Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSISTENT

DUKTUS ARTERIOSUS (PDA)

Oleh:

1. I Ketut Adi Nara Saputra (18C10202)


2. Komang Andika Wira Kusuma (18C10203)
3. Ni Nengah Ani Ariani (18C10204)
4. Dewa Putu Arista Putra (18C10205)
5. Made Arya Yunda Cahyani (18C10206)
6. Ni Kadek Ayu Ita Asmariani (18C10207)
7. I Ketut Budi Adnyana (18C10208)
8. I Gede Deva Wijaya (18C10209)
9. Ni Wayan Devi Kumala Cahya (18C10210)

ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B (KONVERSI)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES BALI)
DENPASAR
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
Kata Pengantar

Om Swastyastu,

Puji syukur kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena
berkat rahmat-Nyalah Makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Persistent Duktus Arteriosus (PDA)” dapat di selesaikan dengan baik dan tepat
pada batas akhir pengumpulan yang ditentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam pelajaran “Keperawatan


Anak II” dalam penyelesaian atau penyusunan makalah ini cukup banyak
hambatan dan kesulitan yang kami alami diantaranya kurangnya pengetahuan dan
bahan pustaka yang kami miliki.

Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Kami sangat memerlukan kritikan maupun masukan dari pembaca
dan kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan bila terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini mohon maaf
dan pada kesempatan berikutnya dapat menghasilkan makalah yang lebih baik
lagi.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpas ar, 09 Maret


2019

Penulis

2
Daftar Isi
Halaman judul ........................................................................................................i
Kata pengantar ......................................................................................................ii
Daftar isi ...............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................5
1.3 Tujuan makalah ................................................................................................5
BAB II Pembahasan
2.1 Tinjauan Teori PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
1. Pengertian PDA (Persistent Ductus Arteriosus) …………………………6
2. Etiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus) ……………………………6
3. Patofisiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus) ……………………… 7
4. Manifestasi Klinis PDA (Persistent Ductus Arteriosus) ………………... 8
5. Komplikasi PDA (Persistent Ductus Arteriosus) ………………………. 9
6. Pemeriksaan Diagnosis  PDA (Patent Ductus Arteriosus) ………………9
7. Penanganan PDA (Patent Ductus Arteriosus) ………………………….10
8. Pertimbangan Khusus PDA (Patent Ductus Arteriosus) ……………….10
9. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Anak Dalam Konteks
Keluarga………………………………………………………………..12
2.2 WOC ……………………………………………………………………….13
2.3 Tinjauan teori asuhan keperawatan pada PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
1. Pengkajian ………………………………………..……………….…..15
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….. 16
3. Intervensi …..…………………………………………………………. 16
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................20
3.2 Saran ............................................................................................................... 20
Daftar Pustaka .................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arterious


setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi ) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah).
(Schumacher et al, 2011).
Duktus arteriosus adalah saluran pada janin yang menghubungkan arteri
pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis
menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu.Duktus arteriosus
merupakan struktur yang penting dalam kehidupan janin. Duktus arteriosus
menghubungkan arteri pulmonal pada aorta dan mengalirkan darah keluar dari
paru-paru menuju sirkulasi plasenta umbilicus dimana terjadi pertukaran gas.
Pada saat kelahiran, penutupan duktus arteriosus merupakan bagian penting
dalam adaptasi setelah kelahiran. Penutupan duktus arteriosus dimulai dengan
peningkatan oksigen dan perubahan pada tekanan darah sistemik dan
pulmonal. (Thébaud, 2010). Pada bayi cukup bulan, duktus arteriosus
menutup secara spontan dalam dua sampai tiga hari setelah lahir. Akan tetapi,
pada 20% - 60% pada bayi kurang bulan duktus biasanya terbuka beberapa
hari setelah lahir (UJ, 2011).
Pada bayi kurang bulan, kegagalan penutupan Duktus Arteriosus setelah
lahir dapat dikaitkan dengan peningkatan insiden penyakit paru-paru kronis
(CLD), perdarahan intraventrikular (IVH) dan necrotizing enterocolitis (NEC)
dan kematian (Rahayuningsih, 2004).
Insidensi Patent Duktus Arteriosus (PDA) pada anak-anak yang lahir di
Amerika Serikat adalah antara 0,02% dan 0,006% dari kelahiran hidup.
Insidensi ini meningkat pada anak yang lahir kurang bulan (20% pada bayi

4
kurang bulan >32 minggu kehamilan hingga 60% pada mereka <28 minggu
kehamilan). (Kim, 2012).Diperkirakan insiden PDA di Korea sekitar 0.02% -
0.04% pada bayi cukup bulan. Pada bayi kurang bulan terjadi sekitar 20% -
60% pada hari ketiga kehidupan. PDA terjadi sekitar 6% - 11% dari semua
penyakit jantung bawaan. (Park et al,2012). Insidensi patent duktus arteriosus
di Rumah Sakit Taksin Thailand pada bayi kurang bulan mencapai 2,65%
(Surabenchawong, 2010). Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta,
insidensi patent duktus arteriosus pada bayi kurang bulanmencapai 14%
(Deselina et al, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian PDA (Persistent Ductus Arteriosus)?
2. Bagaimana etiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)?
3. Bagaimana patofisiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)?
4. Apa manifestasi klinis PDA (Persistent Ductus Arteriosus)?
5. Apa komplikasi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)?
6. Apa saja pemeriksaan diagnosis  PDA (Patent Ductus Arteriosus)?
7. Bagaimana penanganan PDA (Patent Ductus Arteriosus)?
8. Apa pertimbangan khusus PDA (Patent Ductus Arteriosus)?
9. Bagaimana tinjauan teori asuhan keperawatan pada PDA (Persistent
Ductus Arteriosus)?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
2 Untuk mengetahui etiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
3 Untuk mengetahui patofisiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
4 Untuk mengetahui manifestasi klinis PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
5 Untuk mengetahui komplikasi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosis  PDA (Patent Ductus
Arteriosus)
7 Untuk mengetahui penanganan PDA (Patent Ductus Arteriosus)
8 Untuk mengetahui pertimbangan khusus PDA (Patent Ductus Arteriosus)

5
9 Untuk mengetahui tinjauan teori asuhan keperawatan pada PDA
(Persistent Ductus Arteriosus)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori PDA (Persistent Ductus Arteriosus)


A. Pengertian PDA (Persistent Ductus Arteriosus)
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI
pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional
10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar
kardiologi FKUI, 2001; 227).
Persistent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah
tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan
dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke
dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ;
375)
Prognosis PDA cukup baik jika pintasan berukuran kecil atau bila
pembedahan korektif berhasil dilakukan. Kalau tidak, PDA dapat berlanjut
menjadi gagal jantung yang membandel dan bisa vatal. (Kowalak,
Welsh,& Mayer.2011)

B. Etiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)

6
Kelahiran prematur yang kemungkinan yang merupakan akibat
kelainan pada oksigenasi atau kerja relaksan prostaglandin E sehingga
menghalangi  spasme dan kontraktur duktus arteriosus yang di perlukan
agar terjadi penutupan,Sindrom rubella, Koarktasio aorta, Defek septum
ventrikel, Stenosis aorta dan arteri pulmonalis, Tinggal di tempat tinggi
(Kowalak, Welsh,& Mayer.2011)
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
1) Ibu alkoholisme.
2) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
3) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
memerlukan insulin.
4) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
b. Faktor Genetik :
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan.
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan
Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ;
109)

C. Patofisiologi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)


Normalnya, duktus arteriosus menutup pada saat kadar
prostaglandin yang dihasilkan plasenta menurun dan kadar oksigen
meningkat. Proses penutupan, harus segera dimulai ketika bayi menarik
nafas yang pertama tetapi bisa saja memerlukan waktu tiga bulan pada
beberapa anak.

7
Pada PDA, resistensi relatif pada pembuluh darah pulmoner serta
sistemik dan ukuran duktus menentukan jumlah darah yang mengalami
pemintasan aliran atau shunt dari kanan ke kiri. Karena peningkatan
tekanan dalam aorta, darah bersih akan mengalami shunt dari aorta melalui
duktus arteriosus kedalam, arteri pulmonalis. Darah akan kembali ke
dalam jantung kiri dan dipompa sekali lagi kedalam aorta.
Atrium kiri dan vertikel kiri harus menampung aliran balik vena
pulmonalis yang meningkat sehingga terjadi kenaikan tekanan pengisian
dan beban kerja jantung kiri dan mungkin pula gagal jantung. Pada
stadium akhir PDA  yang tidak dikoreksi, shunt kiri ke kanan akan
menimbulkan hipertensi arteri pulmonalis yang kronis dan kemudian
menjadi persisten serta tidak responsif terhadap terapi. Hal ini
menyebabkan pembalikan  shunt sehingga darah kotor kini memasuki 
sirkulasi sistemik dan menimbulkan sianosis.  (Kowalak, Welsh,&
Mayer.2011)

D. Manifestasi Klinis PDA (Persistent Ductus Arteriosus)


Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat
selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-
tanda gagal jantung kongestif (CHF)
a. Gawat nafas di sertai tanda tanda gagal jantung pada bayi khususnya
yang lahir premature
b. Bising gibson (machinery murmur yang klasik) bising yang terus
menurus yang terdengar sistol dan diastol pada anak yang lebih besar
dan dewasa akibat pemintasan aliran darah dari aorta ke dalam arteri
pulmonalis pada saat sistol dan diastol. (Bising ini terdengar paling
jelas pada daerah basis kordis, yaitu pada ruang sela iga kedua kiri di
bawah klavikula kiri, Bising tersebut dapat mengaburkan bunyi  S2
namun bising ini pada shunt kanan ke kiri mungkin tidak ada).

8
c. Vibrasi yang teraba saat melakukan palpasi pada tepi kiri sternum ;
gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari aorta ke arteri
pulmonalis
d. Impuls ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri
e. Denyut nadi perifer yang memantul ( nadi corrigan ) akibat keadaan
aliran yang tinggi
f. Tekanan nadi yang melebar akibat kenaikan tekanan sistolik dan
terutama akibat penurunan tekanan diastolik pada saat darah memintas
melauli PDA dan demikian mengurangi tahanan tepi.
g. Perkembangan motorik yang lambat akibat gagal jantung.
h. Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung.
i. Kelitihan dan dispnea pada saat melakukan kegiatan yg dpt terjadi
pada dewasa yg mengalami PDA yg tdk terdeteksi. (Kowalak,
Welsh,& Mayer.2011)

E. Komplikasi PDA (Persistent Ductus Arteriosus)


Komplikasi yang mungkin terjadi pada PDA dapat mencakup:

a. Endokarditis infeksiosa
b. Gagal jantung
c. Pneumonia kambuhan . (Kowalak, Welsh,& Mayer.2011)

F. Pemeriksaan Diagnosis  PDA (Persistent Ductus Arteriosus)


Pemeriksaan ini membantu menegakkan diagnosis PDA:
a. Foto RontgenThorax dapat memperlihatkan peningkatan guratan
vaskuler pulmoner (pulmonary vaskular markings), arteri pulmonalis
yang mencolok, dan pembesaran ventrikel kiri serta aorta.
b. Elektrokardiografi (EKG) dapat normal ataupun mengidikasikan
hipertrofi arterium atau vertikel  kiri dan pada penyakit vaskuler
pulmoner, hipertrofi biventrikuler.
c. Eko kardiografi mendeteksi dan memperkirakan ukuran PDA,
permeriksaan ini juga dapat memperlihatkan pembesaran atrium serta

9
ventrikel kiri atau hipertrofi ventrikel kanan akibat penyakit vaskuler
pulmoner.
d. Kateterisasi  jantung memperlihatkan kadar oksigen yang lebih tinggi
dalam arteri pulmonalis daripada dalam ventrikel kanan karena terjadi
influks darah aorta. Peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis
menunjukkan shunt yang lebar atau bila tekanan ini melampaui
tekanan arteri sistemik, keadaan tersebut menunjukkan penyakit
vaskuler pulmoner yang berat. Kateterisasi  jantung memungkinkan
penghitungan volume darah yhang melintasi duktus arteriosus dan
dapat menyingkirkan kemungkinan defek jantung lain yang menyertai.
Penyuntikan media kontras dapat menunjukkan secara pasti
keberadaan PDA. (Kowalak, Welsh,& Mayer.2011)

G. Penanganan PDA (Persistent Ductus Arteriosus)


Koreksi PDA dapat mencakup :

a. Pembedahan untuk ligasi duktus jika penatalaksanaan medis tidak bisa


mengendalikan gagal jantung (bayi dengan PDA asimptomatik tidak
memerlukan penanganan segera. Apabila gejala ringan, ligasi PDA
dengan pembedahan biasanya baru dilakukan setelah usia satu tahun.)
b. Pemberian indometasin (inhibitor prostaglandin) untuk menimbulkan
spasm e duktus dan penutupan pada bayi prematur.
c. Terapi profilaksis dengan antibiotik untuk melindungi bayi dari
endokratitis infeksiosa,
d. Penangan gagal jantung melalui pembatasan cairan, pemberian diuretik
dan digoksin.
e. Terapi lain seperti kateterisasi jantung, untuk menaruh sumbat atau
umbrella (benda seperti payung) salam duktus arteriosus yang akan
menghentikan pemintasan. (Kowalak, Welsh,& Mayer.2011)

H. Pertimbangan Khusus PDA (Persistent Ductus Arteriosus)

10
a. Keberadaan PDA  mengaharuskan pemantauan kondisi pasien yang
harus dilakukan dengan cermat , penyuluhan kepada pasien serta
keluarganya dan dukungan emosi.
b. Mengawasi dengan cermat kemungkinan timbul  tanda-tanda PDA
pada semua bayi prematur.  
c. Mewaspadai  gejala gawat pernapasan akibat gagal jantung yang dapat
terjadi  dengan cepat pada bayi prematur. Lakukan pemeriksaan yang
sering untuk menilai tanda-tanda vital, EKG, kadar elektrolit, asupan
serta haluaran cairan. Catat respons terhadap pemberian preparal
diuretik dan terapi yanglain .
d. Jika bayi mendapatkan indometasin untuk penutupan duktus
arteriosus ,awasi kemungkinan timbul efek yang merugikan, seperti
diare, ikterus, pendarahan, dan difungsi renal.
e. Sebelum pembedahan, jelaskan dengan cermat semuja tindakan
penanganan dan pemeriksaan yang akan dikerjakan kepada orang tua.
Anak harus diikut sertakan dalam pemberian penjelasan ini. Atur agar
anak dan orang tuanya dapat bertemu dengan staf yang bekerja di unit
perawatab intensif. Beri tahu mereka tentang pemasangan jalur infus,
alat pemantauan, dan prosedur pascabedah
f. Segera setelah pembedahan  selesai, pada tubuh anak dapt dipasang
kateter untuk mengukur tekanan vena sertral dan karteter arteri.
Dengan cermat, lakukan pemeriksaan untuk menilai tanda-tanda vital ,
asupan serta haluaran cairan, dan tekanan arteri serta vena. Berikan
obat pereda nyeri sebagaimana diperlukan.
g. Sebelum pasien pulang tinjauan kembali intruksi yang susdah
disampaikan kepada orang tua tentang pembatasan aktivitas yang
didasarkan pad toleransi dan tingkat energi anak. Sarankan orang tua
agar tidak bersikap terlalu protektif ketika toleransi anak mereka
terhadap aktivitas fisik sudah meningkat.
h. Tekankan pentingnya pemeriksaan tidak lanjut yg teratur. Sarankan
orang tua untuk memberio tahu setiap dokter yang biasa menangani
anak mereka tentang riwayat operasi koreksi  PDA, bahkan ketika

11
anak tersebut menjalani pengobatan karena persoalan medis lain yang
tidak berhubungan. (Kowalak, Welsh,& Mayer.2011).

12
1. Dampak pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dalam konteks
keluarga
a. Perubahan status ekonomi
Dengan penyakit yang dialami, dalam pemenuhan kebutuhan yang
banyak untuk menjaga kesehatan anaknya akan berpengaruh besar
terhadap factor ekonomi keluarga.
b. Perubahan status pola pikir
Dengan penyakit yang dialami anaknya, dari pihak keluarga akan
mengalami gangguan pola pikir karena kurangnya pengetahuan
tentang penyakit anaknya, dan keluarga akan mengalami cemas
terhadap kesehatan anaknya sehingga akan mengalami gangguan pola
pikir.

13
WOC PDA

Ibu terinfeksi Rubella Ibu alkoholisme dan Lahir prematur Faktor genetik
Ibu berumur >40 tahun
sering minum obat
penenang/jamu
Pelepasan Diturunkan oleh orang
Kadar prostaglandin tua melalui kromososm
prostaglandin
Zat kimia mengendap Kemampuan regenerasi sel
pada tubuh ibu Kromosom anak
Faktor nekrosis tumor Sel-sel belum
mengandung gen pembawa
berkembang dengan baik
Menular pada bayi Janin kekurangan nutrisi PJB, atau gangguan
melalui plasenta perkembangan sindrom
Terbukanya duktus
down
arteriousus Mekanisme kompensasi
Gangguan pertumbuhan saat
Zat kimia masuk pada jantung belum Mengganggu
dalam kandungan
tubuh bayi berkembang biak pertumbuhan

Terbukanya duktus
Terbukanya duktus Terbukanya duktus Terbukanya duktus
arteriousus
arteriousus arteriousus arteriousus

Menutup setelah lahir PDA


Sembuh
secara spontan

Tetap terbuka (tidak dapat menutup secara spontan

Meningkatkan kebutuhan
Aliran darah aorta ke pulmo Seiring aktivitas
kalori
Resirkulasi darah O2 14
Terjadi aliran darah pirau
Meningkatkan kerja jantung dari a.pulmo ke aorta
Masuk ke paru-paru
Untuk menopang kerja
vvvvvvvvvvvvv
Penurunan curah jantung Beban jantung kiri jantung & paru yang
Sindrom Eisenmenger
meningkat

Dilatasi atrium
Darah di aorta mengandung Kelelahan pada saat
CO2 makan
Hipertensi
Suplai O2 ke sel
terganggu Kebutuhan nutrisi
Tekanan vena & kapiler kurang dari kebutuhan
pulmo tubuh
Keletihan
Edema paru Gangguan pertumbuhan
Nutrisi kejaringan
terganggu dan perkembangan
Intoleransi aktivitas
Difusi O2

Gangguan pertukaran
gas

15
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan pada PDA (Persistent Ductus
Arteriosus)
A. Pengkajian
a) Anamnesa
Identitas (Data biografi) PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi
secara fungsional menutup  pada 24 jam pertama setelah kelahiran.
Sedangkan secara anatomi menutup dalam 4 minggu pertama. PDA
( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan
2x lebih banyak dari bayi laki-laki" Sedangkan pada bayi premjtur
diperkirakan sebesar 15%. PDA juga bisa diturunkan secara genetik
dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.
1) Keluhan utama Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak
napas
2) Riwayat penyakit sekarang Pada pasien PDA, biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda respiratory, distress, dispnea,
tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia
3) Riwayat penyakit terdahulu Perlu ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi
4) Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit
jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
5) Riwayat Psikososial meliputi tugas perasaan anak terhadap
penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit
anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress
dari rubella

16
b) Pengkajian fisik
1) Pernafasan
Nafas cepat, sesak nfas ,bunyi tambahan (marchinery murmur),
adanyan otot bantu nafass saat inspirasi, retraksi.
2) Kardiovaskuler
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan
darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis
3) Persyaratan
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran
4) Perkemihan
Produksi urine menurun (oliguria)
5) Pencernaan
Nafsu makan menurun (anoreksia)
6) Muskuloskeleta
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen
oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

C. Intervensi
1. Penurunan curah jantung b/d malformasi jantung
Tujuan: mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil: Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya
curah jantung

17
Intervensi:
1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer,
warna dan kehangatan kulit
R: permulaan gangguan pada jantung akan ada perubahan tanda-
tanda vital, semua harus cepat dideteksi untuk penanganan lebih
lanjut
2) Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa,
clubbing)
R: pucat menunjukkan adanya adaya penurunan perfusi sekundee
terhadap ketidak adekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan
anemia
3) Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak,
mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
R: deteksi dini untuk mengetahui adanya gagal jantung kongesif
4) Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan
teknik pencegahan bahaya toksisitas.
R: Obat dapat mencegah memburuknya keadaan klien
a. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
R: Obat ini mencegah memburuknya keadaan klien
b. Berikan diuretik sesuai indikasi.
R: Diuretik bertutuan untuk menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru
2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
Tujuan mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
Kriteria hasil: Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya
peningkatan resistensi pembuluh darah
1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perfer, warna
dan kehangatan kulit
R: Untuk deteksi dini terjadinya gangguan pernapasan
2) Atur posisi anak dengan posisi fowler
R: Untuk memudahkan pasien dalam bernapas

18
3) Hindari anak dari orang yang terinfeksi
R: Agar anak tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan
4) Berikan istirahat yang cukup
R: Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh
3. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen
oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
Tujuan: mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Kriteria hasil: Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang
adekuat
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter
berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD: nyeri dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing dan
pingsan
R : Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut
2) Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas
R: Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan aktivitas jika
sudah mampu
3) Dorong memajukan/melakukan aktivitas
R: Agar klien termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga
terpacu untuk sembuh
4) Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan
kursi mandi
R: Memudahkan klien untuk beraktivitas tapi tidak memanjakan
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Tujuan: memberikan support untuk tumbuh kembang
Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan
berat dan tinggi badan
1) Kaji tingkat tumbuh kembang anak
R: Memantau masa tumbuh kembang anak

19
2) Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game,
nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan
usia anak.
R: Agar anak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya
3) Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
R: Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses
pertumbuhan dan juga perkembangan anak-anak
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan nafsu makan
timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil: Status nutrisi terpenuhi dan nafsu makan klien timbul
kembali
1) Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang
sesuai
R: mengetahui kekurangan nutrisi klien
2) Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat
R: mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien
3) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit
R: ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu
klien memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia,
tinggi, berat badannya
4) Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari
kelelahan pada saat makan
R: Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang
berlebihan pada Lambung

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persistent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan yaitu faktor
prenatal dan faktor genetik. Karena peningkatan tekanan dalam aorta,
darah bersih akan mengalami shunt dari aorta melalui duktus arteriosus
kedalam, arteri pulmonalis. Darah akan kembali ke dalam jantung kiri dan
dipompa sekali lagi kedalam aorta. Manifestasi klinis PDA pada bayi
prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan
dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Komplikasi yang
mungkin terjadi pada PDA dapat mencakup endokarditis infeksiosa, gagal
jantung, pneumonia kambuhan. Pemeriksaan membantu menegakkan
diagnosis PDA yaitu Foto Rontgen Thorax, Elektrokardiografi (EKG),
Eko kardiografi, Kateterisasi  jantung.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga dengan makalah ini
diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti
dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan
pada klien dengan Patent Duktus Arteriosus.

21
Daftar Pustaka

Kowalak,Welsh,Mayer.2011.Patofisiologi.Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta:

EGC

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C.,2000, Rencana Asuhan

Keperawatan, Edisi 3.Jakarta:EGC.

Suariadi & Rita Yuliani.2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I.

Jakarta:CV Sagung Seto.

22

Anda mungkin juga menyukai