oleh:
Mila Yuni Sahlia
142310101090
142310101097
142310101124
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik II B (IKK II B)
Dosen Pembimbing: Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR............................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..
1.2. Tujuan.....
1.3. Implikasi.
2. 2. Etiologi...........................................................................................
2.3. Epidemiologi..
2.7. Pengobatan
11
12
..
13
14
21
ii
22
5.2. Saran................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
23
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena
berkat
limpahan
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
pada
waktunya.
Dalam
penyusunan
makalah
ini,
penulis
banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak, tantangan tersebut bisa teratasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu
dalam
penyusunan
makalah
ini,
semoga
bantuannya
mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kami sekalian.
Penyusun
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
adalah
katup
atrioventricular
dan
katup
semilunar.
Katup
atrioventricular (mitral dan trikuspid) terbuka dan darah mengalir dari atrium
dengan tekanan yang lebih tinggi ke dalam venrtikel yang relaksasi. Setelah
pengisian ventricular, maka akan dimulai fase sistole. Saat tekanan intraventrikular
sistolik meningkat, maka katup atrioventrikular akan menutup, sehingga mencegah
aliran darah kembali ke dalam atrium dan kemudian kontraksi ventrikular dimulai.
Selama fase sistolik, tekanan ventrikular meningkat menyebabkan katup semilunar
(aorta dan pulmonar) terbuka. Saat ventrikel mengeluarkan darah, maka tekanan
intraventrikular menurun dan katup semilunar tertutup sehingga mencegah aliran
balik ke dalam ventrikel. Klien yang mengalami penyakit valvular mengalami aliran
balik atau regurgitasi darah melalui katup yang tidak kompeten, sehingga
menyebabkan suara murmur ketika sedang melakukan auskultasi.
Gangguan pada katup yang sering selama ini adalah insufisiensi aorta dan
stenosis mitral. insufisiensi aorta adalah sustu keadaan dimana terjadi refluk (aliran
balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Sedangkan stenosis
mitral adalah terhambatnya aliran darah dalam jantung akibat perubahan struktur
katup mitral yang menyebabkan tidak membukanya katub mitral secara sempurna
pada saat diastolik. Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi peradangan yang
merusak bentuk bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup
lumen aorta dengan selama diastole dan mengakibatkan aliran balik darah dari aorta
ke ventrikel kiri. Selain itu juga bisa disebakan oleh endokarditis, kelainan bawaan
atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau
robekan aorta asenden.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Mampu memahami pengertian penyakit insufisiensi aorta
2. Mampu memahami epidemiologi penyebab penyakit insufisiensi aorta
3. Mampu memahami etiologi penyakit insufisiensi aorta
4. Mampu memahami tanda dan gejala penyakit insufisiensi aorta
5. Mampu memahami patofisiologi penyakit insufisiensi aorta
6. Mampu memahami komplikasi dan prognosis penyakit insufisiensi aorta
7. Mampu memahami pengobatan penyakit insufisiensi aorta
8. Mampu memahami asuhan keperawatan penyakit insufisiensi aorta
1.3 Implikasi
Dengan mengetahui arti, penyebab, tanda dan gejala diharapkan agar perawat
lebih fokus dalam melakukan asuhan keperawatan terutama pada pasien atau klien
dengan penyakit insufisiensi aorta.
dan
penyakit
rheumatic.
Penyakit
rheumatic
dapat
aorta yaitu degenerasi kistik medial pada aorta asendens, dilatasi aorta
idiopatik, ekstasia annulortikus, osteogenesis imperfecta, hipertensi berat.
Terdapat dua jenis AR, yaitu AR akut dan kronik
a. Pada AR akut, ukuran ventrikel kiri normal, namun adanya pertambahan
volume darah dari regurgitasi menyebabkan peningkatan tekanan diastolik
pada ventrikel. Tekanan tersebut mempengaruhi atrium kiri dan trunkus
pulmonal, yang menyebabkan dispnea dan edema pulmonal. Biasanya, AR
akut yang berat merupakan indikasi dari pembedahan yang membutuhkan
penggantian katup segera.
b. Pada AR yang kronik, terdapat respon adaptasi dari ventrikel kiri sehingga
regurgitasi dapat berjalan lebih lama. Respon tersebut berupa dilatasi dan
hipertrofi ventrikel. Dilatasi tersebut dapat meningkatkan volume ventrikel
kiri sehingga dapat menerima volume regurgitasi dengan sedikit peningkatan
tekanan diastolik. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya tekanan pada
atrium kiri dan trunkus pulmonal. Karena terjadi peningkatan kapasitas
volume ventrikel, tekanan pada aorta saat diastolik berkurang, namun terjadi
peningkatan tekanan sistolik karena stroke volume ventrikel kiri menigkat.
Kombinasi peningkatan tekanan sistolik dan penurunan tekanan diastolik
mengakibatkan besar tekanan pulsasi meningkat,yang merupakan gejala dari
AR kronik. Akibat penurunan tekanan diastolik, perfusi arteri koroner
menjadi berkurang, yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke
miokardium, kombinasi ini dengan peningkatan ukuran ventrikel dapat
menyebabkan angina.
2.3 Epidemiologi Insufisiensi Aorta
Insufisiensi aorta mengenai sekitar 5:10.000 populasi. Insidens lebih
tinggi pada pria terutama pada yang berumur 30-60 tahun. Insufisiensi aorta
biasanya disertai dengan kelainan jantung lain, seperti VSD tipe membran
(konoventrikuler atau tipe konal septal (infundibuloventrikuler), kelainan katup
aorta subvalvular, displasia daun katup tanpa fusi komisura, dan hilangnya 2
atau 3 daun katup aorta. Resiko terjadinya kematian prematur, komplikasi, dan
brakialis
2) Pulsasi corrigan : pulsasi palu air dengan adanya kolaps atau distensi
3) Tanda de Musset :
mengalami
gejala
gagal
jantung
kongestif,
harus
diberikan
10
Intoleransi
aktifitas
Penurunan jumlah
oksigen kurang dari
kebutuhan tubuh
Penurunan
kontraktilitas
Ventrikel kiri
Iskemi miokard
Nyeri Akut
Gelisah
Ansietas
Kompensasi melalui
dilatasi pembuluh darah
dan arteri perifer melemas
Infark miokard
Penurunan kontraktilitas
miokard
Penurunan CO
11
Penurunan Curah
jantung
Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan
pulsasi arteri terlihat (IA).
Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara
lateral kuat dan perpindahan tempat (IA).
Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar
(SA), getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada
titik jugular dan sepanjang arteri karotis (IA).
Irama: tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat
pertama blok AV (SA). Murmur: bunyi rendah, murmur diastolik gaduh
(SM). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke
12
leher (SA). Murmur diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik
pada dasar (IA).
c. Integritas ego
Gejala: Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit,
gemetar.
d. Makanan/cairan
Gejala: Disfagia (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan diuretik.
Tanda: Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM, IM), hangat,
kemerahan dan kulit lembab (IA), pernapasan payah dan bising dengan
terdengar krekels dan mengi.
e. Neurosensori
Gejala: Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina (SA, IA), nyeri dada non-angina/tidak khas (MVP).
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau
nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).
Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak
dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema
pulmonal.
h. Keamanan
Gejala: Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya perawatan gigi
(pembersihan, pengisian, dan sebagainya).
Tanda: Perlu perawatan gigi/mulut.
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.
j. Pertimbangan pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,9 hari.
Bantuan
dengan
kebutuhan
perawatan
diri,
tugas-tugas
rumah
curah
jantung
berhubungan
dengan
13
perubahan
dalam
Diagnosa
Penurunan
curah
jantung
berhubunga
n dengan
penurunan
kontraktilita
s ventrikel
kiri;
disritmia.
Kriteria hasil
Tujuan:
Setelah
dilakukan
perawatan
selama
3x24jam, diharapkan
pasien:
1. Menunjukan
penurunan
nyeri
dada
pasien
2. Menunjukkan
penurunan
episode
dispnea, nyeri
dada,
dan
disritmia.
Kriteria hasil:
Pasien
tidak
lagi
mengalami nyeri dada
saat bernafas dan
beraktivitas
Intervensi
1. Pantau TD,
nadi apikal,
nadi perifer.
R/ Indikator
klinis
dari
keadekuatan
curah
jantung.
Pemantauan
memungkink
an
deteksi
dini/tindakan
terhadap
dekompensas
i.
2. Bantu dengan
aktivitas
sesuai
indikasi
(misal:
berjalan) bila
pasien
mampu turun
dari tempat
tidur
aatur
posisi
saat
istirahat
dengan posisi
semi fowler .
R/
Melakukan
kembali
aktivitas
secara
bertahap
mencegah
14
Implementasi
1. Memantau TD,
nadi
apikal,
nadi perifer. R/
Indikator klinis
dari
keadekuatan
curah jantung.
2. Membantu
dengan aktivitas
sesuai indikasi
(misal: berjalan)
bila
pasien
mampu turun
dari
tempat
tidur
aatur
posisi
saat
istirahat dengan
posisi
semi
fowler .
3. Memberikan
oksigen
suplemen dan
obat-obatan
sesuai indikasi.
Pantau
DGA/nadi
oksimetri.
2.
Nyeri akut
berhubunga
n dengan
iskemia
jaringan
miokard.
Tujuan:
Setelah
dilakukan
perawatan
selama
3x24jam, diharapkan
pasien:
Nyeri pasien hilang/
terkontrol
Kriteria hasil:
Pasien tidak
mengalami nyeri dada
saat bernafas dan
beraktivitas, serta
tekanan darah dan
nadi pasien kembali
normal.
15
pemaksaan
terhadap
cadangan
jantung.
Posisi semi
fowler
memudahkan
oksigenasi.
3. Berikan
oksigen
suplemen dan
obat-obatan
sesuai
indikasi.
Pantau
DGA/nadi
oksimetri. R/
Memberikan
oksigen
untuk
ambilan
miokard
dalam upaya
untuk
mengkompen
sasi
peningkatan
kebutuhan
oksigen
1. Selidiki
laporan nyeri
dada
dan
bandingkan
dengan
episode
sebelumnya.
Gunakan
skala nyeri
(0-10) untuk
rentang
intensitas.
Catat
ekspresi
verbal/non
verbal nyeri,
respons
otomatis
terhadap
1. Menyelidiki
laporan
nyeri
dada
dan
membandingka
n
dengan
episode
sebelumnya..
2. Menganjurkan
pasien
berespons tepat
terhadap angina
(contoh berhenti
aktivitas yang
menyebabkan
angina,
istirahat,
dan
minum
obat
antiangina yang
tepat).
nyeri
(berkeringat,
TD dan nadi
berubah,
peningkatan
atau
penurunan
frekuensi
pernapasan).
R/ Perbedaan
gejala perlu
untuk
mengidentifi
kasi
penyebab
nyeri.
Perilaku dan
perubahan
tanda
vital
membantu
menentukan
derajat/
adanya
ketidaknyam
anan pasien
khususnya
bila pasien
menolak
adanya nyeri.
2. Anjurkan
pasien
berespons
tepat
terhadap
angina
(contoh
berhenti
aktivitas
yang
menyebabka
n
angina,
istirahat, dan
minum obat
antiangina
yang tepat).
Berikan
lingkungan
istirahat dan
16
Memberikan
lingkungan
istirahat
dan
batasi aktivitas
sesuai
kebutuhan. R/
Aktivitas yang
meningkatkan
kebutuhan
oksigen
miokardia
(contoh
kerja
tiba-tiba, stres,
makan banyak,
terpajan dingin)
dapat
mencetuskan
nyeri dada.
3. Memberikan
vasodilator,
contoh
nitrogliserin,
nifedipin
(Procardia)
sesuai indikasi.
batasi
aktivitas
sesuai
kebutuhan.
R/ Aktivitas
yang
meningkatka
n kebutuhan
oksigen
miokardia
(contoh kerja
tiba-tiba,
stres, makan
banyak,
terpajan
dingin) dapat
mencetuskan
nyeri dada.
3. Berikan
vasodilator,
contoh
nitrogliserin,
nifedipin
(Procardia)
sesuai
indikasi. R/
Obat
diberikan
untuk
meningkatka
n
sirkulasi
miokardia
(vasodilator)
menurunkan
angina
sehubungan
dengan
iskemia
miokardia.
3.
Intoleransi
aktivitas
berhubunga
n dengan
ketidakseim
bangan
antara
suplai
Tujuan:
Setelah dilakukan
perawatan selama
3x24jam,
diharapkan pasien:
Menunjukkan
peningkatan yang
dapat diukur dalam
1) Kaji toleransi
pasien
terhadap
aktivitas
menggunakan
parameter berikut:
frekuensi
nadi
20/menit
diatas
frekuensi istirahat;
17
1. Mengkaji
toleransi pasien
terhadap
aktivitas.
2. Mengkaji
kesiapan untuk
meningkatkan
aktivitas contoh
oksigen dan
kebutuhan
toleransi aktivitas
Kriteria hasil:
Pasien tidak lagi
mengalami nyeri
dada sat bernafas
dan beraktivitas
catat
peningkatan
TD, dispnea atau
nyeri
dada;
kelelahan berat dan
kelemahan;
berkeringat; pusing;
atau pingsan. R/
Parameter
menunjukkan
respons
fisiologis
pasien terhadap stres
aktivitas
dan
indikator
derajat
pengaruh kelebihan
kerja/jantung.
2) Kaji kesiapan
untuk meningkatkan
aktivitas
contoh
penurunan
kelemahan/kelelahan
, TD stabil/frekuensi
nadi,
peningkatan
perhatian
pada
aktivitas
dan
perawatan diri. R/
Stabilitas fisiologis
pada
istirahat
penting
untuk
memajukan tingkat
aktivitas individual.
3)
Dorong
memajukan
aktivitas/toleransi
perawatan diri. R/
Konsumsi oksigen
miokardia
selama
berbagai
aktivitas
dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang
ada.
Kemajuan
aktivitas
bertahap
mencegah
peningkatan tiba-tiba
pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan
sesuai
kebutuhan
18
penurunan
kelemahan/kelel
ahan,
TD
stabil/frekuensi
nadi,
peningkatan
perhatian pada
aktivitas
dan
perawatan diri.
3. Mendorong
melakukan
aktivitas/toleran
si
perawatan
diri.
4. Memberikan
bantuan sesuai
kebutuhan dan
menganjurkan
penggunaan
kursi
mandi,
menyikat
gigi/rambut
dengan duduk
dan sebagainya.
5. Mendorong
pasien
untuk
berpartisipasi
dalam memilih
periode
aktivitas.
dan
anjurkan
penggunaan
kursi
mandi,
menyikat
gigi/rambut dengan
duduk
dan
sebagainya.
R/
Teknik penghematan
energi menurunkan
penggunaan energi
sehingga membantu
keseimbangan suplai
dan
kebutuhan
oksigen.
5) Dorong pasien
untuk berpartisipasi
dalam
memilih
periode aktivitas. R/
Seperti
jadwal
meningkatkan
toleransi
terhadap
kemajuan aktivitas
dan
mencegah
kelemahan.
4.
Ansietas
berhubunga
n dengan
perubahan
status
kesehatan.
Tujuan:
Setelah dilakukan
perawatan selama
3x24jam,
diharapkan pasien:
Tidak tampak
cemas
Kriteria hasil:
Pasien tidak lagi
merasa cemas dan
tidak lagi
merasakan nyeri
1) Pantau respons
fisik,
contoh
palpitasi, takikardi,
gerakan
berulang,
gelisah.
R/
Membantu
menentukan derajat
cemas sesuai status
jantung. Penggunaan
evaluasi
seirama
dengan
respons
verbal
dan
non
verbal.
2) Berikan tindakan
kenyamanan (contoh
mandi,
gosokan
punggung,
perubahan posisi). R/
Membantu perhatian
mengarahkan
kembali
dan
meningkatkan
relaksasi,
meningkatkan
19
1. Memantau
respons
fisik,
contoh
palpitasi,
takikardi,
gerakan
berulang,
gelisah.
2. Memberikan
tindakan
kenyamanan
(contoh mandi,
gosokan
punggung,
perubahan
posisi)
3. Mendorong
ventilasi
perasaan
tentang
penyakitefeknya
terhadap pola
hidup dan status
kemampuan koping.
3) Dorong ventilasi
perasaan
tentang
penyakit-efeknya
terhadap pola hidup
dan status kesehatan
akan
datang.
Anjurkan
pasien
melakukan
teknik
relaksasi,
contoh
napas
dalam,
bimbingan imajinasi,
relaksasi progresif.
R/ Memberikan arti
penghilangan
respons
ansietas,
menurunkan
perhatian,
meningkatkan
relaksasi
dan
meningkatkan
kemampuan koping.
4)
Libatkan
pasien/orang
terdekat
dalam
rencana perawatan
dan
dorong
partisipasi
maksimum
pada
rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan akan
membantu
memfokuskan
perhatian
pasien
dalam arti positif dan
memberikan
rasa
kontrol.
kesehatan akan
datang.
Menganjurkan
pasien
melakukan
teknik relaksasi,
contoh
napas
dalam,
bimbingan
imajinasi,
relaksasi
progresif
4. Melibatkan
pasien/orang
terdekat dalam
rencana
perawatan dan
dorong
partisipasi
maksimum pada
rencana
pengobatan
4.5 Evaluasi
1. Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.
2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
dalam rentang normal, dan tak ada edema.
3. Nyeri hilang/terkontrol.
20
21
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran
balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Insufisiensi
aorta disebabkan karena lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup
aorta,sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan
selama diastole dan mengakibatkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri.
Selain itu juga bisa disebakan oleh endokarditis, kelainan bawaan atau penyakit
seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau robekan
aorta asenden.
Penderita insufisiensi aorta biasanya pasien mengeluh dada terasa
berat,nafsu makan berkurang,muntah dan sesak saat beraktivitas. Sebagai
perawat kita harus memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan
terhadap pasien yang mengalami insufisiensi aorta agar kita dapat memberikan
upaya medikasi yeng terbaik.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Adanya standar khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu
pemikiran yang kritis mahasiswa untuk menangani kecemasan klien sebelum
prosedur invasif atau bedah
2. Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi
mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien
sebelum prosedur invasif atau bedah
22
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Wahab, Samik A. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak
Sianotik. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan denga Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
23