DI SUSUN OLEH :
Kelompok 3
Akhdes Kumala Dyan (211211771) Linda Marlina (211211797)
Anisa Usugra (211211773) Nadia Defira (211211803)
Aprlioni Tri Sugiarti (211211774) Nurli Pertiwi (211211805)
Bunga Latifa (211211776) Rebi Nur Haqqi (211211811)
Fania Eldisya Laiya (211211786) Selvi Lovita Sari (211211816)
Jelvia Lestari (211211793) Sofia Nahyu Guswita (211211819)
Khairunisa Aswin (211211794) Wulan Sani Efendi (211211826)
Kelas 2A
Dosen Pengampu:
Ns. Fitri Wahyuni. S, M.Kep., Sp.Kep.An
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023
KATA PENGANTAR
i
Harapan dan tujuan penulis semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat bermanfaat untuk semua pihak termasuk penulis, dan
semoga apa yang telah penulis pelajari diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin
allahhuma aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................6
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................7
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Diabetes Melitus Juvenil................................................................9
1. Anatomi Fisiologi...............................................................................................9
2. Definisi................................................................................................................9
3. Etiologi................................................................................................................10
4. Patofisiologi........................................................................................................11
5. Klasifikasi...........................................................................................................14
6. Manifestasi Klinis...............................................................................................14
7. Komplikasi..........................................................................................................17
8. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................18
9. Penatalaksanaan..................................................................................................19
10. Pathway...............................................................................................................24
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Diabetes Melitus Juvenil..............................27
1. Pengkajian Teoritis................................................................................................28
2. Diagnosa Keperawatan Teoritis............................................................................31
3. Intervensi Keperawatan Teoritis............................................................................32
4. Implementasi Keperawatan Teoritis......................................................................35
5. Evaluasi Keperawatan Teoritis..............................................................................36
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................38
B. Saran......................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................40
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetralogi of fallot (kelainan jantung bawaan) adalah penyakit jantung
kongentinal yang merupakan suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada
sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala sianosis
karena terdapat kelainan VSD (Defek Septum Ventrikel), stenosis pulmonal
(penyempitan pada pulmonalis), hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot
ventrikel kanan), dan overiding aorta (katup aorta membesar) Nursalam dkk
(2006).
Di Amerika Serikat, 10% kasus penyakit jantung kongenital adalah
Tetralogy Of Fallot (TOF), sedikit lebih banyak laki-laki dibandingkan
perempuan. Seiring dengan meningkatnya angka kelahiran di Indonesia,
jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung juga meningkat. Dua per tiga
kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia memperlihatkan gejala pada
masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung bawaan yang
memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan pertama
usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang tidak
diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal
sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95%
meninggal sampai usia 40 tahun, Anonim (2012).
Kelainan ini lebih sering muncul pada laki-laki daripada perempuan. Dan
secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia, sehingga
stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan
operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak – anak sangat
penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi, Guyton dan
Arthur C (2006).
Jika dibiarkan kelainan jantung bawaan pada anak ini akan menimbulkan
beberapa komplikasi antara lain adalah sebagai berikut, yaitu :
vi
1) trombosis serebri;
2) abses otak;
3) endokarditis bakterialis;
4) gagal jantung kongestif;
5) hipoksia.
Berdasarkan data yang diambil dari catatan medik RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda di ruang Melati terhubung mulai Januari 2016 sampai
dengan bulan Mei 2016 jumlah penderita Tetralogy Of Fallot sebanyak 11
orang pasien yang dirawat.
Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik membuat makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Teoritis pada Anak dengan Kelainan
Kongenital pada Sistem Kardiovaskular yaitu Tetralogy Of Fallot (TOF)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan
masalah pada penulisan makalah ini adalah “Bagaimana pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Teoritis pada klien Anak dengan kelainan kongenital pada
sistem kardiovaskular yaitu Tetralogy Of Fallot (TOF)?”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk
memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan secara teoritis
pada Anak dengan Kelainan Kongenital pada Sistem Kardiovaskular yaitu
Tetralogy Of Fallot (TOF).
2. Tujuan Khusus
vii
b. Untuk mengidentifikasi pengkajian keperawatan teoritis pada
Anak dengan Kelainan Kongenital pada Sistem Kardiovaskular
yaitu Tetralogy Of Fallot (TOF).
c. Untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan teoritis pada
Anak dengan Kelainan Kongenital pada Sistem Kardiovaskular
yaitu Tetralogy Of Fallot (TOF).
d. Untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan teoritis pada
Anak dengan Kelainan Kongenital pada Sistem Kardiovaskular
yaitu Tetralogy Of Fallot (TOF).
e. Untuk mengidentifikasi implementasi keperawatan teoritis pada
Anak dengan Kelainan Kongenital pada Sistem Kardiovaskular
yaitu Tetralogy Of Fallot (TOF).
f. Untuk mengidentifikasi evaluasi keperawatan teoritis pada
Anak dengan Kelainan Kongenital pada Sistem Kardiovaskular
yaitu Tetralogy Of Fallot (TOF).
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ix
darah, efek kerja insulin berlawanan dengan glukagon sebuah polipeptida
hormone yang dihasilkan pula oleh sel B pankreas yang akan memicu
proses pembentukan glukosa di dalam hati melalui proses glikolisis dan
glukoneogenesis.
Insulin dilepaskan oleh sel beta pankreas setelah terjadi transport
glukosa oleh GLUT-2 masuk kedalam sel beta, glukosa yang masuk
kedalam sel beta akan mengalami proses glikolisis oleh glikokinase
menjadi glukosa- 6 Phospate, yang mengaktifkan pembentukan Asetyl-Co
A masuk kedalam siklus krebbs dalam mitokondria untuk dirubah menjadi
ATP ( Adenosine Tri Phospat ) sehingga meningkatkan jumlah ATP dalam
sel hal ini akan menginkativasi pompa kalium sensitif ATP, lalu
menginduksi depolarisasi dari membran plasma dan voltage dependent
calcium channel, menyebabkan influks calcium extrasel yang merangsang
pergerakan cadangan kalsium intrasel sehingga menginduksi terjadinya
pengikatan granula produsen insulin ke membran sel dan pelepasan insulin
kedalam peredaran darah.
Insulin disekresikan kedalam sistem pembuluh darah porta hepatik.
Pada individu normal kadar insulin setelah puasa semalam ( 8 jam )
berkisar antara 5 - 15 umol/L. Kadar insulin pada vena porta sekitar 3 kali
lipat dari kadar insulin pada plasma darah arteri. Sehingga kadar insulin
plasma darah pada sinusoid hati yang merupakan kombinasi dari 20%
campuran darah arteri dan 80% campuran darah dari vena porta berkisar
antara 15 - 45 umol/L. Sekresi insulin akan menurun pada keadaan
hipoglikemia, hiperinsulinemia, dan beberapa keadaan yang meningkatkan
pelepasan hormon katekolamin. Sekresi Insulin akan meningkat pada
keadaan hiperglikemia, hipoinsulinemia, peningkatan kadar asama amino
darah, asam lemak tidak teresterifikasi, seperti juga pada aktivasi
sistem syaraf parasympatis dan simpatis. Efek sistemik insulin sangat
luas mulai yang onset cepat seperti modulasi pompa ion Kalium dan
transport glukosa kedalam sel, onset moderat regulasi enzim pencernaaan
sampai lambat seperti modulasi dari sintesis enzim. Insulin berkerja
dengan berikatan dengan reseptor insulin pada berbagai sel, bentuk
x
reseptor adalah heterotetrametrik dengan ikatan 2 alpha dan 2 beta, rantai
alpha adalah situs pengikat insulin pada membran sel target. Walalupun
efek insulin pada berbagai sel begitu luas namun efek spesifik insulin
adalah pada otot rangka, insulin membuang 40% kelebihan gula tubuh
dengan memasukan gula kedalam otot rangka ( 80 % - 90 % ) dan sel - sel
lemak melalui reseptor insulin GLUT – 4.
2. Defenisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang
ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya
adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon
insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Menurut American Diabetes Association atau ADA (2010),
diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan insulin, kerja
insulin atau kedua – duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh
darah.
Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat insulin tidak
cukup diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia
(WHO, 2017). Tipe -1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas
yang diperantarai oleh imun atau antibodi, sehinga sepanjang hidup
penderita ini tergantung pada insulin eksogen (Chiang JL, 2014). Penyakit
DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena
penurunan fungsi pada sel - sel beta pankreas yang dikenal dengan DM
tipe 1 atau tidak efektifnya kerja insulin di jaringan yang dikenal dengan
DM 2. DM tipe 1 sering disebut Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM) dengan jumlah penderita 5 – 10% dari seluruh
penderita DM dan biasanya terjadi pada anak-anak dan usia muda. DM
tipe 2 disebut juga Adult Diabetes atau Non Insulin Dependent Diabetes
xi
Mellitus (NIDDM). Jumlah penderita ini mencapai 90 – 95 % dari seluruh
penderita DM.
Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak
terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan
pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual,
muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengandeteksi dini,
pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap penyandang
Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko kecacatan dan
kematian (Pulungan, 2010).
3. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab
diabetes tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah
factor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan
diwariskan melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagaijaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
xii
4. Patofisiologi
1. Periode pra-diabetes
xiii
2. Periode manifestasi klinis
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan
insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat
badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam
hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua
bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
5. Klasifikasi
xiv
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
Pankreatitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasia; Kistik fibrosis;
Haemokhromatosis; Fibrokalkulus pankreatopati; dll.
d. Gangguan endokrin
Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma; Feokromositoma;
Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
e. Terinduksi obat dan kimia
Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon
tiroid Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -interferon;
dll.
6. Manifestasi Klinis
xv
lain. Hal ini disebabkan karena masih tingginya kejadian malnutrisi
di negara kita. Sering pula dianggap sebagai salah satu gejala
tuberkulosis pada anak.
3. Sesak nafas:kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia.
Apabila disertai gejala lemas, kadang juga didiagnosis sebagai
malaria. Padahal gejala sesak nafasnya apabila diamati pola nafasnya
adalah tipe Kusmaull (nafas cepat dan dalam) yang sangat berbeda
dengan tipe nafas pada bronkopnemonia. Nafas Kusmaull adalah
tanda dari ketoasidosis.
4. Nyeri perut:seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis.
Pada penderita DM tipe 1, nyeri perut ditemui pada keadaan
ketoasidosis.
5. Tidak sadar: keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada
kemungkinan diagnosis seperti malaria serebral, meningitis,
ensefalitis, ataupun cedera kepala (Brink SJ, dkk. 2010).
7. Komplikasi
xvi
KAD. Sebaliknya, KAD saat diagnosis berhubungan signifikan
dengan penghasilan keluarga yang rendah, ketiadaan asuransi kesehatan,
dan pendidikan orang tua yang rendah. Pemantauan dan edukasi mengenai
hipoglikemia merupakan salah satu komponen utama tata laksana diabetes.
Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak
usia muda memiliki risiko tinggi hipoglikemia karena tidak mampu
mengomunikasikan keluhan. Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh
aktivasi adrenergik (berdebar, gemetar, keringat dingin) dan
neuroglikopenia (nyeri kepala, mengantuk, sulit konsentrasi). Pada anak
usia muda, gejala dapat berupa perubahan perilaku seperti iritabilitas,
agitasi, tantrum, atau kurang aktif. Selain pemantauan komplikasi akut,
perlu juga dilakukan skrining komplikasi kronik yang dapat dibedakan
menjadi komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi
mikrovaskular mencakup nefropati, retinopati, dan neuropati. Komplikasi
yang mengenai pembuluh darah besar adalah penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer
(klaudikasio, infeksi/ gangrene, amputasi).
8. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Radiologi
Arkus Aorta terletak disebelah kanan pada 25% kasus. Apek Jantung
kecil dan terangkat, vaskularisasi paru menurun. Gambar jantung
seperti sepatu boot.
xvii
3. Elektrokardiografi (EKG)
4. Echokardiogram
5. Kateterisasi
9. Penatalaksanaan
xviii
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi
pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang
perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas
hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang
(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines.
2009)
1. Insulin
xix
b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1
unit/kg beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini
selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada,
baik pada penyakitnya maupun penderitanya. Dosis insulin sisanya
disesuaikan untuk dosis preprandial dengan insulin kerja cepat atau
egular. Penentuan dosis insulin kerja cepat dapat menggunakan rasio
insulin terhadap karbohidrat yang dihitung dengan menggunakan
rumus 500, yaitu 500 dibagi dosis insulin harian total. Hasil yang
didapatkan adalah berapa jumlah gram karbohidrat yang dapat
dicakup oleh 1 unit insulin. Penyesuaian dosis insulin selanjutnya
ditentukan berdasarkan pola kadar gula darah sewaktu harian. Pada
pemberian insulin kerja cepat disarankan untuk dilakukan
pemeriksaan gula darah sewaktu 1-2 jam setelah makan untuk
menentukan efikasi insulin. Peningkatan gula darah sebelum sarapan
memerlukan penyesuaian dosis insulin kerja menengah sebelum
makan malam atau sebelum tidur atau insulin kerja panjang.
Peningkatan gula darah setelah makan memerlukan peningkatan dosis
insulin kerja cepat atau egular. Jika peningkatan gula darah terjadi
sebelum makan siang atau makan malam, perlu dilakukan
penyesuaian dosis insulin basal atau insulin kerja cepat/ pendek
sebelum makan. Dosis insulin sebaiknya ditentukan berdasarkan
konsumsi makanan atau karbohidrat dan hasil pemeriksaan GDS.
xx
regimendapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali
suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen
basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang
diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus.
Regimen insulin bersifat individual, yaitu menyesuaikan usia, berat
badan, lama menderita, target kontrol glikemik, pola hidup, dan
komorbiditas. Regimen yang disarankan adalah basal bolus yang
diberikan dengan pompa atau insulin subkutan minimal 2 kali/hari
dengan menggunakan insulin basal dan insulin kerja cepat atau
pendek karena paling menyerupai sekresi insulin fisiologis.8
Kebutuhan insulin basal harian adalah berkisar antara 30% (jika
menggunakan insulin reguler) sampai 50% (jika menggunakan insulin
kerja cepat) dari total kebutuhan insulin. Pada pasien dengan insulin
regular. perbandingan insulin basal lebih kecil karena insulin reguler
juga memberikan efek basal.
2. Diet
xxi
jumlah sesuai usia dan kebutuhan energi. Untuk itu pemberian diet
terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.
3. Aktivitas fisik/exercise
xxii
3) pemantauan gula darah, anak sebaiknya mengukur gula darah
sebelum, saat, dan setelah aktivitas fisik,
4) ketersediaan karbohidrat jika terjadi hipoglikemia,
5) keamanan dan komunikasi, sebagai contoh anak sebaiknya
menggunakan identitas diabetes.
Tabel 2.4 Penyesuaian diet, insulin dan pemantauan gula darah bagi anak
dengan DM Juvenil
4. Edukasi
xxiii
tahap pertama dilakukan saat pasien pertama terdiagnosis atau selama
perawatan di rumah sakit yang meliputi pengetahuan dasar mengenai
DM tipe-1, pengaturan makan, insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan,
penyimpanan, dan efek samping), serta pertolongan pertama
kedaruratan DM tipe-1 (hipoglikemia, pemberian insulin saat sakit),
sementara tahap kedua dilakukan saat berkonsultasi di poliklinik.
Dalam penelitian oleh Pulgaron dkk,27 kemampuan berhitung dan
kepercayaan diri orang tua dalam menangani diabetes berhubungan
signifikan dengan kadar HbA1c anak. Edukasi pada masyarakat dan
tenaga kesehatan juga tak kalah penting dalam penatalaksanaan
diabetes. Studi oleh Vanelli dkk menemukan bahwa program
pencegahan KAD pada anak dengan diabetes melalui penyebaran
poster bermanfaat dalam menurunkan angka KAD.
xxiv
Tabel 2.4 Target kontrol metabolik pada anak dengan DM Juvenil
10. Pathway
Gambar 2.1 Web Of Caussation Diabetes Melitus Juvenil
(DM Juvenil)
xxv
Reaksi Autoimun Genetik Lingkungan
Kateoasidosis diabetik
Parastesia
Lama sembuh dan tirah baring
Meningkatnya Co2 dalam darah Rangsangan kulit menurun
xxvi
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai
layanan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien.
Proses keperawatan adalah suatu mode yang sistematis dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, hal ini difokuskan pada
reaksi dan respon individu terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik
aktual maupun potensial sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga diketahui
permasalahan yang dialami oleh klien.
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, berat badan lahir serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak,
anak ke berapa, jumlah saudara dan identitas orangtua.
2) Keluhan Utama
(1) Keluhan Utama
Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi
minum dan berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat
kesadaran, perubahan perilaku.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
xxvii
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin
lingkungan seperti oleh virus penyakit gondok (mumps) dan virus
coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh
sitotoksin perusak dan antibodi.Riwayat kesehatan keluarga
xxviii
memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD)
menurun (koma), aktifitas kejang.
(5) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
(6) Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
(7) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare, Urine
encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria /
anuria jika terjadi hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus
lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
(8) Integritas Ego Stress, ansietas
(9)Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
4) Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
Fosfor : lebih sering menurun
Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4
bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat
bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
xxix
Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (
dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanyapancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada
( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .
( autoantibody)
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas
mungkin meningkat.
Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
2. Diagnosa Keperawatan Teoritis
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu
klien, keluarga, dan komunitas terhadap maslaah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (PPNI, 2016) . Diagnosa keperawatan yang munkin muncul pada
kline Anak dengan Diabetes Melitus Juvenil (DM Juvenil) adalah :
1. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubunga dengan
kurang terpapar informasi tentang menajemen diabetes
2. Deficit nutrisi berhubunga dengan ketidak mampuan
mengabsorbasi nutrient
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubunga dengan hipergilkimia
xxx
3. Intervensi Keperawatan Teoritis
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Teoritis.(SIKI, 2016) (SLKI,
2016) (SDKI, 2016).
Edukasi
- Anjurkan monitor kadar glukosa
secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
- Anjarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
Terapeutik:
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi meentukan pedoman
diet
- Berikan makanan tingi kalori dan
xxxi
tinggi protein
Edukasi:
- Anjurkan posisi uduk, jika perlu
- Anjurkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
sebelum makan
Edukasi :
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan menggunakan obat
penurunan tekanan darah, anti
glukosa, dan penurunan
- Anjurkan perawatan kulit yang
tepat
- Anjurkan diet untuk memperbaiki
sirkulasi
xxxii
4. Implementasi Keperawatan Teoritis
Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah
tindakan yang dilakukan dengan berdasarkan suatu rencana yang
telah/sudah disusun atau dibuat dengan cermat serta juga terperinci
sebelumnya. Pendapat lain juga mengatakan bahwa pengertian
implementasi merupakan suatu tindakan atau juga bentuk aksi nyata
dalam melaksanakan rencana yang sudah dirancang dengan matang.
Dengan kata lain, implementasi ini hanya dapat dilakukan apabila sudah
terdapat perencanaan serta juga bukan hanya sekedar tindakan semata
(Setiadi, 2012).
Pedoman implementasi keperawatan menurut (Dermawan, 2012)
1) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan
Ssetelah memvalidasi rencana.
2) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan
kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.
3) Keamanan fisik dan psikologi pasien dilindungi.
4) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan
perawatan kesehatan dan renana asuhan
xxxiii
Format evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O :Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. Tugas
dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai
dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan (Setiadi,
2012).
xxxiv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut American Diabetes Association atau ADA (2010), diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan insulin, kerja
insulin atau kedua – duanya. Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM
akibat insulin tidak cukup diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga
terjadi hiperglikemia (WHO, 2017). Tipe -1 ini ditandai dengan
berkurangnya sel beta pankreas yang diperantarai oleh imun atau antibodi,
sehinga sepanjang hidup penderita ini tergantung pada insulin eksogen
(Chiang JL, 2014). Gejala DM tipe-1 pada anak sama dengan gejala pada
dewasa, yaitu poliuria dan nokturia, polifagia, polidipsia, dan penurunan
berat badan. Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan, lemas, luka
yang sukar sembuh, pandangan kabur, dan gangguan perilaku.
Pengkajian yang dilakukan pada anak dengan penyakit diabetes
juvenile adalah identitas klien, riwayat keperawatan, keluhan utama,
riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit yang diderita, riwayat
psikososial keluarga, kebutuhan dasar, pemerikasaan fisik.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Anak dengan
Diabetes Melitus Juvenil adalah :
1. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubunga
dengan kurang terpapar informasi tentang menajemen
diabetes
2. Deficit nutrisi berhubunga dengan ketidak mampuan
mengabsorbasi nutrient
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubunga dengan
hipergilkimia
xxxv
Dengan diagnosa keperawata teoritis yang mungkin muncul pada
klien anak dengan Diabetes Melitus Juvenil tersebut, dapat dirancang suatu
asuhan keperawatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
terkhusunya dalam pemberian asuhan keperawatan yang terencana dan
dapat dilakukan dengan baik dan sesuai dengan kode etik keperawatan
yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari klien anak tersebur.
B. Saran
Asuhan keperawatan teoritis ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan wawasan penulis sendiri dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia . Diharapkan penulis dapat
melakukan pengkajian sampai dengan intervensi keperawatan secara teoritis
agar asuhan keperawatan dapat tercapai tepat sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada klien.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan bahwa:
1. Diharapkan kepada perawat dalam mengumpulkan data agar
menggunakan berbagai sumber informasi dengan menggunakan
teknik-teknik wawancara, observasi, pengkajian fisik dan
dokumentasi agar data yang terkumpul akurat dan komprehensif.
2. Untuk meningkatkan mutu keperawatan maka diperlukan
pendokumentasian proses keperawatan sebagai salah satu bukti
pertanggung jawaban terhadap usaha yang telah diberikan maka
sebaiknya rumah sakit menyiapkan format untuk
pendokumentasian
3. Dalam menetapkan diagnose keperawatan diharapkan perawat
agar memperhatikan respon klien yang berbeda-beda terhadap
masalah kesehatan melalui pengkajian biopsikososial spiritual dan
cultural yang komprehensif.
xxxvi
DAFTAR PUSTAKA
Sariani, Komang. 2019.Juvenil Diabetes Pada Anak. Diakses pada 26 Maret 2023. Di
akses dari https://id.scribd.com/document/430750103/Juvenile-Diabetes-Pada-
Anak
Sari, Hepi Nopita. 2021. Makalah Juvenil Diabetes. Di akses pada 26 Maret 2023. Di
akses dari https://id.scribd.com/document/528280423/Makalah-Juvenile-
Diabetes-Kelompok-9#
Bisma, Juli. 2019. Askep Pada Anak Diabetes Melitus Juvenil. Diakses pada 26 Maret
2023. Di akses dari https://id.scribd.com/document/427038928/Askep-Pada-
Anak-Diabetes-Melitus-Juvenile
Tim Pokja SDKI DPD PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
1, Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPD PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1,
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPD PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1,
Jakarta Selatan: DPP PPNI
xxxvii