Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PDA

(PATENT DUKTUS ARTERIOSUS)

Dosen :

Disusun Oleh Kelompok 3:

 Ambiya Aulia (201640001)

 Anggun Safitri (201640004)

 Joni Iskandar (201640015)

 Glenda Triadiera (201640012)

 Maya Anggraeni (201640018)

 Retno Tri Murti (201640030)

 Sella Mahdiyanti (201640034)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTER


BINTARO TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah sederhana ini. Shalawat dan salam
marilah kita haturkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW. beserta keluarganya, sahabatnyadan pengikutnya hingga akhir
zaman. Kami menyusun makalah ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PATENT DUKTUS
ATERIOSUS”. Makalah ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat
membaca dan  mempelajari tentang Asuhan keperawatan patent duktus ateriosus
Kami berterima kasih kepada pihak yang terkait:
1. Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
2. Ibu Ns. Oryza Intan suri, M.kes
3. Teman-teman dan berbagai sumber yang telah memberikan saran
dan masukkan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput
dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kami
sebagai penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang Selatan, 21 maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paten Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya
ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri
pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan
mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan
pada bayi dan anak. Apabila tidak di operasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan
pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu
melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda.
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai
pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.
Adapun gejala paten ductus arteriosus pada bayi Kadang-kadang
terdapat tanda-tanda gagal jantung, Machinery mur-mur persisten
(sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri
atas.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mencegah paten ductus
arteriosus
2. Mengetahui patofisiologi paten ductus arteriosus
3. Memberikan penjelasan tentang bahaya yang di
timbulkan paten ductus arteriosus
4. Agar mahasiswa memahami penyakit paten
ductus arteriosus

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta
ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional
10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar
Kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
B. Patofisiologi
Patofisiologi yang terjadi adalah :
1. Pirau dari kiri ke kanan, berakibat peningkatan aliran darah ke arteri
pulmonalis
2. Dilatasi atrium kiri peningkatan tekanan atrium kiri
3. Peningkatan volume (volume overload) ventrikel kiri
Derajat beratnya pirau kiri – kenan ditentukan oleh besarnya
defek. Kecuali pada yang non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan
relatif tahanan antara sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.
Peningkatan tekanan di atium kiri sebagai akibat dari pirau kiri
ke kanan dapat memicu terjadinya pirau kiri ke kanan tambahan dari
foramen ovale yang teregang/ terbuka (stretched foramen ovale). (Bila
volume di atrium kiri bertambah tekanan bertambah septum inter atrium
akan terdorong ke arah atrium kanan foramen ovale teregang terbuka,
disebut stretched foramen ovale ).
Pada saat janin/fetus, plasenta adalah sumber prostaglandin
utama. Setelah lahir, plasenta tidak ada. Paru-paru merupakan tempat
metabolisme prostaglandin. Dengan hilangnya plasenta, ditambah
dengan semakin matangnya fungsi paru, maka kadar prostaglandin
neonatus akan segera menurun. Maka duktus akan mulai menutup
secara fungsional (konstriksi) dimulai dari sisi pulmonal. Penutupan
duktus ini dipengaruhi oleh kadar PaO2 ateri, prostaglandin,
thromboksan.
Pada neonatus preterm, penutupan duktus terjadi lambat, karena
metabolisme/degradasi prostaglandin tidak sempurna disebabkan oleh
fungsi paru yang belum matang, dan sensitivitas terhadap duktus
meningkat. Respons duktus terhadap oksigen juga tidak baik. Sementara
itu, dengan bertambahnnya umur, tahanan vaskular paru akan menurun,
maka pirau kiri ke kanan akan bertambah, sehingga muncullah gejala.
Pada usia 2 minggu, duktus akan menutup secara anatomi
dengan terjadinya perubahan degeneratif dan timbulnya jaringan
fibrotik, berubah menjadi ligamentum arteriosum
C. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan :

1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetic
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam
sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi
dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF) :
1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
7. Apnea
8. Tachypnea
9. Nasal flaring
10. Retraksi dada
11. Hipoksemia
12. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah
paru)
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian
obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk
meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban
kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik
untuk mencegah endokarditis bakterial.
1. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
2. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada
waktu
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari
1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm
(disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari
pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengeva-
luasi aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada
PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada
PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih
jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada
kecurigaan defek tambahan lainnya.
G. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis,
aktivitas terbatas)
2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera
tungkai, hepatomegali.
3. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
4. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
5. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
6. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan
anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga
terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga
terhadap stress.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran
terhadap penyakit anak.

I. Intervensi
1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
a. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer,
warna dan kehangatan kulit
b. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa,
clubbing)
c. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak,
mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
d. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan
menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
e. Berikan pengobatan untuk menurunkan after load
f. Berikan diuretik sesuai indikasi.
2. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
a. Monitor kualitas dan irama pernafasan
b. Atur posisi anak dengan posisi fowler
c. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
d. Berikan istirahat yang cukup
e. Berikan nutrisi yang optimal
f. Berikan oksigen jika ada indikasi
3. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :
a. Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan
pada saat tidur.
b. Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
c. Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia,
kondisi dan kemampuan anak.
d. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu
dingin
e. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan
pada anak
4. Memberikan support untuk tumbuh kembang
a. Kaji tingkat tumbuh kembang anak
b. Berikan stimulasi tumbuh kembang, aktivitas bermain, game,
nonton TV, puzzle, menggambar, dan lain-lain sesuai kondisi
dan usia anak.
c. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama
dirawat
5. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang
sesuai.
a. Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk
mencapai pertumbuhan yang adekuat
b. Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam
bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan
anak
c. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama
dan waktu yang sama
d. Catat intake dan output secara benar
e. Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk
menghindari kelelahan pada saat makan
f. Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus,
oleh karena itu cairan tidak dibatasi.
6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
b. Berikan istirahat yang adekuat
c. Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
7. Memberikan support pada orang tua
a. Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan
perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung,
mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan
penting dalam keberhasilan pengobatan
b. Eksplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa
bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu
c. Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan
memberikan informasi yang jelas
d. Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
e. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan
anggota keluarga lain dalam perawatan anak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Paten ductus arteriosus merupakan saluran yang berasal dari
arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta desendes. Menutupnya ductus arteriosus pada minggu
pertama kehidupan yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
Penyebab penyakit bawaan jantung belum dapat di ketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
prenatal dan faktor genetic.
Pada bayi prematur sering di samarkan oleh masalah-masalah
lain dengan premature (misalnya sindrom gawat nafas) pemberian
endome-thacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah
penutupan duktus.
B. Saran
Kami selaku penulis menyarankan kepada para pembaca baik
individu, keluarga maupun masyarakat serta teman-teman, agar kiranya
dapat memperhatikan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan


Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)

Anda mungkin juga menyukai