Anda di halaman 1dari 9

47

BAB V

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel

dependen. Adapun hal yang diteliti yaitu hubungan bermakna antara persepsi pasien

dan dukungan keluarga dengan perawatan filariasis kronis di kabupaten muaro jambi

tahun 2012.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

data. Uji validitas dilaksanakan di Kabupaten Batang Hari pada tanggal 19 Juni

sampai tanggal 23 Juni 2012. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Juni sampai tanggal

25 Juli 2012.

Data diperoleh menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara pada

responden sehingga kualitas data sangat tergantung dari kerja sama dan persepsi

responden dalam menjawab pertanyaan yang telah disediakan dalam kuesioner.

Dalam penelitian ini tidak semua faktor yang mempengaruhi prilaku diteliti, sehingga

faktor lain yang mungkin berhubungan terabaikan.


48

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Persepsi Pasien

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa dari 134 responden,

terdapat 75 (56,0 %) responden berpersepsi baik dan 59 (44,0 %) responden

berpersepsi kurang baik.

Hal ini disebabkan responden merasa bahwa tingkat kesehatannya sekarang

berbeda saat sebelum menderita penyakit. Apalagi penderita yang mengalami

limfedema pada payudara, scrotum dan tungkai mengakibatkan seseorang merasa

rendah diri dan keterbatasan dalam aktifitas. Akibatnya keyakinan terhadap

perubahan status kesehatannya berakibat terhadap upaya-upaya yang dilakukan

untuk mengatasinya.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti yang ditinjau dari tingkat

pendidikan klien, maka dapat kita lihat bahwa rendahnya tingkat pendidikan

responden yang mempengaruhi rendahnya persepsi responden.

Menurut Potter (2005) persepsi pasien tentang fungsi tubuhnya merupakan

cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada keyakinan terhadap

kesehatan dan cara melaksanakannya.

Hal ini juga didukung oleh teori King, Laura A (2010) yang menyatakan

bahwa pendidikan formal merupakan proses yang rumit yang mengandung sebuah

pikiran yang memungkinkan proses-proses mental untuk mengingat, mengambil

keputusan, merencanakan menentukan tujuan dan kreatif.


49

Hal ini didukung oleh pendapat Sudiharto (2007:12) latar belakang

pendidikan seseorang adalah pengalaman seseorang menempuh jalur pendidikan

formal tertinggi saat ini. Dalam menempuh pendidikan formal tersebut, seseorang

mengalami proses eksperimental. Semakin tinggi pendidikan individu akan

semakin baik menyelesaikan masalah secara ilmiah.

Hal ini diperlukannya upaya edukatif dalam menyelesaikan masalah ini.

Perawat sebagai tim kesehatan perlu melakukan pendidikan kesehatan dan

pengenalan penyakit kepada penderita dan warga sekitarnya untuk meningkatkan

pengetahuan dalam melakukan penalaran mengenai penyakit filariasis kronis.

2. Gambaran Dukungan keluarga

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa dari 134 responden,

terdapat 64 (47,8 %) responden yang dukungan keluarga baik dan 70 (52,2 %)

responden yang dukungan keluarga kurang baik.

Dari hasil analisis peneliti menunujukkan bahwa adanya dukungan keluarga

yang didominasi dengan dukungan yang kurang baik, Hal ini berbanding terbalik

dengan persepsi pasien. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan di

masyarakat mempengaruhi masyarakat untuk bersikap sesuai dengan lingkungan

sekitarnya sehingga masyarakat cenderung memperhatikan nilai-nilai di

masyarakat.

Menurut Suprajitno (2004), sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
50

yaitu merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga

telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki

keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan

atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

Hal ini didukung oleh pendapat yang dinyatakan oleh King, Laura A (2010)

yang menyatakan bahwa rendahnya pengetahuan mempengaruhi kemampuan

individu dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah, yang mempengaruhi dalam

kemampuan intelegensi seseorang selain itu, pendidikan yang diperoleh secara

formal rendah juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan penalaran, apakah

itu diterima atau bahkan bertentangan dengan rasionalitas.

Menurut peneliti upaya yang diperlukan peran petugas untuk

meningkatkan pemahaman keluarga dalam memberikan konseling mengenai

perawatan filariasis kronis, tidak hanya konseling saja yang harus dilakukan tetapi

perlunya motivasi dan contoh yang baik dari petugas kesehatan itu sendiri dalam

memberikan penjelasan penting dan mendemonstrasikan mengenai perawatan

filariasis kronis yang baik.

3. Gambaran Perawatan filariasis kronis

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa sebagian besar perawatan

filariasis kronis responden kurang baik yaitu 73 responden (54,5%) sedangkan 73

(54,5%) perawatan filariasis kronis responden baik.


51

Dari observasi peneliti mengenai stadium limfedema Filariasis sesuai dengan

gejala yang ditimbulkan atas dasar hilang tidaknya bengkak yaitu paling panyak

pada stadium IV (menetap), pada gejala lipatan kulit yaitu pada stadium (III dan

IV) bersifat dangkal, sedangkan pada gejala nodul (benjolan) paling banyak yaitu

stadium IV (benjolan). Penentuan stadium ini penting bagi petugas kesehatan

untuk memberikan perawatan dan penyuluhan yang tepat kepada penderita.

Pada pengamatan peneliti komponenen perawatan filariasis kronis yang

paling banyak dilakukan oleh responden yaitu menjaga kebersihan bagian tubuh

yang bengkak dengan pencucian 1 kali/hari atau 2 kali/hari sedangkan paling

sedikit responden yaitu pemakaian alas kaki yang cocok.

Hal ini disebabkan karena rendahnya persepsi pasien dan pendidikan yang

diperoleh secara formal rendah sehingga mempengaruhi seseorang dalam

melakukan penalaran, apakah itu diterima atau bahkan bertentangan dengan

rasionalitas. Kemungkinan responden dalam melakukan tindakan dapat

menyimpang dari kebudayaan masyarakat bila responden mambandingkan dengan

menggunakan rasionalitas.

Hal ini didukung oleh teori King, Laura A (2010) yang menyatakan bahwa

pendidikan formal merupakan proses yang rumit dimana perilaku berubah untuk

beradaptasi dengan menggunakan pendekatan behavioristik dan cognitive.

Behavioristik memusatkan perilaku pada interaksi lingkungan yang dapat dilihat

dan diukur dan cognitive mengandung sebuah pikiran yang memungkinkan proses-
52

proses mental untuk mengingat, mengambil keputusan, merencanakan menentukan

tujuan dan kreatif.

Saran peneliti dalam hal ini adalah diperlukannya upaya edukatif dalam

menyelesaikan masalah ini. Perawat sebagai tim kesehatan perlu melakukan

promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan penderita agar dapat

menyadari dan dapat mengerti tentang perawatan filariasis kronis dan keadaan

lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang

bersangkutan.

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Persepsi Pasien Dengan Perawatan Filariasis Kronis Di Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2012

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

persepsi pasien dengan perawatan filariasis kronis dimana P value = 0,003 hal ini

berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Bila dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data tampak bahwa

persepsi responden yang baik menghasilkan lebih banyak perawatan yang kurang

baik. Hal ini bisa disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan responden

sehingga mempengaruhi kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah

secara ilmiah, yang mempengaruhi dalam kemampuan intelegensi responden.

Hal ini didukung oleh teori Sudiharto (2007:12) latar belakang pendidikan

klien adalah pengalaman klien menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat
53

ini. Dalam menempuh pendidikan formal tersebut, klien mengalami proses

eksperimental. Semakin tinggi pendidikan individu akan semakin baik

menyelesaikan masalah secara ilmiah.

Hal ini didukung juga oleh teori Chaplin (1975) dalam Notoatmodjo (21010)

bahwa selain sifat-sifat umum seperti kognisi dan emosi ada sifat-sifat khusus yang

menentukan perilaku manusia yaitu intelegensia atau kecerdasan. Kecerdasan

intelegensia merupakan faktor penting untuk membentuk perilaku manusia. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik fisk, sosial, budaya, ekonomi, politik,

keamanan dan sebagainya.

Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Sunaryo (2004) yang

menyatakan bahwa dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti

tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri

individu yang bersangkutan

Saran peneliti dalam penelitian ini adalah perlu diadakannya pendekatan

kepada penderita dengan melakukan pendekatan sosial dan budaya keyakinan

terhadap perubahan status kesehatannya berakibat terhadap upaya-upaya yang

dilakukan untuk mengatasinya sehingga penderita menyadari secara mandiri

tentang pentingnya kesehatan.


54

2. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perawatan Filariasis Kronis Di

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2012

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan perawatan filariasis kronis dimana P value = 0,001

hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dari hasil analisis didapat bahwa 39 responden (60,9%) dari 64 responden

yang dukukungan keluarga baik dengan perawatan filariasis kronis baik.

Sedangkan diantara responden yang dukukungan keluarga kurang baik dengan

perawatan filariasis kronis kurang baik ada 22 responden (31,4%). Hal ini

disebabkan karena kesadaran keluarga akan pentingnya menjaga kesehatan dan

mengobati penyakit agar tidak berlanjut yang kurang dan yang tidak

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan. Bahkan pada

keluarga yang tidak mampu akan mencari pelayanan kesehatan ditempat lain

yang lebih baik. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan

keluarga.

Dalam menentukan sikap yang utuh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting. Pengetahuan membawa seseorang berpikir.

Dalam berpikir komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga timbulah

niat. Individu tersebut mempunyai sikap tertentu terhadap objek tertentu

(Notoatmodjo, 2010:30).

Rendahnya tingkat pendidikan di masyarakat, menyebabkan masyarakat

cenderung berpikir dangkal sehingga masyarakat mudah terpengaruh. Menurut


55

peneliti untuk perawatan yang baik pada penderita tersebut tidak hanya pendidikan

kesehatan saja yang harus dilakukan tetapi perlunya motivasi dan contoh yang

baik. Bagi penderita penyakit kaki gajah diharapkan kesadarannya untuk

memeriksakan kedokter dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak

menyebarkan penularan kepada masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya

dukungan keluarga dalam perawatan filariasis kronis sehingga keluarga sadar akan

pentingnya menjaga kesehatan dan mengobati penyakit agar tidak berlanjut maka

akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai