INSUFISIENSI AORTA
oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2015
ILMU KEPERAWATAN KLINIK II B
INSUFISIENSI AORTA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik II B (IKK II B)
UNIVERSITAS JEMBER
2015
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Tujuan..... 2
1.3. Implikasi. 2
2.1. Pengertian..................................................................................... 3
2. 2. Etiologi........................................................................................... 3
2.3. Epidemiologi.. 4
2.7. Pengobatan 9
ii
BAB IV. PENUTUP
5.1. Kesimpulan................................................................................ 22
5.2. Saran................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 23
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Insufisiensi Aorta
tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak, tantangan tersebut bisa teratasi.
Penyusun
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Penderita insufisiensi aorta biasanya pasien mengeluh dada terasa berat,nafsu
makan berkurang, muntah dan sesak saat beraktivitas. Sebagai perawat kita harus
memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan terhadap pasien yang
mengalami insufisiensi aorta agar kita dapat memberikan upaya medikasi yeng
terbaik sehingga pasien dapat sembuh atau dapat mengurangi risiko tinggi semakin
parahnya penyakit.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Mampu memahami pengertian penyakit insufisiensi aorta
2. Mampu memahami epidemiologi penyebab penyakit insufisiensi aorta
3. Mampu memahami etiologi penyakit insufisiensi aorta
4. Mampu memahami tanda dan gejala penyakit insufisiensi aorta
5. Mampu memahami patofisiologi penyakit insufisiensi aorta
6. Mampu memahami komplikasi dan prognosis penyakit insufisiensi aorta
7. Mampu memahami pengobatan penyakit insufisiensi aorta
8. Mampu memahami asuhan keperawatan penyakit insufisiensi aorta
1.3 Implikasi
Dengan mengetahui arti, penyebab, tanda dan gejala diharapkan agar perawat
lebih fokus dalam melakukan asuhan keperawatan terutama pada pasien atau klien
dengan penyakit insufisiensi aorta.
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
3
aorta yaitu degenerasi kistik medial pada aorta asendens, dilatasi aorta
idiopatik, ekstasia annulortikus, osteogenesis imperfecta, hipertensi berat.
4
kebutuhan akan pengobatan karena penyakit jantung kongenital sedikitnya 50%
dari populasi penderita.
Data-data riwayat penyakit yang ada sebagian besar berasl dari populasi
dewasa yang menderita insufisiensi aorta selama beberapa tahun. Berdasarkan
data ini, harapan hidup 5 tahun pasien angina dengan insufisiensi aorta berat
yhang tidak dikreksi adalah 50%. Setiap terjadi gagal jantung, 50% pasien yang
tidak dikoreksi akan meninggal dalam 2 tahun. Sebaliknya pasien yang dapat
terapi pembedahan memiliki mortalitas 1-5%. Diperkirakan bahwa 75% pasien
dengan insufisiensi aorta murni adalah laki-laki, sedangkan yang disertai
kelainan katup mitral, insidennya lebih tinggi pada wanita. Insufisiensi aorta
5
yang bersamaan dengan penyakit jantung congenital lainnyah, insidennya tidak
berhubungan dengan usia.
Tanda dan gejala dari AR kronik biasanya tidak terlihat akibat adanya
kompensasi yang dilakukan. Namun, beberapa gejala yang sering ditemukan
yaitu:
6
4) Tanda Duroziez : Murmur to-and-froyang dapat terdengar pada
auskultasi arteri femoralis dengan penekanan stetoskop yang ringan (ipd)
5) Tanda Hill : tekanan sistolik pada popliteal lebih tinggi 60 mmHg dari
tekanan sistolik brakialis
6) Tanda Muller : adanya pulsasi sistolik uvula
7) Tanda Quincke : adanya pulsasi kapiler yang terlihat pada bibir atau
bantalan kuku proksimal
8) Tanda Traube : Auskultasi pada artei femoralis yang seperti tembakan
pistol
9) Adanya murmur pada diastol awal sepanjang garis sternum kiri, dan
terdengar lebih jelas saat pasien berbaring dan setelah ekspirasi
10) Adanya murmur Austin Flint, yaitu murmur padda middiastolik yang
memilki frekuensi rendah dan terdengar pada apeks kardia; adanya
murmur ini sebagai akibat dari aliran turbulen yang melalui katup mitral
selama fase diastol. Bunyi murmur ini dapat dibedakan dari murmur
pada regurgitasi mitral karena pada AR, tidak terdapat opening snap.
b. Pemeriksaan penunjang, yaitu :
1) Elektrokardiogram (EKG)
Hasil EKG pada AR berat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
Selain itu, terdapat depresi segmen ST dan inversi gelombang T pada
lead I, Avl, V5, dan V6. Terdapat left axis deviation atau pemanjangan
kompleks QRS.
2) Chest radiograph
3) Echokardiografi Doppler
Teknik ini dapat mendeteksi penyebab dari AR, seperti dilatasi annulus
aortikus dan diseksi aorta. Selain itu, dapat dideteksi adanya penebalan
dari katup aorta. Pemeriksaan ekokardiografik Doppler dapat membantu
menentukan derajat penyakit AR melalui penilaian volume regurgitasi,
fraksi regusgitasi, dan melihat arah kembali darah aorta yang mengalami
regurgitasi pada fase distolik.
4) Kateterisasi jantung
7
Kateterisasi pada jantung dengan kontras aniografi dapat berguna untuk
menilai status regurgitasi dan fungsi ventrikel kiri
5) Foto polos jantung
Hasil foto polos menunjukkan adanya penurunan dan penggeseran apeks
kordis menjadi ke arah kiri. Pada proyeksi anterior oblik kiri dan lateral,
ventrikel menjadi ke arah posterior dan berada didekat vertebra. Pada
kasus penyakit dinding aorta, terdapat dilatasi aneurisme pada aorta, dan
aorta terlihat memenuhi ruang retrosternal pada proyeksi lateral.
Pemeriksaan ekokardiografi dan CT lebih sensitif dalam deteksi
pembesaran aorta.
Karena kebocoran katup aorta saat diatol, maka sebagian darah dalam
aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga
ventrikel kiri harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara
normal diterima dari atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta.
Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi
peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih dari
normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat.
Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompensasi melalui refleks dilatasi
pembuluh darah dan arteri perifer melemas, sehingga tahanan perifer menurun
dan tekanan diastolik turun drastis.
8
insufisiensi aorta. Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir
ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel.
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang
tepat untuk penggantian katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan
9
ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta
lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan
hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila
pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan
penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan (Smeltzer, 2001).
10
BAB III PATHWAYS
Kompensasi melalui
dilatasi pembuluh darah Penurunan Curah
Infark miokard dan arteri perifer melemas jantung
Gelisah
Penurunan CO
11
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
4.1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja,
palpitasi, gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksismal nokturnal, nokturia,
keringat malam hari).
Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis
bakterial subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh
kerusakan atrial-septal, sindrom Marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal,
riwayat murmur jantung, palpitasi, serak, hemoptisis, batuk dengan/tanpa
produksi sputum.
Tanda:
Sistolik TD menurun (AS lambat).
Tekanan nadi: penyempitan (SA); luas (IA).
Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan
pulsasi arteri terlihat (IA).
Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara
lateral kuat dan perpindahan tempat (IA).
Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar
(SA), getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada
titik jugular dan sepanjang arteri karotis (IA).
Dorongan: dorongan apikal selama sistolik (SA).
Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau
tak ada S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat). Bunyi ejeksi
sistolik (SA). Bunyi sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).
Kecepatan: takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM).
Irama: tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat
pertama blok AV (SA). Murmur: bunyi rendah, murmur diastolik gaduh
(SM). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke
12
leher (SA). Murmur diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik
pada dasar (IA).
c. Integritas ego
Gejala: Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit,
gemetar.
d. Makanan/cairan
Gejala: Disfagia (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan diuretik.
Tanda: Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM, IM), hangat,
kemerahan dan kulit lembab (IA), pernapasan payah dan bising dengan
terdengar krekels dan mengi.
e. Neurosensori
Gejala: Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina (SA, IA), nyeri dada non-angina/tidak khas (MVP).
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau
nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).
Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak
dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema
pulmonal.
h. Keamanan
Gejala: Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya perawatan gigi
(pembersihan, pengisian, dan sebagainya).
Tanda: Perlu perawatan gigi/mulut.
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.
j. Pertimbangan pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,9 hari.
Bantuan dengan kebutuhan perawatan diri, tugas-tugas rumah
tangga/pemeliharaan, perubahan dalam terapi obat, susunan perabot di rumah.
4.2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam
preload/peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena.
13
b. Risiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi
glomerulus.
c. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
e. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang meningkat.
4.3. Intervensi dan implementasi
14
pemaksaan
terhadap
cadangan
jantung.
Posisi semi
fowler
memudahkan
oksigenasi.
3. Berikan
oksigen
suplemen dan
obat-obatan
sesuai
indikasi.
Pantau
DGA/nadi
oksimetri. R/
Memberikan
oksigen
untuk
ambilan
miokard
dalam upaya
untuk
mengkompen
sasi
peningkatan
kebutuhan
oksigen
2. Nyeri akut Tujuan: 1. Selidiki 1. Menyelidiki
berhubunga Setelah dilakukan laporan nyeri laporan nyeri
n dengan perawatan selama dada dan dada dan
iskemia 3x24jam, diharapkan bandingkan membandingka
jaringan pasien: dengan n dengan
miokard. Nyeri pasien hilang/ episode episode
terkontrol sebelumnya. sebelumnya..
Kriteria hasil: Gunakan 2. Menganjurkan
Pasien tidak skala nyeri pasien
mengalami nyeri dada (0-10) untuk berespons tepat
saat bernafas dan rentang terhadap angina
beraktivitas, serta intensitas. (contoh berhenti
tekanan darah dan Catat aktivitas yang
nadi pasien kembali ekspresi menyebabkan
normal. verbal/non angina,
verbal nyeri, istirahat, dan
respons minum obat
otomatis antiangina yang
terhadap tepat).
15
nyeri Memberikan
(berkeringat, lingkungan
TD dan nadi istirahat dan
berubah, batasi aktivitas
peningkatan sesuai
atau kebutuhan. R/
penurunan Aktivitas yang
frekuensi meningkatkan
pernapasan). kebutuhan
R/ Perbedaan oksigen
gejala perlu miokardia
untuk (contoh kerja
mengidentifi tiba-tiba, stres,
kasi makan banyak,
penyebab terpajan dingin)
nyeri. dapat
Perilaku dan mencetuskan
perubahan nyeri dada.
tanda vital 3. Memberikan
membantu vasodilator,
menentukan contoh
derajat/ nitrogliserin,
adanya nifedipin
ketidaknyam (Procardia)
anan pasien sesuai indikasi.
khususnya
bila pasien
menolak
adanya nyeri.
2. Anjurkan
pasien
berespons
tepat
terhadap
angina
(contoh
berhenti
aktivitas
yang
menyebabka
n angina,
istirahat, dan
minum obat
antiangina
yang tepat).
Berikan
lingkungan
istirahat dan
16
batasi
aktivitas
sesuai
kebutuhan.
R/ Aktivitas
yang
meningkatka
n kebutuhan
oksigen
miokardia
(contoh kerja
tiba-tiba,
stres, makan
banyak,
terpajan
dingin) dapat
mencetuskan
nyeri dada.
3. Berikan
vasodilator,
contoh
nitrogliserin,
nifedipin
(Procardia)
sesuai
indikasi. R/
Obat
diberikan
untuk
meningkatka
n sirkulasi
miokardia
(vasodilator)
menurunkan
angina
sehubungan
dengan
iskemia
miokardia.
17
oksigen dan toleransi aktivitas catat peningkatan penurunan
kebutuhan Kriteria hasil: TD, dispnea atau kelemahan/kelel
Pasien tidak lagi nyeri dada; ahan, TD
mengalami nyeri kelelahan berat dan stabil/frekuensi
dada sat bernafas kelemahan; nadi,
dan beraktivitas berkeringat; pusing; peningkatan
atau pingsan. R/ perhatian pada
Parameter aktivitas dan
menunjukkan perawatan diri.
respons fisiologis 3. Mendorong
pasien terhadap stres melakukan
aktivitas dan aktivitas/toleran
indikator derajat si perawatan
pengaruh kelebihan diri.
kerja/jantung. 4. Memberikan
bantuan sesuai
kebutuhan dan
2) Kaji kesiapan menganjurkan
untuk meningkatkan penggunaan
aktivitas contoh kursi mandi,
penurunan menyikat
kelemahan/kelelahan gigi/rambut
, TD stabil/frekuensi dengan duduk
nadi, peningkatan dan sebagainya.
perhatian pada 5. Mendorong
aktivitas dan pasien untuk
perawatan diri. R/ berpartisipasi
Stabilitas fisiologis dalam memilih
pada istirahat periode
penting untuk aktivitas.
memajukan tingkat
aktivitas individual.
3) Dorong
memajukan
aktivitas/toleransi
perawatan diri. R/
Konsumsi oksigen
miokardia selama
berbagai aktivitas
dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan
aktivitas bertahap
mencegah
peningkatan tiba-tiba
pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan
sesuai kebutuhan
18
dan anjurkan
penggunaan kursi
mandi, menyikat
gigi/rambut dengan
duduk dan
sebagainya. R/
Teknik penghematan
energi menurunkan
penggunaan energi
sehingga membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan
oksigen.
5) Dorong pasien
untuk berpartisipasi
dalam memilih
periode aktivitas. R/
Seperti jadwal
meningkatkan
toleransi terhadap
kemajuan aktivitas
dan mencegah
kelemahan.
19
kemampuan koping. kesehatan akan
3) Dorong ventilasi datang.
perasaan tentang Menganjurkan
penyakit-efeknya pasien
terhadap pola hidup melakukan
dan status kesehatan teknik relaksasi,
akan datang. contoh napas
Anjurkan pasien dalam,
melakukan teknik bimbingan
relaksasi, contoh imajinasi,
napas dalam, relaksasi
bimbingan imajinasi, progresif
relaksasi progresif. 4. Melibatkan
R/ Memberikan arti pasien/orang
penghilangan terdekat dalam
respons ansietas, rencana
menurunkan perawatan dan
perhatian, dorong
meningkatkan partisipasi
relaksasi dan maksimum pada
meningkatkan rencana
kemampuan koping. pengobatan
4) Libatkan
pasien/orang
terdekat dalam
rencana perawatan
dan dorong
partisipasi
maksimum pada
rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan akan
membantu
memfokuskan
perhatian pasien
dalam arti positif dan
memberikan rasa
kontrol.
4.5 Evaluasi
2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
dalam rentang normal, dan tak ada edema.
3. Nyeri hilang/terkontrol.
20
4. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
21
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Adanya standar khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu
pemikiran yang kritis mahasiswa untuk menangani kecemasan klien sebelum
prosedur invasif atau bedah
2. Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi
mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien
sebelum prosedur invasif atau bedah
22
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Wahab, Samik A. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak
Sianotik. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan denga Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
23