Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN PENDIDIKAN PROFESI

NERS STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI DESA PANTI KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

oleh
Kelompok 4
Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Profesi Ners
Stase Keperawatan Komunitas

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450
LAPORAN HASIL PENGKAJIAN PENDIDIKAN PROFESI
NERS STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI DESA PANTI KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

Disusun untuk memenuhi laporan hasil pengkajian Kesehatan Desa Panti Program
Studi Pendidikin Profesi Ners
Stase Keperawatan Komunitas

Oleh:

Ida Purwati, S.Kep 182311101008

Jauharotun Nafi’ah, S.Kep 182311101009

Juawarti, S.Kep 182311101017

Neneng Dwi Saputri, S.Kep 182311101018

Mila Yuni Sahlia, S.Kep 182311101019

Nuril Fauziyah, S.Kep 182311101047

Maerani Nurvidianti, S.Kep 182311101089

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Telp./Fax (0331) 323450 Jember
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai Laporan hasil pengkajian Program
StudiPendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas
Periode 29 April – 22 Juni 2019

Disetujui Oleh
PJMK Dosen Pembimbing
Stase Keperawatan Komunitas dan Stase Keperawatan Komunitas dan
Keluarga Keluarga

Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep


NIP 19761219 200212 2 003 NIP 19761219 200212 2 003
Diketahui oleh:
Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Koordinator Program Studi
Universitas Jember Pendidikan
Profesi Ners

Ns. Wantiyah, M.Kep Ns. Erti I. D, M.Kep., Sp. Kep.J


NIP 19810712 200604 2 001 NIP 19761219 200212 2 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala penyertaan dan
pertolongan-Nya, sehingga Laporan hasil pengkajian Stase Keperawatan Komunitas
Di Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember dapat penulis selesaikan. Dalam
kesempatan ini, penulis selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian laporan akhir ini, yakni :
1. Ns. Lantin Sulistyorini, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Jember;
2. Ns. Wantiyah, M.Kep., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Jember;
3. Ns. Erti Ikhtiarini D., M.Kep, Sp.Kep.J selaku Ketua Program
StudiPendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember;
4. Ibu Hanny Rasni, M.Kep., selaku Pembimbing dan Penanggung Jawab Stase
Keperawatan Komunitas dan Keluarga;
5. Pihak Kecamatan Panti, Puskesmas Panti, Desa Pakis, Desa Panti, Desa
Glagahwero, DesaKemuningsari Lor, Desa Serut, serta segenap pihak yang
telah mendukung terselenggaranya praktik Program Studi Pendidikan Profesi
Ners Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga;
6. Teman-teman yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik Program
Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan Laporan ini masih terdapat
kekurangan.Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membantu dari pembaca sebagai penyempurnaan bahan penulisan
selanjutnya.Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Jember, .......Mei 2019

Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh hasil kerja keras sektor
kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif
berbagai sektor pembangunan lainnya.
Upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat
pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
meningkatkan kesadaran untuk kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud, sertasebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia harus secara terpadu saling
mendukung untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Perkembangan masyarakat saat ini telah menjadikan kesehatan sebagai salah
satu komponen terpenting dalam dan diutamakan dalam kebutuhan masyarakat.
Komponen sasaran peningkatan kesehatan tidak hanya sebatas individu, tetapi juga
keluarga dan komunitas di masyarakat. Setiap upaya kesehatan yang diselenggarakan
secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, perorangan, kelompok, ataupun masyarakat harus
senantiasa diperhatikan. Terdapat banyak masalah kesehatan di masyarakat dari
berbagai agregat yang ada dan menjadi komponen dalam kesehatan komunitas.
Berdasarkan data Administrasi Desa tahun 2018, Jumlah penduduk Desa Panti
adalah terdiri dari 3.442 KK, dengan jumlah total 10.503 jiwa. Pengkajian Komunitas
dilakukan pada 344 KK yang tersebar di 7 dusun yaitu dusun Krajan Selatan, dusun
Krajan, dusun Darungan, dusun Wonolangu, dusun Prapah, dusun Gebang, dusun
Gebang Langkap. Dari hasil pengkajian PIS-PK pengolahan sampah dengan cara
dibakar sejumlah 192 KK (55,8%) dan sampah yang dibuang begitu saja di tanah
kosong sejumlah 127 KK (36,9%). Sedangkan pembuangan limbah di sungai yaitu
107 KK (31,4%), dan di got 201 KK (58,4%). Penduduk yang tidak mempunyai
kamar mandi (aktifitas masih di sungai) sebanyak 52 KK (15,1%), BAB di sungai
sejumlah 99 KK (28,3%).Keadaan Kesehatan Ibu dan Anak di desa Panti yaitu
terdapat balita sejumlah 63 (18%) dan ibu hamil sejumlah 7 (2%). Masalah kesehatan
balita BGM sejumlah 6(1.7%) dan BGT sejumlah 2 (0,6%) orang. Kesehatan
penyakit menular di desa Panti ditemukan orang yang menderita TB13 orang dan
masih banyak orang yang suspek TB. Penderita Hipertensi berdasarkan pengkajian
344 KK terdapat 63 KK (18,3%) yang memiliki hipertensi.
Peningkatan kesehatan dan tindakan preventif yaitu suatu kegiatan
pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Pencegahan terhadap suatu
masalah terdirri dari pencegahan primer meliputi promosi kesehatan untuk
mempertahankan kesehatan dan mencegah faktor-faktor risiko. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan
memelihara energi yang terdiri atas deteksi dini, diagnosa dan pengobatan (Pender,
Carolyn, dan Mary, 2002). Sedangkan pencegahan tersier yaitu difokuskan pada
perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuannya adalah
memperkuat resistensi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau
regresi. Peningkatan kesehatan dengan tindakan promosi yaitu kegiatan atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan. Pemeliharaan kesehatan atau pencegahan
penyakit/masalah kesehatan yang spesifik menghindar dari perilaku beresiko sama
baik dengan pencegahan spesifik atau tindakan peotektif seperti imunisasi (Mubarak,
2014).
Keperawatan sebagai salah satu profesi memegang peranan yang sangat
penting dalam pembangunan terutama di bidang kesehatan. Salah satu cabang
keperawatan yang lebih dari satu dasawarsa sedang berkembang adalah keperawatan
komunitas. Keperawatan kesehatan komunitas (community health nursing) yang
identik dengan keperawatan kesehatan masyarakat (public health nursing) merupakan
bidang keperawatan sebagai perpaduan keperawatan dan kesehatan masyarakat,
berfokus pada populasi melalui pendekatan berorientasi komunitas (WHO, 2010).Hal
tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, pembinaan peran serta dari masyarakat
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Wadorf (dalam WHO, 2010)
mengutip pendapat dari The American Nursing Association (ANA), perawat
kesehatan masyarakat menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial, dan
kesehatan masyarakat sebagai praktik dari promosi dan perlindungan populasi.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannyadalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan kesehatan yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari.Perawat sebagai orang pertama dalam tatanan pelayanan
kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.Sehat secara sosial meupakan hasil dari
interaksi positif di dalam komunitas.Kesehatan manusia berubah-ubah bergantung
pada stressor yang ada dan kemampuannya untuk mengatasi masalah serta
memelihara homeostasis (tetap berada pada rentang kondisi yang sehat).
Fakultas Keperawatan Universitas Jember sebagai salah satu institusi
pendidikan tinggi negeri yang lebih berfokus pada bidang kesehatan serta berharap
mampu menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dapat berperan aktif untuk
ikut serta atau berpartisipasi dalam melakukan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di klinik maupun komunitas. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Jember akan
melakukan praktik Program Pendidikan Profesi Ners stase komunitas dan keluarga.
Mahasiswa mencoba melakukan pendekatan dengan masyarakat dan membantu
permasalahan kesehatan yang berisiko terjadi atau bahkan yang telah terjadi di
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam Kegiatan


Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas ini adalah bagaimana cara
mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan meningkatkan status
kesehatan kelompok komunitas di Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari Kegiatan Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas dapat
meningkatkan status kesehatan masyarakat di desa Panti.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari kegiatan Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan asuhan keperawatan Komunitas kelompok dengan Kesehatan Ibu


dan Anak (KIA)
b. Menerapkan asuhan keperawatan Komunitas kelompok dengan Kesehatan
Lansia
c. Menerapkan asuhan keperawatan Komunitas kelompok dengan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
d. Menerapkan asuhan keperawatan Komunitas kelompok dengan anak usia
sekolah dan remaja
e. Menerapkan asuhan keperawatan Komunitas kelompok dengan Penanganan
Penyakit Menular
f. Menerapkan asuhan keperawatan Komunitas kelompok dengan Kesehatan
Lingkungan
g. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat Desa Panti Kecamatan Panti
Kabupaten Jember;
h. Memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat Desa Panti Kecamatan
Panti Kabupaten Jember.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai
berikut:

1.4.1 Bagi Mayarakat


Kegiatan Program Pendidikan Profesi Ners memberikan manfaat untuk
meningkatkan wawasan masyarakat terhadap ilmu dan pengetahuan
kesehatan.
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil Kegiatan Program Pendidikan Profesi Ners menjadikan tambahan ilmu,
sumber informasi, Standart Operasional Prosedur (SOP), dan Studi Literatur
untuk kegiatan keperawatan Komunitas
1.4.3 Bagi Layanan Kesehatan
Hasil dari Kegiatan Pendidikan Profesi Ners dapat menjadikan tambahan ilmu
pengetahuan dan masukan bagi tenaga kesehatan dalam upaya promotif dan
preventif.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keperawatan Komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan
utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2006).
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, tersier.Peningkatan kesehatan berupa
pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian
langsung terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses
dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil
tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat,
mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta
menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan
masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari
hal tersebut masyarakat dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran
atau pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).

2.2 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun
yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan
lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat
diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kesehatan.Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara
konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi dan Makhfud,
2009).
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas
sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga
aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok
dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada
pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum
terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan
secara umum dan perlindungan spesifik.Promosi kesehatan secara umum
mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal
dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko
dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan
puskesmas
c. Pencegahan tertier Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya.
Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistem.Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu
atau lebih karakteristik (Stanhope dan Lancaster, 2004) Agregat ekstrasistem meliputi
delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi,
pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisi
dan rekreasi (Anderson dan McFarlane, 2007).
1) Asuhan Keperawatan pada Kelompok Balita
Balita adalah anak yang berumur 5 tahun ke bawah atau masih kecil yang perlu
tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk
mandiri.Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai
"Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity)
atau Masa Kritis (critical period)" karena periode ini merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi
otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Mengingat
masa 5 tahun pertama merupakan masa yang “relatif pendek” dan tidak akan terulang
kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang tua/pengasuh/pendidik/
masyarakat dan tenaga kesehatan harus memanfaatkan kesempatan ini untuk
membentuk anak menjadi anak yang berkualitas tinggi melalui kegiatan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.
Asuhan keperawatan kelompok khusus balita adalah suatu bentuk pelayanan
keperawatan komprehensif yang diberikan pada kelompok balitadengan tujuan
meningkatkan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, memaksimalkan kemampuanbalita
dalam meningkatkan status kesehatan, serta meminimalkan gangguan kesehatan yang
terjadi pada balita. Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh setiap orang yang berinteraksi
dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lain dan
kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Masalah yang sering terjadi pada balita adalah tumbuh kembang terganggu, gizi
buruk dari sedang sampai berat, diare dan ISPA.Infeksi saluran pernafasan adalah
suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi.Penyebab dari
penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor
yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari balita ukuran dari saluran pernafasan, daya
tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca.
2) Asuhan Keperawatan pada Kelompok Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Sementara WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia
pertengahan yaitu kelompok 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang di derita (Nugroho, 2008).
3) UKK
Kesehatan kerja adalah suatu layanan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan (fisik, mental, dan sosial) yang setinggi-tingginya bagi pekerja
disemua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang adaptasi
antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
4) UKS
Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang
pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMU/SMK/MA (Tim Pembina UKS Pusat,
2003).
Secara umum tujuan UKS adalah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin serta menciptakan lingkungan
yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis
dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat
dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:
a) Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan
masyarakat.
b) Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan.
c) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan
narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan
masalah pornografi dan masalah sosial lainnya (Tim Pembina UKS Pusat, 2003)
Trias UKS
1) Pendidikan Kesehatan
a) Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik:
1. Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat
dan teratur.
2. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.
3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
4. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat
kesehatan.
5. Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk berperilaku hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari.
6. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat
badan secara harmonis.
7. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (Narkoba, arus
informasi)
9. Memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal serta
mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
b) Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui:
1. Kegiatan intrakurikuler berupa pelaksanaan pendidikan pada jam
pelajaran.
2. Kegiatan ekstrakurikuleradalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa
(termasuk kegiatan pada waktu liburan sekolah) yang dilakukan di
sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas
pengetahuan dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan
manusia Indonesia seutuhnya (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).
2) Pelayanan Kesehatan
Dalam pelayanan kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah menurut Tim
Pembina UKS Pusat (2003) dijelaskan sebagai berikut:
a) Tujuan Pelayanan Kesehatan
Tujuan Pelayanan Kesehatan UKS adalah agar:
1. Peserta didik memiliki keterampilan dan kemampuan untuk
menjalankan tindakan hidup sehat dan terdorong untuk melaksanakan
perilaku hidup sehat
2. Peserta didik memiliki daya tahan serta tercegahnya
kelainan/kecacatan.
3. Proses penyakit berhenti, dan tercegahnya komplikasi penyakit,
sehingga kemampuan peserta didik dapat pulih kembali dan berfungsi
secara optimal.
4. Peserta didik sehat, baik mental, fisik maupun sosial.
b) Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
1. Kegiatan peningkatan (promotif) meliputi: Latihan keterampilan teknis
dalam rangka pemeliharaan kesehatan, dan pembentukan peran serta
aktif peserta didik dalam pelajaran kesehatan, pembinaan sarana
keteladanan yang ada di lingkungan sekolah, pembinaan keteladanan
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Kegiatan pencegahan (preventif) meliputi: Pemeliharaan kesehatan
yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-
penyakit tertentu, penjaringan (screening)kesehatan bagi anak yang
baru masuk sekolah, mengikuti (memonitor/memantau) pertumbuhan
peserta didik, immunisasi peserta didik kelas 1 dan kelas VI di sekolah
dasar dan madrasah ibtidaiyah, usaha pencegahan penularan penyakit
dengan jalan memberantas sumber infeksi dan pengawasan kebersihan
lingkungan sekolah dan perguruan agama, konseling kesehatan remaja
di sekolah dan perguruan agama oleh guru BP dan guru agama dan
Puskesmas.
3. Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitasi)
meliputi: Diagnosa dini, pengobatan ringan, pertolongan pertama pada
kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit, rujukan medik.
3) Pembinaaan Lingkungan Sekolah Sehat
Program pembinaan baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan yang
meliputi:
a. Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,
keamanan, kekeluargaan, kerindangan);
b. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;
c. Pembinaan kerja sama antar masyarakat (guru, murid, pegawai sekolah,
orang tua murid, dan masyarakat sekitar).
Tujuan pembinaaan lingkungan kehidupan yaitu: Peserta didik memiliki
keterampilan pemeliharaan lingkungan sekolah yang sehat terdiri atas
pemeliharaan kebersihan, keindahan, dan kerapihan lingkungan sekolah serta
pemeliharaan ketertiban dan keamanan serta kekeluargaan dengan
melaksanakan:
a. Melaksanakan kerja bakti kebersihan sekolah secara rutin dan terencana
(Jumat Bersih, piket kapling, piket kelas)
b. Melaksanakan kerja bakti dengan lingkungan masyarakat sekitar sekolah
c. Membuang sampah pada tempatnya dan pengadaan tempat sampah di
depan kelas, dipilah antara sampah organik dan anorganik
d. Mengolah sampahorganik menjadi kompos
e. Tidak mencorat-coret dinding dan bangku
f. Menyiram jamban sampai bersih sesudah dipakai
g. Membuat dan memelihara kapling, kebun sekolah, TOGA, taman sekolah
h. Mengikuti kegiatan Dinamika Kelompok (wisata, olah raga dan
kesenian).
5) Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu.Secara
sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan
sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau
desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB,
(3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7)
penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun
keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi
terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui
peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk: (1) mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan ibu
untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain
yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan
pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6)
meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.
Menurut (Nasrul, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu dilakukan
dengan system 5 meja, yaitu:
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan Usia
Subur)
2. Meja II : Penimbangan Balita dan ibu hamil
3. Meja III : Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS
yang belum mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom
5. Meja V
a. Pemberian iminisasi
b. Pemeriksaan Kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi:
a) Kesehatan ibu dan anak: Pemberian pil tambah darah (ibu hamil), Pemberian
vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus) , PMT,
Imunisasi. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita
melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat
melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.
b) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
c) Pemberian Oralit dan pengobatan.
d) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan
dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS
baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
Menurut (Nasrul, 2000), untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan oleh kader
kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang kita temukan dari meja 1
sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa
posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader
selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader seharusnya lebih aktif
berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian
khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
6) Polindes
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata bentuk peran
serta masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa.
Tujuan Polindes:
a) Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan
dan penanganan pada kasus gagal.
b) Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
c) Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan bagi ibu dan keluarganya.
d) Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.
Kegiatan Polindes:
1. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan
mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.
2. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
3. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
4. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra
sekolah, serta imunisasi dasar pada bayi.
5. Memberikan pelayanan KB.
6. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan
persalinan yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
7. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma)
8. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
9. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
10. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta
peningkatan penggunaan ASI dan KB.
11. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas
setempat.
Sasaran Polindes:
a) Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b) Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
c) Ibu hamil
d) Ibu menyusui
e) Ibu nifas
f) Wanita usia subur.
g) Kader
h) Masyarakat setempat.
7) Poskestren
Poskestren adalah Pesantren yang memiliki kesiapan dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, secara mandiri
sesuai dengan kemampuan
Tujuan Poskestren
a) Tujuan Umum
Terwujudnya pesantren yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan diwilayah pesantrennya.
b) Tujuan Khusus
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran santri dan guru tentang
pentingnya kesehatan.
2) Meningkatnya santri dan guru yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat.
3) Meningkatnya kesehatan lingkungan di pesantren.
4) Meningkatnya kemampuan dan kemauan santri untuk menolong diri sendiri
dibidang kesehatan.
Sasaran Pengembangan Poskestren
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Poskestren
dibedakan menjadi tiga jenis sasaran, yaitu:
a) Semua individu santri, guru serta pengurus pesentren serta keluarganya yang
tinggal di lingkungan pesantren, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di lingkungan
pesantren.
b) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti pimpinan pesantren, pengurus yayasan serta petugas kesehatan.
c) Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan, dana,
tenaga, sarana dan lain-lain, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur dan
pemangku kepentingan lainnya. Proses Pembentukan PoskestrenPembentukan
poskestren di pesantren diwilayah Puskesmas ini dilaksanakan dengan
menggunakan pola pendekatan pengembangan desa siaga yaitu dilaksanakan
dengan membantu / memfasilitasi / mendampingi masyarakat pesantren untuk
menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah
yang terorganisasi yang dilakukan oleh kader poskestren bersama guru
pendamping. Yaitu dengan menempuh tahap-tahap pelaksanaan sebagai berikut:
a. Sosialisasi Poskestren
b. Survey Mawas Diri
c. Pembahasan Hasil SMD
d. Musyawarah Masyarakat Pesantren (MMP)
2.2 Kerangka Model Community As Partner yang Sudah Diaplikasikan Pada
Komunitas Kelolaan
Dasar pemikiran dalam keperawatan komunitas adalah komunitas adalah
sebuah sistem.Pada awalnya Anderson dan McFarlane (2007) menggunakan model
“comunity as client”.Pada tahun 2000 model disempurnakan menjadi“community as
partner”.Model comunity as partner mempunyai makna sesuai dengan filosofi PHC,
yaitu fokus pada pemberdayaan masyarakat.Pengkajian komunitas mempunyai 2
bagian utama yaitu core dan 8 subsistem.
Gambar 2.1 Model Community as Partner

Pengkajian core/inti adalah core: komunitas, sejarah/riwayat, data demografi,


jenis rumah tangga, vital statistik, value, belief, religion dan status pernikahan.
Pengkajian 8 subsistem komunitas adalah pengkajian fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan dan rekreasi(Mubarak, 2009). Model comunity as partner menekankan
pada terjadinya stressor yang dapat mengganggu keseimbangan sistem: pertahanan
fleksibel, normal dan resisten.

Gambar 2.2Model Keperawatan Komunitas


Teori Neuman mempertahankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang
mana tubuh mempertahankan keseimbangan dan sebagai akibat dari kesehatan
mengubah kondisi sehat atau sakit. Garis pertahanan itu terdiri dari garis pertahanan
fleksibel, garis pertahanan normal dan garis pertahanan resisten.
a. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan
berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut:
1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan
dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmune.
2) Stressor Interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang
memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran
3) Stressor Ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau
individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor
interpersonal. Misalnya : sosial politik.
b. Garis pertahanan fleksibel
Garis pertahanan fleksibel adalah hambatan luar atau bantal ke garis
pertahanan normal, garis perlawanan, dan struktur inti.Jika garis pertahanan fleksibel
gagal untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap garis pertahanan
normal, garis perlawanan menjadi aktif.Para garis pertahanan fleksibel bertindak
sebagai bantal dan digambarkan sebagai akordeon seperti sejalan dengan
berkembangnya menjauh dari atau kontrak lebih dekat dengan garis pertahanan
normal.Garis pertahanan fleksibel bersifat dinamis dan dapat berubah / diubah dalam
waktu yang relatif singkat waktu.Upaya yang dilakukan dengan mengidentifikasikan
faktor-faktor risiko, berusaha mengeliminasi stressor dan fokus pada pengaman kubu
pertahanan normal dan penguatan kubu pertahanan fleksibel.
c. Garis pertahanan normal
Garis normal mewakili garis pertahanan stabilitas sistem dari waktu ke
waktu.Hal ini dianggap sebagai tingkat biasa stabilitas sistem. Garis normal
pertahanan dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai respons untuk mengatasi atau
menanggapi lingkungan..
d. Garis pertahanan resisten
Garis-garis perlawanan melindungi struktur dasar dan menjadi aktif ketika
tekanan lingkungan yang menyerang garis pertahanan normal. Contoh: aktivasi
respon kekebalan setelah invasi mikroorganisme. Jika garis resistensi yang efektif,
sistem ini dapat menyusun kembali dan jika garis resistensi yang tidak efektif,
kehilangan energi yang dihasilkan dapat mengakibatkan kematian.ketika terjadi
kematian pada masalah utama seperti hipertensi, ISPA, dan diare maka masalah
tersebut sudah memasuki garis pertahanan resisten. Upaya pencegahan yang
dilakukan adalah merencanakan kegiatan bersama untuk menanggulangi adanya
kematian dari masalah utama.
1) Pencegahan Primer
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi: promosi
kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan
pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan
mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah
sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup:
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
2) Pencegahan Sekunder
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari
stressor.Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of
resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga
melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai
gejala.Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan
memelihara energi.Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak
terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-
intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
3) Pencegahan Tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan
sekunder.Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas
sistem klien secara optimal.Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi
terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga
dapat mempertahankan energi.Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada
pencegahan primer.

2.3 Model Pengkajian Keperawatan Komunitas

Model komunitas sebagai mitra (community as partner) dikembangkan


berdasarkan model Neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang ada. Model ini sekaligus menekankan
bahwa primary health care (PHC) sebagai filosofi yang mendasari komunitas untuk
turut aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah melalui upaya
pemberdayaan komunitas dan kemitraan.Dalam model community as partner ada dua
komponen penting yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan.Roda
pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti (core) sebagai
intrasistem terdiri dari demografi, riwayat, nilai dan keyakinan
komunitas.Ekstrasistemnya terdiri dari delapan subsistem yang mengelilingi inti yaitu
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Sedangkan proses
keperawatan yang dimaksud mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Gambar 1. Model komunitas sebagai mitra (community as partner)

2.4 Asuhan Keperawatan Community as Partner


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian komunitasadalahuntuk mengidentifikasifaktor(positifdan negatif)
yangberhubungan dengan kesehatan dalamrangkamembangun strategiuntuk
promosikesehatan.(AndersonandMc Farlane,2000)yangdikaji
meliputidemografi,riwayat, nilaikeyakinandan riwayatkesehatanindividu
yangdipengaruhioleh sub system komunitas yang terdiri dari lingkungan
fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.Aspek-
aspek tersebut dikajimelaluipengamatanlangsung, datastatistik,angketdan
wawancara.
a. Data inti
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada
orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau
daerah itu.
2. Data demografi
karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut,
distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah
penduduk,
3. Vital statistik
meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian
atau kesakitan.
4. Nilai dan kepercayaan
nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,
kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan
kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan
masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
b. Subsistem
1. Lingkungan fisik
catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau,
binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air,
dan iklim.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang
praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan
atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental,
dukun tradisional/pengobatan alternatif.
3. Ekonomi
catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut
maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan,
adakah pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat
pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.
4. Keamanan dan transportasi
apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah
komunitas, catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat
trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan
untuk orang cacat. jenis layanan perlindungan apa yang ada di
komunitas (misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah
mutu udara di monitor, apa saja jenis kegiatan yang sering terjadi,
apakah orang-orang merasa aman.
5. Politik dan pemerintahan
catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai
yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas
(misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-
orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan
lokal mereka.
6. Komunikasi
catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana
komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas,
apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada
tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul.
7. Pendidikan
catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan
lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler,
layanan kesehatan sekolah, dan tingkat pendidikan masyarakat.
8. Rekreasi
catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa
yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat
menggunakan waktu senggang.
2.3.2 Diagnosa keperawatan
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa seberapa besar
stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul
dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan
diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari
masalah kesehatan, karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat
aktual, ancaman dan potensial. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen
yaitu problem, etiologi, sign symtom.
2.3.3 Perencanaan/intervensi
Perencanaanmerupakantindakanpencegahanprimer,sekunder,tersier yang
cocokdengankondisi klien(keluarga,masyarakat)yangsesuai dengan diagnosa
yangtelahditetapkan.Prosesdidalamtahapperencanaanini
meliputipenyusunan,pengurutanmasalahberdasarkandiagnosa komunitas
sesuaidengan prioritas(penapisanmasalah),penetapantujuan dansasaran,
menetapkanstrategiintervensidan rencanaevaluasi.
2.3.4 Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan
diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu
penyakit.Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan
bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah
kesehatan. Pencegahan sekunde ini menekankan pada diagnosa dini dan
inervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan
sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya
mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak
usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian
individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau
ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi
semula dan menghambat proses penyakit.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasiperbandinganantarastatus kesehatankliendenganhasilyang
diharapkan.Evaluasiterdiridari tiga yaituevaluasi struktur,evaluasiproses dan
evaluasihasil.Tugas darievaluatoradalahmelakukanevaluasi,
menginterpretasidatasesuai dengankriteriaevaluasi,menggunakan penemuandari
evaluasiuntuk membuatkeputusandalammemberikan asuhan keperawatan.
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian
pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien,
dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
keperawatan dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan,
dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses
mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan
pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan
kemampuan tehnikal perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
BAB 3. TINJAUAN `KASUS

3.1 Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Komunitas sejak tanggal 30 April – 11 Mei 2019 menggunakan format
pengkajian Instrumen Pengkajian Keperawatan Komunitas mendapatkan hasil yaitu
sebagai berikut:

3.2. Data Organisasi Desa


1. Peta Wilayah
Gambar 1. Peta wilayah Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember
2. Batas Wilayah
Desa Panti memiliki wilayah dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Suci
2. Sebelah Selatan : Desa Dukuh Glagahwero
3. Sebelah Timur : Desa Serut
4. Sebelah Barat : Desa Pakis

3. Data Demografi
a. Potensi Penduduk
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2017, jumlah
penduduk Desa Panti adalah terdiri dari 3.442 KK, denganjumlah total 10.503 jiwa,
dengan rincian 5244 laki-laki dan 5259 perempuan, sebagaimana tertera dalam
Tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Kelompok Umur Laki - Laki Perempuan Laki+Perempuan

Jumlah Penduduk 5244 5259 10503

0 - 7 tahun 676 656 1332

7 - 18 tahun 1151 1,023 2174

18 - 56 tahun 2850 2684 5534

> 56 tahun 567 896 1463

Sumber: Profil Desa Panti 2019


Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 18-56
tahun Desa Panti sekitar 8.726 atau Sekitar 45 %. Hal ini merupakan modal berharga
bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.

b. Tingkat Pendidikan
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Warga Desa Panti
Pendidikan Yang LAKI -
Ditamatkan LAKI PEREMPUAN Laki+Perempuan

Usia 3-6 tahun yang


sedang TK/Play Group 68 72 140

4 8 12
Usia 7-18 tahun yang tidak
pernah sekolah

Usia 7-18 tahun yang


sedang sekolah 816 812 1628

Usia 18-56 tahun tidak


pernah sekolah/buta aksara 29 34 63

Usia 18-56 tahun pernah


sekolah dasar tetapi tidak
tamat 592 642 1234

Tamatan SD sederajat 985 976 1961

Jumlah Usia 12-56 tidak


tamat SLTP 82 106 188

Jumlah usia 18-56 tahun


tidak tamat SLTA 8 12 20

Tamatan SLTP sederajat 237 246 483

Usia 18-56 tahun yang


tamatan SLTA sederajat 972 924 1896

Tamatan D1 12 24 36

Tamatan D2 7 16 23

Tamatan D3 24 18 42

Tamatan S1 154 128 282

Tamatan S2 12 6 18

Tamatan S3 4 0 4

Usia 3-6 tahun yang belum


masuk TK 236 221 457

Sumber: Profil Desa Panti tahun 2019


c. Pekerjaan
Tabel 3. Pekerjaan Warga Desa Panti
Total
Uraian LAKI – LAKI PEREMPUAN Laki+Perempuan
Petani 749 Orang 372 Orang 1121 Orang
Buruh tani 887 Orang 694 Orang 1581 Orang
TKI perempuan/TKW Orang 38 Orang 38 Orang
TKI laki-laki 32 Orang Orang 32 Orang
Pegawai negeri sipil 62 Orang 68 Orang 130 Orang
pengrajin industri rumah
tangga 6 Orang 14 Orang 20 Orang
Pedagang keliling 23 Orang 12 Orang 35 Orang
Peternak 21 Orang Orang 21 Orang
Montir 16 Orang Orang 16 Orang
TNI 3 Orang Orang 3 Orang
POLRI 8 Orang Orang 8 Orang
Pensiunan
PNS/TNI/POLRI 51 Orang 58 Orang 109 Orang
Pengusaha kecil
menengah 81 Orang 135 Orang 216 Orang
Jasa pengobatan
alternatif 1 Orang Orang 1 Orang
Karyawan perusahaan
swasta 415 Orang 472 Orang 887 Orang
Makelar/broker/mediator 71 Orang Orang 71 Orang
Sopir 14 Orang Orang 14 Orang
Tukang becak 7 Orang Orang 7 Orang
Tukang cukur 7 Orang 3 Orang 6 Orang
Tukang batu/kayu 114 Orang Orang 114 Orang
Jumlah jenis mata
pencaharian pokok 1754 Orang 1808 Orang 3350 Orang

4. Perkembangan Penduduk:
Masyarakat daerah Panti tidak memiliki adat dan kepercayaan yang berbeda
seperti pada umumnya.Masyarakat Desa Panti memiliki kebebasan dalam hal
apapun, terdapat gotong royong di beberapa Dusun yang setiap bulannya selalu
ada.Sejarah nama Desa Panti bermula karena pada Zaman penjajahan Belanda
daerah ini merupakan tempat pertempuran antara rakyat pribumi dengan pasukan
belanda sehingga menimbulkan banyak korban jiwa.Sehingga masyarakat Desa Panti
pada waktu itu sepakat untuk memberi nama Desa ini dengan nama Desa Panti.
Nama Desa Panti didasarkan dari kata ” Papan Mati” yang memiliki arti Tempat
Mati atau Tempat Orang Meninggal Dunia.

12. Nilai dan Keyakinan:


Masyarakat Desa Panti mayoritas beragama Islam sehingga kegiatan yang
berhubungan dengan acara keagamaan banyak dilakukan.Contohnya kegiatan
pengajian rutin dilakukan baik Ibu-ibu (muslimatan) maupun Bapak-bapak
(anjangsana) yang dilakukan di Mushollah atau dirumah warga yang ditunjuk
sebagai tempat diadakan pengkajian pada setiap dusun.

3.3. Hasil Pegkajian Komunitas


Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2018, jumlah penduduk
Desa Panti adalah terdiri dari 3.442 KK, pengkajian komunitas dilakukan pada 344
KK yang tersebar di 7 dusun yaitu dusun Krajan Selatan, dusun Krajan, dusun
Darungan, dusun Wonolagu, dusun Prapah, dusun Gebang, dusun Gebang Langkap.
Berikut adalah hasil pengkajian komunitas di Desa Panti.
1. Dusun
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Dusun di Desa Panti Kecamatan Panti
(n=344)
Dusun Frekuensi Persentase (%)
Krajan Selatan 41 11.9
Krajan 95 27.6
Darungan 79 23
Gebang angkap 37 10.8
Gebang 19 5.5
Prapah 17 4.9
Wonolangu 56 16.3
Total 344 100
Tabel 4 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan dusun menunjukkan
persebaran data yaitu sebanyak 27.6% dusun krajan, krajan selatan sebanyak 11.9%,
darungan 23 %, gebang langkap 10.8 %, gebang 5.5%, prapah 4.9%, dan wonolangu
sebanyak 16.3%.

2. Tindakan Pendidikan

Tabel 5.Distribusi Data pendidikan responden di Desa Panti Kecamatan Panti


(n=344)
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tidak Tamat Sekolah 50 14.5
Tamat SD 149 43.3
Tamat SLTP 83 24.1
Tamat SLTA 55 16
Tamat PT 7 2
Total 344 100

Tabel 5 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat


pendidikan.Tingkat pendidikan dinilai berdasarkan lulusan pendidikan terakhir yang
telah ditempuh. Tingkat pendidikan terdiri dari tidak tamat sekolah, Tamat SD, Tamat
SLTP, Tamat SLTA, Tamat PT. Data menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 149 orang (43.3%).

3. Pekerjaan

Tabel 6.Distribusi Data Berdasarkan Pekerjaan Responden di Desa Panti Kecamatan


Panti (n=344)
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Petani 86 25
Buruh 57 16.6
Pedagang 12 3.5
IRT/Tidak bekerja 9 2.6
Wiraswasta 118 34.3
TNI/POLRI 1 0.3
PNS 2 0.6
Lainnya 59 17.2
Total 344 100
Tabel 6 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.Distribusi
pekerjaan dikategorikan menjadi tidak bekerja, PNS, Wiraswasta, Petani, pedagang,
pedagang, Lain-lain.Sebagian masyarakat bekerja sebagai wiraswasta, yaitu sebanyak
118 (34.3%).

4. Jenis Kelamin
Tabel 7. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden Desa Panti Kecamatan
Panti
Keterangan Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 315 91,4
Perempuan 29 8,4
Total 344 100

Tabel 7 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Distribusi jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mayoritas responden

Desa Panti yaitu laki-laki sebanyak 315 responden (91,6%).

5. Agama
Tabel 8. Dsitribusi frekuensi agama responden Desa Panti Kecamatan Panti
Agama Frekuensi Persentase (%)
Islam 342 99,4
Kristen 1 0,3
Katolik 1 0,3
Hindu 0 0
Buddha 0 0
Total 344 100
Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan agama. Distribusi
agama terdiri dari islam, kristen, katolik, hindu dan buddha. Mayoritas responden di
Desa Panti beragama islam sebanyak 342 responden (99,4%).
6. Suku
Tabel 9. Distribusi suku responden Desa Panti Kecamatan Panti
Suku Frekuensi Persentase (%)
Madura 221 64,2
Jawa 123 35,8
Total 344 100.0

Tabel 9 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan suku. Distribusi suku


terdiri dari suku madura dan suku jawa. Sebagian besar responden di Desa Panti suku
madura sebanyak 221 responden (64,2%).
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Tabel 10. Distribusi frekuensi tahap perkembangan keluarga responden Desa
Panti Kecamatan Panti
Tahap Perkembangan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Keluarga pemula 11 3,2
Keluarga dengan balita 37 10,8
Keluarga dengan anak
1 0,3
prasekolah
Keluarga dengan anak sekolah 73 21,2
Keluarga dengan remaja 90 26,2
Keluarga dewasa muda 28 8,1
Keluarga dewasa pertengahan 34 9,9
Keluarga usia lanjut 70 20,3
Total 344 100.0

Tabel 10 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tahap

perkembangan keluarga..Distribusi tahap perkembangan keluarga terdiri dari keluarga

pemula, keluarga dengan balita, keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan

anak sekolah, keluarga dengan remaja, keluarga dewasa muda, keluarga dewasa

pertengahan dan keluarga usia lanjut. Tahap perkembangan keluarga responden Desa
Panti .terbanyak berada pada tahap perkembangan keluarga dengan remaja sebanyak

90 responden (26,2%)

8. BAB di Jamba

Tabel 5 Distribusi frekuensi BAB di jamban Desa Panti Kecamatan Pnati


Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Jamban 245 71,2


Lain-lain 99 28,8
Total 344 100.0
Tabel 11 menunjukkan masyarakat yang BAB di jamban. Sebagian besar

keluarga BAB di jamban yang tersedia dirumahya sebanyak 245 responden (71,2%).

9. Pembuangan Sampah Keluarga

Tabel 6. Distribusi frekuensi pembuangan sampah keluarga Desa panti


Kecamatan panti
Pembuangan sampah Frekuensi Persentase (%)
Dibakar 192 55,8
Di buang ke tanah kosong 127 36,9
Diambil petugas kebersihan 4 1,2
Dibuang sembarangan 21 6,1
Total 344 100
Tabel diatas menjelaskan bahwa paling banyak keluarga membuang sampah

dengan cara di bakar yaitu 192 KK (55,8%).

10. Pembungan sampah keluarga Desa panti Kecamatan Panti

Tabel 7. Distribusi frekuensi pembuangan limbah keluarga


Sarana pembuangan limbah Frekuensi Persentase (%)
Got 201 58,4
Sungai 107 31,1
Tidak ada 20 5,8
Lain-lain 12 3,5
Total 344 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat membuang limbah

di got yaitu 201 KK (48%).

11. Keluarga dengan jaminan kesehatan nasional Desa panti Kecamatan Panti
Tabel 8. Distribusi frekuensi keluarga yang memiliki jaminan kesehatan nasional

Memiliki JKN Frekuensi Persentase (%)


Ya 212 61,6
Tidak 132 38,4
Total 344 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lebih dari 50% warga memiliki
jaminan kesehatan nasional yaitu sejumlah 212 KK.

12. Diagnosa hipertensi Desa panti Kecamatan panti


Tabel 9. Data distribusi responden keluarga berdasarkan diagnosis Hipertensi di
desa Panti

Frekuensi Persentase (%)


Hipertensi 63 18,3
Tidak 44 12,8
Total 88 100.0
Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden
keluarga memiliki atau terdapat anggota keluarganya yang memiliki penyakit
hipertensi, yaitu sebanyak 63 keluarga (18,3%) dari 107 KK yang terdapat lansia.

13. KMS pada balita Desa Panti Kecamatan Panti


Tabel 10. Data distribusi KMS berdasarkan BB balita

Garis Frekuensi Persentase (%)


Hijau 55 16,0
Kuning 2 0,6
Merah 6 1,7
Tidak memiliki balita 281 73,6
Total balita 63
Berdasarkan tabel 10 menjelaskan bahwa dari jumlah KK sebanyak 344 KK
terdapat 63 KK yang memiliki balita, terdapat 6 balita (1,7%) yang mengalami BGM
dan 2 balita (0,6%) yang mengalami BGT.

3.4. Gambaran Permasalahan Agregat di Komunitas


1. KIA
Ibu Hamil
Hasil wawancara dengan bidan desa panti, sasaran ibu hamil yang melakukan
ANC sudah dilakukan di posyandu setiap bulan. Pembagian buku KIA dan
pencatatan telah rutin dilakukan pada setiap ibu hamil yang melakukan ANC. Ibu
hamil yang melakukan ANC tidak hanya ke pposyandu saja melainkan datang ke
bidan desa. Pencatatan buku kohort ibu hamil telah dituliskan secara jelas, dimana
dalam bulan Maret 2019 bidan desa telah menemukan kasus KEK pada ibu hamil
sejumlah 4 dari 172 orang ibu hamil (2,32%) di desa Panti dengan pengukuran
lingkar lengan atas <23,5cm. Kasus yang terjadi mengenai ibu hamil pada bulan
Februari-Maret yaitu PEB dan partus lama
Bayi dan balita
Hasil analisa pengkajian komunitas menunjukkan bahwa ada 776 (0,225%)
dari 3442 KK memiliki anak balita, dimana kasus BGM sebanyak 11 balita. Hasil
wawancara dengan bidan desa bahwa permasalahan tersebut karena pengetahuan ibu
yang kurang mengenai gizi seimbang untuk bayi dan balita. Selain itu, masih ada ibu
yang memiliki bayi/balita menolak untuk diimunisasi ke posyandu dan tidak datang
dikarenakan jangkauan rumah ke posyandu yang jauh.
2. Usia sekolah dan remaja
Hasil yang didapatkan dari data Puskesmas satu tahun terakhir terdapat 1600
kejadian diare yang terjadi. Kejadian diare ini ditunjukkan dengan kurangnya
kesadaran tentang kebersihan pada anak usia sekolah dan remaja.Hasil
pengamatan dan wawancara dengan Kepala Sekolah SDN 03 Panti menyatakan
tidak tersedianya tempat untuk cuci tangan di sekolah selain siswa harus ke kamar
mandi atau ke tempat wudhu di musholla. Sedangkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan Kepala Sekolah SD Darussalam menyatakan tidak tersedianya
tempat cuci tangan di sekolah karena keterbatasan tempat dan dana sehingga jika
ingin cuci tangan siswa harus pergi ke kamar mandi. Hasil pegamatan yang
dilakukan di SDN 03 Panti dan SD Darussalam didapatkan keadaan sekolah yang
kurang bersih untuk SD Darussalam dan tidak adanya tempat cuci tangan baik di
SDN 03 Panti maupun di SD Darussalam. Hasil wawancara dengan beberapa
guru baik di SD maupun SMP, masih banyaknya siswa yang kurang menjaga
kebersihan diri dan lingkungan, masih banyak ditemukan siswa suka membuang
sampah sembarangan.Beberapa guru SD menyatakan masih kurangnya kesadaran
siswa untuk melakukan cuci tangan sebelum makan, hal ini didapatkan dengan
pengamatan guru selama siswa berada di lingkungan sekolah.Selain itu
berdasarkan hasil pengkajian melalui pengamatan dan wawancara dengan guru
didapatkan hasil banyak siswa yang lebih suka membeli jajanan snack snack di
warung daripada membawa bekal atau membeli makanan sehat untuk jajan
sehari-hari.Kepala SDN 03 Panti mengatakan sebelumnya sudah pernah ada
promosi kesehatan terkait cuci tangan dan gosok gigi dari mahasiswa praktek 2
tahun lalu.Menurut hasil wawancara dengan guru bagian kesiswaan, sudah ada
beberapa program dari Puskesmas untuk menunjang peningkatan kesehatan
siswa-siswa yang ada di SMP dan SMA Argopuro. Guru menyatakan bahwa
banyak siswa yang mudah pingsan ketika di sekolah dan banyak siswa perempuan
yang mengalami dismenore ketika mengalami menstruasi setiap bulannya
sehingga dari Puskesmas terdapat program pemberian tablet darah untuk menekan
angka kejadian anemia. Selain itu guru juga menyatakan masih banyak siswa
yang merokok meskipun sudah diperingatkan berkali-kali.Hasil pengamatan dari
kelompok juga masih banyak ditemukan siswa SMP dan SMA merokok di
warung-warung sepulang sekolah dengan masih menggunakan seragam
sekolah.Hasil wawancara dan observasi di SMP dan SMA Argopuro menyatakan
bahwa ada beberapa program penyuluhan dari Puskesmas yang sudah dilakukan
di SMP dan SMA Argopuro terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi, gizi seimbang, NAPZA, penyakit
berpotensi wabah dan penyakit menular seperti HIV/AIDS, TB, Malaria, DBD.
Hal ini dilakukan karena masih banyak siswa SMA dan SMP Argopuro yang
kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan seperti masih suka membang
sampah sembarangan di lingkungan sekolah dan masih banyak siswa yang tidak
mau menggunakan kamar mandi di sekolah untuk melakukan kegiatan toileting
sehingga mereka melakuan kegiatan toileting di sungai yang terletak di belakang
sekolah, selain itu masih kurangnya pengetahuan siswa mengenai manajemen
stress dan pentingnya komunikasi atau berbagi masalah untuk mencegah
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Menurut penuturan guru, siswa juga
masih kurang paham mengenai kesehatan reproduksi seperti pentingnya merawat
dan menjaga kebersihan reproduksi dan mencegah kejadian-kejadian yang
melanggar norma di masyarakat. Banyaknya kejadian penyakit menular seperti
TB juga menjadikan acuan pentingnya dilakukan penyuluhan untuk mengurangi
angka kejadian TB di Kecamatan Panti.Masih adanya angka kejadi Malarian dan
DBD di Kecamatan Panti ketika musim hujan juga menjadi acuan untuk
dilakukannya program-program penyuluhan dan pemberantasan sarang
nyamuk.Masih terdapatnya kejadian HIV/AIDS di Kecamatan Panti meskipun
tidak banyak juga menjadikan perlunya diberikan pendidikan kesehatan terkait
pencegahan HIV/AIDS.Adanya kejadian terdahulu terkait dengan penggunaan
dan pengedaran NAPZA juga menjadikan pentingnya diberikan pendidikan
kesehatan terkait dengan bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan
NAPZA.
3. Dewasa Muda
Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan dengan kurangnya
kesadaran masyarakat yang ditandai dengan masih banyaknya masyarakat
membuang sampah dengan cara dibakar sebanyak 151 KK, dibuang di tanah
kosong sebanyak 86 KK, pembuangan limbah disungai 100 KK, yang tidak
mempunyai kamar mandi dan beraktivitas di sungai sebanyak 49 KK dan BAB di
sungai 63 KK.
Berdasarkan hasil wawancara dengan karang taruna yang sudah terbentuk di Desa
Panti, didapatkan bahwa kegiatan karangtaruna tidak aktif akhir-akhir ini karena
para pemuda yang aktif sedang merantau keluar kota sehingga kegiatan di
karangtaruna tidak berjalan. Rencana pada akan mengaktifkan kembali
karangtaruna di Desa Panti untuk mewujudkan program kesehatan lingkungan .
Jadi dengan adannya karangtaruna dapat menjadi fasilitator untuk untuk
melakukan kegiatan di masyarakat supaya berkesinambungan khususnya program
untuk kelompok usia muda dewasa muda seperti penyuluhan terkait PHBS, pola
gizi seimbang, tidak merokok/narkoba.
4. Lansia
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa dan kader, masalah kesehatan
desa Panti pada usia lansia paling banyak yaitu Hipertensi. Berdasarkan data
sekunder hasil PIS-PK November 2018 tercatat 87 dari 350 responden mengalami
hipertensi.Berdasarkan data pengkajian komunitas didapatkan sebanyak 40 dari
83 lansia mengalami hipertensi.Hasil pengamatan, juga masih jarang sekali
ditemukan posyandu lansia di setiap dusun.Posyandu lansia hanya bisa di temui
per tanggal 23 di dusun Gebang saja.
5. Upaya kesehatan dan keselamatan kerja
Berdasarkan data profil desa di Desa Panti mayoritas pekerjaan sebagai petani
dengan jumlah seluruh petani di desa Panti adalah 468 orang dan Jumlah buruh
tani adalah 1392 orang. Berdasarkan data puskesmas tahun 2018 angka kejadian
kecelakaan akibat kerja sebanyak 76 orang.Berdasarkan hasil wawancara kepada
salah satu petani mengatakan bahwa masih banyak petani yang tidak terbiasa
menggunakan alat pelindung diri saat bertani.Berdasarkan hasil wawancara
dengan ketua Gapoktan bahwa petani yang bekerja di sawah tidak menggunakan
Alat pelindung diri yang lengkap.Hanya yang biasanya dipakai yaitu Lengan
panjang, sepatu, topi, sarung tangan, kaca mata, masker masih jarang.Sementara
celemek sangat jarang digunakan.Hasil dari pengamatan bahwa faktor yang
mempengaruhi adalah tidak adanya kesadaran dan dukungan kelompok dalam
lingkungannya bekerja.
6. Upaya Penanganan Penyakit Menular
Berdasarkan hasil data kesehatan di Kecamatan Panti didapatkan jumlah dengan
suspek TB Paru adalah 520 orang, angka keberhasilan pengobatan pasien TB paru
dengan BTA (+) sebanyak 45 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan
Desa dan Kader didapatkan bahwa ada sekitar 44 KK warga yang terkena TB
paru. Berdasarkan hasil wawancara pada kader TB didapatkan bahwasannya
pasien dengan TB masih banyak yang putus obat dan tidak menjalani pengobatan
dikarenakan terkadang mereka lupa dengan kewajiban untuk meminum obat, serta
banyak pasien TB paru yang menutupi akan penyakit yang diderita dan tidak mau
menjalai pengobatan secara rutin. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
Puskesmas Panti yaitu Puskesmas telah memiliki upaya khusus untuk mengatasi
masalah ini dengan membentuk program upaya pengendalian TB paru, dimana
dalam program ini terbentuk kader TB paru di setiap Desa yang bertugas
menskrining warga di desanya yang diduga mengidap penyakit TB paru dan
melaporkan hasil skrining tersebut kepenanggung jawab program yang di pegang
tenaga perawat Puskesmas. Kemudian, warga dengan hasil BTA positif akan
segera diberikan pengobatan OAT selama 6 bulan yang dilayani di Puskesmas
Induk Kecamatan Panti. Pelayanan khusus pasien TB paru di Puskesmas memiliki
waktu khusus yaitu pada hari Rabu namun apabila datang selain hari rabu puhak
Puskesmas juga akan tetap melayani pasien tersebut.
3.5. Analisa Data

NO Program Keperawatan Data Pengkajian Masalah Keperawatan


Komunitas/ Penanggungjawab Komunitas
Program

1. Kesehatan Ibu dan Anak/ Mila Data Obyektif:


Yuni Sahlia, S.Kep
Dari data sekunder didapatkan Defisiensi kesehatan komunitas
1. Jumlah balita 776 dan ibu hamil 172 bumil (00215)
2. Jumlah ibu hamil dengan KEK sebanyak 3 bumil
3. Hasil pengkajian Keperawatan Komunitas terdapat balita
yang BGM sebanyak 11 balita, BGT sebanyak 142 balita dan
stunting 2 balita.
Data subyektif:

1. Bidan Desa Panti mengatakan masih ada masyarakat yang


tidak mau dan menolak mengimunisasikan anaknya
dikarenakan jika diimunisasi anaknya panas terutama
didaerah Dusun Gebang. Masih terdapat bayi, balita dan ibu
hamil yang tidak rutin datang ke posyandu dikarenakan
jangkauan ke posyandu jauh. selain itu, masih terdapat balita
dengan BGM (Bawah Garis Merah), BGT dan Stunting,
masih terdapat permasalahan gizi ibu hamil dengan KEK
(Kekurangan Energi Kronik) dan ibu hamil yang beresiko
tinggi.
2. Lansia / Neneng Dwi Saputri, Data Obyektif:
S.Kep
1. Data sekunder yang didapaan dari analisa data hasil Ketidakefektifan manajemen
pengkajian dari 344 KK terdapat 160 lansia dimana 63 kesehatan : masalah penyakit
diiantaranya mengalami hipertensi tidak menular (Hipertensi)
(00078)
Data Subyektif:

1. Hasil wawancara dengan bidan desa mengatakan bahwa


terdapat 2 posyandu lansia yang aktif di Desa Panti, yaitu DI
Dusun Gebang dan Krajan Selatan
2. Hasil wawancara dengan kader poayandu mengatakan hasil
pemeriksaan kesehatan lansia didapatkan lansia dengan
hipertensi, diabetes dan nyeri lutut
3. Hasil wawancara dengan kader posyandu mengatakan tidak
semua lansia rutin melakukan pemeriksaan kesehatan di
posyandu lansia

3. Kesehatan Keselamatan kerja / Data Obyektif:


Nurul Fauziah, S.Kep
11. Selama pelaksanaan para petani tidak pernah memakai APD Perilaku kesehatan cenderung
12. Komunikasi anatar anggota Gapoktan desa sudah berkurang beresiko (00188)
13. Tidak ada kejadian kecelakaan kerja
Data Subyektif:

1. Petugas desa mengatakan bahwa terdapat 8 kelompok tani


di desa panti
2. Kegiatan arisan bersama gapoktan satu desa sudah tidak
berjalan selama 2 tahun
3. Setiap kelompok tani masih ada aktivitas bersama
4. Setiap kelompok tani sudah mendapat pelatihan APD

4. Anak Usia Sekolah dan Remaja / Data obyektif:


Jauharotun Nafi’ah., S.Kep
1. Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Panti didapatkan Perilaku kesehatan cenderung
bahwa kejadian diare sebanyak 1600 selama satu tahun beresiko (00188)
terakhir.
2. Berdasarkan pengamatan ada beberapa siswa yang
bersembunyi untuk merokok
3. Berdasarkan pengamatan siswa SMP Argopuro masih
membuang sampah sembarang
4. Berdasarkan data primer didapatkan bahwa 49,2%
masyarakat di panti merokok
5. Berdasarkan data primer didapatkan jumlah usia remaja di
desa panti sebanyak 20,6%
Data subyektif:

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, didapatkan:


1. Masih banyak siswa sekolah yang kurang memperhatikan
kebersihan, seperti banyak anak yang tidak melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2. Tidak terdapat tempat cuci tangan di sekolahan
3. Sering ditemukan siswa SMP merokok di sekolah
4. Masih banyaknya pernikahan dini usia remaja di desa panti
5. Di desa panti masih banyak remaja yang memiliki kebiasaan
merokok
6. Tidak terdapat organisasi karang taruna yang mewadahi
remaja di desa
7. Tidak terdapatnya pelatihan khusus di sekolah terkait p3k dan
tanggap bencana
5. Kesehatan Lingkungan / Ida Data Obyektif:
Purwati, S.Kep
1. Terdapat 40 rumah yang dilakukan pemeriksaan PSN didaptkan 1. Defisiensi kesehatan komunitas
14 rumah positif jentik 2. Perilaku kesehatan cenderung
2. Berdasarkan hasil observasi dari 344 KK didesa panti resiko : kesehatan lingkungan
didapatkan bahwa 17,7% (61 KK) menggunakan air bersih
untuk air minum dari sumber.
3. Berdasarkan hasil observasi 344 KK didesa panti didapatkan
bahwa sebanyak 21,8% (75 KK) menggunakan sumber air
untuk MCK dari sungai.
4. Dari 344 KK sebanyak 12,2 % (42 KK) belum memiliki kamar
mandi sendiri
5. Berdasarkan hasil observasi didapatkan sebanyak 27,6% (95
KK) BAB di sungai
6. Berdasarkan hasil observasi didapatkan sebanyak 55,8%
pengolahan sampah dibakar, 36,9 % dibuang kelahan kosong
dan 6,1% sampah dibuang sembarangan.
7. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pembuangan air
limbah sebanyak 58,4 % (201 KK) membuang air limbah di
got, 31,1% (107 KK) dibuang disungai.
8. Kondisi pembuangan air limbah di desa panti yaitu sebanyak
22,1 % (76 KK) dengan kondisi sarana pembuangan air limbah
terbuka tergenang.
Data Subyeksi:

Hasil wawancara dengan perangkat desa, tenaga kesehatan dan


tokoh masyarakat Desa panti mengatakan bahwa:

1. Warga desa Panti masih banyak yang belum memiliki jamban.


Warga yang tidak memiliki jamban karena tidak memiliki
biaya untuk membuat jamban, tidak memiliki sumber airbersih
sendiri, dan ada yang mengatakan lebih enak BAB di sungai.
2. Warga desa Panti menggunakan air untuk MCK dengan air
sungai terutama di dusun Gebang dan gebang langkap,
sedangkan dusun yang lain menggunakan air bersih dari
sumber mata air dan sumur gali untuk MCK
3. Warga desa panti khususnya dusun gebang dan gebang
langkap menggunakan air bersih untuk minum dari sumber
mata air atau weeslek
4. Masih terdapat warga yang membuang sampah di sungai,
dibakar, diselokan dan dilahan kosong
5. Dari pemantauan PSN di desa Panti masih terdapat jentik di
bak mandi warga
6. Upaya pengendalian Penyakit Data Obyektif
menular/ Maerani Nurvidianti,
1. Berdasarkan data kesehatan di Kec. Panti didapatkan jumlah Defisien Kesehatan Komunitas
S.Kep dengan suspek TB paru adalah 520 orang (00215)

2. Terbentuk kader TB paru disetiap desa yang bertugas


menskrining di desa Panti yang diduga mengidap penyakit TB,

3. hasil dari kader TB desa panti terdapat 13 orang yang terkana TB


paru dan sedang menjalani pengobatan

Data subyektif:

1. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa dan kader


didapatkan bahwa terdapat pasien TBC yang sekarang menjalani
pengobatan, juga terdapat pasien TB yang putusobat dan tidak
menjalani pengobatan dikarenakan lupa waktu minum obat serta
pasien sengaja menutupi akan penyakit yang diderita.
3.6. Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Kesehatan Ibu dan Anak

Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan ketidakcukupan


sumber daya (mis: Financial, sosial, dan pengetahuan) yang ditandai
dengan berdasarkan hasil wawancara dengan kader di desa Panti Kec.Panti
didapatkan bahwa jumlah balita sebanyak 787 orang,. ibu hamil KEK 167
orang, jumlah ibu hamil 167 orang, dan BGM 11 orang serta BGT 142
orang

2. Lansia

Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang


petunjuk untuk bertindak ditandai dengan terdapat 87 KK (24,9%) yang
memiliki keluarga dengan pasien hipertensi sampai dengan November
2018 dan meningkat menjadi 90 orang yang diketahui hipertensi dari hasil
pengkajian komunitas bulan Maret.

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan petani ditandai dengan berdasarkan hasil wawancara
didapatkan bahwa petani di Dusun Panti tidak terbiasa membiasakan
menggunakan Alat Pelindung Diri saat bertani

4. Anak Usia Sekolah dan Remaja

Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan kurangnya


pemahaman siswa yang ditandai dengan berdasarkan data sekunder dari
Puskesmas Panti didapatkan bahwa kejadian diare sebanyak 1600 orang
selama satu tahun terakhir, siswa membuang sampah sembarang, siswa
masih banyak anak yang tidak melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah makan, serta terdapat beberapa siswa yang bersembunyi merokok
5. Kesehatan Lingkungan

Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan dengan


kurangnya kesadaran masyarakat yang ditandai dengan masih banyaknya
masyarakat membuang sampah dengan cara dibakar sebanyak 151 KK,
dibuang di tanah kosong sebanyak 86 KK, pembuangan limbah disungai
100 KK, yang tidak mempunyai kamar mandi dan beraktivitas di sungai
sebanyak 49 KK dan BAB di sungai 63 KK

6. Upaya pengendalian penyakit menular

Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan masih banyaknya


masyarakat panti yang mengalami penyakit TB paru yang ditandai dengan
terdapat 520 orang terkena suspek TB paru, dimana berdasarkan hasil
wawancara dengan bidan desa dan kader didapatkan bahwa ada sekitar 4
KK warga yang terkena TB paru
3.7. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rencana Kegiatan Sasaran Rencana Kegiatan
Keperawatan Program
Indikator Evaluator

1. Ketidakefektifan NOC NIC Kegiatan: Ibu dengan 1. Peserta Kader dan


manajemen bayi dan dapat bidan desa
Status kesehatan Pengajaran: proses 1. Penyuluhan memaha
kesehatan balita resiko
komunitas (2710) penyakit (5602) mengenai gizi bayi mi materi
komunitas: dan balita serta BGM
yang
masalah 1. Kehadiran di 1. Jelaskan patofisiologi promosi variasi (Posyandu) diberikan,
kesehatan ibu program kesehatan penyakit menu sehat untuk adanya
dan anak untuk kehamilan 2. Diskusikan terapi bayi dan balita peserta
berhubungan yang sehat penanganan 2. Mengajarkan senam yang
dengan kurang 2. Status kesehatan ibu hamil pada ibu bertanya,
bayi dan anak baik Pendidikan kesehatan hamil adanya
pengetahuan
(5502) 3. Penyuluhan feedback
tentang program mengenai kanker 2. Ibu-ibu
terapeutik 1. Targetkan sasaran ke serviks kepada ibu- dapat
kelompok beresiko ibu melakuka
tinggi yang akan 4. Stimulasi tumbuh n
mendapat manfaat dari kembang balita, stimulasi
pendidikan kesehatan pengukuran BB/U tumbuh
2. Ajarkan strategi yang TB/U, gizi kembang
dapat digunakan untuk seimbang balita balita
menolak perilaku yang 3. Ibu-ibu
tidak sehat atau berisiko dapat
memberik
an
makanan
dengan
gizi
seimbang
4. Ibu hamil
dapat
,memprak
tekkan
senam
hamil
2. Perilaku Perilaku promosi 1. Berikan informasi 1. Melakukan Karang 1. Mampu Kasun Desa
kesehatan kesehatan (1602): mengenai perilaku penyuluhan taruna dan memaha panti
cenderung yang diinginkan kesehatan terkait masyarakat mi
berisiko 1. Memonitor 2. Gunakan strategi masalah kesahatan desa panti informasi
berhubungan lingkungan terkait pembelajaran yang yang ada di yang
dengan adanya dengan risiko sesuai dengan budaya lingkungan (batuk, telah
motivasi yang 2. Keseimbang-an dan usia pilek, demam) diberikan
tinggi (00162) aktifitas dan 3. Libatkan dalam 2. Melakukan kegiatan 2. Anggota
istirahat bermain peran untuk “Beling: bersih karang
Melakukan perilaku memilih perilaku lingkungan” taruna
kesehatan secara rutin 4. Gunakan pernyataan bersama dengan dan
yang positif terkait warga masyarak
dengan kemampuan 3. Memprogramkan at
individu untuk penghijauan setempat
melaksanakan perilaku lingkungan sekitar ikut serta
5. Berikan lingkungan 4. Merencanakan dalam
yang mendukung sosialisasi program
perilaku yang pengolahan sampah “Beling”
diinginkan untuk popok bayi 3. Mewujud
mempelajari Melakukan pengajaran kan
pengetahuan dan pemeriksaan kesehatan program
keterampilan yang penghijau
diperlukan untuk an
berperilaku dilingkun
gan
4. Mengada
kan
sosialisasi
pengolah
an
sampah
popok
bayi
5. Anggota
karang
taruna
mampu
melakuka
n skrining
kesehatan
di
lingkunga
n sekitar
3. Perilaku Perilaku Patuh : Pengaturan Tujuan Saling Kegiatan : Gapoktan 1. Dapat Ketua
kesehatan Aktivitas yang Menguntungkan (NIC No. desa Panti memaham Gapoktan
cenderung disarankan (NOC No. 4410) 1. Penyuluhan i materi
berisiko (00188) 1632) mengenai K3 yang telah
1. Identifikasi (APD, Ergonomi, diberikan
1. Mengidentifikas bersama mengenai Teknik 2. Ketua
i hambatan tujuan dari pencampuran Gapoktan
untuk perawatan obat) mengetah
melaksanakan ui manfaat
aktivitas fisik 2. Dukung untuk 2. Pelatihan Ketua
mengidentifikasi Gapoktan dilakukan
yang ditentukan pelatihan
kekuatan dan
Mencari penguatan kemampuan diri 3. Simulasi bersama 3. Dapat
eksternal untuk kinerja pengaplikasian mengaplik
perilaku kesehatan 3. Nyatakan tujuan APD kepada asikan
dengan istilah yang petani saat
positif bekerja
Pengaktifan kembali
4. Berjalan
Gapoktan sebagai
kembali
dukungan kelompok
kegiatan
Gapoktan
Dukungan Kelompok (NIC
No. 5430)

1. Manfaatkan
kelompok
pendukung selama
masa transisi untuk
beradaptasi

2. Tentukan tujuan
dan fungsi
kelompok
pendukung

3. Tentukan tempat
yang tepat untuk
bagi pertemuan
kelompok

4. Ketidakefektifan Manajemen diri Pengajaran: proses Kegiatan: Posyandu 1. Dapat Kader dan
manajemen hipertensi (3107) penyakit (5602) Lansia memaham Ketua
kesehatan 1. Pelatihan kader Dusun i materi Posyandu
berhubungan 1. Memantau tekanan 1. Jelaskan patofisiologi lansia Darungan yang Lansia
dengan kurang darah penyakit dan bagaimana 2. Penyuluhan diberikan
2. Berpartisipasi dalam hubungannya dengan Penyebab dan
petunjuk untuk olahraga yang anatomi dan fisiologi Penanganan 2. Dapat
bertindak direkomendasikan sesuai kebutuhan Hipertensi melakuka
3. Mengikuti diet yang 2. Diskusikan pilihan 3. Senam Hipertensi n kegiatan
direkomendasikan terapi/penanganan 4. Pemeriksaan tekanan senam
3. Jelaskan alasan dibalik darah rutin secara
manajemen/terapi/penan 5. Penyuluhan Diet rutin dan
ganan yang Hipertensi bersama
direkomendasikan 3. Memonito
r tekanan
darah
4. Dapat
memprakt
ikkan
secara
mandiri
diet
hipertensi
5. Perilaku Kepercayaan Mengenai Pengaturan Tujuan Saling Kegiatan: Siswa siswi 1. Siswa Guru BP,
kesehatan Kesehatan: Kontrol Menguntungkan (NIC No. SD mendapat Bagian
cenderung Yang di Terima (NOC 4410) 1. Penyuluhan Darussalam kan Kesiswaan,
berisiko No. 1702) kesehatan wawasan Kepala
berhubungan 1. Dukung identifikasi reproduksi Siswa siswi baru Sekolah,
dengan mengenai nilai 2. Promosi kesehatan MI Darul terkait dan Wakil
kurangnya hidup yang spesifik PHBS Mustofa masalah Kepala
1. Usaha untuk 2. Jelaskan pada klien 3. Penyuluhan tanggap
pemahaman mengumpulkan bahwa hanya satu bencana Siswa siswi kesehatan Sekolah
siswa informasi tingkah laku yang 4. Pelatihan P3K SMP dan
2. Keyakinan perlu dimodifikasi 5. Penyuluhan Argopuro penangan
bahwa pada waktu tertentu gambaran diri dan dan SMPN annya
keputusan 3. Bantu klien remaja sehat 1 Panti 2. Siswa
sendiri yang memprioritaskan dapat
mengontrol tujuan yang telah Siswa siswi memaha
hasil kesehatan diidentifikasi SMA mi
3. Menerima 4. Eksplorasi cara Argopuro mengenai
tanggung jawab terbaik pasien kesehatan
terkait dengan untuk mencapai reproduks
keputusan tujuan i dan cara
kesehatan menjaga
kebersiha
n organ-
organ
reproduks
i
3. Siswa
menjadi
tanggap
bencana
karena
tinggal di
daerah
rawan
bencana
4. Siswa
mendapat
wawasan
mengenai
pertolong
an
pertama
5. Siswa
dapat
meningka
tkan
kesehatan
dengan
perilaku
hidup
bersih
dan sehat
6. Defisiensi Kontrol risiko Manajemen Lingkungan: Manajemen Penyakit Ibu-ibu 1. Masyara Kader dan
Kesehatan komunitas: penyakit komunitas (6484): Menular: (8820) pengajian di kat PJ program
Komunitas menular (2802) 1. Identifikasi Desa Mengerti TB paru
1. Adanya Skrining 1. monitor status risiko faktor dan
Darungan
dari semua kesehatan yang sudah kesehatan, memaha
kelompok yang diketahui kekuatan, dan mi
berisiko tinggi prioritas tentang
2. Terdapatnya 2. berpartisipasi dalam masalah dengan penyakit
Pendidikan 66actor program di komunitas komunitas TBC
sesuai dengan untuk mengatasi resiko 2. Monitor faktor serta
budaya tentang yang sudah diketahui lingkungan penyeba
penularan penyakit yang bnya
menular 3. berkolaborasi dalam mempengaruhi 2. Masyara
3. Penegakan pengembangan program di penyebaran kat
kebijakan penyakit mampu
komunitas
pemantauan menular melakuk
lingkungan dengan 4. bekerjasama dengan 3. Bantu anggota an etika
baik komunitas batuk
kelompok dilingkungan
4. Tersedianya dalam yang
produk untuk untuk memastikan aturan meningkatkan benar
mengurangi pemerintah yang sesuai. kewaspadaan 3. Masyara
penyebaran dalam masalah kat
penyakit kesehatan memaha
4. Tingkatkan mi dan
akses yang dapat
adekuat tentang melaksa
pendidikan nakan
kesehatan untuk kepatuha
mencegah dan n dalam
penatalaksanaan hal
dari penyakit berobat
menular
5. Berikan
pendidikan pada
anggota
mengenai
rencana grup
dan
perencanaan
program
6. Monitor
pelaksanaan
program

Anda mungkin juga menyukai

  • LPJ Penkes
    LPJ Penkes
    Dokumen12 halaman
    LPJ Penkes
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Komunitas
    Jurnal Komunitas
    Dokumen5 halaman
    Jurnal Komunitas
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • LPJ Penkes
    LPJ Penkes
    Dokumen12 halaman
    LPJ Penkes
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • PJ KB
    PJ KB
    Dokumen4 halaman
    PJ KB
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Lokmin PDF
    Lokmin PDF
    Dokumen203 halaman
    Lokmin PDF
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • PREPLANNING
    PREPLANNING
    Dokumen20 halaman
    PREPLANNING
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Formulir Peserta Bidikmisi 2018
    Formulir Peserta Bidikmisi 2018
    Dokumen3 halaman
    Formulir Peserta Bidikmisi 2018
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • LP BPH
    LP BPH
    Dokumen29 halaman
    LP BPH
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • LP Poli New
    LP Poli New
    Dokumen1 halaman
    LP Poli New
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Alur Tugas Akhir Hamdanik
    Alur Tugas Akhir Hamdanik
    Dokumen10 halaman
    Alur Tugas Akhir Hamdanik
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • 17 - Bab Ii
    17 - Bab Ii
    Dokumen7 halaman
    17 - Bab Ii
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Ebn Kelompok
    Jurnal Ebn Kelompok
    Dokumen2 halaman
    Jurnal Ebn Kelompok
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • 17 - Bab Ii
    17 - Bab Ii
    Dokumen7 halaman
    17 - Bab Ii
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Askepkelompok Ruang Gardena
    Askepkelompok Ruang Gardena
    Dokumen41 halaman
    Askepkelompok Ruang Gardena
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Bedah
    Format Askep Bedah
    Dokumen15 halaman
    Format Askep Bedah
    lath
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Bedah
    Format Askep Bedah
    Dokumen15 halaman
    Format Askep Bedah
    lath
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Dokumen38 halaman
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    yoga zunandy pratama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Dokumen26 halaman
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • LP Poli New
    LP Poli New
    Dokumen1 halaman
    LP Poli New
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • PENKES
    PENKES
    Dokumen4 halaman
    PENKES
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Dokumen38 halaman
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Sop Terapi Musik
    Sop Terapi Musik
    Dokumen2 halaman
    Sop Terapi Musik
    Putri Mareta Hertika
    Belum ada peringkat
  • LP Ckd+alo
    LP Ckd+alo
    Dokumen42 halaman
    LP Ckd+alo
    Arifah Novia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Dokumen26 halaman
    Laporan Pendahuluan Hidrosefalus
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Materi SAP
    Materi SAP
    Dokumen3 halaman
    Materi SAP
    Mila Yuni Sahlia
    Belum ada peringkat
  • Sop Terapi Musik
    Sop Terapi Musik
    Dokumen2 halaman
    Sop Terapi Musik
    Putri Mareta Hertika
    Belum ada peringkat
  • Sop Terapi Musik
    Sop Terapi Musik
    Dokumen2 halaman
    Sop Terapi Musik
    Putri Mareta Hertika
    Belum ada peringkat