Anda di halaman 1dari 28

Mata Kuliah : Keperawatan kritis

Dosen : Detiana,S.Kep,Ns,M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GAGAL JANTUNG

KELOMPOK 8

Ayu Maharani (PO7120520024)


Derah Meireska Saputri (PO7120520025)

KELAS 3A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG PRODI
DIII KEPERAWATAN
LAHAT

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Gagal

Jantung sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan kritis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh


pihak yang telah banyak membantu, memberikan arahan serta bimbingan kepada
penulis mulai dari penyusunan awal pembuatan makalah hingga selesainya
makalah ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua
atas doa serta segenap teman-teman mahasiswa yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kelemahan, baik dalam penyajian maupun sistematika penulisannya, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk perbaikan makalah
ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan untuk


pengembangan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Muara enim, 26 september 2022

Kelompok 8

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latara Belakangi..................................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II KONSEP MEDIS.................................................................................. 3
A. Definisi ................................................................................................... 3
B. Etiologi ................................................................................................... 3
C. Klasifikasi .............................................................................................. 4
D. Manifestasi Klinis .................................................................................. 5
E. Patofisiologi ........................................................................................... 5
F. Penatalaksanaan ..................................................................................... 6
G. Pemekrisaan Penunjang ......................................................................... 6
BAB III KONSEP KEPERWATAN............................................................... 7
A. Pengkajian .............................................................................................. 7
B. Diangnosa Keperawatan.......................................................................... 8
C. Intervensi ................................................................................................ 9
D. Implementasi .......................................................................................... 14
E. Evaluasi................................................................................................... 14
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................... 15
A. Pengkajian .............................................................................................. 15
B. Diagnose ................................................................................................. 17
C. Intervensi ................................................................................................ 17
D. Implementasi .......................................................................................... 19
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHLUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit urutan tertinggi dalam daftar
penyebab kemarin di beberapa Negara Barat. Sementara, di Negara tropis,
penyakit ini juga menjadi penyebab yang sangat penting dari invalidasi (cacat),
bahkan kematian.
Sebab-sebab dari penyakit gagal jantung cukup banyak. Gejala-gejala
klinis yang timbul juga sangat bervariasi dan kompleks. Sekalipin demikian,
dalam praktiknya sangat perlu untuk mengenal dan mengetahui gejala-gejala
tersebut. Sebab pengobatan yang efektif sangat tergantung pada pengetahuan
yang mendalam tentang patofisiologi, agar segala hal yang berhubungan
dengan penyakit tersebut dapat diketahui dengan mudah.
Setelah dilakukan penelitian secara mendalam , fungsi jantung dapat di
bagi menjadi dua. Pertama, jantunh harus menyediakan darah yang cukup
mengandung oksigen dan nutrisi untuk organ-organ tubuh. Darah ini harus
mempunyai tekanan yang cocok untuk perfusi dan pemberian makanan. Pada
saat yang sama, jantung juga memompakan darah yang mengandung bahan-
bahan sisa ke alat-alat ekskresi, misalnya hati dan ginjal, serta memompakan
darah yang suhunya berlebihan ke system pendingin tubuh, yaitu pembulu
darah di kulit. Semua hal ini dapat dilakukan oleh jantung sebelah kiri. Inilah
yang disebut system tekan tekanan tinggi ( high pressure system).
Kedua, jantung mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara pada
saat yang bersaamaan mengekresi darah salah satu hasil akhir metabolisme,
yaitu karbon dioksida. Pertukaran melalui membran alveolus yang sangat tipis.
Jika tekanan pada system yang kita bicarakan sekarang ini sama tingginya
dengan tekanan di vertikel kiri atau aorta, maka cairan darah segera akan
mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan penderita akan mati oleh karena edema
paru. Untuk mencegah keaadaan ini, maka bagian kanan jantung akan
menyuplai darah ke paru-paru melalaui arteri pulmonalis, yang disebut dengan

1
system tekanan rendah (low pressure system). Tekanan pada bagian kanan
jantung kira-kira hanya 20% daripada bagian kiri. Dan, pada kapiler paru-paru,
tekanan ini seharusnya tidak boleh lebih tinggi dari tekanan osmotic keloid
(onkotik) protein-protein darah. Sebab, cairan tidak akan tinggal diam di dalam
kapiler, sehingga akan menimbulkan edema paru.
Ketika istirahat, curah jantung kira-kira 4,5 per menit. Hal ini dapat
diaturbtubuh dengan cepat. Jika ada perbedaan sedikit saja dari curah jantung
antara vertikel kanan dan vertikel kiri, misalnya perbedaan satu tetes darah
dalam setiap denyut jantung, maka akan menimbulkan dalam beberapa jam
kemudian. Jadi, curah jantung verikel kanan harus selalu di pertahankan tepat
satu sama lain (mekanisme starling). Hal ini kemudian yang perlu diperhatikan
dengan baik, karena jika tidak, maka akan menyebabkan hal-hal yang tidak
diinkan.

B. Tujuan
1. Sebagai bahan diskusi tentang keparawatan paliatif pada pasien gagal
jantung
2. Sebagai media baca tentang asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
3. Sebagai penyelesaian tugas pada mata kuliah keperawatan paliatif

2
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). (Bakta, 2013)

B. Etiologi
1. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade
perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.

3
6. Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan
abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung .
(Bakta, 2013)

C. Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut gejala dan insensita gejala:
a. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau
beberapa jam.
b. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari hari. (Naga, 2012)
2. Klasifikasi menurut letaknya:
a. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi
atau mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan
menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
b. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk
memompa secara ade kuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling
sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat
terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar normal dan tidak
menyebabkan gagal jantung kiri. GJ kanan juga dapat disebabkan oleh
penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonary primer. (Naga, 2012)
3. Menurut derajat sakitnya:
a. Derajat 1: Tanpa keluhan-anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak nafas
b. Derajat 2: Ringan-aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tertapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhanpun hilang
c. Derajat 3: Sedang-aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan

4
d. Derajat 4: Berat-tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan
pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika
melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan. (Naga, 2012)

D. Manifestasi Klinis
1. Kriteria major
a. Paroksismal nocturnal dispnea
b. Distensia vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
2. Kriteria monor
 Edema ekstremitas
 Batuk malam hari
 Dipnea d’effort
 Hepatomegali
3. Major atau minor
Penurunan BB>4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnose gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2
kriteria minor. (Naga, 2012)

E. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
(Naga, 2012)
Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk

5
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. (Naga, 2012)
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. (Naga, 2012)

F. Penatalaksanaan
1. Terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring
dan kontrol faktor risiko.
2. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik, Angiotensin
Converting Enzyme inhibitor (ACEI), beta bloker, Angiotensin Receptor
Bloker (ARB), glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, serta bipridin.
(Naga, 2012)

G. Pemekrisaan Penunjang
1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung 2.
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran
dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup
jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung. 3.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya. 4.
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic
peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat. (Naga, 2012)

6
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin didapatkan
tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
2. Sirkulasi
a. Mempunyai riwayat IMA,penyakit jantung koroner CHF,tekanan darah
tinggi,diabetes melitus.
b. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat ,nadi mungkin normal
atau terlambatnya capilary refill time,disritmia.
c. suara jantung,suara jantung tambahan S,atau S, mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
d. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisiensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi.
e. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy atau
bradi cardia)
f. Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal
g. Edema : jugular vena distension,odema anasarka,crackles mungkin juga
timbul dengan gagal jantung.
h. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
3. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal
4. Nutrisi
Mual,kehilangan nafsu makan,penurunan turgor kulit,berkeringat
banyak,muntah dan perubahan berat badan.
5. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.

7
6. Neuro sensori
Nyeri kepala yang hebat,changes mentation.
7. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substernal yang
mungkin menyebar sampai ke lengan,rahang dan wajah. Karakteristik nyeri
dapat dikatakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah dialami.
Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin didapatkan wajah yang
menyeringai,perubahan postur tubuh,menangis,penurunan kontak
mata,perubahan kontak mata,perubahan irama jantung,ECG,tekanan
darah,respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
8. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas,batuk produktif,riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin didapatkan
peningkatan respirasi,pucat atau cyanosis,suara nafas crackles atau wheezes
atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/pink tinged.
9. Interaksi sosial
Stress,kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor,emosi yang tak
terkontrol.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen,adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada
miokard
3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan
dalam rate,irama,kondisi jantung,menurunnya pre load atau peningkatan
SVR,miocardial infark
4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah,hipovolemia.

8
5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (Renal),peningkatan retensi natrium,penurunan
plasma protein
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar ( status kesehatan)
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit

C. Intervensi

Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan / intervensi


Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor dan kaji
berhubungan dengan tindakan keperawatan karakteristik dan lokasi nyeri
agen cedera biologis klien diharapkan 2. Monitor tanda-tanda vital
mampu menunjukkan 3. Anjurkan pada pasien agar
adanya penurunan rasa segera melaporkan bila
nyeri terjadi nyeri dada.
dada,menunjukkan 4. Ciptakan suasana lingkungan
adanya penurunan yang tenang dan nyaman.
tekanan darah dan cara 5. Ajarkan dan anjurkan pada
berelaksasi. pasien untuk melakukan
teknik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen dan obat-obatan
(beta blocker,anti
angina,analgesic)
7. Ukur tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
dilakukan pengobatan
dengan narkosa.

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Catat irama jantung,tekanan

9
berhubungan dengan tindakan perawatan darah dan nadi
ketidakseimbangan klien menunjukkan sebelum,selama dan sesudah
antara suplai dan peningkatan melakukan aktivitas.
kebutuhan kemampuan dalam 2. Anjurkan pada pasien agar
oksigen,adanya melakukan aktivitas lebih banyak beristirahat
jaringan yang nekrotik (tekanan terlebih dahulu.
dan iskemi pada darah,nadi,iram dalam 3. Anjurkan pada pasien agar
miokard batas normal) tidak tidak “ngeden” pada saat
adanya angina. Buang Air Besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang
tahap-tahap aktivitas yang
boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukkan pada pasien
tentang tanda-tanda fisik
bahwa aktivitas melebihi
batas.

Resiko terjadinya Tidak terjadi penurunan 1. Lakukan pengukuran tekanan


penurunan curah curah jantung selama di darah (bandingkan kedua
jantung berhubungan lakukan tindakan tangan pada posisi
dengan perubahan keperawatan berdiri,duduk,dan tiduran jika
dalam memungkinkan).
rate,irama,kondisi 2. Kaji kualitas nadi
jantung,menurunnya 3. Catat perkembangan dari
pre load atau adanya S3 dan S4
peningkatan 4. Auskultasi suara nafas
SVR,miocardial infark 5. Dampingi pasien pada saat
melakukan aktivitas
6. Sajikan makanan yang
mudah dicerna dan kurangi
konsumsi kafeine

10
7. Kolaborasi dalam
pemeriksaan serial ECG,foto
thorax,pemberian obat-
obatan anti disritmia.

Resiko terjadinya selama dilakukan 1. Kaji adanya perubahan


penurunan perfusi tindakan keperawatan kesadaran
jaringan berhubungan tidak terjadi penurunan 2. Inspeksi adanya
dengan penurunan perfusi jaringan. pucat,cyanosis,kulit yang
tekanan dingin dan penurunan
darah,hipovolemia. kualitas nadi perifer
3. Kaji adanya tanda homans
(pain in calf on
dorsoflexion),erythema,edem
a.
4. Kaji respirasi (irama,kedalam
dan usaha pernafasan)
5. Kaji fungsi gastrointestinal
(bising usus,abdominal
distensi,konstipasi).
6. Monitor intake dan out put.
7. Kolaborasi dalam
pemeriksaan
ABG,BUN,serum ceratinin
dan elektrolit

Resiko terjadinya tidak terjadi kelebihan 1. Auskultasi suara nafas (kaji


ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh adanya crackless)
cairan excess klien selama dalam 2. Kaji adanya jugular vein
berhubungan dengan perawatan. destension,peningkatan
penurunan perfusi terjadinya edema

11
organ 3. Ukur intake dan out put
(Renal),peningkatan (balance cairan)
retensi 4. Kaji berat badan setiap hari
natrium,penurunan
plasma protein

Ansietas berhubungan Anxiety self-control 1. Gunakan pendekatan yang


dengan perubahan Anxiety level menenangkan
besar (status Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan
kesehatan) terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil : 3. Jelaskan semua prosedur dan
1. Klien mampu apa yang dirasakan selama
mengidentifikasi prosedur
dan 4. Temani pasien untuk
mengungkapkan memberikan keamanan dan
gejala cemas. mengurangi takut
2. Mengidentifikasi, 5. Dengarkan dengan penuh
mengungkapkan perhatian
dan menunjukkan 6. Identifikasi tingkat kecemasan
tehnik untuk 7. Bantu pasien mengenal situasi
mengontol cemas. yang menimbulkan kecemasan
3. Vital sign dalam 8. Dorong pasien untuk
batas normal. mengungkapkan perasaan,
4. Postur tubuh, ketakutan, persepsi
ekspresi wajah, 9. Instruksikan pasien
bahasa tubuh dan menggunakan teknik relaksasi
tingkat aktivfitas 10. Berikan obat untuk mengurangi
menunjukkan kecemasan
berkurangnya
kecemasan.

12
Defisiensi Knowledge : Disease 1. Berikan penilaian tentang
pengetahuan Process tingkat pengetahuan pasien
berhubungan dengan Knowledge : Health tentang proses penyakit yang
kurang informasi Hehavior spesifik
tentang penyakit Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologidari
1. Pasien dan keluarga penyakit dan bagaimana hal ini
menyatakan berhubungan dengan anatomi
pemahaman tentang dan fisiologi, dengan cara yang
penyakit, kondisi, tepat.
prognosis, dan 3. Gambarkan tanda dan gejala
program pengobatan yang biasa muncul pada
2. Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang tepat
mampu melaksakan 4. Identifikasi kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengan cara yang
dijelaskan secara tepat
benar 5. Sediakan informasi pada pasien
2. Pasien dan keluarga tentang kondisi, dengan cara
mampu menjelaskan yang tepat
kembali apa yang 6. Hindari jaminan yang kosong
dijelaskan 7. Sediakan bagi keluarga atau SO
perawat/tim informasi tentang kemajuan
kesehatan lainnya pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang dan ata
proses pengontrolan penyakit
9. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau

13
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
11. Intruksikan pasien
mengenal tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan .

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat
memonitor kealpaan yg terjadi slm tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
dan pelaksanaan tindakan.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

14
KASUS
Tn.A berusia 60 tahun menderita penyakit gagal jantung di bawah ke rumah sakit
RSUD Dr.H. M Rabain oleh anaknya beberapa hari yang lalu. Pasien masuk
pertama kali dengan keluhan nyeri pada dada dengan skala 5 disertai sesak nafas
semakin lama semakin memburuk, pasien mengalami ortopnea dan dyspnea,
pasien nampak gelisah dan cemas terhadap penyakit yang dialaminya.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn . A
Jenis Kelamin : Laki –Laki
Agama : Islam
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan 8
Tanggal Masuk : 15 september 2022
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Tn. A masuk rumah sakit dengan
keluhan nyeri dada yang disertai sesak napas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Tn. A memiliki riwayat penyakit
Gagal Jantung
3. Pengkajian Psiko-Sosial-Spritual
a. Pola koping
Klien mengatakan jika ada masalah tentang kesehatannya ia selalu
menceritakannya kepada keluarganya terutama kepada istrinya.
b. Harapan klien terhadap penyakitnya
Klien berharap kesehatannya dapat kembali seperti semula dan bisa
beraktifitas lagi seperti bisanya
c. Faktor stressor

15
Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya apakah penyakitnya bisa
sembuh atau tidak
d. Konsep diri
Klien adalah seorang ayah dari 4 orang anak dan bekerja sebagai buruh
e. Perhatian terhadap orang lain atau lawan bicaranya
Klien memiliki perhatian yang baik saat di ajak bicara dan menjawab
pertanyaan yang di berikan perawat dengan baik
f. Pengetahuan klien tentang penyakitnya
klien mengatakan nyeri pada dada dan sesak nafas. Klien tidak paham
tentang penyakit yang di alami klien
g. Aktifitas sosial
Klien berinteraksi dengan sangat baik dengan lingkungan dan orang –
orang di sekitarnya. Klien selalu berinteraksi dengan pasien lain serta
keluarga pasien yang lain.
h. Hubungan dengan anggota keluarganya
Klein memilki hubungan yang baik dengan anggota keluarganya
i. Kegiatan keagamaan
Klien beragama islam klien mengatakan selalu menjalankan sholat 5
waktu

4. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Do: Nyeri
1. Pasien tampak meringis
Ds:
1. Pasien mengatatakan nyeri
pada dada
Do: Ansietas
1. Pasien tampak cemas
2. Pasien tampak gelisah

16
Ds :
1. Pasien mengatakan cemas
terhadap penyakitnya.
Do : Defisiensi pengetahuan
1. Pasein kurang paham
tentang penyakit yang
dialaminya
Ds:
1. Pasien mengatakan tidak
tahu mengenai penyakit
yang dialaminya

B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (status kesehatan)
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit

C. Intervensi
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan / intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor dan kaji karakteristik
berhubungan dengan tindakan keperawatan dan lokasi nyeri
agen cedera biologis klien diharapkan 2. Monitor tanda-tanda vital
mampu menunjukkan 3. Anjurkan pada pasien agar
adanya penurunan rasa segera melaporkan bila terjadi
nyeri nyeri dada.
dada,menunjukkan 4. Ciptakan suasana lingkungan
adanya penurunan yang tenang dan nyaman.
tekanan darah dan cara 5. Ajarkan dan anjurkan pada
berelaksasi. pasien untuk melakukan

17
teknik relaksasi.
Ansietas berhubungan Anxiety self-control 1. Gunakan pendekatan yang
dengan perubahan Anxiety level menenangkan
besar (status Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan
kesehatan) terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil : 3. Temani pasien untuk
1. Klien mampu memberikan keamanan dan
mengidentifikasi dan mengurangi takut
mengungkapkan 4. Dengarkan dengan penuh
gejala cemas. perhatian
2. Mengidentifikasi, 5. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan dan 6. Bantu pasien mengenal situasi
menunjukkan tehnik yang menimbulkan kecemasan
untuk mengontol
cemas.
3. Vital sign dalam
batas normal.
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivfitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.

Defisiensi Knowledge : Disease 12. Berikan penilaian tentang


pengetahuan Process tingkat pengetahuan pasien
berhubungan dengan Knowledge : Health tentang proses penyakit yang
kurang informasi Hehavior spesifik
tentang penyakit Kriteria Hasil : 1. Gambarkan tanda dan gejala
1. Pasien dan yang biasa muncul pada

18
keluarga penyakit, dengan cara yang
menyatakan tepat
pemahaman 2. Sediakan informasi pada
tentang penyakit, pasien tentang kondisi, dengan
kondisi, prognosis, cara yang tepat
dan program 3. Hindari jaminan yang kosong
pengobatan 4. Sediakan bagi keluarga atau
2. Pasien dan SO informasi tentang
keluarga mampu kemajuan pasien dengan cara
melaksakan yang tepat
prosedur yang 5. Diskusikan perubahan gaya
dijelaskan secara hidup yang mungkin
benar diperlukan untuk mencegah
3. Pasien dan komplikasi dimasa yang akan
keluarga mampu datang dan ata proses
menjelaskan pengontrolan penyakit
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

D. Implementasi
Hari/ Tanggal/ Jam Implementasi Evaluasi
Senin/ 17 sep . 18/ 1. Monitor dan kaji S : Pasien mengatakan
09.00 karakteristik dan lokasi nyeri nyeri pada bagian dada
Hasil : Nyeri pada bagian O : Pasien tampak
dada, dengan skala nyeri 5 meringis (skala nyeri 5)
2. Monitor tanda-tanda vital TD 140/90 mmHg, Nadi
Hasil : TD 140/90 mmHg, 78 x/menit, RR 28x/ menit
Nadi 78 x/menit, RR 28x/ A : Masalah belum teratasi
menit

19
3. Anjurkan pada pasien agar P : Lanjutkan intervensi
segera melaporkan bila 1. Monitor dan kaji
terjadi nyeri dada. karakteristik dan
4. Ciptakan suasana lingkungan lokasi nyeri
yang tenang dan nyaman. 2. Monitor tanda-
5. Ajarkan dan anjurkan pada tanda vital
pasien untuk melakukan 3. Anjurkan pada
teknik relaksasi. pasien agar segera
melaporkan bila
terjadi nyeri dada.
4. Ciptakan suasana
lingkungan yang
tenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan
anjurkan pada
pasien untuk
melakukan teknik
09.30
relaksasi.
1. Gunakan pendekatan yang S : Pasien mengatakan
menenangkan cemas
2. Nyatakan dengan jelas O : Pasien tampak cemas
harapan terhadap pelaku A : Malalah belum teratasi
pasien P : Lanjutkan intervensi
3. Temani pasien untuk 1. Gunakan
memberikan keamanan dan pendekatan yang
mengurangi takut menenangkan
4. Dengarkan dengan penuh 2. Nyatakan dengan
perhatian jelas harapan
5. Identifikasi tingkat terhadap pelaku
kecemasan pasien
6. Bantu pasien mengenal 3. Temani pasien

20
situasi yang menimbulkan untuk memberikan
kecemasan keamanan dan
mengurangi takut
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Identifikasi tingkat
kecemasan
6. Bantu pasien

10.00 mengenal situasi


yang menimbulkan
kecemasan
1. Gambarkan tanda dan gejala S : Pasien mengatakan
yang biasa muncul pada tidak tahu mengenai
penyakit, dengan cara yang penyakitnya
tepat O : Pasien bertanya kepada
2. Sediakan informasi pada perawat
pasien tentang kondisi, A : Masalah belum teratasi
dengan cara yang tepat P : Lanjutkan intervensi.
3. Hindari jaminan yang 1. Gambarkan tanda dan
kosong gejala yang biasa
4. Sediakan bagi keluarga atau muncul pada penyakit,
SO informasi tentang dengan cara yang tepat
kemajuan pasien dengan cara 2. Sediakan informasi
yang tepat pada pasien tentang
5. Diskusikan perubahan gaya kondisi, dengan cara
hidup yang mungkin yang tepat
diperlukan untuk mencegah 3. Hindari jaminan yang
komplikasi dimasa yang kosong
akan datang dan ata proses 4. Sediakan bagi keluarga
pengontrolan penyakit atau SO informasi
tentang kemajuan

21
pasien dengan cara
yang tepat
5. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang dan
ata proses
pengontrolan penyakit

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

22
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). (Bakta, 2013)
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
(Naga, 2012)
Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. (Naga, 2012)
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. (Naga, 2012)

B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gagal Jantung ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan

23
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan di
atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Kami mengharapkan kritikan serta saran yang membangun kepada para
pembaca serta dosen pembimbing mata kuliah demi kesempurnaan
penyusunan Asuhan Keperawatan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

24
Bakta, I. M. (2013). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: Buku
Kedokteran.
Naga, S. S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:
Diva Press.

25

Anda mungkin juga menyukai