Anda di halaman 1dari 13

TUGAS APLIKASI

KASUS KELOLAAN
LAPORAN PENDAHULUAN
CONGENITAL HEART DISEASE ( CHD ) ATAU PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
DI RUANG PERINATOLOGI RSUP M. DJAMIL

DINI SURYANI

1721312038

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN CONGENITAL HEART DISEASE ( CHD ) ATAU
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

A.    Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung Congenital adalah kelainan yang
sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir, tetapi kelainan
jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan
tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan bahkan beberapa tahun
(Ngastiah)
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang ditemukan
sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam
kandungan.Penyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan adalah kelainan pada
septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect (VSD) dan diikuti
oleh kelainan pada septum serambi jantung atau lebih dikenal dengan namaAtrial Septal Defect
(ASD).
Masyarakat awam sering melihat kedua kelainan jantung ini dikenal dengan sebutan
jantung bocor. Jenis kelainan struktur lainnya dapat berupa patent ductus arteriosus, transposition
of great arteries, dan kelaianan katup jantung. Seringkali penyakit jantung bawaan juga timbul
dalam bentuk gabungan beberapa kelainan, seperti yang terjadi pada tetralogi fallot, yang
mencakup 4 kelainan pada jantung. Di antara berbagai kelainan bawaan yang ada, penyakit
jantung bawaan merupakan kelainan yang paling sering ditemukan.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di mana
kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung terjadi akibat gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyebab
penyakit jantung bawaan sendiri sebagian besar tidak diketahui, namun beberapa kelainan
genetik seperti sindroma Down dan infeksi Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama
kehamilan ibu berhubungan dengan kejadian penyakit jantung bawaan tertentu.
Secara umum terdapat 2 kelompok besar penyakit jantung bawaan yaitu penyakit jantung
bawaan sianotik dan penyakit jantung bawaan asianotik.penyakit jantung bawaan sianotik
biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani
dengan tindakan bedah.Sementara penyakit jantung bawaan asianotik umumnya memiliki lesi
(kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di antaranya
memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya.Pada penyakit jantung
bawaan sianotik, bayi baru lahir terlihat biru oleh karena terjadi percampuran darah bersih dan
darah kotor melalui kelainan pada struktur jantung.Pada kondisi ini jaringan tubuh bayi tidak
mendapatkan cukup oksigen yang sangat berbahaya, sehingga harus ditangani secara
cepat.Sebaliknya pada penyakit jantung bawaan non sianotik tidak ada gejala yang nyata
sehingga seringkali tidak disadari dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun oleh orang
tua.Gejala yang timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui sebentar-sebentar dan
gejala selanjutnya berupa keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.

B.     Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan :
1.      Faktor Prenatal :
      Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
      Ibu alkoholisme.
      Umur ibu lebih dari 40 tahun.
      Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
      Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2.      Faktor Genetik :
      Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
      Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
      Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
      Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

C.    Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital : penggolongan yang sangat
sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskularisasi paru.
1.    Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus atrium (DSA) dan duktus
arterius parsisten (DAP).
2.    Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada
penggolongan ini termasuk ini stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio
aorta.
3.    Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan
ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).
4.    Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya
transposisi arteri besar (TAB).

D.    Patofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan  dua perubahan hemodinamik utama. Shunting
atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekana
darah.Normalnya tekanan pada jantu ng kanan lebih besara daripada sirkulasi pulmonal.
Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang pulmonal pada jantung sehat dari daerah
yang bertekanan tinggi  ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang
teroksigenasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipiosan
normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.Penebalan vascular
meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi
sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri.
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan
pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu
adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG : 

1.    Gambaran ECG yang menunjukkan adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang
menunjukkan striktura.
2.    Aortography
3.    Peningkatan cardiac iso enzim
4.    Rontgen thorax : cardiomegali dan infiltrate paru.
F.     Tanda dan gejala
1.      Pada saat bayi:
 Saat lahir dapat dijumpai gangguan pernapasan. Pada yang berat bahkan dapat berakibat
kematian. Pada penyakit jantung bawaan biru, anak tampak biru meskipun tidak sesak napas dan
aktif. Namun demikian, pada yang kompleks gejala sesak napas dan biru dapat nampak
bersamaan
 Pada beberapa kasus yang berat dan kompleks, bayi baru lahir segera memburuk dan meninggal
dalam waktu dua hari bersamaan dengan menutupnya pembuluh arteriosus Botalli. Penyakit
jantung bawaan yang terakhir ini disebut sebagai penyakit jantung bawaan yang bergantung pada
duktus. Anak menetek tidak kuat, sering melepaskan puting ibu istirahat sebentar kemudian
melanjutkan minum lagi.
 Saat menetek/minum, bayi nampak berkeringat banyak di dahi, napas terengah-engah. Minum
tidak bisa banyak dan tidak lama.
 Berat badan tidak naik-naik atau naik kurang dari grafik/pita pertumbuhan yang sesuai pada
KMS.

 Anak sering sakit batuk dan sesak napas yang sering disebut sebagai pneumonia atau

bronkopneumonia.

 Daya tahan tubuh terhadap penyakit kurang, sebagai akibatnya bayi sering sakit-sakitan.

 Anak yang menderita penyakit jantung bawaan biru, saat lahir nampak kebiru-biruan di mulut

dan lidah serta ujung-ujung jari, meskipun anak tampak aktif ceria dan menangis kuat. Pada

beberapa anak, warna kebiruan pada mulut, lidah dan ujung-ujung jari tersebut baru nampak

setelah berusia beberapa bulan.

 Serangan biru dapat terjadi pada anak dengan penyakit jantung bawaan biru yang ditandai dengan

bayi menangis terus menerus tidak berhenti-berhenti. Anak tampak semakin biru, napas

tersengal-sengal. Bila berat, dapat mengakibatkan kejang bahkan kematian.


 Kelainan jantung sering juga ditemukan secara tidak sengaja oleh dokter pada saat bayi berobat

utk penyakit lainnya atau saat datang untuk imunisasi. Dokter mendengar adanya bising jantung

saat memeriksa jantung bayi dengan menggunakan stetoskop

2.      Gejala pada anak

 Berat badan anak naik tidak memuaskan dengan kata lain pertumbuhannya terhambat

 Perkembangan terlambat

 Cepat lelah saat bermain, napas terengah-engah, berkeringat banyak lebih dari anak yang lain.

 Anak yang menderita PJB biru: tampak kebiruan pada mulut, lidah dan ujung-ujung jari, sering

jongkok saat bermain, ujung jari membulat sehingga jari2 tampak seperti pemukul genderang.

 Serangan biru ditandai dengan napas terengah-engah, anak tampak lebih biru daripada biasanya,

bila berat mengakibatkan anak pingsan bahkan kematian.Pertumbuhan dan

perkembangannyapun terlambat

3.      Pada remaja

 Tanda-tanda masa remajanya terlambat, misalnya pada anak perempuan terlambat haid, payudara

masih rata.

 Pada anak laki-laki pertumbuhan cepatnya tertunda.

 Anak tampak kurus

 Aktivitas tidak mampu berlari jauh atau bermain lama seperti anak lainnya

 Sering batuk-batuk dan napas terengah-engah

 Berkeringat banyak pada wajah saat beraktivitas

 Pada yang sudah diketahui menderita kebocoran jantung, bila sampai remaja tidak ada tindakan

koreksi, dapat mengakibatkan sindroma Eisenmenger, yaitu anak yang semula tidak sianosis

(biru), mulai nampak kebiruan  seperti penderita PJB sianotik. Kondisi ini sangat berbahaya.
G.     Pengkajian

I.     Riwayat Keperawatan

 Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama

 Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita DM dengan ketergantungan pada insulin

 Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik termasuk menjaga gizi ibu, tidak mengonsumsi

obat – obatan dan merokok

 Proses kelahiran secara alami atau adanya faktor – faktor yang memperlama proses persalinan

dan penggunaan alat

 Riwayat keturunan, dengan memperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami

kelainan jantung

II.  Pemeriksaaan Fisik

Pemeriksaan Fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap

apasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat

ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada CHD ini adalah  :

 Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang

 Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung jari hiperemik

 Diameter dada bertambah, sering terlihat pembenjolan pada dada kiri

 Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakosta dan region

epigastrium

 Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik

 Neonatus menunjukkan tanda – tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan

retraksi
 Anak pusing, tanda – tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak

terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum

 Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan dari pada kaki. Denyut

nadi pada lengan terasa kuat, tapi lemah pada popliteal dan femoral.

H.    Diagnosa keperawatan

o  Gangguan perfusi jaringan berdasarkan penurunan cardiac output.

o  Inefektif pola nafas berdasarkan akumulasi secret

o  Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berdasarkan intake yang tidak adekuat

o  Kecemasan ortu berdasarkan kurangnya pengetahuan tentang kondisi bayinya

o  Resiko infeksi tali pusat berdasarkan infasi kuman pathogen

I.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA
NO TUJUAN (NOC) PERENCANAAN(NIC)
KEPERAWATAN
Gangguan perfusi jaringan
teratasi dalam waktu 5x24 1. Observasi frekwensi dan bunyi
jam. Kriteria hasil : jantung
Gangguan perfusi 2. Observasi adanyasianosis.
 RR 30-60 x/mnt
jaringan b.d 3. Beri oksigen sesuai kebutuhan
1  Nadi 120-140
penurunan cardiac 4. Kaji kesadaran bayi
x/mnt.
output. 5. Observasi TTV.
 Suhu 36,5-37 C
6. Kolaborasi dengan dokter untuk
 Sianosis (_) pemberian therapy.
 Ekstremitas hangat
1. Observasi pola nafas
2. Observasi frekuensi dan bunyi
nafas
Pola nafas efektif setelah 3. Tempatkan kepala pada posisi
dilakukan tindakan hiperekstensi
keperawatan 1x24 jam 4. Observasi adanyasianosis.
5. Lakukan suction
Inefektif pola nafas Kriteria hasil :
 RR 30-60 x/mnt 6. Monitor dengan teliti hasil
2 b.d akumulasi
pemeriksaan gas darah.
secret.  Sianosis (-)
7. Beri O2 sesuai program
 Sesak (-)
8. Atur ventilasi ruangan tempat
 Ronchi (-) perawatan klien.
 Whezing (-) 9. Observasi respon bayi terhadap
ventilator dan terapi O2
10. Kolaborasi dengan tenaga medis
lainnya.
Kebutuhan nutrisi 1. Observasi intake dan output
terpenuhi setelah 3x24 2. Observasi intake dan output
3. Kaji adanya sianosis pada saat bayi
Jam.
Resiko gangguan Kriteria hasil : minum.
nutrisi kurang dari 4. Pasang NGT bila diperlukan.
 Tidak terjadi
3 kebutuhan b.d 5. Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi
penurunan
intake yang tidak 6. Timbang BB tiap hari.
BB>15%
adekuat 7. Kolaborasi dengan dokter untuk
 Muntah (-)
pemberian therapy.
 Bayi dapat minum 8. Kolaborasi dengan tim gizi untuk
dengan baik pemberian diit bayi.
4 Kecemasan ortu b.d Kecemasan berkurang 1. Jelaskan tentang kondisi bayi
kurang pengetahuan setelah dilakukan tindakan 2. Kolaborasi dengan dokter untuk
tentang kondisi keperawatan dalam waktu memberikan penjelasan tentang
bayinya. 1x24 jam Kriteria hasil : penyakit dan tindakan yang akan
 Orang tua mengerti dilakukan berkaitan dengan
tujuan yang penyakit yang diderita bayi.
dilakukan dalam 3. Libatkan orangtua dalam
pengobatan therapy.
 Orangtua tampak perawatan bayi.
tenang. 4. Berikan support mental
 Orang tua 5. Berikan reinforcement atas
berpartisipasi dalam pengertian orangtua.
pengobatan
1. Lakukan tehnik aceptic dan
Infeksi tali pusat tidak antiseptic pada saat memotong tali
terjadi dalam waktu 3x24 pusat.
jam 2. Jaga kebersihan daerah tali pusat
Kriteria hail : dan sekitarnya.
Resiko infeksi tali 3. Mandikan bayi dengan air bersih
 Suhu 36-37 C
5 pusat b.d invasi dan hangat.
 Tali pusat kering
kuman patogen. 4. Observasi adanya perdarahan pada
dan tidak berbau.
tali pusat
 Tidak ada tanda- 5. Cuci tali pusat dengan sabun dan
tanda infeksi pada segera keringkan bila tali pusat
tali pusat. kotor atau terkena feses.
6. Observasisuhu bayi

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP. Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, Jakarta.

Philip I. Aaronson , dkk . 2008 . At a Glance Sistem Kardiovaskular . Penerbit Erlangga.

Muttaqin Arief . 2009 . Pengantar Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita, 2011 .

Dyah Primasari . 2012 . Perbedaan perkembangan pada anak dengan penyakit jantung bawaan
sianotik dan non-sianotik.

Suriadi, Rita Yuliani, 2011 ; 236, Betz & Sowden, 2002

Mulyadi, Madiyono Bambang. 2010. Tatalaksana penyakit jantung bawaan

Anda mungkin juga menyukai