Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK

MAKALAH

oleh

Kelompok 7

Yunizar Firda NIM 142310101013

Iqbal Luthfi Nauri NIM 142310101083

Rini Sulistyowati NIM 142310101092

Nita Ratna Dewi NIM 142310101099

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE HEMORAGIK

MAKALAH

disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B

dengan dosen pembimbing Ns. Nur Widayati, M.N

oleh

Kelompok 7

Yunizar Firda A NIM 142310101013

Iqbal Luthfi Nauri NIM 142310101083

Rini Sulistyowati NIM 142310101092

Nita Ratna Dewi NIM 142310101099

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stroke Hemoragik” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas presentasi kelompok mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik 4B.

Penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan akan tetapi


dengan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat mengatasi semua hambatan yang
dialami dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak khususnya penulis.

Jember, April 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah. .................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Stroke Hemoragik ...................................................... 3
2.2 Epidemiologi Stroke Hemoragik ............................................ 3
2.3 Etiologi Stroke Hemoragik ...................................................... 4
2.4 Klasifikasi Stroke Hemoragik .................................................. 5
2.5 Patofisiologi Stroke Hemoragik .............................................. 5
2.6 Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik ..................................... 6
2.7 Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 7
2.8 Penatalaksanaan Medis ............................................................ 8
BAB 3. PATHWAY . ............................................................................... 10
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian .............................................................................. 11
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................... 14
4.3 Intervensi ................................................................................ 14
4.4 Implementasi ........................................................................... 19
4.5 Evaluasi ................................................................................... 22
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 24
5.2 Saran ........................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian
khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memendang ras,
jenis kelamin atau usia. Stroke adalah penyebab kematian terbesar ketiga di
negara-negara industri setelah penyakit jantung dan kanker. Di Amerika Serikat,
sekitar 28% penderita stroke berusia lebih dari 65 tahun. Dilaporkan di Selandia
baru 793 per 100.000 penduduk, di Perancis 1445 per 100.000 penduduk. Rentang
pada Negara sedang berkembang juga bervariasi. Di China, prevalensi stroke 620
per 100.000 penduduk, dan Thailand 690 per 100.000 penduduk (WHO, 2006).
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpaadanya penyebab lain selain vaskuler (Israr, 2008).
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
tertentu (Hudak Gallow, 1996 ). Berdasarkan uraian tersebut, makapenulis
menyusun makalah mengenai asuhan keperawatan pasien dengan stroke
hemoragik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi stroke hemoragik?
2. Bagaimana epidemiologi dari stroke hemoragik?
3. Bagaimana etiologi dari stroke hemoragik?
4. Bagaimana klasifikasi stroke hemoragik?
5. Bagaimana patofisiologi stroke hemoragik?
6. Bagaimana manifestasi klinis stroke hemoragik?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan stroke hemoragik?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari stroke hemoragik?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke hemoragik?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi stroke hemoragik
2. Mengetahui epidemiologi dari stroke hemoragik
3. Mengetahui etiologi dari stroke hemoragik
4. Mengetahui klasifikasi stroke hemoragik
5. Mengetahui patofisiologi stroke hemoragik
6. Mengetahui manifestasi klinis stroke hemoragik
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan stroke
hemoragik
8. Mengetahui penatalaksanaan medis dari stroke hemoragik
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke hemoragik

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Stroke Hemoragik


Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
tertentu (Hudak Gallow, 1996 ).

Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah


sehingga timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir (Corwin, 2000 ) Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik adalah
keadaan penyakit yang diakibatkan oleh karena adanya gangguan pada pembuluh
darah serebral yang diakibatkan adanya perdarahan serebral dapat menimbulkan
kematian.

2.2 Epidemiologi Stroke Hemoragik


Stroke adalah penyebab kematian terbesar ketiga di negara-negara industri
setelah penyakit jantung dan kanker. Di Amerika Serikat, sekitar 28% penderita
stroke berusia lebih dari 65 tahun. Dilaporkan di Selandia baru 793 per 100.000
penduduk, di Perancis 1445 per 100.000 penduduk. Rentang pada Negara sedang
berkembang juga bervariasi. Di China, prevalensi stroke 620 per 100.000
penduduk, dan Thailand 690 per 100.000 penduduk (WHO, 2006).
Hasil Riskesdas 2007, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar
8,3 per 1.000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah
6 per 1.000. Prevalensi stroke tertinggi Indonesia dijumpai di Nanggroe Aceh
Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per 1.000
penduduk) (Depkes, 2009). Kehamilan dapat meningkatkan factor resiko terkena
stroke hemoragik, terutama pada eklampsia yaitu sekitar 40% dari kasus
perdarahan intraserebral pada kehamilan. Lokasi dari perdarahan intraserebral
adalah putamen(40%), lobar(22%), thalamus (15%), pons (8%), cerebellum (8%)
dan caudate (7%).
Perdarahan Subarachnoid biasanya didapatkan pada usia dewasa muda
baik pada laki-laki maupun perempuan. Insidens perdarahan subarachnoid
meningkat seiring umur dan lebih tinggi pada wanita daripada laki-laki. Stroke

3
lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita. Namun, kematian akibat stroke
lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan dengan laki-laki karena
umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan
karena pemakaian hormon estrogen pada wanita sebelum menopause dapat
melindungi dirinya dari risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%
(Ginanjar, G, 2009). Populasi yang terkena kasus perdarahan subarachnoid
bervariasi dari 6 ke 16 kasus per 100.000, dengan jumlah kasus tertinggi di
laporkan di Finlandia dan Jepang.

2.3 Etiologi Stroke Hemoragik


Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak
atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke
otak. Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :

1. Hemoragi obstrudural
2. Hemoragi subdural
3. Hemoragi subakhranoid
4. Hemoragi intraserebral

Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit jantung


iskemik :

1. Usia
2. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita
post monophous sama resiko dengan pria
3. Hipertensi
4. DM
5. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
6. Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain
hiperfibrinogenia
7. Keturunan
8. Hipovolemia dan syook

4
( Aru W, Sedoyo dkk, 2006)

2.4 Klasifikasi Stroke Hemoragik


1. Perdarahan Sub Dural (PSD)
Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid.
Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins)
yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam
duramater atau karena robeknya araknoid.
2. Perdarahan Sub Araknoid (PSA)
Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). Keadaan
akut dimana terdapatnya darah ke dalam ruangan sub araknoid, atau
perdarahan yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di
daerah kepala seperti di selaput otak atau bagian bawah otak.
3. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Pendarahan yang terjadi di dalam jaringan otak, perdarahan yang
primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan
disebabkan oleh trauma, dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula interna,
20% terjadi di fosa posterior (batang otak dan serebelum) dan 10% di
hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama disebabkan oleh hipertensi
(50-68%).

2.5 Patofisiologi Stroke Hemoragik


Penyakit serebrovaskuler mengacu pada abnormal fungsi susunan syaraf
pusat yang terjadi ketika suplai darah nornal ke otak terhenti. Patologi ini
melibatkan arteri, vena, atau keduanya. Sirkulasi serebral mengalami kerusakan
sebagai akibat sumbatan partial atau komplek pada pembuluh darah atau hemoragi
yang diakibatlan oleh robekan dinding pembuluh. Penyakit vaskuler susunan
syaraf pusat dapat diakibatkan oleh arteriosklerosis ( paling umum ) perubahan
hipertensif, malformasi, arterivena, vasospasme, inflamasi arteritis atau
embolisme.

5
Sebagai akibat penyakit vaskuler pembuluh darah kehilangan
elastisitasnya menjadimkeras san mengalami deposit ateroma ,lumen pembuluh
darah secara bertahap tertutup menyebabkan kerusakan sirkulasi serebral dsan
iskemik otak. Bila iskemik otak bersifat sementara seperti pada serangan iskemik
sementara, biasanya tidak terdapat defisit neurologi.Sumbatan pembuluh darah
besar menimbulkan infark serebral pembuluh ini,suplai dan menimbulkan
hemoragi. (Brunner & Suddarth, 2002)

Penurunan suplai darah ke otak dapat sering mengenai arteria vertebro


basilaris yang akan mempengaruhi N.XI (assesoris) sehingga akan berpengaruh
pada sisitem mukuloskeletal (s.motorik)sehingga terjadi penurunan sistem
motorik yang akan menyebabkan ataksia dan akhirnya menyebabkan kelemahan
pada satu atau empat alat gerak, selain itu juga pada arteri vetebra basilaris akan
mempengaruhi fungsi dari otot facial (oral) terutama ini diakibatkan kerusakan
diakibatkan oleh kerusakan N.VII (fasialis), N.IX (glasferingeus) N.XII
(hipoglakus),karena fungsi otot fasial/oral tidak terkontrol maka akan terjadi
kehilangan dari fungsi tonus otot fasial/oralsehingga terjadi kehilangan
kemampuan untuk barbicara atau menyebuit kata-kata dan berakhir dangan
kerusakan artikulasi,tidak dapat berbicara (disatria). Pada penurunan aliran darah
ke arteri vertebra basilaris akan mempengaruhi fuingsi N.X (vagus) dan N.IX
(glasovaringeus) akan mempengaruhi proses menelan kurang ,sehingga akan
mengalami refluk,disfagia dan pada akhirnya akan menyebabkan anoreksia dan
menyebabkan gangguan nutrisi.

Keadaan yang terkait pada arteri vertebralis yaitu trauma neurologis atau
tepatnya defisit neurologis. N.I (olfaktorius) , N.II (optikus),N.III (okulomotorik),
N.IV (troklearis), N.VII (hipoglasus) hal ini menyebabkan perubahan ketajaman
peng, pengecapan, dan penglihatan, penghidungan.Pada kerusakan N.XI (assesori)
pada akhirnya akam mengganggu kemampuan gerak tubuh. (Doengos, 2000)

2.6 Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik


1. Kehilangan motorik
a. Hemiplegis,hemiparesis.
b. Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda

6
2. Kehilangan komunikasi
a. Disartria
b. Difagia
c. Afagia
d. Afraksia
3. Gangguan konseptual
a. Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang pandang)
b. Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada
Pasien hemiplagia kiri )
c. Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk
dengan piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil dan
auditori.
4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
a. Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan
disfungsi tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang perhatian
terbatas, kesulitan dalam komperhensi,cepat lupa dan kurang
komperhensi.
b. Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,
bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5. Disfungsi kandung kemih :
a. Inkontinansia urinarius transia
b. Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik
dari kerusakan otak bilateral)
c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan
Kerusakan neurologisekstensif)
(Brunner & Suddart, 2002)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.

7
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.
(Brunner & Suddarth, 2002)

2.8 Penatalaksanaan Medis


Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :

1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan


aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka
pengobatan yang diberikan yaitu :
a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi
edema acak dan timbulnya kejang
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu serta
berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan
darah atau perdarahan ulang.
3. Operasi bedah syaraf (kraniotomi)
4. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :
a. Deuretik : untuk menurunkan edema serebral
b. Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler

8
c. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit
memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus
dan embolisasi.

(Brunner & Suddarth ,2002)

9
BAB 3. PATHWAY

Gangguan perfusi Iskemi Kerusakan sirkulasi cerebral


jaringan k
Suplai darah ke otak terhenti

Sumbatan partial/kompleks pembuluh darah Infark cerebral Hemoragi Suplai darah

Pembuluh darah kehilangan elastisitas Kesadaran Hipoksia jaringan

Suplai darah 1.Pola nafas tidak Gangguan pertukaran gas


efektif
Fungsi otot Mempengaruhi N Abnormalitas fungsi susunan syaraf pusat 2.Resiko aspirasi
fasialis tidak fasialis
terkontrol
Mempengaruhi N XI (asesoris)

1.Gangguan Penurunan system motorik


komunikasi verbal

2.Ketidakseimbangan Ataksia Kelemahan


Intoleransi
nutrisi kurang dari
aktivitas
kebutuhan tubuh
Defisit
perawatan diri 10
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Identitas :
Nama :Tn. A
Usia : 50 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Raya Solo no. 45
Pekerjaan : Nelayan
Dx. Medis : Stroke Hemoragik
Tanggal MRS : 20-04-2016
2. Keluhan utama
Pasien dengan stroke hemoragik biasanya mengeluh sakit kepala berat,
badannya terasa lemah dan mengalami kehilangan fungsi motorik.
3. Riwayat kesehatan
a. RPS
Klien mengeluh nyeri kepala, mengalami penurunan kesadaran, lemah,
dan kehilangan sebagian atau seluruh fungsi motoriknya. Untuk
mengkaji nyeri pasien dapat memperhatikan berbagai hal seperti
berikut ini :
P : penyebab timbulnya nyeri, kapan biasanya timbul nyeri, dan
tindakan apa yang dilakukan oleh pasien bila nyeri kepala menyerang.
Q : seberapa sering pasien mengalami nyeri kepala
R : lokasi atau daerah mana yang mengalami nyeri
S : skala nyeri yang dirasakan
T : lama atau durasi pasien selama merasakan nyeri
b. RPD
Pengkajian meliputi riwayat penyakit yang diderita pasien yang
mungkin berhubungan dengan penyakit yang dideritanya sekarang.
Pasien mengalami riwayat hipertensi yang pengobatan serta
pengontolan yang tidak teratur. Pasien sebelumnya tidak pernah
mengalami penyakit yang seperti ini sebelumnya.

11
c. RPK
Adakah keluarga yang mengalami penyakit yang sama atau mirip
dengan yang pernah diderita pasien saat ini. Pasien mengatakan
ayahnya juga mengalami hipertensi.
a. Pola fungsi kesehatan
1. Aktivitas/latihan: pasien yang mengalami stroke
hemoragikmengalami kesulitan beraktivitas akibat kelemahan,
hilang rasa, hemiplegi, paralisis, mudah lelah.
2. Pola nutrisi-metabolik
Pasien dengan stroke hemoragik mengalami disfagia maka bisa
dipastikan mengalami gangguan pada pola nutrisi, selain itu
kehilangan daya sensori di bagian lidah dan pipi.
3. Pola eliminasi
Perubahan kebiasaan BAK dan BAB. Inkontinensia akibat
disfungsi kandung kemih.
4. Pola tidur-istirahat
Pasien dengan stroke hemoragik biasanya mudah lelah dan susah
tidur.
5. Pola kognitif-presepsi
Pasien kehilangan setengan lapang pandang dan mengalami
gangguan hubungan visual-spasial.
6. Pola presepsi-konsep diri
Emosi pasien yang labil, depresi, frustasi, dan kurang mampu
diajak bekerja sama serta kurang mampu mengekspresikan diri.
7. Pola peran-hubungan
Gangguan dalam berbicara, kesulitan berkomunikasi
4. PF
a. Kondisi umum pasien tampak lemah, kesadaran menurun.
b. Mengukur tingkat kesadaran
1. Secara kuantitatif
a) Komposmentis : kesadaran penuh
b) Apatis : sadar, tapi tidak peduli dengan lingkungan sekitar

12
c) Delirium : gelisah, berhalusinasi, berteriak-teriak, disorientasi
d) Somnolen : kesadaran penuh bila ada rangsangan. Mudah tidur
dan mudah dibangunkan
e) Stupor (soporo koma) : kesadaran yang tidak penuh, tertidur
tapi dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri
f) Koma : keadaan yang tidak sadar dan tidak dapat dibangunkan
dengan rangsangan nyeri sekalipun. Tidak terdapat respon
pupil dan respon cahaya
2. GCS
a. Eye
1. 4 = Spontan
2. 3 = Dengan rangsang suara
3. 2 = Dengan rangsang nyeri
4. 1= Tidak ada respon
b. Verbal
1. 5 = orientasi baik
2. 4 = bicara kacau, bingung, disorientasi
3. 3 = bicara kata jelas tapi tidak berupa kalimat yang jelas
4. 2 = suara tidak jelas (mengerang)
5. 1 = tidak ada respon
c. Motorik
1. 6 = dapat mengikuti perintah
2. 5 = menjangkau dan menjauhkan stimulus ketika diberi
rangsang nyeri
3. 4 = menghindar dan menjauhkan ekstremitas ketika diberi
rangsang nyeri
4. 3 = fleksi abnormal
5. 2 = ekstensi abnormal
6. 1 = tidak ada respon
c. Integumen : turgor kulit tampak jelek kering, kasar, perubahan warna
kulit.

13
d. Kepala : nyeri kepala/sakit kepala, tidak terdapat benjolan di kepala,
simetris.
e. Muka : muka tampak asimetris, otot muka dan rahang lemah, tidak ada
sianosis
f. Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor, reflek cahaya positif, mata
tampak cowong
g. Telinga : tampak sekret dan serumen dalam batas normal.
h. Hidung : mukosa dan sekret tidak tampak, tidak ada obstruksi.

4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan nervus
fasialis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan terganggunya fungsi otot fasialis
6. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
7. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia jaringan
8. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemia

4.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Paraf
1 Defisit Setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan Firda
perawatan diri perawatan 3x24 jam klien untuk perawatan
b.d keletihan diharapkan pasien mampu diri yang mandiri
melakukan Activity Daily 2. Sediakan kebutuhan
of Living (ADLs) dengan klien untuk erawatan
kriteria hasil: diri
1. Pasien terbebas dari 3. Bantu klien
bau badan melakukan perawatan
2. Pasien menyatakan diri

14
kenyamanan terhadap 4. Dorong klien
kemampuan aktivitas melakukan perawatan
sehari-hari diri sesuai
3. Dapat melakukan kemampuannya
ADLs dengan bantuan 5. Ajarkan klien dan
keluarga melakukan
perawatan diri secara
mandiri
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Buat suasana tenang Firda
komunikasi perawatan 3x24 jam 2. Anjurkan pasien
verbal b.d diharapkan pasien mampu untuk berbicara pelan,
kerusakan berkomunikasi secara tenang dan jelas
nervus fasialis verbal dengan baik dengan 3. Gunakan bahasa yang
kriteria hasil: mudah dan konsisten
1. Kata / kalimat yang saat berinteraksi
digunakan sesuai 4. Gunakan teknik
dengan topik validasi dan
pembicaraan klarifikasi
2. Pasien dapat 5. Fokuskan
berkomunikasi dengan pembicaraan hanya
jelas pada satu topik
3 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi adanya Firda
aktivitas b.d perawatan 3x24 jam keterbatasan
keletihan diharapkan pasien mampu beraktivitas
mentoleansi aktivitas dan 2. Kaji faktor penyebab
melakukan Activity Daily keletihan
of Living (ADLs) dengan 3. Monitor pola tidur
kriteria hasil: dan istirahat pasien
1. Pasien dapat 4. Bantu pasien
menunjukkan toleransi melakukan aktivitas
aktivitas dan ADLs yang mampu
secara mandiri dilakukan

15
2. Mampu berpartisipasi 5. Bantu pasien dan
dalam aktivitas fisik keluarga membuat
tanpa disertai rencana aktivitas
peningkatan tekanan latihan
darah, nadi dan RR 6. Observasi TTV
3. Keseimbangan aktivitas sebelum dan sesudah
dan istirahat aktivitas
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor TTV Firda
efektif b.d perawatan 3x24 jam 2. Monitor pola nafas
penurunan diharapkan pasien mampu 3. Pasang mayo bila
kesadaran menunjukkan keefektifan perlu
pola nafas dengan kriteria 4. Observasi adanya
hasil: hipoventilasi
1. TTV dalam rentang 5. Pertahankan pola
normal nafas yang paten
2. Menunjukkan jalan 6. Monitor respirasi dan
nafas ang paten status O2
5 Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Kaji pemenuhan Firda
gan nutrisi : perawatan selama 7x24 kebutuhan nutrisi
kurang dari jam diharapkan kebutuhan pasien
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi 2. Kaji penurunan
b.d secara adekuat dengan nafsu makan
terganggunya kriteria hasil : pasien
fungsi otot 1. Mempertahankan 3. Jelaskan
fasialis BB dalam batas pentingnya
normal makanan bagi
2. Pasien mampu proses
menghabiskan penyembuhan
porsi makanan 4. Ukur tinggi dan
yang disediakan BB klien
3. Pasien mengalami 5. Catat intake oral
peningkatan nafsu selama 24 jam,

16
makan riwayat
makananan,
jumlah kalori
dengan tepat
6. Ciptakan suasana
makan yang
menyenangkan
7. Berikan makanan
dalam jumlah
sedikit tapi sering
8. Sarankan oral
hyegine sebelum
dan sesudah
makan
9. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk membantu
memilih makanan
yang tepat.
6 Resiko aspirasi Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat Firda
b.d penurunan perawatan selama 3x24 kesadaran, reflek
kesadaran jam pasien tidak batuk dan
mengalami aspirasi dengan kemampuan
kriteria hasil : menelan
1. Klien dapat 2. Monitor status
bernafas dengan paru
mudah, tidak ada 3. Cek nasogastrik
irama, frekuensi sebelum makan
nafas normal bila ada.
2. Pasien mampu 4. Potong makanan
menelan, kecil-kecil
mengunyah tanpa 5. Haluskan obat

17
terjadi aspirasi dan sebelum
mampu melakukan pemberian
oral hygiene 6. Posisikan klien
3. Tidak terlihat semi fowler
adanya tanda-tanda
aspirasi atau
tercekik
7 Gangguan Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafas, Firda
pertukaran gas perawatan selama 3x24 gunakan teknik
b.d hipoksia jam pasien menunjukkan chin lift atau jaw
jaringan pertukaran gas adekuat trust bila perlu
dengan kriteria hasil : 2. Posisikan pasien
1. Mendemonstrasika untuk
n peningkatan memaksimalkan
ventilasi dan ventilasi
oksigenasi yang 3. Identifikasi
adekuat pasien perlunya
2. Memelihara pemasangan alat
kebershan paru- jalan nafas buatan
paru dan bebas dari 4. Lakukan
tanda-tanda fisioterapi dada
distress pernafasan bila perlu
3. Mendemonstrasika 5. Keluarkan sekret
n batuk efektif dan bila perlu
suara nafas yang 6. Auskultasi suara
bersih, tidak ada nafas, catat
sianosis dan adanya suara
dyspneu nafas tambahan
7. Berikan
bronkodilator bila
perlu
8. Monitor respirasi

18
dan status O2
8 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya Firda
perfusi jaringan perawatan 3x24 jam daerah tertentu
b.d iskemia perfusi jaringan pasien yang hanya peka
efektif dengan kriteria terhadap penas,
hasil : dingin, tajam,
1. Mendemonstrasika tumpul
n status sirkulasi 2. Gunakan sarung
yang ditandai tangan untuk
dengan : proteksi
a. Tekanan sistol 3. Batasi gerakan
dan diastole pada kepala, leher
dalam rentang dan punggung
normal 4. Monitor BAB
b. Tidak ada 5. Kolaborasi
ortostatik pemberian
hipertensi analgetik
2. Kemampuan
kognitif baik,
dengan pasien
mampu
berkomunikasi
dengan jelas

4.4 Implementasi
No Tanggal/Jam Implementasi Paraf
1 1. Memonitor kemampuan klien untuk Firda
perawatan diri yang mandiri
2. Menyediakan kebutuhan klien untuk
perawatan diri
3. Membantu klien melakukan perawatan
diri

19
4. Mendorong klien melakukan
perawatan diri sesuai kemampuannya
5. Mengajarkan klien dan keluarga
melakukan perawatan diri secara
mandiri
2 1. Membuat suasana tenang Firda
2. Meganjurkan pasien untuk berbicara
pelan, tenang dan jelas
3. Menggunakan bahasa yang mudah dan
konsisten saat berinteraksi
4. Menggunakan teknik validasi dan
klarifikasi
5. Memfokuskan pembicaraan hanya
pada satu topik
3 1. Mengbservasi adanya keterbatasan Firda
beraktivitas
2. mengkaji faktor penyebab keletihan
3. Memonitor pola tidur dan istirahat
pasien
4. Membantu pasien melakukan aktivitas
yang mampu dilakukan
5. membantu pasien dan keluarga
membuat rencana aktivitas latihan
6. Mengobservasi TTV sebelum dan
sesudah aktivitas
4 1. Memonitor TTV Firda
2. Memonitor pola nafas
3. Memasang endotrakeal tube
4. Mengobservasi adanya hipoventilasi
5. Mempertahankan pola nafas yang
paten
6. Memonitor respirasi dan status O2

20
5 1. Mengkaji pemenuhan kebutuhan Firda
nutrisi pasien
2. Mengkaji penurunan nafsu makan
pasien
3. Menjelaskan pentingnya makanan
bagi proses penyembuhan
4. Mengukur tinggi dan BB klien
5. Mencatat intake oral selama 24 jam,
riwayat makananan, jumlah kalori
dengan tepat
6. Menciptakan suasana makan yang
menyenangkan
7. Memberikan makanan dalam jumlah
sedikit tapi sering
8. Menyarankan oral hyegine sebelum
dan sesudah makan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membantu memilih makanan yang
tepat.
6 1. Memonitor tingkat kesadaran, reflek Firda
batuk dan kemampuan menelan
2. Memonitor status paru
3. Memotong makanan kecil-kecil
4. Menghaluskan obat sebelum
pemberian
5. Memposisikan klien semi fowler
7 1. Membuka jalan nafas Firda
2. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Melakukan fisioterapi dada

21
5. Mengeluarkan sekret
6. Mengauskultasi suara nafas, mencatat
adanya suara nafas tambahan
7. Memberikan bronkodilator
8. Memonitor respirasi dan status O2
8 1. Memonitor adanya daerah tertentu Firda
yang hanya peka terhadap penas,
dingin, tajam, tumpul
2. Menggunakan sarung tangan untuk
proteksi
3. Membatasi gerakan pada kepala, leher
dan punggung
4. Memonitor BAB
5. Kolaborasi pemberian analgetik

4.5 Evaluasi
No Evaluasi
1 S :pasien belum mampu merawat diri, aktivitas mandi dll masih dibantu
keluarga
O :personal hygiene pasien dibantu oleh perawat, pasien terlihat nyaman
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi sampai pasien mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri
2 S : keluarga mengatakan pasien belum mampu berkomunikasi, jika
membutuhkan sesuatu dengan cara menulis
O : pasien belum mampu merespon pertanyaan yang diberikan, komunikasi
verbal masih terganggu
A : masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi dan modifikasi
3 S :keluarga pasien mengatakan pasien masih terbaring di tempat tidur,
belum mampu melakukan aktivitas secara maksimal
O :kondisi pasien terlihat masih lemah, aktivitas dibantu oleh perawat dan

22
keluarga
A : masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi dan modifikasi
4 S :keluarga mengatakan pasien sudah tidak sesak lagi
O : pasien sudah tidak membutuhkan bantuan masker O2, RR normal
A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
5 S : keluarga mengatakan pasien belum mampu makan makanan yang kasar,
masih perlu dihaluskan
O : otot fasialis pasien belum mampu digunakan untuk aktivitas makan
berat, pasien hanya mampu makan bubur atau makanan yang lunak
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi dan bantu untuk mengoptimalkan asupan nutrisi
6 S : keluarga mengatakan pasien tidak pernah aspirasi semenjak sadar
O : tidak terlihat adanya tanda-tanda sianosis akibat aspirasi
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi dan tetap memonitor
7 S : keluarga mengatakan pasien sudah tidak sesak sejak pasien sudah sadar
O : tidak ada tanda-tanda sianosis, tidak terdengar suara tambahan paru,
RR normal, Hb normal
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi dan tetap monitor TTV pasien
8 S : keluarga mengatakan pasien belum mampu bicara
O : sistol dan diastol normal, pasien belum mampu berkomunikasi dengan
jelas
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjtukan intervensi untuk membantu pasien agar mampu
berkomunikasi

23
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
tertentu (Hudak Gallow, 1996 ). Stroke hemoragik diklasifikasikan menjadi 3
macam yaitu perdarahan sub dural (PSD), perdarahan sub araknoid (PSA) dan
perdarahan intra serebral (PIS).
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak
atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalahpenghentian suplai darah ke
otak. Oleh karena itu, masalah stroke hemoragik harus mendapatkan perhatian
lebih agar tidak mengakibatkan kematian.

5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penyusun menyarankan kepada beberapa pihak
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di
Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya yang mengalami Stroke
hemoragik, selain itu dapat memperbaiki pola hidup agar terhindar dari penyakit
tersebut.
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep Stroke hemoragik
utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada pasien
dengan Stroke hemoragik dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya
komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan perawat lainnya, agar
dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

Carpenito, L.J dan Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://www.academia.edu/6961220/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_STRO
KE_1 (diakses pada tanggal 10 April 2016)

Iskandar. 2007. Stroke A-Z. Jakarta: PT. BIP-Gramedia

jtptunimus-gdl-mustikawat-5390-2-babii.pdf (diakses pada tanggal 10 April 2016)

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta:
Interna Publishing.

25

Anda mungkin juga menyukai