiapan meningkatkan Hipertens
Edema Perifer Gangguan manajemen kesehatan i
keseimbangan Pulmonal
cairan dan
2.1.4 Pemeriksaaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kelainan
katup jantung antara lain :
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pada kelainan katup, pemeriksaan dilakukan untuk menilai adanya penebalan
atau hipertrofi otot jantung atau kerusakan otot jantung akibat penyakit
jantung koroner yang dapat mempengaruhi fungsi katup. Biasanya ditemukan
gambaran RV hipertropi dan P Mitral
2. Trans thoracal Echocardiography (TTE)
TTE memberikan data diagnostik yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan klinis pada MR. Hasil pasien dengan MR primer kronis ditentukan
oleh keparahan lesi, status gejala, adanya disfungsi LV dan apakah kelainan
katup dapat diperbaiki dengan repair katup bila memungkinkan penggantian
katup. Biasanya hanya MR berat yang menyebabkan gejala sisa negatif.
LVEF normal pada MR adalah sekitar 70%. Onset disfungsi LV disimpulkan
ketika LVEF menurun menuju 60% atau ketika LV tidak dapat berkontraksi
Echocardiography dilakukan untuk menilai fungsi, ukuran, bentuk, dan
pergerakan jantung dan katup. Pemeriksaan ini juga mampu mengidentifikasi
kebocoran katup dan aliran balik jika ada.
3. Stres Test
Stres test dilakukan untuk menilai tekanan darah, denyut jantung, dan
perubahan EKG selama aktivitas fisik. Pada kelainan katup, tujuan utama
pemeriksaan ini adalah untuk menilai gejala yang mungkin tidak dikeluhkan
pasien sebelumnya dan muncul saat latihan.
4. Rontgen Thorak
Rontgen toraks dapat bermanfaat dalam mendeteksi adanya pembesaran
atrium kiri dan pembesaran ventrikel kiri.
5. Computed Tomography (CT)
Pemeriksaan CT multislice dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keparahan
kelainan katup, terutama kelainan katup aorta. Pemeriksaan ini juga
dilakukan pada pasien yang akan menjalani penggantian katup transcatheter
sebagai bagian dari evaluasi pre prosedur.
6. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung merupakan suatu pemeriksaan invasif yang menilai
kondisi jantung secara langsung. Pemeriksaan ini dapat menilai jenis
kelainan pada katup, seperti stenosis atau insufisiensi, juga dapat menilai
aliran balik pada jantung akibat kelainan katup. Terjadi peningkatan tekanan
diastol akhir, ventrikel kiri dan atrium kiri.

2.1.5 Penatalaksanaan Medik


2.1.5.1 Terapi obat-obatan
Belum ada ada obat-obatan yang dapat sepenuhnya mengobati penyakit
katup jantung. Akan tetapi, dokter dapat meresepkan obat yang bisa
meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Obat-
obatan digunakan bila ada tanda gagal jantung antara lain :
1. Diuretik
Mengeluarkan cairan dari dalam aliran darah dan jaringan tubuh,
sehingga beban jantung dapat berkurang
2. Beta Bloker
Seperti Bisoprolol berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan
meringankan kerja jantung dengan cara membuat jantung berdetak
lebih lambat
3. Antiaritmia
Seperti amiodaron, berfungsi untuk mengontrol gangguan irama
jantung.
4. ACE Inhibitor
Seperti Captoril dan Ramipril, berfungsi untuk mengurangi beban
kerja jantung.
5. Vasodilator
Seperti Nitrogliserin yang berfungsi untuk meringankan kerja
jantung dan menjaga aliran darah tidak berbalik kembali
6. Obat Statin
Jika kadar kolesterol pasien sangat tinggi, dokter mungkin juga akan
memberikan obat untuk menurunkannya dan menyarankan pasien
untuk menerapkan pola makan yang sehat. Hal ini penting untuk
mencegah terjadinya penyakit jantung lain, misalnya , yang
akan memperburuk gejala penyakit katup jantung.
2.1.5.2 Intervensi non bedah
1. Percutaneous Tranvenous Mitral Commisurotomy
Tindakan intervensi non bedah (intervensi perkutan) dengan metode
balonisasi dari kelainan katup jantung yang ditujukan terutama pada
katup yang mengalami penyempitan atau stenosis seperti stenosis
mitral, stenosis pulmonal, stenosis aorta dan stenosis tricuspid.
2. Valvuloplasty
Valvuloplasti adalah operasi untuk memperbaiki katup jantung
yang sudah menyempit. Prosedur ini disebut juga sebagai balloon
valvuloplasty atau penggantian katup jantung ballon valvotomy.
Valvuloplasti dilakukan apabila seseorang mengalami penyakit
jantung yang ditandai dengan penebalan lipatan . Saat mengalami
kondisi ini, katup bisa saling menempel dan kaku, sehingga
mengakibatkan stenosis. Akibatnya, katup jantung tidak dapat
terbuka lebar dan aliran darah pun berkurang.

2. Annuloplasty
Annuloplasty adalah prosedur yang dilakukan untuk menguatkan
atau mengencangkan cincin (annulus) di sekeliling katup jantung.
Operasi ini dapat dilaksanakan bersama dengan prosedur lain
untuk memperbaiki kelainan katup jantung. Misalnya, katup
jantung yang bocor. Annuloplasty melibatkan pemasangan alat
berbentuk seperti cincin di sekitar katup jantung. Dengan ini,
bentuk dan fungsi katup jantung yang bocor diharapkan bisa
diperbaiki sehingga fungsinya kembali normal.

2.1.5.3 Intervensi Bedah


Replacement katup
Jika katup tidak dapat diperbaiki, maka akan diganti dengan katup yang
baru. Katup baru dijahit di tepi jaringan dari katup asli. Terdapat
beberapa jenis katup yang digunakan yaitu
a. Katup biologis
Berasal dari katup manusia atau hewan. Katup hewan biasanya dari
babi atau sapi, dipasang diatas logam yang ditutupi kain atau rangka
plastik agar mudah disisipkan. Katup manusia berasal dari donor
jantung dan bisa dijahit langsung.
b. Katup mekanik
Memiliki beberapa kelebihan karena bertahan lebih lama. Namun
bekuan darah bisa terjadi pada bahan sintetiknya sehingga
memerlukan obat anti koagulan. Indikasi penggantian katup adalah
stenosis dengan gradien >50 mmHg atau regurgitasi dengan gejala
berast yang tidak mampu diterpi dengan medikamentosa atau terjadi
hipertensi pulmonal. Kebanyakan penggantian katup jantung terjadi
pada katup aorta dan mitral.

2.1.5.4 Elektrikal
Pada kasus penyakit katup jantung kadang timbul komplikasi seperti
atrial ekstrasistol, PVC dan VT, VF. Adapun untuk penatalaksanaan
dilakukan defibrilasi dan cardioversi. Defibrilasi merupakan sebuah cara
yang tepat untuk mengembalikan normalitas jantung dengan memberikan
energi secara asinkronise pada kasus VT tanpa nadi dan VF. Cardioversi
adalah prosedur medis untuk mengembalikan detak jantung abnormal ke
ritme yang normal secara sinkronized.

2.2 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Identitas pasien :
a. Nama Pasien
b. Tanggal lahir Pasien
c. Alamat
d. Agama
e. Suku
f. Jenis Kelamin
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Faktor risiko dan faktor pencetus
e. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
f. Riwayat sosial ekonomi
g. Kebiasaan sehari-hari

2. Pemeriksaan fisik
a. Mata: konjungtiva, sklera
b. Leher: JVP, bising arteri karotis (-)
c. Kulit Turgor kulit kembali setelah 3 detik
d. Thorak
Paru
1) Inspeksi: terdapat edema, petekie, frekuensi nafas, irama
2) Palpasi: vocal fremitus tidak sama
3) Perkusi redup
4) Auskultasi apakah terdapat suara nafas tambahan, pericardial friction
rub, ronchi, crackles
e. Jantung
Tekanan darah, nadi
1) Inspeksi, iktus kordis tampak
2) Palpasi
3) Perkusi : redup
4) Auskultasi : murmur, gallop
f. Abdomen
1) Inspeksi perut : kesimetrisan
2) Palpasi : tanda hepatomegali, ascites
3) Perkusi tympani
4) Auskultasi bising usus

g. Genetalia
h. Ekstermitas: Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada
gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi
kelemahan otot. Terdapat edema, kelembaban udara.
Data fokus pengkajian
a. Regurgitasi Mitral
1) Palpitasi jantung (berdebar)
2) Nafas pendek
3) Batuk akibat kongesti paru pasif kronis
4) Denyut nadi mungkin kadang tidak teratur akibat ekstra systole/
fibrilasi atrium yang bias menutup selamaya
5) Pada pemeriksaan auskultasi : bising sepanjang fase systole
6) Pada pemeriksaan elektrokardiogram ; pembesaran atrium kiri,
irama sinus normal, fibrilasi atrium hipertropi atrium kiri
7) Pada pemeriksaan radiogram dada : pembesaran atrium kiri,
pembesaran vertikal kiri, kongesti vaskuler paru-paru dalam
berbagai derajat.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi
otot jantung, preload dan after load.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi sekunder terhadap backward failure hipertropi left
atrium, ventrikel kiri.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.

2.2.3 Rencana Keperawatan


Tujuan yang diharapkan :
1. Curah jantung adekuat sesuai kebutuhan pasien
2. Komplikasi dapat dicegah atau diatasi
3. Pasien mengerti tentang proses/ prognosis/ pengobatan penyakit
katup jantung

Perencanaan sesuai standar SDKI


1. Berikan posisi semifowler
2. Berikan lingkungan aman dan nyaman
3. Berikan Oksigen sesuai indikasi
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
6. Jelaskan tujuan, efek obat, efek samping dari obat-obatan yang
diberikan
7. Monitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, warna
8. Ukur keseimbangan cairan masuk dan keluar dalam 24 jam
9. Berikan cairan sesuai kebutuhan
10. Auskultasi paru : adanya suara nafas tambahan
11. Auskultasi pulsasi apeks, nilai denyut jantung, irama
12. Monitor dan catat suara jantung
13. Monitor pulsasi perifer
14. Monitor JVP
15. Monitor ukuran lingkar perut (ascites)
16. Monitor warna kulit, kelembaban, cyanosis dan temperatur
17. Monitor EKG : aritmia
18. Berikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari
19. Berikan makanan sedikit tapi sering
20. Kolaborasi dengan ahli gizi
21. Monitr nilai laboratorium
22. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berlebihan

Evaluasi
1. Proses dan hasil
2. Proses: setiap tindakan lakukan evaluasi langsung
3. Hasil : tujuan yang diharapkan

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan


3.1.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Tanggal lahir : 12 November 1957
Alamat : Banjar, Banjarmasin Kalimantan Timur
Agama : Islam
Suku : Banjar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 26 Juni 2022
Tanggal Pengkajian : 26 Juni 2022
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri (score : 6 )
P : Penyebab : Saat berjalan lebih dari 500 meter dan Beraktivitas
Q : Quality : Nyeri tumpul (Thypical Chest Pain)
R : Region/Radiasi : Di dada sebelah kiri, tidak menyebar
S : Skala Seviritas : Numerik Rating Scale (NRS) Score (6)/Sedang
T : Timing : Saat beraktivitas dan berolahraga terasa nyeri jika
sudah lama, nyeri di rasakan secara bertahap,
muncul durasi 3-4 x saat aktivitas
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, TD:
154/ 76 mmHg, tetapi tidak minum obat. Pasien pernah berobat dan
didiagnosa penyakit jantung (lupa diagnosa) dan pasien tidak kontrol.
Sekitar 2 tahun yang lalu pasien pernah merasakan nyeri dada, tetapi
diabaikan. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh nyeri dada dirasakan
berulang saat beraktivitas maupun istirahat. Lalu pasien berobat di
Rumah Sakit Ciputra Banjarmasin, dilakukan pemeriksaan
echocardiography dan corangiography dengan hasil 3 VD dan MR Mild.
Kemudian pasien dirujuk ke JHC untuk dilakukan pemeriksaan atau
tindakan lanjutan.
4. Faktor Risiko
Pasien memiliki riwayat merokok dan baru berhenti merokok sejak 2
bulan yang lalu. Pasien suka makan-makanan yang berminyak dan
bersantan. Pasien jarang berolahraga. Keluarga tidak memiliki riwayat
penyakit jantung. Pasien Mengatakan tidak rutin minum obat anti
hipertensi. Pasien bekerja di perusahaan unit kerja perkantoran.
5. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Pasien tidak
pernah minum alkohol, namun semenjak SMA pasien mulai merokok. Di
rumah pasien jarang berolahraga.
6. Pola aktivitas latihan
Kemampuan dalam perawatan diri, pasien mandiri. Pasien tidak
menggunakan alat bantu. Pasien mengatakan saat aktivitas berdiri terlalu
lama cepat Lelah dan nyeri dada kadang-kadang.
7. Pola Nutrisi dan Metabolik di RS
Pasien mengatakan diet rendah garam dan rendah kolesterol.
Pasien makan sehari 3x.
Nafsu makan : normal
Berat badan stabil : 60 kg
Kesukaran menelan : tidak ada
Gigipalsu : tidak ada
Gigiompong : Bagian bawah ada 2
Jumlah cairan/minum : 1 liter /hari
8. Pola eliminasi
Kebiasaandefekasi (BAB): 1 kali/hari
Pola BABsaatini: dalambatas normal
Kebiaasan BAK : 4-5 x/Hari Jumlah 800 cc/hari
Warna Urin : kuning muda, Alat bantu kateter
9. Pola istirahat tidur di RS
Kebiasaan tidur pasien 6 -7 jam/malam hari, tidak pernah tidur siang
Nyenyak tidur : Ya
Masalah tidur: Tidak ada
10. Pola hubungan peran
Peran saat iniyangdijalankan :Sebagai ayah
Penampilan peran sehubungandengansakit: Digantikan dengan anak
kandungnya
Sistempendukung : Istri dan anaknya
Interaksi denganorang lain : Baik
Menutup diri : Tidak
Mengisolasi diri/diisolasioranglain : Tidak
11. Pola Keyakinan
Agamayang dianut :Katolik
Pantanganagama : Tidak ada
Nilai/keyakinan terhadap penyakit :Pasien yakin akan sembuh dengan
berobat
Distres Spiritual : Tidak ada
12. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum / Keadaan Umum : cukup
b. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,2 0C Nadi: 67x/mnt,
Tekanan darah: 154/76 mmHgRespirasi: 20 x/mnt
Tinggi badan: 166 cm Berat Badan : 60 kg
Pengkajian nyeri
P: nyeri saat aktivitas ringan dan kadang muncul saat istirahat
Q: panas, terasa seperti tertimpa benda berat
R : dada, menjalar ke lengan kiri dan tembus sampai ke punggung
S : skala 6 (NRS)
T : 2 bulan yang lalu mulai nyeri, lambat laun nyeri berulang semakin
sering saat aktivitas dan istirahat
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1) Kepala dan rambut
a) Bentuk Kepala : Bulat
b) Rambut : Beruban,
Penyebaran dan keadaan rambut : tidak merata
Warna : putih dan hitam
c) Warna kulit : sawo matang
2) M a t a
a) Kesimetrisan :
Simetris
b) Kelopak Mata ( Palpebra ) :
Tidak ada kelainan
c) Konjunctiva dan sclera :
Konjungtiva merah muda, ptechie (-), sclera ikterik (-),
d) Pupil :
Pupil isochor, 3mm/3mm, reflek cahaya (+/ +)
e) Kornea dan Iris :
Garis melingkar abu-abu pada kornea (-), iris normal
f) Ketajaman Penglihatan / Visus : *)
Tidak ada kelainan
g) Tekanan Bola Mata : *)
Normal
h) Eksopthalmus (-), gerakan bola mata simetris normal,
strabismus (-)
3) Hid u n g
Normal, pernafasancupinghidung (-)
4) Telinga
a) Bentuk Telinga : normal, simetris
b) Ukuran Telinga : normal
c) Lubang Telinga : normal
5) Mulut dan Faring :
Keadaan bibir normal dan lembab, gusi dan gigi normal, tidak ada
perdarahan, tidak ada caries. Keadaan lidah normal dan bersih.
6) L e h e r :
a) Posisi Trakhea : simetris
b) Tiroid : normal
c) Suara : normal
d) Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran
e) Jugularis Vena Pressure : 6 cm H2O
f) Denyut Nadi Coratis : teraba kuat, suara bruit (-)
g) Trachea : Tanda oliver (-), deviasi trakea (-)
d. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :
1) Kebersihan : Bersih
2) Kehangatan : Hangat
3) Warna : kuning langsat
4) Turgor : elastis, < 2 detik
5) Tekstur : halus
6) Kelembapan : lembab
e. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :
Bentuk normal, tidak ada benjolan pada payudara dan ketiak, tidak
ada nyeri.
f. Pemeriksaan Thorak / Dada :
1) Inspeksi Thorak
Bentuk Thorak : bentuk normal/ simetris, tidak ada
kelainan, dada cekung (-), dada cembung (-)
a) Pernafasan
Irama : teratur
b) Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tidak ada, tidak ada retraksi
intercostae
2) Pemeriksaan Paru
a) Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) kanan kiri normal
b) Perkusi : sonor (+/+)
c) Auskultasi
Suara nafas : vesikuler (+/+), Suara Ucapan : normal
Suara nafas tambahan : wheezing (-/-), rhonki (-/-), rales
(-/-)
3) Pemeriksaan Jantung
a) Inspeksi : bentuk dada normal
b) Palpasi : teraba ictus cordis di bagian sela iga 5 (kiri)
c) Perkusi :
Batas-batas Jantung :
Sebelahkanan : pekak di parasternal kanan
Sebelahkiri : pekak di mid clavicula ICS 5
Sebelah atas : pekak di ICS parasternal kanan dan kiri
Sebelahbawah:pekak di ICS 5 midcalvicula sinistra
d) Aukultasi
Bunyi Jantung I : normal, terdengar tunggal
Bunyi Jantung II : normal, terdengar tunggal
Bising/murmur : murmur sistolik di ICS 5 midclavicula
sinistra
Frekuensi Denyut Jantung : 75x/ mnt
4). Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk Abdomen : normal, simetris
Benjolan/massa : tidak tampak benjolan
b) Auskultasi
Peristaltik Usus : bising usus 12x /mnt
c) Palpasi
Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan /massa : tidak ada
Turgor kulit : normal
Tanda-tanda Ascites : tidak ada
Hepar : nyeri tekan (-), hepatomegali (-)
Lien : nyeri tekan (-), splenomegali (-)
d) Perkusi
Suara Abdomen : timpani
Pemeriksaan Ascites : tidak ada
5) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
Genetalia
Kebersihan baik, tidak mengalami kelainan pada alat kelamin
dan anus.
6) Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas)
a) Kesimestrisan otot : simetris
b) Oedema: tidak ada, baik ekstremitas bawah maupun atas
c) Kekuatan otot : normal 5 5
5 5
a) Kelainan pada ekstrimitas dan kuku : clubbing finger (-),
7) Pemeriksaan Neorologi
a) Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS :
Compos mentis, GCS 4 5 6
b) Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :Tidak ada
c) Fungsi Motorik :Tidak ada kelainan
d) Fungsi Sensorik :Tidak ada kelainan
e) Refleks :
a) Refleks Fisiologis : reflek patela (+)
b) Refleks Patologis : reflek babinski (-)
8) Pemeriksaan Status Mental
a) Kondisi emosi/Perasaan : pasien selalu mempertanyakan
kondisi kesehatannya.
b) Orientasi : pasien sadar baik
c) Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan,
perhitungan ) :baik
d) Persepsi : persepsi pasien baik
e) Bahasa : pasien berbicara dengan bahasa indonesia dengan
baik
3.1.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis
1. Laboratorium :
Hematologi rutin
Hb 15,7 13-16 g/dL
Hematokrit 51.2 40-48%
Leukosit 7770 5000-10000 uL
Trombosit 153.000 150.000-400.000 uL
PCV 93 80-95 fL

Protrombin Time 10.0 9,8 – 12,6 detik


INR 10.08
APTT 35,1 31.0 – 47.0 detik
Glukosa sewaktu 98 < 140 mg/dL
Ureum 23 13 – 43
Creatinin 1.07 0.6- 1.2 mg/dL
HbSAg Negatif Negatif
Anti HCV Negatif Negatif
Anti HIV Negatif Negatif
SGOT 31 < 50 u/L
SGPT 18 < 50 u/L
Albumin 5,29 3.4- 4.8
Gol darah O rhesus +

2. Rontgen :
Hasil thorak foto : Cor: CTR > 50%, apek bergeser ke latero
kaudal. Elongasi dan kalsifikasi arkus aorta. Kedua hilus tidak
melebar. Sinus costofrenicus masih lancip
Kesimpulan cardiomegali dengan elongasi dan atherosklerotik
arkus aorta. Tidak tampak gambaran kongesti pulmonal.
3. EKG
Hasil EKG :
a. Irama : Sinus Arytmia
b. Heart rate : 83 x/i
c. Gel P : Normal (0,12 detik) di ikuti Komplek QRS
d. PR Interval : Normal (0,20 Detik)
e. Komp. QRS : Normal (0,12) Sempit
f. Hypertropi : Tidak Ada
g. ST Elevasi : Tidak Ada
h. ST Depresi : Lead I, AVL, V5 (Lateral)
i. Tanda2 Lain : Terdapat VES di lead I, II, II, AVL, AVF
j. Kesimpulan : Sinus Arytmia dengan ST depresi lateral

4. Echocardiography :
a. Deskripsi
Dimensi ruang jantung dalam batas normal
LVH (-)
Hipokinetik di segmen anterior setinggi basal s.d mid,
segmen lain normokinetik
Fungsi sistolik LV baik dengan LVEF 67% (Teicholz)
Fungsi diastolik LV menurun dengan E/A 2.2
Fungsi sistolik RV baik
Katup-katup jantung :
Mitral valve : Mild MR, MS (-)
Trikuspid Valve : TR (-), TS (-)
Aortic Valve : AR (-), AS (-)
Pulmonal Valve : PR (-), PS (-), PH (-)
Vegetasi (-), LV SEC (-), trombus (-)
Pericardial effusion (-), Pleural effusion (-)
Kesimpulan : IHD, Disfungsi Diastolik Grade II
Mild MR

5. Corangiography ( 27Juni 2022)


Left Main Stem (LMS) : Stenosis 50% di distal
(calcified)
Left Anterior Desendent (LAD) : Stenosis 50-90% di ostel-
proksimal (calcified)
Left Circumflex (LCx) : Stenosis 60% di proksimal
Right Coronary Artery (RCA) : Diffuse disease proksimal-
distal, maks stenosis 90%
Kesimpulan : LMS / 3 Vessel Disease
6. Lain – lain : -

3.1.8 Terapi
1. Provital 2 x 1 tablet
2. Cedocard 5 mg S.L kalau perlu
3. Atorvastatin 1x20 mg
4. Microlac 1 tube
5. Chest fisioterapi
6. Latihan spironometri
7. Hasil konferen kardiac :
Pro operasi CABG , LIMA ---- LAD , SVG ---- OM , SVG
----- RCA Distal
Tanggal operasi 4/ 11/ 2021
Asisten Operasi dr. Gusti Reza Sp. BTKV
Kebutuhan darah: PRC 450 cc, FFP 1 unit
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Analisa Data

Data Penunjang Analisa Masalah


DS : Pasien mengatakan nyeri dada Gangguan rasa Gejala penyakit
berulang nyaman
DO :
P: nyeri saat aktivitas ringan dan kadang
muncul saat istirahat
Q: panas, terasa seperti tertimpa benda
berat
R : dada, menjalar ke lengan kiri dan
tembus sampai ke punggung
S : skala 6 (NRS)
T : 2 bulan yang lalu mulai nyeri, lambat
laun nyeri berulang semakin sering saat
aktivitas dan istirahat
HR : 67 x/mnt
Gelisah (-)
Tampak meringis (+)

DS : Pasien mengatakan akhir-akhir Risiko Perubahan


mudah lelah saat berdiri dan berjalan > penurunan curah kontraktilitas
dari 500 Meter jantung Perubahan afterload
DO :
Sesak (-), RR : 20x/mnt
Batuk (-)
Palpitasi (-), EKG : OMI anterior dan
inferior
TD : 154/ 76 mmHg
Nadi : 67 x/mnt, nadi perifer teraba kuat
MAP : 102 mmHg
Murmur sistolik (+)
Akral hangat, kulit pucat (-)
Edema (-)
Distensi vena jugularis (-)
JVP 6 cmH2O
CRT <3 dtk
EF : 61%
Echo: IHD (Ischemic Heart Disease),
Mild MR
Hipokinetik anterior
Thorak Foto : Cardiomegali , CTR
>50%
Corangiography: LMS / 3 VD (calcified
vessel)
Kesadaran compos mentis
Hasil lab:
Hb: 15,7 g/dL
Ht: 51,2
Kadar gula darah: 98
Kalium : 4,59
Natrium :141,2
SpO2 : 98 %
JVP : 6 cmH2O

DS: Pasien mengatakan belum paham Kesiapan


sepenuhnya tentang penyakitnya peningkatan
DO: manajemen
TD: 154/ 76 mmHg kesehatan
Nadi 67 x/mnt
Hasil EKG: OMI anteroseptal dan
inferior
Hasil Corangiography: LMS/ 3 VD
(calcified vessel)
Hasil Thorax foto : Cardiomegaly
Hasil Echo : IHD, Mitral regurgitasi
Mild
3.2 Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Tn T
Umur : 64 tahun
No. Reg. : 05.09.03

1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


kontraktilitas.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit d.d pasien sering
bertanya tentang penyakitnya, tampak gelisah
3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan ditandai dengan pasien belum
paham penuh tentang penyakitnya, hasil Echo: Mitral Regurgitasi, Thorak
Foto: Cardiomegali, EKG: Sinus Arytmia dengan ST depresi lateral
No Hari/Tgl Diagnosa Tujuan Dan Kriteria RencanaKeperawatan Rasional
Kep Hasil
1 Rabu, 3 Risiko Setelah dilakukan Tindakan Observasi
Sep 2022 penurunan keperawatan selama 6 jam 1. Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung
curah jantung curah jantung pasien adekuat
KH:
(meliputi dispnue, kelelahan, edema, ortopnue, paroxymal nocturnal 1. Untuk mengetahui
1. Komplikasi dapat dyspnue, peningkatam CVP) apakah ada
dicegah/ diatasi 2. Identifikasi tanda atau gejala skunder penurunan curah jantung Tandatanda gejala
2. RR 12-20 x/mnt (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, primer penurunan
3. Suara nafas palpitasi, ronkibasah, oliguria, batuk,kulitpucat)
4. Aktifitas mencapai batas curah jantung
normal
3. Monitor tekanandarah 2. Untuk mengetahui
5. Kekuatan nadi perifer 4. Monitor intake dan output cairan tanda dan gejala
meningkat 5. Monitor Saturasioksigen skunder penurunan
6. EF Terapeutik curah jantung
tidakmengalamipenuruna 6. Posisikanpasien semi fowler atau fowler dengar kaki
n 3. Memantau
7. Palpitasitidakterjadi
kebawahatauposisinyaman perubahan tekanan
8. Bradikarditidakterjadi 7. Berikan diet jantung yang sesuai darah
9. Tachicardytidakterjadi 8. Berikanterapirelaksasiuntukmengurangistresjikaperlu 4. Mengetahui berapa
10. Suara jantung BJ 1 dan 2 9. Berikandukunganemosional dan spiritual banyak cairan yang
tunggal 10. BerikanoksigenuntukmempertahankanSaturasioksigen>94%
11. EKG tidak ada gambaran masuk dan keluar
jikaperlu 5. Kebutuhan oksigen
aritmia / sinus rhytm
12. Pasien tidak pucat Edukasi terpenuhi
13. Tensi :membaik 11. Anjurkanberaktivitasfisiksesuaitoleransi 6. Agar Pernapasan dan
14. Nadi 60-100 x/mnt 12. Anjurkanberaktivitasfisiksecarabertahap kenyamanan pasien
15. Nyeri dada berkurang 13. Ajarkanpasien dan keluargauntukmengukur intake dan output
16. Tekanan nadi kuat
dapat dipertahankan
cairanharian 7. Menjaga asupan
17. SpO2 >95%
18. CRT < 3dtk Kolaborasi nutrisi yang tepat
19. Balance cairan seimbang 14. Rujukke program rehabilitasijantungjikaperlu bagi pasien
20. Pasien mengerti tentang 15. Berikan vitamin kalua perlu 8. Mengalihkan
proses/ prognosis/ 16. Operasi CABG 3VD
pengobatan penyakit
perhatian pasien dari
jantung hal yang membuat
dia stress
9. Pasien
dapatbersemangat
dan selaluberpikiran
positif
10. Agar kebutuhan
oksigen pasien
terpenuhi

11. Membatasi kinerja


yang dapat
memperberat kondisi
12. Melatih kemampuan
secara bertahap
13. Mengetahui jumlah
cairan yang masuk
dan keluar secara
mandiri
14. Untuk membantu
pemulihan secara
lebih maksimal
15. Vitamin membantu
pemulihan
16. Meningkatkan
Vaskulerisasi koroner

N Hari/ Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil RencanaKeperawatan Rasional


o Tgl Kep
2 Rabu, 3 Gangguan rasa Setelah dilakukan Tindakan 1 Observasi 1. Pemantauandiperlukanuntukmenunjangkeberhasilan
Sep 2022 nyaman keperawatan selama 12 jam nyeri a. Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, a. Sumbernyeridapatdiidentifikasi
pasien berkurang frekuensi, kualitas dan intensitasnyeri b. Tingkat nyeripasiendapatdiketahui (ringan,
KH: b. Identifikasiskalanyeri sedang dan berat)
Nyeri berkurang dengan skala< 3 c. Identifikasiresponnyeri non verbal c. Penilaianperubahan status nyerisecaraobyektif
(NRS) d. Monitor efeksampingobat d. Meminimalisirefeknegatifedaripemakaiananalget
Meringis (-) 2. Terapiutik nursing ik
Gelisah (-) a. Berikantekniknon farmakologi (nafasdalam) 2. Terapikeperawatan
Sulit tidur (-) b. Kontrollingkungan(suhu, pencahayaan, bising ) a. Alternatifterapiselainpemakaian analgetic
3. Edukasi : b. Kenyamananpasiendapatterpenuhi
a. Penyebab, periode dan pemicu 3. Pendidikan kesehatan
b. Penggunaananalgetiksecaratepat a. Pasienmemahamipenyebab, periode dan
c. Ajarkantekniknonfarmakologisuntukmengurangi pemicutimbulnyanyeri
rasa nyeri b. Penggunaanobatsesuaidengandosis yang
4. Kolaborasi : telahditentukandokter
Pemberiananalgetik, jikaperlu c. Secaramandiripasiendapatmenerapkantekniknonf
armakologidenganbenar
4. Menurunkantingkatnyeripasien

No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil RencanaKeperawatan Rasional


3 Rabu, 3 Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan Tindakan Edukasi program terapi Edukasi program terapi
Sep 2022 manajemen kesehatan keperawatan selama 1x 24 jam 1. Observasi Pemantauan
pasien mampu mengatur dan a. Identifikasi kesiapan menerima informasi a. Melihatkesiapanpasiendalammenerimainformasi
mengintegrasikan penanganan b. Identifikasi pengetahuan pengobatan yang b. Pasienmengethaui program terapi yang
masalah Kesehatan dalam direkomendasikan telahdiberikan
kehidupan sehari-hari 2. Nursing Terapiutik Nursing terapiutik
KH: a. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai Informasi yang diberikanlebih optimal
1. Melakukan Tindakan kesepakatan c. Support sistem yang baik, program
untuk mengurangi factor b. Berikandukungan untuk menjalani program terapiberjalandenganbaik
risiko meningkat pengobatan yang baik dan benar d. Memberikesempatanpasienmengeksplorasisejauh
2. Menerapkan program c. Berikan kesempatan untuk bertanya mana pemahamanpasiententanginformasi
perawatan d. Libatkan keluarga untuk e. Dukungankeluargapentinguntukpengobatan dan
3. Aktivitas hidup efektif memberikan dukungan pada pasien perawatanpasien
memenuhi tujuan selama pengobatan/ perawatan Pendidikan kesehatan
kesehatan 3. Edukasi a. Pemahamanpasienakankondisipenyakitmeningkat
4. Verbalisasi kesulitan a. Jelaskanpenyebab dan faktorrisikopenyakit b. Pemahamanpasienterhadap proses
dalam menjalani program b. Jelaskan proses penyakitmeningkat
perawatan berkurang patofisiologimunculnyapenyakit c. Optimalisasi program pengobatandapatterealisasi
c. Jelaskantanda dan gejala yang ditimbulkan oleh d. Pasiendapatsecaramandirimemahamigejalayang
penyakit muncul dan
d. Jelaskankemungkinanterjadinyakomplikasi meminimalkanefeksampingintervensi
e. Ajarkancaramengatasigejala yang dirasakandan e. Informasikondisi actual
carameminimalkanefeksampingdariintervensi/ meningkatkankepuasanpasien
pengobatan f. Deteksidiniterhadapmasalah dan
f. Informasikankondisipasiensaatini segeradilakukantindakan
g. Anjurkanmelaporjikatanda dan
gejalamemberatatautidakbiasa
3.4 Implementasi
Tanggal Dx. Implementasi Paraf
Jam Keperawata Nam
n a
3 Agustus Resiko Observasi Disi
2022,
penurunan nama
10.30
curah jantung
WIB 1. Mengidentifikasitandaataugejala primer
penurunancurahjantung (meliputidispnue,
kelelahan, edema, ortopnue, paroxymal nocturnal
dyspnue, peningkatam CVP)

Hasil :
Pasien tampak lelah, sesak (-), RR: 20 x/mnt,
edema (-), peningkatan CVP (-)

2. Mengidentifikasitandaataugejala
sekunderpenurunancurahjantung
(meliputipeningkatanberat badan, hepatomegali,
distensi vena jugularis, palpitasi, ronkibasah,
oliguria, batuk,kulitpucat)

Hasil :
BB = 60kg, hepatomegaly (-), distensi vena
jugularis (-), palpitasi (-), ronkhi basah (-), batuk
(-),

3. Memonitortekanandarah

Hasil :
TD : 150/70 mmHg

4. Memonitor intake dan output cairan

Hasil :
Intake : 400 cc
Output : 300 cc, warna kuning
5. MemonitorSaturasioksigen

Hasil :
Saturasioksigen : 96 %

Terapeutik

6. Memposisikanpasien semi fowler atau fowler


dengan kaki kebawahatauposisinyaman

Hasil :
Posisisemifowler: 45 derajat

7. Memberikan diet jantung yang sesuai

Hasil :
Diet rendah garam

8. Memberikanterapirelaksasiuntukmengurangistres

Hasil :
Pasien terlihat tenang

9. Memberikandukunganemosional dan spiritual

Hasil :
Pasien mengatakan siap untuk menjalani operasi,
pasien tampak tenang
Edukasi

10. Menganjurkanberaktivitasfisiksesuaitoleransi
Hasil :
Setiap ke kamar mandi pasien melapor ke
petugas, pasien dilarang mengejan saat BAB

11. Menganjurkanberaktivitasfisiksecarabertahap

Hasil :
MelakukankegiatandenganbantuanPerawat

12. Mengajarkanpasien dan keluargauntukmengukur


intake dan output cairanharian

Hasil :
Pasien dan
keluargadapatmelakukanpengukuransecaramandi
ri
Kolaborasi

13. Merujukke program rehabilitasijantungjikaperlu

Hasil :
Pasienakanmengikuti program
rehabilitasijantungsetelahtindakanoperasi CABG
14. Memberikan vitamin provital 1 tablet
Hsail
Pasienmerasalebihbugar
15. Berkolaborasidalamrencanatindakanoperasi
CABG
Hasil
Pasiensetujudilakukanoperasi dan
memahamimanfaatoperasi
3/08/2022 Gangguan rasa Observasi
Jam
nyaman
10.30WI
B
1. Mengidentifikasilokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitasnyeri

Hasil :

P: nyerisaataktivitasringan dan
kadangmunculsaatistirahat
Q: panas, terasa seperti tertimpa benda berat
R : dada
S:6
T :berulangsaataktivitas dan istirahat

2. Mengidentifikasiskalanyeri

Hasil :
Skala Nyeri : 6

3. Mengidentifikasiresponnyerinonverbal

Hasil :
Gelisahberkurang, wajah rileks

4. Mengidentifikasifaktor yang memperberat dan


memperingannyeri

Hasil :
Jika beraktivitas dan istirahat

Terapeutik
5. Memberikanteknik non
farmakologisuntukmengurangi rasa nyeri

Hasil :
Teknik relaksasinafasdalam

6. Mengontrollingkungan yang memperberat rasa


nyeri
Hasil :
Batasikunjungan dan privasi

7. Memfasilitasiistirahat dan tidur

Hasil :
Pasiendapatberistirahat

Edukasi

8. Menjelaskanpenyebab, periode dan pemicunyeri

Hasil :
Pasienmengertipenyebab, periode dan pemicunyeri

9. Menjelaskan strategi meredakannyeri

Hasil :
Pasienmengerticarameredakannyeri

10.Menganjurkanmemonitornyarisecaramandiri

Hasil :
Pasiendapatmemonitornyerinyasecaramandiri

11.Mengajarkanteknik non
Farmakologiuntukmengurangi

Hasil :
Pasiendapatmelakukanteknikrelaksasinafasdalam

Kolaborasi
12. Berkolaborasipemberiananalgetikjikaperlu

Hasil :
Paracetamol 500 mg (tablet) jikaperlu

3/08/2022 Kesiapan Observasi


Jam
peningkatan
12.30
WIB manajemen
1. Mengidentifikasikesiapan dan
kesehatan kemampuanmenerimainformasi

Hasil :
Pasien dan keluarga koperatif

2. Mengidentifikasifaktorfaktor yang
dapatmeningkatkan dan
menurunkanmotivasiperilakuhidupsehat

Hasil :
Pasien dan keluargakoperatif

Terapeutik

3. Menyediakanmateri dan media


pendidikankesehatan

Hasil :
Pasien dan keluargakoperatif

4. Memberikankesempatanuntukbertanya

Hasil :
Pasien dan keluargakoperatif

Edukasi

5. Menjelaskan proses penyakit, prognosis dan


faktorresiko yang dapatmempengaruhikesehatan
dan terapipengobatan

Hasil :
Pasien dan keluargakooperatif dan memahamiapa
yang disampaikanperawat
6. Mengajarkanperilakuhidupsehat

Hasil :
Pasien dan keluargakoperatif

7. Mengajarkan strategi yang


dapatdigunakanuntukmeningkatkanperilakuhidupse
hat

Hasil :
Pasien dan keluargakoperatif

3.5 Evaluasi (Catatanperkembangan)

No Dx.Kep Tanggal Evaluasi Paraf


Nama
1 3/08/2022
15.00 WIB
S : Pasien mengatakan rasa lelahberkurang
O:

1. Kesadarancomposmentis
2. TD : 142/ 76 mmHg
3. Nadi :75 x/mnt, nadikuat
4. Akralhangat
5. CRT < 2dtk
6. EF : 61%
7. Gambaran EKG : OMI anteroseptal, inferior
8. Edema (-)
9. Distensi vena jugularis (-)
10. PND (-)
11. Batuk (-)
12. Murmur sistolik (+)
13. Echo: Ischemia Heart Disease (IHD), Mild
MR
14. Hipokinetik anterior
15. ThorakFoto :Cardiomegali , CTR >50%
16. Corangiography: LMS / 3 VD (calcified
vessel)

A : Intake output

Masalahteratasisebagian

P:
Intervensiditeruskan
2 3/08/2022
15.00 WIB
S :Pasienmengatakannyeri dada berkurang
O:

P :masihadasedikittidaknyaman di dada saatmakan,


miring kanan dan miring kiri
Q: rasa panas berkurang
R : dada
S : skala2
T : hilangtimbul
HR : 75 x/mnt
Gelisah (-)
Tampak meringis (-)

A :Masalahteratasisebagian
P :Intervensiditeruskan

3 3/08/2022
S : Pasien mengatakan memahami apa yang sudah
15.00 WIB disarankan perawat dan bersungguh sungguh ingin
menjalani prosedur terapi secara benar
O:
Pasien tampak tenang
Pasien bisa menjawab 70% pertanyaan
A : Masalah teratasi sebagian
P :Intervensidilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus kelompok disini pasien mengalami coronary artery disease (CAD) atau
terjadi infark miokard. Pasien atas nama Tn. T dengan usia 64 tahun di diagnosa MR
Mild. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berulang. Hasil
Echocardiografi didapatkan MR Mild. Pemeriksaan penunjang thorak foto
menunjukkan CTR > 50%, Cardiomegali. Sedangkan dari hasil PCI menyimpulkan
adanya 3 vessel disease, yaitu Left Main Stem (LMS), terdapat stenosis 50% di distal
(calcified), Left Anterior Desendent (LAD) terdapat stenosis 50-90% di ostel-
proksimal (calcified), Left Circumflex (LCx) terdapat stenosis 60% di proksimal,
Right coronary Artery (RCA) terdapat diffuse disease proksimal-distal, maks
stenosis 90%.
Coronary artery disease menyebabkan komplikasi mekanik yang dapat berujung pada
kelainan-kelainan atau disfungsi katup jantung. Dalam hal ini regurgitasi katup
jantung (MS Thaler, 2013). Angka kejadian tersering adalah regurgitasi katup
mitral.Adanya Infark miokard berakibat ruptur muskulus papilaris dan corda
tendinaedan dapat diakibatkan karena terjadi dilatasi pada annulus sehingga
menyebabkan regurgitasi katup mitral.
Regurgitasi mitral iskemi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada remodelling
patologis global atau regional ventrikel kiri akibat penyakit jantung koroner kronis.
Mitral regurgitasi iskemia bersifat dinamis, keparahannya dapat bervariasi sesuai
dengan kondisi hemodinamik. Baik tingkat keparahan regurgitasi mitral iskemi dan
komponen dinamisnya memperburuk prognosis (Pierard, A, etc. 2010).
Kasus kelolaan kelompok berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Susilo pada tahun 2015 di RSD dr Soebandi Jember,
yang menunjukkan bahwa penderita infark miokard dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak (16 orang) dan perempuan sebanyak (4 orang).Hal ini disebabkan oleh
karena laki-laki mempunyai faktor resiko lebih besar dibandingkan perempuan.
Sesuai dengan teori mengenai jenis kelamin, faktor risiko pada laki-laki lebih tinggi
dari perempuan, terutama pada perempuan sebelum menopause. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya estrogen yang bersifat protective pada perempuan namun setelah
menopause insidenspenyakit jantung koroner meningkat dengan cepat dan sebanding
dengan insidens pada laki-laki. Menurut cleveland clinic, 2021 bahwa estrogen sangat
berperan dalam setiap jaringan dan organ setiap wanita termasuk jantung dan
pembuluh darah dengan manfaat meningkatkan HDL, menurunkan LDL dan
mempengaruhi sistem kardiovaskuler.
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh American Heart Association pada tahun 1994
mengenai hubungan antara jenis kelamin dan umur sebagai faktor resiko penyakit
kardiovaskuler yang dikaitkan dengan penyakit jantung koroner diungkapkan bahwa
pada kedua kelompok jenis kelamin, peningkatan risiko penyakit jantung koroner
makin bertambah seiring pertambahan usia seseorang.
Hasil penelitian Mawarni, dkk (2015) yang berjudul gambaran kelainan katup jantung
pada pasien infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1
Januari 2015-31 Desember 2015 didapatkan 20 kasus (90,9%) NSTEMI dan 2 kasus
(9,1%) STEMI. Lokasi infark terbanyak yaitu inferior sebanyak 10 kasus (45,5%),
didapati kelainan katup terbanyak yaitu kombinasi sebanyak 16 kasus (72,7%), dengan
derajat terbanyak yaitu MR mild 5 kasus (55,6%), PR mild 5 kasus (55,6%) dan TR
mild sebanyak 3 kasus (33,3%) pada pasien NSTEMI, yang didominasi oleh pasien
laki-laki (54,5%), usia 56 – 66 tahun (40,9%), yang memiliki 4 faktor resiko mayor
(59,1%). Berdasarkan hasil penelitian oleh Grasso ditemukan 13-45 % kasus infark
miokard inferior mengalami MR dengan derajat mild.
Sedangkan berdasar klasifikasi ACC/AHA 2020 Kasus kelolaan kelompok tergolong
pada MR sekunder kronis, daun katup biasanya normal dan sedikit melebar.
Sebaliknya MR dikaitkan dengan disfungsi LV berat yang disebabkan CAD (MR
sekunder kronis iskemik). LV yang abnormal dan melebar menyebabkan perpindahan
otot papiler yang pada gilirannya terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan
pelebaran annular yang mencegah koaptasi. MR sekunder juga dapat berkembang
karena pelebaran atrium kiri dan pembesaran annulus mitral yang sering terjadi AF
dan kardiomyopati.
Berdasarkan kasus kelolaan kelompok terdapat kesesuaian dengan hasil penelitian
bahwa Mitral Regurgitasi dapat terjadi pada pasien CAD dikarenakan adanya infark
miokard yang menyebabkan ruptur muskulus papilaris dan corda tendinae dan dapat
diakibatkan karena dilatasi annulus.
Sesuai dengan kasus diatas kelompok mengangkat diagnosa risiko penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan penunjang, didapatkan adanya cardiomegali pada thorax foto, hipokinetik
segmen anterior setinggi basala sampai mid, fungsi diastolik LV menurun. Pada
pemeriksaan EKG didapatkan hasil OMI anteroseptal dan inferior.
Penelitian di dalam European Journal of Cardiology, dikatakan bahwa infark inferior
menyebabkan kelainan katup kombinasi yaitu MR dan TR, dengan adanya ruptur
chordae tendinea menyebabkan regurgitasi katup mitral, akibatnya terjadi penurunan
COP (Cardiac Output) karena darah yang dipompa dari ventrikel menuju katup aorta
kembali ke atrium kiri, akibatnya jantung melakukan reaksi kompensasi untuk
meningkatkan kontraktilitas dari ventrikel kiri agar dapat memompa darah yang
mengandung O2 demi memenuhi kebutuhan otot jantung, namun tidak seimbang
dengan pasokan O2 akibat sumbatan parsial maupun total di arteri koroner kanan,
dengan demikian ventrikel kiri mengalami hipertrofi yang mengakibatkan peningkatan
tekanan di ventrikel dan atrium kiri.
Selain itu kelompok mengangkat diagnosa keperawatan tentang gangguan rasa
nyaman dan kesiapan peningkatan manajamen kesehatan. Gangguan rasa nyaman pada
pasien ini dipengaruhi faktor fisik berupa respon nyeri berulang karena ischemia
miokard. Kondisi tersebut tentunya mempengaruhi psikologis pasien terkait gejala
penyakitnya. Sesuai hasil pengkajian, pasien tampak kooperatif saat proses pelayanan
keperawatan dan merespon dengan baik sehingga kelompok mengangkat diagnosa
kesiapan peningkatan manajemen kesehatan yang bertujuan untuk pengelolaan
masalah penyakit secara optimal dan dapat menerapkan program perawatan dengan
baik sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga.
Tetapi untuk pasien kelolaan kelompokterkait mitral regurgitasi tidak dilakukan
intervensi operasi karena tergolong mitral regurgitasi yang ringan (MR Mild) dengan
didukung oleh
1. Secara klinis, kondisi MR pasien berpengaruh secara signifikan dibuktikan
dengan suara murmur sistolik terdengar minimal.
2. Hemodinamik pasien yang stabil ditandai dengan tekanan darah 154/76
mmHg, MAP 102 mmHg, Pulse pressure 78 mmHg, CRT < 2 detik, Akral
hangat.
3. Hasil Echo : Mitral Regurgitasi Mild, EF 61 %
Dari. hasil cardiac conference diputuskan dilakukan Operasi CABG.Oleh karena itu
kelompok kami menekankan pada edukasi tentang proses penyakit, prognosa serta
program terapi dengan tujuan mempertahankan status kesehatan pasien, mengurangi
risiko komplikasi sehingga kualitas hidup pasien optimal.
Program edukasi kami berikan kepada pasien dan keluarga yang terdiri dari:
1. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik sesuai yang
direkomendasikan.
2. Menjelaskan program terapi dan tindakan selama yang akan dilakukan
terhadap pasien
3. Menganjurkan pasien untuk berperilaku hidup sehat diantaranya berhenti
merokok, mengatur pola makan (membatasi garam, lemak dan gula),
mengelola stress, mematuhi program terapi yang diberikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bahwa penyakit Mitral insufiensi atau regurgitasi bisa disebabkan karena


komplikasi CAD yang menyebabkan rupture corda tendinae dan muskulus
papilaris dan bisa juga disebabkan karena dilatasi annulus sehingga menyebabkan
regurgitasi katup mitral. Mitral regurgitasi mild tidak perlu dilakukan operasi
berupa repair maupun replacement. Mitral regurgitasi pada pasien Kelola anter
golong pada jenis MR sekunder kronis iskemik yang disebabkan CAD. Hal ini
mengakibatkan ventrikel kiri abnormal dan melebar yang menyebabkan
perpindahan otot papiler yang pada gilirannya terjadi penarikan leaflet (daun
katup) dengan pelebaran annular yang mencegah koaptasi.
Pada pasien kelolaan kelompok, intervensi keperawatan ditekankan pada masalah
Pendidikan Kesehatan sehingga pengelolaan MR ini bisa optimal, tidak muncul
komplikasi komplikasi lainnya dan kualitas hidup pasien meningkat.
5.2 Saran

Gangguan
Sesuai dengan diskusi kelompok untuk saran kasus yang ditemukan diharapkan
irama
untuk dapat ditindak lanjuti terkait dengan asuhan keperawatan pasien mitral
regurgitasi akibat CAD 3 vessel disease selama menjalani proses Tindakan
operasi CABG, asuhan keperawatan perioperative sampai dengan rehabilitas

PATHWAY KASUS

Hipertensi, Merokok, Kurang Olahraga, Usia Tn U 63

Aterosklerosi Ketidakstabi
Iskemia lan
Iskemia CAD
3 Vessel
Echo : MR mild, Hipokinetik segmen
Infark anterior, fungsi diastolik LV menurun,
OMI inferior Kontraktilit Corangiografi: LMS/3VD (calcified)
& as menurun EKG : OMI anteroseptal dan inferior
Gangguan Kontraktilita
Thorak Foto : Cardiomegali, CTR >
rasa s 50%
Komplikasi
nyaman Stroke TD : 154/76
vol Pre mmHg
Load MAP: 102
mmHg
Pulse Pressure
Ruptur
corda
tendinae, Risiko
Kesiapan SV X HR
peningkata Disfungsi penurunan Viskositas :
n katup mitral Hb: 15,7 g/dl, Ht
manajemen Afterloa 51,2 %,
Gangguan saat Perfusi GDS: 98mg/dl
menutup : Mitral Menurun d Osmolaritas
Regurgitasi K+ : 4,59, Na+ :
141,2, SpO2 : 98%
Backward:
Gangguan di Forward:Ganggu Risk perfusi Risk Risk Risk
LA an di LV perifer tidak perfusi perfusi perfusi
efektif cerebral miokard renal tidak
Volume di Saat ejeksi/
LA sistolik
meningkat Darah kembali ke
Tekanan di
Tekanan LVEDV
menurun : Diteliti
paru

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2005. Patiens With Cardiovascular and Hematological System


Problem.

Baumgartner Helmut, Falk Volkmar, Bax Jeroen J, et al. 2017. ESC/EACTS


Guidelines For Management Valvular Heart Disease. European Heart Journal,
Volume 38, Issue 36, 21 September2017, Pages
2739–2791,https://doi.org/10.1093/eurhttps://capitalcardiology.com/patient-
education/mitral-valve-repair/?lang=idheartj/ehx391
Bauersachs R, Zeymer U, Brière JB, Marre C, Bowrin K, Huelsebeck M. Burden of
Coronary Artery Disease and Peripheral Artery Disease: A Literature
Review. Cardiovasc Ther. 2019;2019:8295054. [PMC free article] [PubMed]

Bonow R et, al. (2012). Beaunwald’s Heart Disease: Textboox of Cardiovascular


Medicine 9th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, pp 107-124, 126-163,
277-291

Brown JC, Gerhardt TE, Kwon E. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing;


Treasure Island (FL): Jun 5, 2021. Risk Factors For Coronary Artery Disease.
[PubMed]

Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Health Statistics.
Underlying Cause of Death 1999-2017 on CDC WONDER Online Database,
released December, 2018. Data are from the Multiple Cause of Death Files,
1999-2017, as compiled from data provided by the 57 vital statistics
jurisdictions through the Vital Statistics Cooperative Program. Accessed at
http://wonder.cdc.gov/ucd-icd10.html on Oct 24, 2019.

Enriquez S, et.al. (1999). Functional anatomy of mitral regurgitation: accuracy and


outcome implication of tranesophageal echocardiograpy. J Am Coll Cardiol
1994, 34: 1129

Germativum, Fahmi.2002. Asuhan Keperawatan Kelainan Jantung.


(http://fahmifununi.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-pada-
kelainan.html diakses tanggal 16 Februari 2013)

Jackson Lee, Jackson Marilynn, 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.
Jakarta: Erlangga

Lung B, Vahanian A (2011). Epidemiology of valvular heart disease in the adult. Nat
Rev Cardiol. 2011; 8 (3): 162-172. doi: 10.1038/ nr cardio.2010.202

M. Amiliana. 2012. Penyakit Jantung Katup Indonesia: Masalah yang


hampurterlupakan. JurnalKardiologi Indonesia. 2012:33: 205. ISSN
0126/37732020

M. Catherine, etc (2020). ACC/AHA Guideline for the Management of Patients


With Valvular Heart Disease: A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Joint Committee on Clinical
Practice Guideline. Originally published 17 Des 2021. https: //
doi.org/10.1161/CIR.00000000000000923. Circulation
Muttaqin, Arif, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Banjarmasin
Maganti K, Rigolin VH, Sarano ME, Bonow RO. Valvular heart disease: diagnosis
and management. Mayo Clin Proc. 2010;85(5):483-500.
doi:10.4065/mcp.2009.0706

Otto CM, Bonow RO. Valvular Heart Disease: A Companion to Braunwald’s Heart
Disease. 4th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2014.

Pierard and Blase A. Carabello2 1. 2010. Ischaemic mitral regurgitation:


pathophysiology, outcomes and the conundrum of treatment Luc A. Department
of Cardiology, University Hospital Sart Tilman, University of Lie`ge, B-4000,
Lie`ge, Belgium; and 2 Department of Medicine, Baylor College of Medicine
and the Veteran Affairs Medical Centre, Houston, TX, USA Received 16 July
2010; revised 8 September 2010; accepted 5 October 2010; online publish-
ahead.

Susilo C. Identifikasi faktor usia, jenis kelamin dengan luas infark miokard pada
penyakit jantung koroner (PJK) di ruang ICCU RSD DR. Soebandi Jember.
Indonesian J. 2015;6:3-4. 7.

Thygesen K, Joseph S, Alpert et al. Third universal definition of myocardial


infarction. American Heart Assosiaction J. 2012;126:2020-35.

Zainal A. Faktor resiko penyakit jantung koroner pada pasien rawat inap di
Cardiovaskular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre di RSUP DR. Wahidin
Sudiro Husodo Makasar Periode Januari-Juli 2008 [Skripsi]. Makassar:
Universitas Hasanuddin; 2012.

Anda mungkin juga menyukai