Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PATENT DUCTUS ARTERIOSUS

DISUSUN OLEH:

RAMIATI (14420192160)

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………….) (………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PATENT DUCTUS ARTERIOUS (PDA)

A. Konsep Medis
1. Definisi PDA
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap
terbuka.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP)
adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat
penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan
pembuluh darah besar pulmonal 12 jam pasca kelahiran bayi dan secara
lengkap 2-3 minggu. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara
normal dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum. (Silalahi C,2015)
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens.
(Silalahi C,2015)
2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
a. Faktor Prenatal :
1. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
b. Faktor Genetik :
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan lain. (Ontoseno T,2015)

3. Patofisiologi
PDA kecil dapat menyebabkan tidak ada gejala yang mungkin tidak
terdeteksi untuk beberapa waktu, bahkan sampai dewasa. Biasanya
asimptomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi normal. Jantung
tidak membesar. Pada PDA sedang biasanya gejala timbul pada usia 2
bulan atau lebih berupa kesulitan makan, ISPA berulang, tetapi beran
badan normal atau hanya berkurang sedikit.( Erawan, 2016)
Beberapa bayi yang mengalami PDA besar dapat menyebabkan
volume overload pada jantung dan aliran darah berlebih di paru-paru atau
menyebabkan gagal jantung segera setelah lahir sehingga akan tampak
gejala sebagai berikut :
a. Sulit atau susah makan, pertumbuhan yang buruk.
b. Berkeringat dan terengah-engah dengan pengerahan tenaga, seperti
saat menangis, menyusui, makan, dll
c. Napas cepat, bekerja keras untuk bernapas, dan sesak napas.
d. Mudah letih ketika makan atau bermain.
e. Takikardi.
f. Warna kulit kebiruan atau kehitaman saat menangis atau makan.
g. Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler yang disebut
“water  hammer pulse”, hal ini terjadi akibat kebocoran darah dari
aorta pada waktu systole maupun diastole, sehingga didapat tekanan
nadi yang besar/ menonjol dan meloncat-loncat.
h. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas). (Erawan, 2016)
4. Penyimpangan KDM

5. Manifestasi Klini
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak
terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-
tanda gagal jantung kongestif (CHF). (Israël,2013)
a. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
b. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
c. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
d. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
e. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
f. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
g. Apnea
h. Tachypnea
i. Nasal flaring
j. Retraksi dada
k. Hipoksemia
l. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)

6. Komplikasi
a. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal).
Bila terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama
melalui patent ductus arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal. Pulmonary hypertension can cause permanent lung damage.
Hipertensi paru dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.
Sebuah ductus arteriosus paten yang besar dapat menyebabkan
Eisenmenger’s syndrome, suatu jenis ireversibel hipertensi paru.
b. Gagal jantung.
Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat menyebabkan otot
jantung melemah, menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung adalah
suatu kondisi kronis di mana jantung tidak dapat memompa secara
efektif.
c. Infeksi jantung (endokarditis).
Orang-orang dengan masalah jantung struktural, seperti patent ductus
arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi endokarditis dari pada
populasi umum. Endokarditis infeksi adalah suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
d. Detak jantung tidak teratur (aritmia).
Pembesaran hati karena ductus arteriosus paten meningkatkan resiko
aritmia. Ini biasanya terjadi peningkatan risiko hanya dengan ductus
arteriosus paten yang besar. (Broaddus,2010)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektrokardiografi (EKG)
EKG adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui aliran
listrik di jantung dan mendeteksi kelainan irama dan struktur jantung.
b. Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah pemeriksaan menggunakan gelombang suara
(USG) untuk mengetahui kelainan pada katup dan otot jantung.
c. Rontgen Dada
Pemeriksaan ini dapat membantu dokter melihat gambaran kondisi
paru-paru dan kondisi jantung pasien.

8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa.
Pada bayi prematur yang disertai gagal jantung dapat diberikan
indometasin sebelum usia 10 hari. Dosis yang diberikan 0,2
mg/KgBB melalui pipa nasogastrik atau intravena. Pemberian
intravena dosis selanjutnya tergantung usia pada saat awal terapi :
1. < 48 jam dilanjutkan dengan 2 dosis 0,1 mg/KgBB
2. 2-7 hari dilanjutkan dengan 2 dosis 0,2 mg/KgBB
3. > 7 hari dilanjutkan dengan 2 dosis > 0,25 mg/KgBB.

Dosis selanjutnya diberikan setelah 12-24 jam tergantung dari urine


yang keluar. Jika urine yang keluar sedikit dosis dapat dikurangi dan
waktu pemberian dapat diperlambat. (Buchanan,2014)
Indometasin tidak diberikan bila terdapat : hiperbilirubinemia
(bilirubin > 12 mg%), gangguan ginjal, perdarahan, syok dan EKG
menunjukkan gambaran iskemiamiokardium. Pemberian indometasin
tidak efektif pada bayi cukup bulan dengan PDA dan tidak dianjurkan.
Beban volume pada bayi prematur dengan PDA dapat menyebabkan
gagal jantung sehingga perlu dilakukan retriksi cairan dan natrium.

b. Tindakan Bedah
Pada bayi aterm atau pada anak lebih tua, diperlukan tindakan
bedah untuk mengikat atau memotong duktus. Untuk menutup duktus
juga dokter dapat menggunakan tindakan dengan kateter.
Pada PDA dengan pirau kiri ke kanan sedang atau besar dengan
gagal jantung diberikan terapi medikamentosa (digoksin, furosemid)
yang bila berhasil akan menunda operasi 3-6 bulan sambil menunggu
kemungkinan duktus menutup. Tindakan bedah setelah dibuat
diagnosis, secepat-cepatnya dilakukan operasi pemotongan atau
pengikatan duktus. Pemotongan lebih diutamakan dari pada
pengikatan yaitu untuk menghindari kemungkinan rekanalisasi
kemudian. Pada duktus yang sangat pendek, pemotongan biasanya
tidak mungkin atau jika dilakukan akan mengandung resiko.
( Buchanan,2003)
Indikasi operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut :
1. PDA pada bayi yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
medikamentosa.
2. PDA dengan keluhan.
3. PDA dengan endocarditis infektif yang resisten terhadap terapi
medikamentosa.
9. Prognosis
Jikaa PDA relatif kecil, gejala yang ditimbulkan pada jantung
kemungkinan dapat berklembang. Pasien dengan PDA yang cukup besar,
masalah yang ditimbulkan pada jantung dapat diminimalisir dengan
tindakan bedah. Tindakan dengan menggunakan pengobatan dapat
diandalkan dalam bebebrapa situasi, dengan sedikit efek samping.
Pengobatan yang dilakukan sesegera mungkin, akan menunjukkannhasil
yang lebih baik. Perbedaan dapat membawa beberapa resiko yang
signifikan pada jantung, pembedahan dapat menghilangkan beberapa
masalah yang ditimbulkan oleh PDA, tapi ini juga dapat menimbulkan
masalah baru. Keuntungan dan resiko lebih baik dikaji lebih mendalam
sebelum dilakukan sebuah pembedahan.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat prematuritas
b. Sistem kardiovaskuler
c. Aktifitas sehari-ha ri
d. Riwayat sesak nafas
e. Status nutrisi
f. Gangguan pertumbuhan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantyng.
b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat dengan
Kriteria Hasil :
1. Keluarga mengetahui akibat dari penurunan curah jantung
2. Keluarga mau menerima semua intervensi perawat.
3. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung.
RR : 26x/menit Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5-37,5℃
Intervensi
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer,
warna dan kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral,membran mukosa,
clubbing)
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisa, takikardi, tachypnea, sesak,
mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomogali)
4. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan
teknik pencegahan bahaya toksisitas.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan napsu makan timbul kembali
dan status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Status nutrisi terpenuhi
2. Nafsu makan klien timbul kembali
Intervensi

1. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien


2. mencatat intake dan output klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan
untuk memenuhi kebutuhan gizi selama sakit
4. Menganjurkan makan sedikit tapi sering

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara


pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Tujuan :
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
dapat mempertahankan tingkat aktifitas yang adekuat
Kriteria Hasil :
1. Keluarga mengetahui akibat dari intoleransi aktifitas
2. Keluarga mau menerima semua intervensi perawat
3. Anak akan mempertahankan tingkat aktifitas yang adekuat
RR: 26x/menit N : 80x/menit 4 4
S : 36,5-37,5℃ Kekuatan otot :
4 4
Intervensi
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter
berikut : Nadi : 20 permenit diatas frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD, nyeri dada, berkeringat, pusing dan pingsan
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktifitas
3. Dorong memajukan aktifitas
4. Doronfg pasien untuk partisipasi dalam memiloih periode

4. Evaluasi
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk
mempertahankan berat badab dan menopang pertumbuhan
3. Anak akan mempertahankan tingkat aktifitas yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Buchanan, J.W et al . 2003. Etiology of Patent Ductus Arteriosus in Dogs . J Vet


Intern Med 2003;17:167–171

Broaddus , K. D. 2010. Patent Ductus Arteriosus in Dogs .


http://www.vetfolio.com/cardiology/patent-ductus-arteriosus-in-dogs

Erawan, K . Penyakit Kardiovaskular Pada Anjing Dan Kucing. Fakultas Kedokteran


Hewan Universitas Udayana Bali, 2006

Israël, N. V . et al . 2003 . Patent Ductus Arteriosus in the older Dog . Journal of


Veterinary Cardiology, Vol.5, No. 1

Ontoseno T. Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Yang Kritis Pada
Neonatus. Divisi Kardiologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR – RSU
Dr. Soetomo Surabaya. 2003. 8-9

Silalahi C, Wahab AS. Duktus Arteriosus Paten. Dalam : Wahab AS. Kardiologi
Anak : Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2006 : 69-76.

Anda mungkin juga menyukai