Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
karunianya-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi kasus pelatihan keperawatan
kardiologi tingkat dasar, dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Penyakit Infeksi
Jantung”
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan,
dukungan dan do’anya. Kami berharap makalah ini bermanfaat dalam membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para peserta pelatihan.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun pembimbing demi
tercapainya makalah yang sempurna.

Jakarta , 4 Oktober 2022


DAFTAR ISI

Halaman Sampul....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2. 1 Konsep 3
2.2 Pengertian.......................................................................................................................3
2.3 Etiologi.........................................................................................................................3
2.4 Patofisiologi......................................................................................................................4
2.5 Pemeriksaaan Diagnostik................................................................................................10
2.6 Penatalaksaan Medik......................................................................................................11
Asuhan Keperawatan................................................................................................................................14
Pengkajian 14
Diagnosa Keperawatan 16
Perencanaan 17
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena berfungsi
mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke jaringan dan membuang sisa
metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi dan integrasi sistem
lainnya. Jantung  terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh katup diantaranya adalah
katup atrioventricular  dan katup semilunar. Katup atrioventricular (mitral dan trikuspid)
terbuka dan darah mengalir dari atrium dengan tekanan yang lebih tinggi ke dalam
venrtikel yang relaksasi. Setelah pengisian ventricular, maka akan dimulai fase sistole.
Saat tekanan intraventrikular sistolik meningkat, maka katup atrioventrikular akan
menutup, sehingga mencegah aliran darah kembali ke dalam atrium dan kemudian
kontraksi ventrikular dimulai. Selama fase sistolik, tekanan ventrikular meningkat
menyebabkan katup semilunar (aorta dan pulmonar) terbuka. Saat ventrikel mengeluarkan
darah, maka tekanan intraventrikular menurun dan katup semilunar tertutup sehingga
mencegah aliran balik ke dalam ventrikel. Klien yang mengalami penyakit valvular
mengalami aliran balik atau regurgitasi darah melalui katup yang tidak kompeten,
sehingga menyebabkan suara murmur ketika sedang melakukan auskultasi.
  Gangguan pada katup yang sering selama ini adalah insufisiensi aorta dan stenosis
mitral. insufisiensi aorta adalah sustu keadaan dimana terjadi  refluk (aliran balik) darah
dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Sedangkan stenosis mitral adalah
terhambatnya aliran darah dalam jantung akibat perubahan struktur katup mitral yang
menyebabkan tidak membukanya katub mitral secara sempurna pada saat diastolik.
Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup
aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan selama
diastole dan mengakibatkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Selain itu juga
bisa disebakan oleh endokarditis, kelainan bawaan atau penyakit seperti sifilis dan
pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau robekan aorta asenden.
Penderita insufisiensi aorta biasanya pasien mengeluh dada terasa berat,nafsu makan
berkurang, muntah dan sesak saat beraktivitas. Sebagai perawat kita harus memahami dan
mengetahui tentang asuhan keperawatan terhadap pasien yang mengalami insufisiensi
aorta agar kita dapat memberikan upaya medikasi yeng terbaik sehingga pasien dapat
sembuh atau dapat mengurangi risiko tinggi semakin parahnya penyakit.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
1.3.1.1 Mampu menjelaskan penyakit Regurgitasi Aorta
1.3.1.2 Mampu memahami patofisiologi Regurgitasi Aorta
1.3.1.3 Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan penyakit
Regurgitasi Aorta dengan pendekatan standar diagnosa, luaran dan
intervensi keperawatan Indonesia

1.3.2 Tujuan Umum


Mengimplementasikan penerapan asuhan keperawatan pasien dengan
penyakit Regurgitas Aorta dengan pendekatan standar diagnosa, luaran
dan intervensi keperawatan Indonesia
BABA 11
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian
Aorta Regurgitasi adalah kebocoran pada katup aorta yang dapat menyebabkan
aliran balik ke ventrikel kiri relaksasi. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya
volume dan tekanan di ventrikel kiri dan akan menambah beban pada trium kiri.
Sehingga terjadi peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-
paru dan mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru
Insufisiensi aorta adalah kelainan pada katup aorta yang menjadi lemah ataupun
membesar sehingga katup tidak dapat menutup dengan baik. Hal ini mengakibatkan
timbulnya aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri (A. Samik Wahab, 2006)
Regurgitasi katup aorta adalah kembalinya darah ke ventrikrl kiri dari aorta
selama diastol. Inkompetensi katup aorta biasanya terjadi setelah demam reumatik.
Dengan kembalinya darah ke ventrikel kiri selama diastol, tekanan diatolik di aorta
menurun. Penurunan tekanan diastolik didalam aorta menyebabkan karakteristik
peningkatan tekanan denyut: perbedaann hasil penngukuran antara tekanan distolik dan
diastolik. Regurgitasi aorta juga meningkatkan volume diastolik ventrikel kiri karena
darah masuk ke ventrikel selama diastol dari atrium kiri dan aorta. Hal ini
meningkatkan volume sekuncup dan curah jantung. Regurgitasi katup aorta
menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, yang dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung kongestif.

2.1.2 Etiologi
Penyebab dari regurgitasi aorta adalah dilatasi pangkal aorta seperti pada penyakit
kolagen, aortitis sifilika, disseksi aorta dan penyakit katup organik seperti penyakit
jantung rematik, endokarditis, aorta bicuspid kongenital, ventrikular septal defect
(VSD), ruptur traumatik.
Terdapat dua penyebab utama dari regurgitasi katup aorta, yaitu:
a. Abnormalitas pada katup aorta, yang terdiri atas abnormalitas kongenital,
endokarditis, dan penyakit rheumatic. Penyakit rheumatic dapat menyebabkan
penebalan, deformitas, dan pemendekan katup aorta, sehingga menyebabkan
stenosis maupun insufisiensi aorta. Selain itu, kelainan kongenital yang
menunjukkan adanya fenestrasi dari katup aorta juga dapat menimbulkan AR
yang ringan. Prolaps katup aorta dapat menyebabkan AR kronik yang progresif,
dan biasanya terdapat pada VSD atau degenerasi myxomatosa.
Endokarditis infektif dapat menimbulkan deformasi katup, perforasi, tau erosi
katup. Penyakit sifilis dapat menyebabkan jaringan parut pada katup dan terdapat
retraksi. Ankylosing spondilitis dapat menyebabkan AR karena mempengaruhi
dinding aorta
b. Dilatasi aorta, yang terdiri atas aneurisma aorta akibat inflamasi dan sindrom
marfan, diseksi aorta, ekstasia annuloaortikus, dan sifilis. Dilatasi aorta dapat
menyebabkan AR, yang menyebabkan pelebaran annulus aortikus dan pemisahan
katup aorta. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan dilatasi aorta yaitu
degenerasi kistik medial pada aorta asendens, dilatasi aorta idiopatik, ekstasia
annulortikus, osteogenesis imperfecta, hipertensi berat.

Terdapat dua jenis AR, yaitu AR akut dan kronik


a. Pada AR akut, ukuran ventrikel kiri normal, namun adanya pertambahan volume
darah dari regurgitasi menyebabkan peningkatan tekanan diastolik pada ventrikel.
Tekanan tersebut mempengaruhi atrium kiri dan trunkus pulmonal, yang
menyebabkan dispnea dan edema pulmonal. Biasanya, AR akut yang berat
merupakan indikasi dari pembedahan yang membutuhkan penggantian katup
segera.
b. Pada AR yang kronik, terdapat respon adaptasi dari ventrikel kiri sehingga
regurgitasi dapat berjalan lebih lama. Respon tersebut berupa dilatasi dan
hipertrofi ventrikel. Dilatasi tersebut dapat meningkatkan volume ventrikel kiri
sehingga dapat menerima volume regurgitasi dengan sedikit peningkatan tekanan
diastolik. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya tekanan pada atrium kiri dan
trunkus pulmonal. Karena terjadi peningkatan kapasitas volume ventrikel, tekanan
pada aorta saat diastolik berkurang, namun terjadi peningkatan tekanan sistolik
karena stroke volume ventrikel kiri menigkat. Kombinasi peningkatan tekanan
sistolik dan penurunan tekanan diastolik mengakibatkan besar tekanan pulsasi
meningkat,yang merupakan gejala dari AR kronik. Akibat penurunan tekanan
diastolik, perfusi arteri koroner menjadi berkurang, yang dapat menyebabkan
penurunan suplai oksigen ke miokardium, kombinasi ini dengan peningkatan
ukuran ventrikel dapat menyebabkan angina.

3
2.1.3 Patofisiologi
Insufiensi Aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah
katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan
rapat selama diastol dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke aorta
ke ventrikel kiri. Deefek katup ini bisa disebabkan oelh endokarditis, kelainan
bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan
dilatasi atau sobekan aorta asenden.
Karena kebocoran katup aorta saat diastol, maka sebagian darah dalam aorta,
yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel
kiri harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima
dari atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian
melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga
akibat tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah,
menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha
mengkompensasi melalui refleks dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer melemas,
sehingga tahanan perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastis.
Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan
kronik. Kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya.
Ventrikel kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta.
Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul
dengan sedikit dilatasi ventrikel.
8

2.1.4 Manifestasi Klinis


1. Dyspnea (sesak nafas)

2. Orthopnea (kesulitan nafas saat berbaring)

3. Paroxysmal nocturnal dyspnea / PND (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea


(PND) adalah sesak nafas atau kesulitan bernafas yang terjadi pada
malam haris ehingga penderitanya terbangun dari tidurnya. Keadaan ini
terjadi pada 1-2 jam setelah mata terlelap. Sesak nafas ini akan membaik
dengan perubahan posisi. Perubahan posisi ini bisa berupa tidur miring
atau tidur terlentang. Selain sesak nafas, gejala lain yang muncul berupa
mengi dan batuk)
4. Batuk

5. Fatique (kondisi di mana Anda selalu merasa lelah, lesu, atau kurang
tenaga)

6. Murmur

7. Arteri Carotis yang nyata

8. Tanda- tanda gagal jantung

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis
kelainan katup jantung antara lain :

1. Thorak photo : pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,


dilatasi aorta, edema paru

2. EKG : Hasil EKG pada AR berat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri
menurut kreteria voltase dan repolarisasi dengan gelombang Q prominem
(volumen overload kronik ventrikel kiri) P-R interval memanjang. Pada
insufisiensi akut berat tidak dijumpai adanya hipertrofi ventrikel kiri. Voltase
QRS normal, kelainan repolarisasi minor dan gelombang Q prekordial masih
dalam batas norma.

3. Echokardiografi
Bisa dilakukan untuk melihat insufisiensi aorta yang terjadi melalui turbulensi
yang ditimbulkan, LV hipertropi, dilatasi aorta proximal.
4. Katerisasi jantung
Ventrikel kiri tampak opak selama injeksi kontras kedalam pangkal aorta

2.1.6 Penatalaksanaan Medis


2.1.6.1 Terapi obat-obatan
Belum ada ada obat-obatan yang dapat sepenuhnya mengobati penyakit
katup jantung. Akan tetapi, dokter dapat meresepkan obat yang bisa
meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Obat-
obatan digunakan bila ada tanda gagal jantung antara lain :
1. Diuretik
Mengeluarkan cairan dari dalam aliran darah dan jaringan tubuh,
sehingga beban jantung dapat berkurang
2. Beta Bloker

Seperti Bisoprolol berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan


meringankan kerja jantung dengan cara membuat jantung berdetak lebih
lambat
3. Antiaritmia

Seperti amiodaron, berfungsi untuk mengontrol gangguan irama jantung.

4. ACE Inhibitor

Seperti Captoril dan Ramipril, berfungsi untuk mengurangi beban


kerja jantung.
5. Vasodilator

Seperti Nitrogliserin yang berfungsi untuk meringankan kerja


jantung dan menjaga aliran darah tidak berbalik kembali
6. Obat Statin
Jika kadar kolesterol pasien sangat tinggi, dokter mungkin juga akan memberikan
obat untuk menurunkannya dan menyarankan pasien untuk menerapkan pola
makan yang sehat. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya penyakit jantung
lain, misalnya penyakit jantung koroner, yang akan memperburuk gejala penyakit
katup jantung.
2.1.6.2 Intervensi Bedah

Anda mungkin juga menyukai