Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH PATENT DUCTUS ARTERIOSUS(PDA)

KELOMPOK 3
BLOK 12 KEPERAWATAN ANAK

ANGGOTA
1. Agni Cahya Pratiwi 20190320012
2. Anindita Paramastri 20190320015
3. Ervina Kusuma Wardani 20190320017
4. Ratih Widya Retnaningrum 20190320021
5. Muhammad Rasya Islamayshaka 20190320024
6. Sultan Muhammad Wahyu P 20190320040
7. Rr. Nadya El Queena NH 20190320081
8. Ufiya Salma 20190320083
9. Sinta Elviyani 20190320087
10. Silvya Dwi Anggitasari 20190320090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul Patent Ductus
Arteriosus(PDA) ini dengan baik. Shalawat serta salam kami curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang-benderang saat ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki tugas-
tugas berikutnya.
Dalam penyelesaian tugas makalah ini, tentu kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin.

Yogyakarta, 3 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Definisi Patent Ductus Arteriosus(PDA).................................................................3


B. Faktor Risiko, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Masalah Keperawatan,
dan Mind Map..........................................................................................................3
C. Pengkajian, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang........................................5
D. Penatalaksanaan.......................................................................................................6
E. SDKI, SLKI, SIKI....................................................................................................8
F. EBN.........................................................................................................................11
G. IRK..........................................................................................................................12

BAB III PENUTUP...................................................................................................................13

A. Kesimpulan.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus untuk
menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal, akan
menutup dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. PDA dapat mempengaruhi
pertumbuhan anak dan menyebabkan malnutrisi pada anak dan malnutrisi yang
terjadi merupakan faktor risiko mortalitas dan morbiditas pada anak. PDA
merupakan struktur pembuluh darah yang menghubungkan aorta desendens
bagian proksimal dengan arteri pulmonalis, biasanya di dekat percabangan kiri
arteri pulmonalis. Duktus arteriosus merupakan struktur normal dan penting bagi
janin, tetapi menjadi abnormal bila tetap terbuka setelah masa neonatus.
PDA sedang dan besar sering menyebabkan gagal jantung dan gangguan
pertumbuhan pada anak. Beberapa komplikasi lain yang berpotensi terjadi setelah
kelahiran antara lain disfungsi ginjal, enterokolitis nekrotikan, perdarahan
intraventrikel, malnutrisi, serta menjadi faktor risiko terhadap perkembangan
penyakit paru kronis.
Penutupan duktus diindikasikan pada PDA yang menimbulkan gejala dengan
pirau dari kiri ke kanan yang bermakna. Metode transkateter telah menjadi pilihan
utama dalam tatalaksana PDA. Keuntungan dari transkateterisasi adalah angka
keberhasilan yang tinggi, mengurangi lama rawat, dan angka morbiditas yang
rendah dibandingkan dengan tindakan bedah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Patent Ductus Arterious(PDA)?
2. Jelaskan terkait(Faktor Risiko, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala,
Masalah Keperawatan)
3. Jelaskan terkait mind map.
4. Pengkajian, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
5. Apa saja penatalaksanaan dari PDA?
6. ASKEP(Pengkajian SDKI, SLKI, SIKI)
7. Evidance Based Practice(EBN)
8. Apa saja ayat terkait PDA?
C. Tujuan

1
1. Mengetahui definisi Patent Ductus Arterious(PDA).
2. Mengetahui faktor risiko, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, masalah
keperawatan, dan mind map dari PDA.
3. Mengetahui pengkajian, pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan penunjang yang
terdampak PDA.
4. Mengetahui penatalaksanaan PDA.
5. Mengetahui ASKEP
6. Mengetahui evidance based practice dari PDA.
7. Mengetahui PDA terkait dengan keislaman.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Patent Ductus Arteriosus(PDA)


Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan
asianotik yang paling banyak dijumpai pada anak. PDA dapat memengaruhi
pertumbuhan anak dan menyebabkan malnutrisi pada anak dan malnutrisi yang
terjadi merupakan faktor risiko mortalitas dan morbiditas pada anak.
B. Faktor risiko, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, masalah keperawatan, dan
mind map
 Faktor risiko
Faktor risiko yang diketahui pada bayi meliputi:
1) Kelahiran prematur
2) Sindrom rubella kongenital
3) Kelainan kromosom (misalnya, sindrom Down)
4) Kondisi genetik seperti sindrom Loeys-Dietz.
 Etiologi / Penyebab
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus arteriosus
yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka setelah
penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke
darah arteripulmonalis.
 Patofisiologi
Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih
dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan
dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik
melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian
superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri
subklavia kiri. Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot
polos (tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat
serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan
aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
(unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah

3
persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi
dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA)
akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan
hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh
diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR). Karena tekanan
aorta lebih tinggi, darah berpindah dari kiri ke kanan melalui duktus, dari aorta
ke arteri pulmonalis. Tingkat aliran bergantung pada ukuran duktus dan rasio
vaskular pulmonal dengan sistemik. Bila PDA berukuran kecil, tekanan pada
arteri pulmonalis, ventrikel kanan, dan atrium kanan akan normal. Bila PDA
berukuran besar tekanan arteri pulmonalis dapat meningkat ke level sistemik,
baik pada sistol maupun diastol. Pasien dengan PDA berukuran besar berisiko
tinggi mengalami penyakit vaskular pulmonal bila tidak dioperasi. Tekanan
nadi melebar karena aliran darah berpindah ke arteri pulmonalis selama
diastole.
 Tanda dan gejala Klinis patent ductus arteriosus (PDA) antara lain :
1) Bising Sistolik yang mengeras
2) Bounding nadi perifer dengan tekanan darah yang melebar
3) Apex terangkat
4) Gagal jantung kongestif
5) Hipotensi diastolik
6) Takikardi
7) Kardiomegali
8) Hepatomegali
9) Hipertrofi ventrikel (kiri atau kanan atu keduanya)
10) Ketergantungan dengan ventilator
11) Distres napas
12) Asidosis metabolic yang tidak dapat dijelaskan asal usulnya
13) Pertumbuhan berat badan yang buruk
 Masalah Keperawatan
1) Penurunan Curah Jantung
2) Gangguan Pertukaran Gas

4
3) Intoleransi Aktivitas
 Mind Map

C. Pengkajian, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang


 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Tujuan
pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus menerus mengenai
kesehatan klien. Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses
dinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu: Pertama,
mengumpulkan data secara sistematis; kedua, memilah dan mengatur data
yang dikumpulkan; dan ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang
dapat dibuka kembali (Asmadi, 2008).

5
Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-keahlian (skill)
seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Hasil pengumpulan data
kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif. Data subjektif
merupakan ungkapan atau persepsi yang dikemukakan oleh pasien. Data
objektif merupakan data yang didapat dari hasil observasi, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dan riwayat memberikan petunjuk dalam diagnosis
dan klasifikasi dari PDA. Penilaian warna membran mukosa, karakter denyut
nadi, waktu pengisian kapiler, ada tidaknya sensasi prekordial, dan suara
jantung adalah bagian terpenting dari pemeriksaan awal dan menyarankan
diagnosis banding. Penting untuk menilai selaput lendir kranial (oral) dan
caudal (vagina atau preputial) ketika memeriksa seekor anjing dengan defek
kardiovaskular yang dicurigai, karena PDA shunting terbalik atau kanan-ke-
kiri bisa menghasilkan sianosis diferensial. Hal ini terjadi karena duktus
arteriosus distal ke arteri yang memasok darah ke kepala dan oleh karena itu
selaput lendir kranial tampak normal. Selaput lendir merah gelap
menunjukkan polisitemia yang mungkin merupakan respons terhadap hipoksia
kronis. Berkurangnya waktu pengisian kapiler menunjukkan penurunan aliran
darah regional dan bisa menandakan curah jantung rendah dan gagal jantung.
Palpasi dada harus dilakukan untuk memeriksa perpindahan klep jantung dari
impuls jantung yang menunjukkan kardiomegali dan juga untuk memeriksa
sensasi prekordial.
 Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
b) Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada
ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
c) Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
d) Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak
ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar,
sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.
D. Penatalaksanaan

6
 Terapi medis dengan pemberian :
1) Indometasin
Obat tersebut memfasilitasi penutupan duktus dengan jalan:
menghambat pembentukan prostaglandin yang diperlukan dalam
mempertahankan duktus dan meningkatkan ketebalan zona avaskular
dengan menyebabkan kontraksi otot sirkumferensial serta longitudinal
duktus sehingga terjadi konstriksi, penurunan aliran darah divaso vasorum,
hipoksia dinding pembuluh darah dan pelepasan VEGF. Faktor ini
kemudian merangsang pertumbuhan ke dalam dari neointima dan terjadi
penyempitan lumen duktus. Indometasin dapat diberikan oral dengan tiga
dosis 0,2 mg/kg dengan interval 8 jam, maupun secara intravena dengan
dosis 0,2 mg/kg, 0,1 mg/kg, 0,1 mg/kg setiap 12 jam (usia <48 jam) dan
dosis 0,2 mg/kg untuk 3 dosis setiap 12 jam (usia >48 jam). Efek samping
yang perlu diperhatikan adalah penurunan fungsi ginjal, penurunan aliran
darah otak, dan perdarahan saluran cerna. Keberhasilan terapi
berhubungan dengan berat badan lahir yang lebih besar dan pemberian
yang lebih awal.
2) Ibuprofen.
Ibuprofen mempunyai efisiensi yang sama dalam menutup DA. Prinsip
kerja obat tersebut sama dengan indometasin, tetapi efek sampingnya pada
perfusi ginjal lebih ringan. Selain itu, aliran darah otak juga tidak
berkurang. Dosis ibuprofen intravena adalah 10 mg/kg diikuti 24 jam
kemudian dengan dua dosis 5 mg/kg. Studi pendahuluan menunjukkan
bahwa suspensi ibuprofen oral efektif dan alternatif yang aman untuk
penutupan DA pada bayi prematur. Obat ini diberikan pada bayi prematur
berusia 48-96 jam dengan usia kehamilan <32 minggu dan berat badan
lahir <1500g. Angka penutupan DA pada studi tersebut adalah 95,5% (21
dari 22), dengan rincian 14 bayi diterapi dengan 1 dosis, 6 bayi 2 dosis,
dan sisanya 3 dosis.
3) Parasetamol
Obat ini dapat digunakan secara oral maupun intravena. Dosis yang
digunakan adalah 15mg/kg, 4 kali sehari selama 3 hari. Bila dibandingkan
dengan ibuprofen, parasetamol memiliki efektivitas yang sama, tetapi

7
dengan keamanan yang lebih baik. Pada keadaan trombositopenia dan
hiperbilirubinemia, parasetamol justru menjadi pilihan utama karena
keamanannya.
 Pembedahan
1) Ligasi duktus adalah upaya penutupan duktus dengan Pembedahan. Pilihan
tersebut diambil bila duktus sangat besar. Angka keberhasilannya antara
94%-100% dengan angka kematian 0%-2%. Perbaikan bedah PDA
biasanya melibatkan ligasi atau kombinasi ligasi dan membagi DA
menggunakan klip bedah atau jahitan. Bedah torakoskopi berbantuan
video memungkinkan ahli bedah untuk mengikat DA dengan aman dan
efektif dengan invasi minimal. Namun, mengingat risiko yang ditimbulkan
tindakan ini (mortalitas dan bronchopulmonary dysplasia pada bayi dengan
berat badan lahir amat sangat rendah), profilaksis bedah tidak
diindikasikan pada bayi prematur. Komplikasi lain dari ligasi bedah
termasuk pneumotoraks, infeksi, kelumpuhan saraf laring, kesalahan
penutupan saraf frenikus atau pembuluh darah utama selain DA, dan
gangguan pernapasan.
E. SDKI, SLKI, SIKI

SDKI SLKI SIKI


Penurunan curah Curah jantung (L. 02008) Perawatan jantung (I. 02075)

jantung (D. 0008) Setelah dilakukan intervensi selama Observasi:

berhubungan dengan 2x24 jam maka, curah jantung 1) Identifikasi tanda / gejala

perubahan frekuensi meningkat dengan kriteria hasil: primer penurunan curah

jantung dibuktikan dengan 1) Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi dispnea,

perubahan irama jantung meningkat kelelahan, edema,

dan sesak. 2) Palpitasi menurun ortopnea, paroxysmal

3) Takikardi menurun nocturnal dispnea,

4) Hepatomegaly menurun peningkatan CVP)

5) Dispnea menurun 2) Identifikasi tanda / gejala

6) Pucat menurun sekunder penurununan

8
7) Tekanan darah membaik curah jantung (meliputi

8) Berat badan membaik peningkatan berat badan,

hepatomegaly, distensi

vena jugularis, palpitasi,

ronkhi basah, oliguria,

batuk, kulit pucat)

3) Monitor tekanan darah

(termasuk tekanan darah

ortostatik, jika perlu)

4) Monitor berat badan setiap

hari pada waktu yang

sama

Terapeutik:

1) Posisikan pasien semi-

Fowler atau Fowler

dengan kaki ke bawah atau

posisi nyaman

2) Berikan dukungan

emosional dan spiritual

Edukasi:

1) Anjurkan aktivitas fisik

secara bertahap

2) Ajarkan pasien dan

keluarga mengukur berat

badan harian

9
Kolaborasi:

1) Rujuk ke program

rehabilitasi jantung
Gangguan pertukaran Pertukaran gas (L. 01003) Pemantauan respirasi (I. 01014)

gas (D. 0003) Setelah dilakukan intervensi selama Observasi:

berhubungan dengan 2x24 jam maka, pertukaran gas 1) Monitor frekuensi, irama,

ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria hasil: kedalaman, dan upaya

ventilasi-perfusi 1) Takikardi menurun napas

dibuktikan dengan 2) Gelisah menurun 2) Monitor pola napas

takikardi, dispnea dan 3) Pola napas membaik (seperti bradypnea,

warna kulit abnormal. 4) Warna kulit membaik takipnea, hiperventilasi,

Kussmaul, Cheyne-

Stokes)

Terapeutik:

1) Atur interval pemantauan

respirasi sesuai kondisi

pasien

2) Dokumentasikan hasil

pemantauan

Edukasi:

1) Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

2) Informasikan hasil

pemantauan, jika perlu


Intoleransi aktivitas (D. Toleransi aktivitas (L. 05047) Pemantauan tanda vital (I.

0056) berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama 02060)

10
ketidakseimbangan antara 2x24 jam maka toleransi aktivitas Observasi:

suplai dan kebutuhan meningkat dengan kriteria hasil: 1) Monitor tekanan darah

oksigen ditandai dengan 1) Kemudahan melakukan 2) Monitor nadi (frekuensi,

dispnea saat / setelah aktivitas sehari-hari kekuatan, irama)

aktivitas meningkat 3) Monitor pernapasan

2) Perasaan lemah meunurun (frekuensi, kedalaman)

3) Frekuensi nadi membaik Terapeutik:

4) Warna kulit membaik 1) Atur interval pemantauan

5) Tekanan darah membaik sesuai kondisi pasien

6) Frekuensi napas membaik 2) Dokumentasikan hasil

pemantauan

Edukasi:

1) Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

2) Informasikan hasil

pemantauan, jika perlu

F. EBN
Terapi Farmakologis Duktus Arteriosus Paten pada Bayi Prematur:
Indometasin atau Ibuprofen?
Duktus arteriosus paten (DAP) merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
bayi prematur. Salah satu upaya tata laksana DAP adalah pemberian terapi
farmakologis guna memicu penutupan duktus. Sediaan terapi farmakologis yang
umumnya digunakan adalah indometasin, suatu penghambat siklooksigenase (COX).
Namun akhir-akhir ini diperkenalkan sediaan ibuprofen sebagai alternatif terapi
farmakologis yang memiliki efektifitas setara. Dilaporkan seorang bayi prematur (usia
gestasi 30 minggu) dengan duktus arteriosus paten yang berhasil di obati

11
menggunakan ibuprofen. Tinjauan literatur menunjukkan terapi ibuprofen pada bayi
prematur dengan duktus arteriosus paten memiliki efektifitas tingkat penutupan
duktus yang setara dengan indometasin dengan efek samping serebral, gastrointestinal
dan renal yang lebih rendah. Keamanan penggunaan ibuprofen pada bayi prematur
dengan hiperbilirubinemia masih belum jelas karena efek peningkatan bilirubin yang
ditimbulkannya mungkin meningkatkan risiko ensefalopati bilirubin. Di pihak lain,
sediaan ibuprofen peroral tampak memiliki efektifitas yang setara dengan sediaan
intravena dan efek samping yang terkesan lebih rendah.
G. IRK
 Q.S At-Tiin Ayat 4
Artinya : “Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya,”
Setelah bersumpah dengan buah-buahan yang bermanfaat atau tempat-
tempat yang mulia itu, Allah menegaskan bahwa Dia telah menciptakan
manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik. Dari segi fisik, misalnya,
hanya manusia yang berdiri tegak sehingga otaknya bebas berpikir, yang
menghasilkan ilmu, dan tangannya juga bebas bergerak untuk merealisasikan
ilmunya itu, sehingga melahirkan teknologi. Bentuk manusia adalah yang
paling indah dari semua makhluk-Nya. Dari segi psikis, hanya manusia yang
memiliki pikiran dari perasaan yang sempurna. Dan lebih-lebih hanya manusia
yang beragama. Banyak lagi keistimewaan manusia dari segi fisik dan psikis
itu yang tidak mungkin diuraikan disini. Penegasan Allah bahwa Dia telah
menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik itu mengandung
arti bahwa fisik dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan
ditumbuhkembangkan. Fisik manusia dipelihara dan ditumbuhkembangkan
dengan memberinya gizi yang cukup dan menjaga kesehatannya. Dan psikis
manusia dipelihara dan ditumbuhkembangkan dengan memberinya agama dan
pendidikan yang baik. Bila fisik dan psikis manusia dipelihara dan
ditumbuhkembangkan, maka manusia akan dapat memberikan kemanfaatan
yang besar kepada alam ini. Dengan demikian ia akan menjadi makhluk
termulia.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan
asianotik yang paling banyak dijumpai pada anak yag biasanya disebabkan oleh
duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Ada beberap faktor risiko
PDA, diantaranya yaitu kelahiran prematur, sindrom rubella kongenital, kelainan
kromosom (misalnya, sindrom Down), dan kondisi genetik seperti sindrom Loeys-
Dietz. Tanda dan gejala PDA, yaitu bising sistolik yang mengeras, bounding nadi
perifer dengan tekanan darah yang melebar, apex terangkat, gagal jantung kongestif,
hipotensi diastolik, takikardi, kardiomegali, hepatomegali, hipertrofi ventrikel (kiri
atau kanan atu keduanya), ketergantungan dengan ventilator, distres napas, asidosis
metabolic yang tidak dapat dijelaskan asal usulnya, dan pertumbuhan berat badan
yang buruk. Masalah keperawatan umum yang muncul, yaitu penurunan curah
jantung, gangguan pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas. Ayat Al-Quran yang
berkitan dengan PDA atau Patent Ductus Arteriosus terdapat pada Quran surah At-
Tiin ayat 4.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A. (2020). Duktus Arteriosus pada Bayi Prematur. KELUWIH: Jurnal Kesehatan
dan Kedokteran, 1(2), 89-97.

Gunawan, H., & Kaban, R. K. (2016). Terapi Farmakologis Duktus Arteriosus Paten pada
Bayi Prematur: Indometasin atau Ibuprofen?. Sari Pediatri, 11(6), 401-8.

Hartati, R. D., Suprabha, N. K. D., Firdaus, I., Fanayoni, A., Kadek, N., & Swandewi, M.
(2017). PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA).

Hartaty, D., Noormanto, N., & Haksari, E. L. (2016). Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara Transkateter. Sari Pediatri, 17(3), 180-4.

P.S. Malone; K.D. Roberts; L.D. Abrams; S. Jones; J. Beasley. (2016). Day-Case Ligation Of
Patent Ductus Arteriosus in Premature Infants. Journal of Pediatric Surgery, volume
22(3), 284-285

Siallagan, D., & Gessal, J. (2021). Medical Rehabilitation In Patient Post Avr and PDA
Ligation. JURNAL MEDIK DAN REHABILITASI, 3(1)

14

Anda mungkin juga menyukai