Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

Gangguan Kardiovaskuler (PJB)

Mata kuliah: Keperawatan Anak

Kelompok 4::

1. Misriyah (18013)

2. Nur Fajrina Fitriani (18022)

3. Syainol akbar (18031)

4. Desy umami (18004)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB

SAMPANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karna berkat

rahmat, ridho dan hidayah dari-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah Gangguan Kardiovaskuler dengan baik tanpa halangan apapun. Terima

kasih juga kami ucapkan kepada dosen karena telah mengarahkan kami pada

hal-hal yang positif dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian makalah ini.

Makalah ini memuat tentang “Gangguan Kardiovaskuler “. Kami berharap

agar makalah yang Kami buat ini dapat dipahami dan selanjutnya dapat

membawa banyak manfaat dalam menambah pengetahuan pembaca mengenai

Gangguan Kardiovaskuler Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna

sepenuhnya, karena itu kami memohon maaf kepada pembaca dan juga

mengharapkan kritik maupun saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Sampang, 2 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................3
KONSEP DASAR PENYAKIT...............................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis..........................................................................................2
2.4 Patofisiologi...................................................................................................6
2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................8
2.6 Komplikasi.....................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................9
2.8 Pathway........................................................................................................12
BAB II....................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI...................................................................15
BAB 3....................................................................................................................16
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................16
3.1 Pengkajian....................................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................17
3.3 Intervensi......................................................................................................18
3.4 implementasi................................................................................................28
3.5 Evaluasi........................................................................................................28
BAB III..................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................29
4.1 Kesimpulan..................................................................................................29
Daftar Pustaka........................................................................................................31

BAB I

3
KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Definisi

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa

sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan

pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan

7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah

sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang

telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama

ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan

meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada

orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui

seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

1.2 Etiologi

Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi

sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada

ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-

jamuan, alkohol.

Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab

meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down

(Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana

salah satunya PJB.

Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa

ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor

4
genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling

berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan

yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung

bawaan.

1.3 Manifestasi Klinis

1.3.1 Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru


1. Ventricular Septal Defect (VSD)

VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna.

Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole.

Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan

terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-

ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat

pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan

retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada

anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik.

2. Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada

foramen ovale atau pada septum atrium. Tekanan pada foramen oval

atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.

Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan

infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur

jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan

diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.

3. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

5
DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab

DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan

prematuritas

Manifestasi klinis : Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori

distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan

pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio

megali, hipertrofi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap

peningkatan volume darah, adanya tanda ‘machinery type’. Murmur

jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus

menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran

ventrikel kiri.

1.3.2 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal


1. Stenosis Aorta (SA)

Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.

Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara

total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan

pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak

apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini

menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan

adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,

diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan

adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang

menunjukan striktura.

2. Stenosis Pulmonal (SP)

6
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada

katup, normal tetapi puncaknya menyatu. Manifestasi klinis :

Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan

kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk

mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat. Dalam

keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang

dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini

didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai

jantung.

3. Koarktasio Aorta

Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa

cara. Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus

arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada

kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat

memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-

kegiatan olah raga.

Manifestasi klinis : Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan

darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal.

Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi

pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral.

Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan

frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.

1.3.3 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang


1. Tetralogi Of Fallot (TOF)

7
Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan

terdiri dari 4 kelainan yaitu:

a. Stenosis pulmonal,

b. Hipertropi ventrikel kanan,

c. Kelainan septum ventrikuler, dan

d. Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran

darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.

Manifestasi klinis : Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang

nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak

tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi

berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan

pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan

untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi

saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis,

mur-murjaniung, EKG foto rongent dan kateterisai jantung.

2. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

3. Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)

Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi

aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh.

Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau

kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan

bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat

kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel

kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan

8
a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta.

Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava,

atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi

sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri,

ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.

Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut

terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada

komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah

terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan.

Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini

tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat

percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam

jiwa penderita.

 Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini

tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak

apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi

kegagalan jantung akan terjadi.

1.4 Patofisiologi

Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik

dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi

penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik.

Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang

memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang

9
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran

darah dari arteri (Padila, 2013).

Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan

atrium kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan

mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri

ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan

hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan

atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru

juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di

paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.

Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari

atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas

ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung.

Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan

kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh

akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi

tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan

gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).

1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri

membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru

meningkat.

2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1

pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan

10
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke

kanan).

3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin

dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya

hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.

Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida

(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.

4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi

aliran darah dan arahnya.

5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya

hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

6. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil

ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek

tambahan lainnya.

7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim

(CK,CKMB) meningkat.

1.6 Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai

komplikasi antara lain:

1. Gagal jantung kongestif

2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung

3. Aritmia

4. Endokarditis bakterialistis

5. Hipertensi

11
6. Hipertensi pulmonal

7. Tromboemboli dan abses otak

1.7 Penatalaksanaan

1.7.1 Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru


1. Ventricular Septal Defect (VSD)

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk

mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic,

misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat

dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka

operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat

menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.

2. Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu

graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

3. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan

biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan

kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5

tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

1.7.2 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal


1. Stenosis Aorta (SA)

Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada

saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.

2. Stenosis Pulmonal (SP)

12
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan

pada saat anak berusia 2-3 tahun.

3. Koarktasio Aorta

Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty,

pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian

akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.

1.7.3 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang


1. Tetralogi Of Fallot (TOF)

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk

mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.

Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk

koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara

Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub

ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan.

Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta

assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan

darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit

jantung sianosis.

2. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

3. Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)

Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah.

Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi

jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara

Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward

vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang

13
permanent. Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah

yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan

untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari

vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru.

Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan

adanya koreksi dan paliatif.

14
1.8 Pathway
Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik

15
Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF

Terpapar faktor endogen dan eksogen


selama kehamilan trimester I-II

Kelainana jantung kongenital


sianotik: tetralogy of fallot

Stenosis pulmonal Defek septum ventrikel Overiding aorta

Obstruksi >>> berat Tek. Sistolik punjak


ventrikel kanan = kiri

Pirau kanan – kiri


Menurun aliran
darah paru

Obstruksi aliran darah


keluar ventrikel kanan

Aliran darah
Menurun O2 Hipertrofi vent kanan aorta meningkat
dalam darah

Percampuran darah
kaya O2 dengan
CO2

Hipoksemia

16
sesak Sianosis (blue spells)

Kelemahan tubuh
Hipoksia dan laktat

Penurunan
Asidosis metabolik O2 di otak

Kesadaran menurun
Gangguan pertukaran
gas
Kejang

Resiko cedera

17
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

2.1 Pengkajian

2.2 Keluhan utama

nyeri dada.

2.3 Riwayat penyakit sekarang

P: Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan

setelah diberikan nitrogliserin.

Q: Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.

Sifat keluhan nyeri seperti tertekan

R: Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas periakrdium.

Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta

ketidakmampuan bahu dan tangan.

Q:Klien biasa ditanya dengan menggunakan rentang 0-5 dan klien akan

menillai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat

angina skala nyeri berkisar antara 4-5 skala (0-5).

T: Sifat mula timbulnya, gejala timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi)

nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit.

2.4 Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji

apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan

hyperlipidemia. Tanyakan mengenai obat antiangina nitrat dan penghamabt

beta serta obat-obat antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di

masa lalu. Tanyakan juga mengenai alergi obat dan reaksi alergi apa yang

18
timbul. Seringkali klien tidak bias membedakan antara reaksi alergi dengan

efek samping obat.

2.5 Riwayat keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga serta

bila anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga

ditanyakan.

Riwayat pekerjaan dan kebiasaan


Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya.
Kebiassan social di tanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola
hidup, misalnya minum alcohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok
juga dikaji dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok sudah
berapa lama, beapa batang per hari, dan jensi rokok. Di samping
pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data biografi juga
merupakan data yang perlu diketahui, yaitu : nama, umur, jenis
kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan
kondisi klien. Bila klien dalam keadaan krirtis, mka pertanyaan yang
diajukan bukan pertanyaan terbuka, tetapi pertanyaan tertutup yang
jawabannya “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang dapat dijawab dengan
gerak tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan kepala saja,
sehingga tidak memerlukan energi yang besar.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6

Keadaan umum

19
Pada pemeriksaan keadaan umum klien biasanya didapatkan
kesadaran baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.

B1 (Breathing)
Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan napas
seperti tercekik. Biasanya juga terdapat dispnea kardia. Sesak napas
ini terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolic dari ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan
kegiatan fisik. Dyspnea kardia dapat timbul pada waktu beristirahat
bila keadaannya sudah parah.

B2 (bleeding)
Pemeriksaan B2 yang dialkukan dapat melalui teknik inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Inspeksi: Inspeksi adanya parut
Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.
Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup pada IMA.
Perkusi: Tidak ada pergeseran batas jantung.

B3 (brain)
Kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosi perifer.
Pengkajian objektif klien berupa adanya wajah meringis, perubahan
postu tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.

B4 (bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan
cairan.

20
B5 (bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan
konsumsi garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respons
mual dan muntah.

B6 (bone)
Hasil yang biasa terdapat pada pemeriksaan B6 adalah sebagai
berikut.
Aktivitas, gejala : kelemahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan
jadwal olahraga tidak teratur.
Tanda : takikardi, dispnea pada saat istirahat/aktivitas, dan kesulitan
melakukan tugas perawatan diri.

Pemeriksaan diagnostic
Tes laboratorium seperti enzim jantung dan kimia darah
EKG
Echocardiogram
Kateterisasi jantung
CT angiogram koroner
Magnetic Resonance Angiogram
Penyimpangan KDM

21
Diagnosa keperawatan

22
Berdasarkan patofisiologi dan data pengakjian di atas, diagnosa
keperawatan utama untuk klien tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium.
Aktual / risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi atau irama koduksi elektrikal.
Aktual / risiko gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah
jantung.

Intervensi
Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam terdapat penurunan respons nyeri dada
Kriteria hasil : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,
secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku
intensitas, lama, dan penyebarannya. klien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan jumlah oksigen yang
kanul nasal atau masker sesuai ada untuk pemakaian miokardium
indikasi dan mengurangi ketidaknyamanan
karena iskemia
Atur posisi semi fowler / fowler Dengan posisi semi fowler ekspansi
paru maksimal sehingga
memudahkan pernapasan.
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis Nitrat berguna untuk control nyeri
antiangina (nitrogliserin) dengan efek vasodilatasi koroner
Kolaborasi untuk tindakan terapi Transplantasi pintas arteri coroner
nonfarmakologis (CABG). bertujuan untuk meningkatkan
asupan suplai darah ke miokardium
dengan mengganti alur pintas

23
Aktual / risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi atau irama koduksi elektrikal.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria hasil : stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah dalam batas
normal curah jantung )
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukkan komplikasi
distrimia
Pantau data laboratorium enzim Enzim memantau perluasan infark,
jantung, GDA, dan elektrolit elektrolit berpengaruh terhadap
irama jantung
Pertahankan pemasukan total cairan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
2.000 ml/ 24 jam dalam toleransi orang dewasa, tetapi memerlukan
kardiovaskular pembatasan dengan adanya
dekompensasi jantung.
Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan
dan meningkatkan volume plasma
yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung
sehingga akan meningkatkan pada
kebutuhan miokardium

Aktual / risiko gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan


menurunnya curah jantung.
Tujuan : dalam 2x24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil : klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT <
3 detik, urine > 600 ml/hari
Intervensi Rasional
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi Mengetahui derajat hipoksemia dan
perifer, dan diaphoresis secara teratur peningkatan tekanan perifer
Pantau urine output Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, pemantauan yang

24
ketat pada produksi urine < 600
ml/hari merupakan tanda-tanda
terjadinya syok kardiogenik
Catat adanya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan
manifestasi penurunan suplai darah
ke jaringan otak yang parah
Pertahankan cara masuk heparin (IV) Jalur yang paten penting untuk
sesuai indikasi pemberian obat darurat

Evaluasi
Bebas nyeri
Menunjukkan peningkatan curah jantung
Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer

25
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Biodata Klien

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen

penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.

2. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan

ketergantungan pada insulin.

3. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga

gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

4. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor

memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk

membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.

3.1.3 Riwayat keturunan,

dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga

mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic

yang menunjang.

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik

yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada

umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil

pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:

26
1. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat

pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

2. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.

3. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum,

sela intrakostal dan region epigastrium.

4. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

5. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran

pernafasan atas.

6. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti

mendengkur, tacipnea dan retraksi.

7. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan

kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya

murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.

8. Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada

lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi

lemah pada popliteal dan temoral.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

27
3.3 Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapkan gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan

Kriteria hasil :

- Pertukaran gas tidak terganggu

- Pasien tidak sesak

Intervensi: intervensi utama:

Intervensi Rasional
Berikan respirasi support Untuk meminimalkan resiko

kekurangan oksigen.
Analisa gas darah Untuk mengetahui adanya

hipoksemia dan hiperkapnia.


Berikan posisi semifowler Memfasilitasi fungsi pernapasan

Batasi cairan klien Untuk meringankan kerja

jantung

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien

dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah

jantung.

Kriteria Hasil :

a. Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-

100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)

b. dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

28
c. Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites

d. Tidak ada penurunan kesadaran

e. AGD dalam batas normal

f. Tidak ada distensi vena leher

g. Warna kulit normal

Intervensi Rasional
Bina hubungan saling percaya Menciptakan suasana yang kondusif

(BHSP) dengan pasien dan dan bersahabat.

keluarga pasien.
Observasi keadaan kulit terhadap Pucat menunjukan adanya

pucat dan sianosis. penurunan perfusi sekunderterhadap

ketidakadekuatan curah jantung,

vasokonstriksi dan anemi.


Observasi tanda-tanda vital tiap 4 Permulaan terjadinya gangguan pada

jam jantung akan ada perubahan pada

tanda-tanda vital seperti pernafasan

menjadi cepat, peningkatan suhu,

nadimeningkat, peningkatan tekanan

darah, semuanya dapat cepat

dideteksi untukpenangan lebih

lanjut.
Monitor tanda-tanda PJB seperti Untuk mengetahui sejauh mana

gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, tingkat kegawatan dari anak serta

mudah lelah, periorbital edema, diperlukan dalam mendeteksi untuk

oliguria, dan hepatomegali. penanganan lebih lanjut.


Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan sediaan oksigen

kanula nasal/masker sesuai untuk kebutuhan miokard dan

29
indikasi.  untukmelawan efek

hipoksia/iskemia.
Informasikan dan anjurkan tentang Istirahat yang adekuat dapat

pentingnya istirahat yang adekuat. meminimalkan kerja dari jantung

dandapat mempertahankan energi

yang ada.
Observasi perubahan pada sensori, Dapat menunjukan tidak adekuatnya

contoh letargi, bingung disorientasi perfusi serebral sekunder terhadap

cemas. penurunan curah jantung.


Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan

pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan

cardiac output keluarga pasien serta lebih

kooperatif dalam tindakan

pelaksanaan yang dilakukan perawat


Kolaborasi dengan team medis Mempengaruhi reabsorbsi natrium

dalam pemberian tindakan dan air, dan digoksinmeningkatkan

farmakologis berupa digitalis dan kekuatan kontraksi miokard dan

digoxin. memperlambat frekuensi jantung

dengan menurunkan konduksi dan

memperlambat periode refraktori

padahubungan AV untuk

meningkatkan efisiensi curah

jantung.

3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

30
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan

berat badan selama terjadi perubahan status nutrisi.

Kriteria Hasil :

Anak dapat menyusu

Porsi makan dihabiskan

Intervensi Rasional
Observasi selama pemberian makan Selama makan atau menyusui

atau menyusui. mungkin dapat terjadi anak sesak

atau tersedak. 
Timbang berat badan setiap hari Mengawasi penurunan berat badan

dengan timbangan yang sama dan atau efektivitas intervensi nutrisi.

waktu yang sama.


Observasi dan catat masukan Mengawasi masukkan kalori dan

makanan anak/ intake dan output kualitas kekurangan konsumsi

secara benar makanan.


Jika anak menunjukkan kelemahan Infus akan menambah kebutuhan

akibat ketidak adekuatannya nutrisi nutrisi yang tidak dapat

yang masuk maka pasang infus dipenuhimelalui oral.

Anjurkan ibu untuk terus Air susu akan mempertahankan

memberikan anak susu, walaupun kebutuhan nutrisi anak.

sedikit tetapi sering


Pada anak yang sudah tidak Meningkatan intake atau masukan

menyusui lagi maka berikan dan mencegah kelemahan

makanan dengan porsi sedikit tapi

31
sering dengan diet sesuai instruksi

(TKTP).
Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan

pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan

manfaat dari nutrisi sendiri.  keluarga pasien serta lebih

kooperatif dalam tindakan

pelaksanaan yang dilakukan

perawat.
Berikan dan bantu hygiene mulut meningkatkan nafsu makan dan

yang baik sebelum dan sesudah pemasukan oral, menurunkan

makan, gunakan sikat gigi halus pertumbuhan bakteri,

untuk penyikatan yang lembut, meminimalkan kemungkinan

berikan pencuci mulut yang di infeksi.

encerkan bila mukosa oral luka.

4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya

kelemahan.

Kriteria Hasil :

 Tidak nampak kelelahan

 Tidak nampak lesu

 Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)

32
 TTV Normal

Intervensi Rasional

Kaji perkembangan tanda-tanda Menunjukan gangguan pada jantung

peningkatan tanda-tanda vital, yang kemudian akanmenggunakan

seperti adanya sesak. energi lebih sebagai kompensasi

sehingga akhirnya anak menjadi

kelelahan. 

Batasi aktifitas anak yang Meminimalkan kerja dari jantung

berlebihan.  dan dapat mempertahankan energi

yang ada.

Bantu pasien dalam aktivitas yang Teknik penghematan energi. .

tidak dapat dilakukannya.

Support dalam pemberian nutrisi Nutrisi dapat membantu

anak. meningkatkan metabolisme juga

akanmeningkatkan produksi energi

Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan

pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan

aktifitas.  keluarga pasien serta lebih

kooperatif dalam tindakan

pelaksanaan yang dilakukan

perawat.

5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

33
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri

berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

 Klien tidak tampak mengeluh dan menangis

 Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri

 Klien tidak gelisah

Intervensi Rasional
Observasi adanya keluhan nyeri, Perbedaan gejala perlu untuk

pada anak bisa ditunjukan dengan mengidentifikasi penyebab nyeri. 

rewel atau sering menangis. 


Observasi perilaku dan tanda-tanda Perilaku dan tanda vital membantu

vital anak tiap 4 jam.  menentukan derajat atau adanya

ketidaknyamanan
Berikan lingkungan istirahat yang Aktivitas berlebih dapat

nyaman dan batasi aktivitas anak meningkatkan kebutuhan oksigen

sesuai kebutuhan. miokard. (contoh kerja tiba-tiba,

stress, makan banyak, terpajan

dingin) dapat mencetuskan nyeri

dada.
Ajarkan teknik distraksi relaksasi Dengan adanya distraksi nyeri anak

pada anak dan ibu.  dapat dialihkan/pengalihan dan

dapat menurunkan respon nyeri.


Anjurkan ibu untuk selalu Ketenangan anak akan mengurangi

memberikan ketenangan pada anak. stress yang dapat memperberat nyeri

yang dirasakan.

34
Berikan health education pada lebih meningkatkan pengetahuan

pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan

nyeri dan penanganannya. keluarga pasien serta lebih

kooperatif dalam tindakan

pelaksanaan yang dilakukan

perawat.
Kolaborasi dengan team medis Analgesik bekerja dengan

dalam pemberian analgesic. menghambat nosiseptor nyeri

menempati reseptornya, sehingga

nyeri tidak dirasakan lagi.


Evaluasi respon terhadap penggunaan terapi obat dan dosis,

obat/terapi yang diberikan catat nyeri yang tidak hilang atau

berkurang

6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak

terjadi

Kriteria Hasil :

TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-

20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)

Intervensi Rasional
Dorong teknik mencuci tangan Mencegah infeksi nosokomial saat

dengan baik perawatan.

Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi

35
secara dini dapat membantu dalam

kecepatan menentukan intervensi


Ukur temperatur tiap 4 jam Peningkatan suhu badan merupakan

salah satu tanda adanya infeksi


Berikan antibiotik sesuai dengan Pemberian antibiotik dapat mecegah

indikas terjadinya infeksi

7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam

diharapkan risiko cidera dapat diminimalisir.

Kriteria Hasil :

4. Klien dan keluarga mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan

faktor resiko cidera

5. Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko cidera

Intervensi Rasional
Ciptakan lingkungan yang aman Mencegah terjadinya risiko cidera

untuk pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan Menentukan kebutuhan pasien

pasien, berdasarkan tingkat fisik, terhadapm keamanan dan

fungsi kognitif dan sejarah tingkah menentukan intervensi yang tepat

laku

Jauhkan objek berbahaya dari Mencegah risiko cidera

lingkungan

Hilangkan bahaya lingkungan Mencegah risiko cidera

36
Sediakan tempat tidur yang rendah Membantu pasien memudahkan

jika diperlukan menjangkau tempat tidur dan

mengurangi risiko cidera

Tempatkan furniture diruangan Memudahkan pasien menjangkau

dengan susunan terbaik untuk peralatan yang dibutuhkan

akomodasi ketidakmampuan pasien

dan keluarga

3.4 implementasi

3.5 Evaluasi

37
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada

struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir.

Klasifikasi :

1. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru

a. Ventricular Septal Defect (VSD)

b. Atrial Septal Defect (ASD)

c. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal

a. Stenosis Aorta (SA)

b. Stenosis Pulmonal (SP)

c. Koarktasio Aorta

3. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

a. Tetralogi Of Fallot (TOF)

b. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

c. Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)

3.2 Saran

Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka

harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran -

saran itu antara lain :

38
Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases

atau penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada

penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.

Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat

bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

39
Daftar Pustaka

Jurnal Penyakit Jantung Bawaan di unduh di

http://ZUMROTUS_SAADAH_G2A009149_BAB_1_KTI.pdf pada

tanggal 08/11/2017 pukul 19:01 WITA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Edisi 1. Jakarta: PPNI

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS

KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC

Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,

S,Kep. EGC. Jakarta.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi

2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati,

Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid,

Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan

dengan Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung

RS Dr.Kariadi Semarang diunduh di

http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/12 pada

tanggal 08/11/2017 pukul 20:10 WITA

40

Anda mungkin juga menyukai