MAKALAH
oleh
Kelompok 7
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK
MAKALAH
oleh
Kelompok 7
UNIVERSITAS JEMBER
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stroke Hemoragik” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas presentasi kelompok mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik 4B.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak khususnya penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi stroke hemoragik
2. Mengetahui epidemiologi dari stroke hemoragik
3. Mengetahui etiologi dari stroke hemoragik
4. Mengetahui klasifikasi stroke hemoragik
5. Mengetahui patofisiologi stroke hemoragik
6. Mengetahui manifestasi klinis stroke hemoragik
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan stroke
hemoragik
8. Mengetahui penatalaksanaan medis dari stroke hemoragik
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke hemoragik
2
BAB 2. PEMBAHASAN
3
lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita. Namun, kematian akibat stroke
lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan dengan laki-laki karena
umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan
karena pemakaian hormon estrogen pada wanita sebelum menopause dapat
melindungi dirinya dari risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%
(Ginanjar, G, 2009). Populasi yang terkena kasus perdarahan subarachnoid
bervariasi dari 6 ke 16 kasus per 100.000, dengan jumlah kasus tertinggi di
laporkan di Finlandia dan Jepang.
1. Hemoragi obstrudural
2. Hemoragi subdural
3. Hemoragi subakhranoid
4. Hemoragi intraserebral
1. Usia
2. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita
post monophous sama resiko dengan pria
3. Hipertensi
4. DM
5. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
6. Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain
hiperfibrinogenia
7. Keturunan
8. Hipovolemia dan syook
4
( Aru W, Sedoyo dkk, 2006)
5
Sebagai akibat penyakit vaskuler pembuluh darah kehilangan
elastisitasnya menjadimkeras san mengalami deposit ateroma ,lumen pembuluh
darah secara bertahap tertutup menyebabkan kerusakan sirkulasi serebral dsan
iskemik otak. Bila iskemik otak bersifat sementara seperti pada serangan iskemik
sementara, biasanya tidak terdapat defisit neurologi.Sumbatan pembuluh darah
besar menimbulkan infark serebral pembuluh ini,suplai dan menimbulkan
hemoragi. (Brunner & Suddarth, 2002)
Keadaan yang terkait pada arteri vertebralis yaitu trauma neurologis atau
tepatnya defisit neurologis. N.I (olfaktorius) , N.II (optikus),N.III (okulomotorik),
N.IV (troklearis), N.VII (hipoglasus) hal ini menyebabkan perubahan ketajaman
peng, pengecapan, dan penglihatan, penghidungan.Pada kerusakan N.XI (assesori)
pada akhirnya akam mengganggu kemampuan gerak tubuh. (Doengos, 2000)
6
2. Kehilangan komunikasi
a. Disartria
b. Difagia
c. Afagia
d. Afraksia
3. Gangguan konseptual
a. Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang pandang)
b. Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada
Pasien hemiplagia kiri )
c. Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk
dengan piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil dan
auditori.
4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
a. Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan
disfungsi tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang perhatian
terbatas, kesulitan dalam komperhensi,cepat lupa dan kurang
komperhensi.
b. Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,
bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5. Disfungsi kandung kemih :
a. Inkontinansia urinarius transia
b. Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik
dari kerusakan otak bilateral)
c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan
Kerusakan neurologisekstensif)
(Brunner & Suddart, 2002)
7
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.
(Brunner & Suddarth, 2002)
8
c. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit
memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus
dan embolisasi.
9
BAB 3. PATHWAY
11
c. RPK
Adakah keluarga yang mengalami penyakit yang sama atau mirip
dengan yang pernah diderita pasien saat ini. Pasien mengatakan
ayahnya juga mengalami hipertensi.
a. Pola fungsi kesehatan
1. Aktivitas/latihan: pasien yang mengalami stroke
hemoragikmengalami kesulitan beraktivitas akibat kelemahan,
hilang rasa, hemiplegi, paralisis, mudah lelah.
2. Pola nutrisi-metabolik
Pasien dengan stroke hemoragik mengalami disfagia maka bisa
dipastikan mengalami gangguan pada pola nutrisi, selain itu
kehilangan daya sensori di bagian lidah dan pipi.
3. Pola eliminasi
Perubahan kebiasaan BAK dan BAB. Inkontinensia akibat
disfungsi kandung kemih.
4. Pola tidur-istirahat
Pasien dengan stroke hemoragik biasanya mudah lelah dan susah
tidur.
5. Pola kognitif-presepsi
Pasien kehilangan setengan lapang pandang dan mengalami
gangguan hubungan visual-spasial.
6. Pola presepsi-konsep diri
Emosi pasien yang labil, depresi, frustasi, dan kurang mampu
diajak bekerja sama serta kurang mampu mengekspresikan diri.
7. Pola peran-hubungan
Gangguan dalam berbicara, kesulitan berkomunikasi
4. PF
a. Kondisi umum pasien tampak lemah, kesadaran menurun.
b. Mengukur tingkat kesadaran
1. Secara kuantitatif
a) Komposmentis : kesadaran penuh
b) Apatis : sadar, tapi tidak peduli dengan lingkungan sekitar
12
c) Delirium : gelisah, berhalusinasi, berteriak-teriak, disorientasi
d) Somnolen : kesadaran penuh bila ada rangsangan. Mudah tidur
dan mudah dibangunkan
e) Stupor (soporo koma) : kesadaran yang tidak penuh, tertidur
tapi dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri
f) Koma : keadaan yang tidak sadar dan tidak dapat dibangunkan
dengan rangsangan nyeri sekalipun. Tidak terdapat respon
pupil dan respon cahaya
2. GCS
a. Eye
1. 4 = Spontan
2. 3 = Dengan rangsang suara
3. 2 = Dengan rangsang nyeri
4. 1= Tidak ada respon
b. Verbal
1. 5 = orientasi baik
2. 4 = bicara kacau, bingung, disorientasi
3. 3 = bicara kata jelas tapi tidak berupa kalimat yang jelas
4. 2 = suara tidak jelas (mengerang)
5. 1 = tidak ada respon
c. Motorik
1. 6 = dapat mengikuti perintah
2. 5 = menjangkau dan menjauhkan stimulus ketika diberi
rangsang nyeri
3. 4 = menghindar dan menjauhkan ekstremitas ketika diberi
rangsang nyeri
4. 3 = fleksi abnormal
5. 2 = ekstensi abnormal
6. 1 = tidak ada respon
c. Integumen : turgor kulit tampak jelek kering, kasar, perubahan warna
kulit.
13
d. Kepala : nyeri kepala/sakit kepala, tidak terdapat benjolan di kepala,
simetris.
e. Muka : muka tampak asimetris, otot muka dan rahang lemah, tidak ada
sianosis
f. Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor, reflek cahaya positif, mata
tampak cowong
g. Telinga : tampak sekret dan serumen dalam batas normal.
h. Hidung : mukosa dan sekret tidak tampak, tidak ada obstruksi.
4.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Paraf
1 Defisit Setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan Firda
perawatan diri perawatan 3x24 jam klien untuk perawatan
b.d keletihan diharapkan pasien mampu diri yang mandiri
melakukan Activity Daily 2. Sediakan kebutuhan
of Living (ADLs) dengan klien untuk erawatan
kriteria hasil: diri
1. Pasien terbebas dari 3. Bantu klien
bau badan melakukan perawatan
2. Pasien menyatakan diri
14
kenyamanan terhadap 4. Dorong klien
kemampuan aktivitas melakukan perawatan
sehari-hari diri sesuai
3. Dapat melakukan kemampuannya
ADLs dengan bantuan 5. Ajarkan klien dan
keluarga melakukan
perawatan diri secara
mandiri
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Buat suasana tenang Firda
komunikasi perawatan 3x24 jam 2. Anjurkan pasien
verbal b.d diharapkan pasien mampu untuk berbicara pelan,
kerusakan berkomunikasi secara tenang dan jelas
nervus fasialis verbal dengan baik dengan 3. Gunakan bahasa yang
kriteria hasil: mudah dan konsisten
1. Kata / kalimat yang saat berinteraksi
digunakan sesuai 4. Gunakan teknik
dengan topik validasi dan
pembicaraan klarifikasi
2. Pasien dapat 5. Fokuskan
berkomunikasi dengan pembicaraan hanya
jelas pada satu topik
3 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi adanya Firda
aktivitas b.d perawatan 3x24 jam keterbatasan
keletihan diharapkan pasien mampu beraktivitas
mentoleansi aktivitas dan 2. Kaji faktor penyebab
melakukan Activity Daily keletihan
of Living (ADLs) dengan 3. Monitor pola tidur
kriteria hasil: dan istirahat pasien
1. Pasien dapat 4. Bantu pasien
menunjukkan toleransi melakukan aktivitas
aktivitas dan ADLs yang mampu
secara mandiri dilakukan
15
2. Mampu berpartisipasi 5. Bantu pasien dan
dalam aktivitas fisik keluarga membuat
tanpa disertai rencana aktivitas
peningkatan tekanan latihan
darah, nadi dan RR 6. Observasi TTV
3. Keseimbangan aktivitas sebelum dan sesudah
dan istirahat aktivitas
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor TTV Firda
efektif b.d perawatan 3x24 jam 2. Monitor pola nafas
penurunan diharapkan pasien mampu 3. Pasang mayo bila
kesadaran menunjukkan keefektifan perlu
pola nafas dengan kriteria 4. Observasi adanya
hasil: hipoventilasi
1. TTV dalam rentang 5. Pertahankan pola
normal nafas yang paten
2. Menunjukkan jalan 6. Monitor respirasi dan
nafas ang paten status O2
5 Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Kaji pemenuhan Firda
gan nutrisi : perawatan selama 7x24 kebutuhan nutrisi
kurang dari jam diharapkan kebutuhan pasien
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi 2. Kaji penurunan
b.d secara adekuat dengan nafsu makan
terganggunya kriteria hasil : pasien
fungsi otot 1. Mempertahankan 3. Jelaskan
fasialis BB dalam batas pentingnya
normal makanan bagi
2. Pasien mampu proses
menghabiskan penyembuhan
porsi makanan 4. Ukur tinggi dan
yang disediakan BB klien
3. Pasien mengalami 5. Catat intake oral
peningkatan nafsu selama 24 jam,
16
makan riwayat
makananan,
jumlah kalori
dengan tepat
6. Ciptakan suasana
makan yang
menyenangkan
7. Berikan makanan
dalam jumlah
sedikit tapi sering
8. Sarankan oral
hyegine sebelum
dan sesudah
makan
9. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk membantu
memilih makanan
yang tepat.
6 Resiko aspirasi Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat Firda
b.d penurunan perawatan selama 3x24 kesadaran, reflek
kesadaran jam pasien tidak batuk dan
mengalami aspirasi dengan kemampuan
kriteria hasil : menelan
1. Klien dapat 2. Monitor status
bernafas dengan paru
mudah, tidak ada 3. Cek nasogastrik
irama, frekuensi sebelum makan
nafas normal bila ada.
2. Pasien mampu 4. Potong makanan
menelan, kecil-kecil
mengunyah tanpa 5. Haluskan obat
17
terjadi aspirasi dan sebelum
mampu melakukan pemberian
oral hygiene 6. Posisikan klien
3. Tidak terlihat semi fowler
adanya tanda-tanda
aspirasi atau
tercekik
7 Gangguan Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafas, Firda
pertukaran gas perawatan selama 3x24 gunakan teknik
b.d hipoksia jam pasien menunjukkan chin lift atau jaw
jaringan pertukaran gas adekuat trust bila perlu
dengan kriteria hasil : 2. Posisikan pasien
1. Mendemonstrasika untuk
n peningkatan memaksimalkan
ventilasi dan ventilasi
oksigenasi yang 3. Identifikasi
adekuat pasien perlunya
2. Memelihara pemasangan alat
kebershan paru- jalan nafas buatan
paru dan bebas dari 4. Lakukan
tanda-tanda fisioterapi dada
distress pernafasan bila perlu
3. Mendemonstrasika 5. Keluarkan sekret
n batuk efektif dan bila perlu
suara nafas yang 6. Auskultasi suara
bersih, tidak ada nafas, catat
sianosis dan adanya suara
dyspneu nafas tambahan
7. Berikan
bronkodilator bila
perlu
8. Monitor respirasi
18
dan status O2
8 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya Firda
perfusi jaringan perawatan 3x24 jam daerah tertentu
b.d iskemia perfusi jaringan pasien yang hanya peka
efektif dengan kriteria terhadap penas,
hasil : dingin, tajam,
1. Mendemonstrasika tumpul
n status sirkulasi 2. Gunakan sarung
yang ditandai tangan untuk
dengan : proteksi
a. Tekanan sistol 3. Batasi gerakan
dan diastole pada kepala, leher
dalam rentang dan punggung
normal 4. Monitor BAB
b. Tidak ada 5. Kolaborasi
ortostatik pemberian
hipertensi analgetik
2. Kemampuan
kognitif baik,
dengan pasien
mampu
berkomunikasi
dengan jelas
4.4 Implementasi
No Tanggal/Jam Implementasi Paraf
1 1. Memonitor kemampuan klien untuk Firda
perawatan diri yang mandiri
2. Menyediakan kebutuhan klien untuk
perawatan diri
3. Membantu klien melakukan perawatan
diri
19
4. Mendorong klien melakukan
perawatan diri sesuai kemampuannya
5. Mengajarkan klien dan keluarga
melakukan perawatan diri secara
mandiri
2 1. Membuat suasana tenang Firda
2. Meganjurkan pasien untuk berbicara
pelan, tenang dan jelas
3. Menggunakan bahasa yang mudah dan
konsisten saat berinteraksi
4. Menggunakan teknik validasi dan
klarifikasi
5. Memfokuskan pembicaraan hanya
pada satu topik
3 1. Mengbservasi adanya keterbatasan Firda
beraktivitas
2. mengkaji faktor penyebab keletihan
3. Memonitor pola tidur dan istirahat
pasien
4. Membantu pasien melakukan aktivitas
yang mampu dilakukan
5. membantu pasien dan keluarga
membuat rencana aktivitas latihan
6. Mengobservasi TTV sebelum dan
sesudah aktivitas
4 1. Memonitor TTV Firda
2. Memonitor pola nafas
3. Memasang endotrakeal tube
4. Mengobservasi adanya hipoventilasi
5. Mempertahankan pola nafas yang
paten
6. Memonitor respirasi dan status O2
20
5 1. Mengkaji pemenuhan kebutuhan Firda
nutrisi pasien
2. Mengkaji penurunan nafsu makan
pasien
3. Menjelaskan pentingnya makanan
bagi proses penyembuhan
4. Mengukur tinggi dan BB klien
5. Mencatat intake oral selama 24 jam,
riwayat makananan, jumlah kalori
dengan tepat
6. Menciptakan suasana makan yang
menyenangkan
7. Memberikan makanan dalam jumlah
sedikit tapi sering
8. Menyarankan oral hyegine sebelum
dan sesudah makan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membantu memilih makanan yang
tepat.
6 1. Memonitor tingkat kesadaran, reflek Firda
batuk dan kemampuan menelan
2. Memonitor status paru
3. Memotong makanan kecil-kecil
4. Menghaluskan obat sebelum
pemberian
5. Memposisikan klien semi fowler
7 1. Membuka jalan nafas Firda
2. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Melakukan fisioterapi dada
21
5. Mengeluarkan sekret
6. Mengauskultasi suara nafas, mencatat
adanya suara nafas tambahan
7. Memberikan bronkodilator
8. Memonitor respirasi dan status O2
8 1. Memonitor adanya daerah tertentu Firda
yang hanya peka terhadap penas,
dingin, tajam, tumpul
2. Menggunakan sarung tangan untuk
proteksi
3. Membatasi gerakan pada kepala, leher
dan punggung
4. Memonitor BAB
5. Kolaborasi pemberian analgetik
4.5 Evaluasi
No Evaluasi
1 S :pasien belum mampu merawat diri, aktivitas mandi dll masih dibantu
keluarga
O :personal hygiene pasien dibantu oleh perawat, pasien terlihat nyaman
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi sampai pasien mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri
2 S : keluarga mengatakan pasien belum mampu berkomunikasi, jika
membutuhkan sesuatu dengan cara menulis
O : pasien belum mampu merespon pertanyaan yang diberikan, komunikasi
verbal masih terganggu
A : masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi dan modifikasi
3 S :keluarga pasien mengatakan pasien masih terbaring di tempat tidur,
belum mampu melakukan aktivitas secara maksimal
O :kondisi pasien terlihat masih lemah, aktivitas dibantu oleh perawat dan
22
keluarga
A : masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi dan modifikasi
4 S :keluarga mengatakan pasien sudah tidak sesak lagi
O : pasien sudah tidak membutuhkan bantuan masker O2, RR normal
A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
5 S : keluarga mengatakan pasien belum mampu makan makanan yang kasar,
masih perlu dihaluskan
O : otot fasialis pasien belum mampu digunakan untuk aktivitas makan
berat, pasien hanya mampu makan bubur atau makanan yang lunak
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi dan bantu untuk mengoptimalkan asupan nutrisi
6 S : keluarga mengatakan pasien tidak pernah aspirasi semenjak sadar
O : tidak terlihat adanya tanda-tanda sianosis akibat aspirasi
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi dan tetap memonitor
7 S : keluarga mengatakan pasien sudah tidak sesak sejak pasien sudah sadar
O : tidak ada tanda-tanda sianosis, tidak terdengar suara tambahan paru,
RR normal, Hb normal
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi dan tetap monitor TTV pasien
8 S : keluarga mengatakan pasien belum mampu bicara
O : sistol dan diastol normal, pasien belum mampu berkomunikasi dengan
jelas
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjtukan intervensi untuk membantu pasien agar mampu
berkomunikasi
23
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
tertentu (Hudak Gallow, 1996 ). Stroke hemoragik diklasifikasikan menjadi 3
macam yaitu perdarahan sub dural (PSD), perdarahan sub araknoid (PSA) dan
perdarahan intra serebral (PIS).
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak
atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalahpenghentian suplai darah ke
otak. Oleh karena itu, masalah stroke hemoragik harus mendapatkan perhatian
lebih agar tidak mengakibatkan kematian.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penyusun menyarankan kepada beberapa pihak
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di
Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya yang mengalami Stroke
hemoragik, selain itu dapat memperbaiki pola hidup agar terhindar dari penyakit
tersebut.
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep Stroke hemoragik
utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada pasien
dengan Stroke hemoragik dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya
komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan perawat lainnya, agar
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Carpenito, L.J dan Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Jakarta: EGC.
http://www.academia.edu/6961220/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_STRO
KE_1 (diakses pada tanggal 10 April 2016)
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta:
Interna Publishing.
25