PENDAHULUAN
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah penyakit jantung bawaan yang disebabkan
karena kegagalan dari penutupan Ductus Arteriosus (DA) pada saat dan beberapa saat
setelah kelahiran. PDA ini terjadi pada kurang lebih 1 dari 2000 kelahiran hidup. Atau
mencapai 5-10% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Bahkan jika diestimasikan,
penderita PDA yang tanpa komplikasi mencapai 1 dari 500 kelahiran hidup
(Schneider & Moore 2006). Komplikasi yang sering terjadi pada PDA adalah gagal
jantung, disfungsi renal, Necrotizing Enterocolitis, perdarahan intra ventrikular,
gangguan nutrisi dan perkembangan, dan juga merupakan faktor risiko
berkembangnya penyakit paru kronis. Gejala dan tanda yang timbul akibat
komplikasi PDA tergantung dari besarnya (diameter) ukuran lubang dan status
kardiovaskular pada pasien. Pasien dengan PDA dapat ditemukan tanpa gejala (tidak
tampak secara klinis tetapi dapat terdiagnosis secara tidak sengaja dengan
echocardiography (ECHO) yang dilakukan saat pemeriksaan lain yang berukuran
kecil, sedang atau besar (Dice & Bhatia 2007).
Gangguan Nutrisi dan perkembangan pada pasien penyakit jantung bawaan (PJB)
merupakan masalah yang sering didapatkan. Pada beberapa penelitian menyatakan
malnutrisi pada pasien PJB adalah 27% (Varan et al. 1999 dan peneliti lain
menyatakan malnutrisi mencapai angka 18% pada PJB asianotik dan 8% pada PJB
sianotik Nasiruzzaman et al. 2011). Operasi penutupan PDA diharapkan dapat
mencegah atau mengurangi gejala yang diakibatkan dari PDA. (Pass et al. 2004).
Seperti yang telah diketahui, salah satu gejala dan tanda yang sering didapatkan pada
pasien dengan PDA adalah gangguan pertumbuhan, sehingga standar WHO untuk
pertumbuhan diharapkan dapat diterapkan untuk pemantauan pasien PDA.
1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Penyakit Pada Anak Dengan PDA.
b. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak Pada Kelainan Kongenital
Sistem Kardiovaskuler : PDA (Patent Ductus Arteriosus).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit Pada Anak Dengan PDA (Persistent Ductus
Arteriosus)
A. Definisi PDA
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila
tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus :
PDA). (Buku ajar Kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor prenatal
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
2. Faktor genetik
e.
C. Patofisiologi
Derajat beratnya pirau kiri – kenan ditentukan oleh besarnya defek. Kecuali
pada yang non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan relatif tahanan antara
sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.
Peningkatan tekanan di atium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan dapat
memicu terjadinya pirau kiri ke kanan tambahan dari foramen ovale yang
teregang/ terbuka (stretched foramen ovale). (Bila volume di atrium kiri
bertambah tekanan bertambah septum inter atrium akan terdorong ke arah atrium
kanan foramen ovale teregangterbuka, disebut stretched foramen ovale ).
Pada saat janin/fetus, plasenta adalah sumber prostaglandin utama. Setelah
lahir, plasenta tidak ada. Paru-paru merupakan tempat metabolisme prostaglandin.
Dengan hilangnya plasenta, ditambah dengan semakin matangnya fungsi paru,
maka kadar prostaglandin neonatus akan segera menurun. Maka duktus akan
mulai menutup secara fungsional (konstriksi) dimulai dari sisi pulmonal.
Penutupan duktus ini dipengaruhi oleh kadar PaO2 ateri, prostaglandin,
thromboksan.
Pada usia 2 minggu, duktus akan menutup secara anatomi dengan terjadinya
perubahan degeneratif dan timbulnya jaringan fibrotik, berubah menjadi
ligamentum arteriosum.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi
dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF).
g. Apnea
h. Tachypnea
i. Nasal flaring
j. Retraksi dada
k. Hipoksemia
E. Pemeriksaan Diagnostik
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
F. Penatalaksanaan Medis
G. Komplikasi
f. Gagal ginjal.
i. Enterokolitis nekrosis.
j. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
dysplasia bronkkopulmoner).
m. CHF
n. Gagal tumbuh (Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ;
236)
H. Prognosis
Jika PDA relatif kecil, gejala yang ditimbulkan pada jantung kemungkinan dapat
berkembang. Pasien dengan PDA yang cukup besar, masalah yang ditimbulkan pada
jantung dapat diminimalisir dengan tindakan bedah. Tindakan dengan menggunakan
pengobatan dapat diandalkan dalam beberapa situasi, dengan sedikit efek samping.
Pengobatan yang dilakukan sesegera mungkin, akan menunjukkan hasil yang lebih
baik.
Pembedahan dapat membawa beberapa resiko yang signifikan pada jantung,
pembedahan dapat menghilangkan beberapa masalah yang ditimbulkan oleh PDA,
tapi ini juga dapat mneimbulkan masalah baru. Keuntungangn dan resiko lebih baik
dikaji lebih mendalam sebelum dilakukan sebuah pembedahan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data. Pengkajian keperawatan
ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001, hal.
17-18).
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama. Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari
rubella.
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA
karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
g. Riwayat Psikososial
2. Pengkajian Keperawatan
4. Makanan / cairan
5. Neurosensori
6. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada, angina. Nyeri dada nion angina / tidak khas
7. Pernapasan
8. Keamanan
Gejala : Proses infeksi, kemoterapi radiasi. Adanya perawatn gigi
Tanda : Perawatan gigi / mulut.
Gangguan Tumbuh Kembang Anak Pada bayi PDA ini bisa dikenali dari
sejumlah gejala, misalnya lekas letih, sering panas dan batuk, ada gangguan
atau sering berhenti saat menyusu ibunya untuk bernapas. Gejala khas lainnya
adalah biru pada ujung kuku-kuku dan lidah. Dengan gejala tersebut dapat
menganggu tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan mestinya.
Pemeriksaan Fisik
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan (marchinery murmur), adanya otot
bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
3. Persyarafan B3 (Brain)
4. Perkemihan B4 (Bladder)
5. Pencernaan B5 (Bowel)
B. Diagnosa Keperawatan
g. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan
hospitalisasi.
Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan o Mengetahui kekurangan nutrisi
keperawatan selama ...x24 jam nafsu klien.
makan timbul kembali dan status nutrisi o Mengetahui perkembangan
Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… o Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
x24 jam besar kemungkinan adanya gejala
Tujuan : Mencegah resiko infeksi infeksi karena tubuh berusaha intuk
Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan melawan mikroorganisme asing yang
tanda-tanda infe ksi masuk maka terjadi peningkatan tanda
Pantau tanda-tanda vital. vital.
Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif o Untuk mengurangi risiko infeksi
seperti infus, kateter, drainase luka, dll. nosokomial.
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk o Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. leukosit dari normal membuktikan
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik,
adanya tanda-tanda infeksi.
o Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen
D. Evaluasi
d. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Penerbit EGC :
Jakarta.