Anda di halaman 1dari 26

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN


KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMA X

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Strata Satu

ADRIAWATI LISDITIYA SALARUPA

10201133

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi, sama halnya dengan kesehatan pada umumnya, adalah hak
setiap manusia. Untuk mampu mencapainya, diperlukan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi yang benar dan komprehensif. Pengetahuan tersebut didapatkan melalui
berbagai sarana, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang
paling penting dan efektif untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya
penduduk remaja. Menurut World Health Organization (WHO), kelompok usia remaja
(10-19 tahun) menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan 83% di antaranya hidup
di negara-negara berkembang. Usia remaja merupakan usia yang paling rawan mengalami
masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi
menular seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan
seksual dan perkosaan. Dengan adanya pendidikan, diharapkan masalah-masalah tersebut
dapat dicegah. Di Indonesia, pendidikan kesehatan reproduksi belum banyak dilakukan.
Pendidikan kesehatan reproduksi tidak tercakup di dalam kurikulum sekolah seperti yang
direkomendasikan oleh WHO, karena adanya konflik antara nilai tradisi Indonesia dengan
globalisasi kebarat-baratan (suatu pandangan dan aspek-aspek yang berasal dari asing/
negara barat) yang dianggap muncul seiring adanya pendidikan “kesehatan reproduksi” .1
International Conference on Population and Development (ICPD) mendefinisikan
kesehatan reproduksi sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental, dan
sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait
dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi. Remaja memiliki nilai harapan dan nilai
kemampuan. Apabila kedua nilai tersebut tidak berjalan seimbang maka akan muncul
bentuk-bentuk frustasi yang akan merangsang generasi muda untuk melakukan tindakan-
tindakan menyimpang yang mengkhawatirkan seperti masalah yang berhubungan dengan
seks bebas, penyebaran penyakit kelamin, kehamilan diluar nikah atau kehamilan yang
tidak dikehendaki di kalangan remaja. Masalah tersebut akan menimbulkan aborsi dan
pernikahan usia muda.2
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh beberapa
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa Pubertas merupakan masa yang khusus dan
penting karena merupakan periode kematangan organ reproduksi. Perkembangan seksual
remaja ditandai dengan menarche pada perempuan dan nocturnal ejaculation pada laki-
laki, maka sejak itu fungsi reproduksi bekerja dengan segala konsekuensinya. Idealnya
remaja sudah mempunyai pengetahuan yang memadai tentang seks. Remaja yang belum
siap dalam menghadapi perubahan dalam dirinya termasuk dorongan seks mulai
meningkat dan sulit untuk dikendalikan tidak jarang hal ini menyebabkan konflik pada
diri remaja. Keadaan tersebut diperberat dengan adanya kemudahan remaja dalam
mengakses informasi seks yang keliru melalui media cetak dan elektronik. Informasi yang
keliru akan mengganggu kebebasan remaja dalam mengambil keputusan terhadap situasi
tertentu.2
Remaja merupakan masa depan bagi negara karena mereka dapat berperilaku
produktif bagi bangsanya, tetapi bila mereka ini tidak memiliki perkembangan yang
seharusnya, maka negara tersebut akan memiliki generation gap dan diperkirakan pada
tahun 2020 nanti akan menjadi dampak yang buruk, selain populasinya yang bertambah
banyak dan sikap serta perilaku seksual yang tidak terkontrol karena remaja tersebut tidak
memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.2 Timbulnya masalah pada remaja
disebabkan oleh perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat yang akan
memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks, orang tua dan pendidik
kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, ketidaktahuannya,
dan membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi
menyebabkan banjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi. 2 Penyuluhan
merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari pembimbing.
Penyuluhan dapat diartikan sebagai dukungan timbal balik antara dua orang individu,
dimana seorang (penyuluh) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang.3
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting bagi remaja.
Informasi yang tidak benar dapat mengakibatkan pengetahuan dan persepsi seseorang
menjadi salah. Hal ini menjadi salah satu indikator meningkatnya perilaku seks bebas
dikalangan remaja. Pengetahuan yang salah dapat menjerumuskan remaja dalam berbagai
masalah misalnya perilaku seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan
terinfeksi HIV.4
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA X”.

1.2 Rumusan Masalah


Pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
di SMA X.

1.3 Hipotesis
Terdapat pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan
reproduksi remaja di SMA X.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan
reproduksi remaja di SMA X.
Tujuan Umum
1. Mengetahui karakteristik umum remaja di SMA X berdasarkan usia dan jenis
kelamin.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja berdasarkan
usia dan jenis kelamin.
3. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
1.5 Manfaat
1. Manfaat bagi Fakultas: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
informasi terhadap penyuluhan dan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja,
serta dapat dijadikan acuan dan bahan keputusan atau referensi untuk peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat bagi peneliti: Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman mengenai kesehatan reproduksi pada remaja.
3. Manfaat bagi responden: Penelitian diharapkan dapat mengetahui pentingnya
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penyuluan
2.1.1 Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui
pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang
dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif individu,
kelompok, atau masyarakat untuk memecahkan masalah dengan memperhitungkan
faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat..5
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka
tahu, mau, dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan, kesejahteraan.6 Sedangkan menurut Gondoyoewono, dalam penyuluhan
adalah suatu penerangan yang menekankan pada suatu objek tertentu dan hasil yang
diharapkan adalah suatu perubahan perilaku individu atau sekelompok orang.
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar
masyarakat tertarik, berminat dan bersedia untuk melaksanakannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidik masyarakat,
memberi mereka pengetahuan, informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar
mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.7

2.1.2 Metode Penyuluhan


Menurut Van Deb Ban dan Hawkins metode yang dipilih oleh seorang agen
penyuluhan sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan
sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada 3 (tiga) yaitu:
1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Pada metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
sasaran secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat langsung
memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Kelemahan
metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai kurang efektif, karena
terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara
individu, selain itu juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan
waktu yang lama.
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Metode ini cukup efektif
karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan kegiatan yang lebih
produktif atas dasar kerja sama. Salah satu cara efektif dalam metode pendekatan
kelompok adalah dengan metode ceramah. Dalam pendekatan kelompok banyak
manfaat yang dapat diambil seperti transfer informasi, tukar pendapat, umpan balik,
dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman. Namun pada
metode ini terdapat kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis
dan aktifitas.
3. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang banyak. Ditinjau dari segi
penyampaian informasi, metode ini cukup baik, tapi terbatas hanya dapat
menimbulkan kesadaran dan keingintahuan saja. Metode pendekatan massa dapat
mempercepat proses perubahan tapi, jarang dapat menyebabkan perubahan perilaku.8

2.1.3 Proses adopsi dalam Penyuluhan


Menurut Wiriaatmaja indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap
tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah:

1. Tahap sadar (awareness), pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang
baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.
2. Tahap minat (interest), pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui halhal
baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau informasi
yang lebih terperinci.
3. Tahap menilai (evaluation), pada tahap ini seseorang mulai menilai atau
mempertimbangkan serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri,
misalnya kesanggupan baik dari segi sosial maupun ekonomi.
4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini seseorang mulai menerapkan dalam skala
kecil sebagai upaya mencoba apakah dapat dilanjutkan.
5. Tahap penerapan atau adopsi (adoption), pada tahap ini seseorang sudah yakin
akan hal baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar.8

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan

Penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku melalui suatu kegiatan


pendidikan nonformal. Oleh karena itu selalu saja ada berbagai kendala dalam
pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan keadaan yang disebabkan oleh penyuluhan, diantaranya sebagai berikut:

1. Keadaan pribadi sasaran


Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran adalah ada tidaknya motivasi
pribadi sasaran dalam melakukan suatu perubahan, adanya ketakutan atau trauma
dimasa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman
ketidakberhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam melakukan perubahan
karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dana, sarana dan pengalaman serta
adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang.
2. Keadaan lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.
3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat
Kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektifitas penyuluhan
karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari,
dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara turun menurun,
dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan
keadaan sosial budaya masyarakat.
4. Akifitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang penyuluhan
Peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan efektifitas
penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan yang
akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat.9

2.1.5 Tujuan Penyuluhan


Perencanaan dan peaksanaan penyuluhan harus mencakup tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang.
1. Tujuan Jangka Pendek
a. Perubahan tingkat pengetahuan
b. Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan
c. Perubahan sikap
d. Perubahan motif tindakan
2. Tujuan Jangka Panjang
a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha dengan cara-cara
yang lebih baik
b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan
c. Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama telah
tercapai.10

2.1.6 Langkah-langkah Penyuluhan


Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus
melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut mengkaji
kebutuhan kesehatan masyarakat
a. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
b. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatan masyarakat.
1. Menyusun perencanaan penyuluhan
a. Menetapkan tujuan
b. Penentuan sasaran
c. Menyusun materi / isi penyuluhan
2. Memilih metoda yang tepat
a. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
b. Penentuan kriteria evaluasi.
3. Pelaksanaan penyuluhan
a. Penilaian hasil penyuluhan.
b. Tindak lanjut dari penyuluhan.11

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).12

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat


kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini
terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek
tertentu.13 Pengetahuan adalah berbagai hal yang diperoleh manusia melalui panca
indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan inderanya untuk menggali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil
mengingat suatu hal yang diperoleh manusia melalui panca indera setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.4

2.2.2 Tingkat Pengetahuan


Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar


tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah


dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.12

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi dan semakin banyak informasi yang
masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.

3. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang
mempunyai dan mempunyai nilai nyata dalam membuat keputusan. Informasi
yang diperoleh dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

4. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

5. Pekerjaan
Pekerjaan secara tidak langsung dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, hal
ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dimana
terjadi pertukaran informasi yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan.12

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan. Adapun beberapa tingkatan kedalaman
pengetahuan, yaitu :

1. Pengetahuan baik, apabila responden berpengetahuan 76%-100%


2. Pengetahuan cukup, apabila responden berpengetahuan 60%-75%
3. Pengetahuan kurang, apabila responden berpengetahuan < 60%.12

2.3 Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organizations) adalah suatu
keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.14 Menurut
konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (1994), kesehatan reproduksi
adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi.15 Kesehatan reproduksi menurut
Depkes RI adalah: suatu keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan
pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit,
melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sudah menikah.14 Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah
untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki
sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggungjawab kaitannya dengan masalah
kehidupan reproduksi. Upaya yang dilakukan melalui advokasi, promosi KIE, Konseling,
pelayanan kepada remaja yang memiliki masalah khusus serta memberi dukungan pada
kegiatan remaja yang bersifat positif.16

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi :

1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang


rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta
lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk
pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi
tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling
berlawanan satu dengan yang lain,dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi karena
ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang
memberi kebebasan secara materi).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual).14
2.4 Remaja
Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam kehidupan seorang
individu. Masa yang merupakan periode transisi dari masa anak ke dewasa ini ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dan berlangsung pada
dekade kedua masa kehidupan. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-
anak menuju dewasa. Tahap perkembangan remaja menurut Erikson menyatakan bahwa
remaja berada pada tahap identitas lawan kekaburan peran, yakni remaja ingin
menonjolkan identitas dirinya akan tetapi masih terperangkap oleh kaburnya peran remaja
dalam lingkungan asalnya.2

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti lebih luas lagi yang mencangkup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik.17 Remaja daiartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional. 18 Secara psikologis masa remaja adalah usia
dimana individu berintergrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang lebih tua. Sedangkan menurut teori Erikson, remaja adalah
tahapan ke lima yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18-20 tahun.17

Dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa, ada 3 tahap perkembangan remaja:

1. Remaja Awal (Early Adolescence)


Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.

2. Remaja Madya (Middle Adolescence)


Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-
teman. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
“narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan
sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan
cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan
kawan-kawan dari lawan jenis.

3. Remaja Akhir (Late Adolescence)


Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.


b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat
umum (the public).2
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja antara lain:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahanperubahan yang dialami
masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan
dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-
kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas,
keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan
tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai
yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat
banyak orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang
lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam
cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan
di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam
memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.17
2.4.1 Alat Reproduksi Wanita
1) Ovarium
Setiap wanita memiliki sepasang ovarium, yang setiap bulan secara bergantian
mengeluarkan satu sel telur (ovum) yag matang. Ovarium juga menghasilkan
hormone estrogen dan pprogesteron
a. Tuba falopii : Sepasang tuba falopi menghubungkan ovarium dengan rahim
pada sisi kiri dan kanan.
b. Uterus: uterus rahim adalah tertanamnya ovum telah dibuahi, yang selanjutnya
akan tumbuh dan berkembang menjadi janin. Bila tidak terjadi pembuahan,
maka ada lapisan dinding uterus yang terkelupas dan terjadi pendarahan yang
disebut mentruasi. Bagian akhir dari uterus yang berhubungan dengan vagina
disebut serviks.
c. Vagina: vagina adalah saluran yang menghubungkan uterus dengan alat
reproduksi bagian luar.
2.4.2 Upaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Reproduksi
Perlu disadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari
kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal
kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya, makan
dengan menu seimbang,a danya keseimbangan antara bekerja dan istirahat, olahraga,
rekreasi, dan lainnya. Memelihara kesehatan reproduksi (Poltekkes Depkes Jakarta 1, 2010):
a. Penggunaan pakaian dalam: pakaian dalam digunakan sebaiknya yang terbuat
dari bahan yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaus.
b. Penggunaan Handuk: Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai
perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang menggunkan
satu handuk secara bersamaan dalam satu keluarga. Tetapi yang perlu diperhatikan
adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali selesai dipakai. Handuk dijemur agar
terkena sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada handuk mati dan tidak
menimbulkan infeksi. Sebaiknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu
atau bila sudah tidak nyaman dipergunakan. Namun, walaupun dalam satu keluarga,
penggunaan handuk secara bersamaan hendaknya dihindari. Handuk yangv
digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan penyakit kulit dan
kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pubis. Scabies disebabkan oleh tungau
Sarcoptes scabies var.Hominis. gejala scabies yang utama adalah pruritis pada
malam hari, karena aktivitas tungau meningkat pada suhu kulit yang lembab dan
hangat. Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Pthirus pubis. Bila kutu ini
menggigit, maka tidak terilhat jelas bekas gigitannya. Namun setelah 30 hari akan
timbul pruritis, eritema, dan infeksi sekunder.
c. Memotong bulu pubis: Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna
memelihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Bagi
pemeluk agama Islam, disunahkan untuk mencukur habis bulu-bulu pubis setiap 40
hari. Dengan mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu
terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma
yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya bagi remaja
putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.
d. Kebersihan alat kelamin luar: Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk
membersihkan vulva setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan
mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam
adalah perilaku yang benar. Tehnik membersihkan vukva adalah dari arah depan
kebelakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan
tidak menggunakan cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan merusak flora
normal, yaitu bakteri Doderlain. Kuman ini mencegah glikogen pada lender vagina
menjadi asam (Ph ± 4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan
antiseptik yang berlebihan akan membunuh flora normal ini dan memberi
kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga tubuh akan
rentan terhadap infeksi. Bagi remaja putra, glans penis juga harus dibersihkan dari
sisa urine setiap setelah buang air kecil. Khusus bagi remaja putra yang tidak
dilakukan sirkumsisi pada preputiumnya, pada saat membersihkan preputium harus
diretraksi sehingga seluruh permukaan glans penis dapat dibersihkan. Hal ini
dilakukan karena cairan urine yang mengandung urea dapat merusak selaput lender
glans penis atau menimbulkan ulserasi pada meatus uretrae.
e. Penggunaan pembalut wanita: Pada saat haid, remaja putri harus memakai
pembalut wanita yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak
mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat
kimia pad vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti dengan
pembalut yang bersih (baru). Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan
kebutuhannya, misalnya pada saat menjelang haid dan mulai terasa ada keputihan
yang sifatnya fisiologis, bisa menggunakan pembalut yang berukuran kecil
(pantyliner).
f. Meningkatkan imunitas : Human Papiloma Virus (HPV) adalah jasad renik yang
bersifat onkogenik (menyebabkan kanker). Wanita yang terinfeksi HPV umumnya
akan menderita kanker serviks (kanker leher rahim) dalam waktu 10-20 tahun,
tetapi pada beberapa kasus ada yang prosesnya berjalan sangat cepat yaitu hanya
dalam waktu 1-2 tahun. Semua perempuan beresiko terkena kanker serviks, dan
risiko meningkat apabila telah melakukan kegiatan seksual aktif pada usia muda (<
20 tahun), berganti-ganti pasangan,seering mengalami kehamilan, merokok, dan
menderita penyakit menular seksual. Meningkatkan imunitas terhadap HPV melalui
vaksinasi merupakan salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang sangat efektif
bila dilakukan oleh remaja putri sejak usia 10 tahun.

2.4.3 Faktor Penyebab Masalah Kesehatan Reproduksi dan Masalah Seksual


Collins K Ahorlu, Constanze Pfeiffer, dan Brigit Obrist (2015) mengemukakan bahwa
semakin terbukanya akses informasi mengenai seksualitas termasuk pornografi dari media
atau internet yang mempermudah remaja untuk mengaksesnya, pengetahuan dan pemahaman
yang minim, keinginan untuk mencoba pengalaman baru, nilai-nilai cinta atau hubungan
lawan jenis yang cenderung disalahgunakan, kontrol keluarga dan masyarakat yang semakin
rendah serta masih terasa tabu untuk membicarakan tentang seks dan kesehatan reproduksi
sehingga anak remaja cenderung untuk mencari informasi kepada teman sebaya atau media
internet yang salah
2.5 Kerangka Teori

Karakteristik Umum
Tingkat Pengetahuan Kesehatan
1. Usia
Reproduksi
2. Jenis Kelamin

Penyuluhan

Peningkatan Kesehatan
reproduksi Reproduksi

2.5 Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDENT

Tingkat Pengetahuan Kesehatan


Penyuluhan Reproduksi
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan teknik
pendekatan waktu secara cross sectional dalam pengumpulan data. Cross
sectional adalah jenis penelitian yang pengukurannya dilakukan dua kali.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap
peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja perempuan di SMA X pre
dan post penyuluhan. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Pengumpulan data akan dilakukan dalam bentuk data primer
yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh siswi di SMA.

3.2 Tempat dan Waktu


Penelitian dilakukan di SMA X dimulai pada bulan Februari – Maret 2021.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah seluruh siswi di SMA x dan merupakan siswi yang
memenuhi kriteria insklusi serta berkunjung ke SMA x.

3.4 Populasi dan Sample


3.4.1 Populasi
Populasi atau disebut dengan istilah universe atau universum atau keseluruhan,
adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama,
yang mungkin diselidiki/diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswi di SMA x.19

3.4.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2014). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
siswi di SMA x di Kelas XI-MIA 1 dan XI-MIA 2 yakni 75 orang siswi. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitiaan ini adalah teknik total samplinjg. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total Sampling
adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
(Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono
(2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah semua siswa
yang mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi.

3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteri antara lain:
a. Siswi yang mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi.
b. Siswi yang hadir pada waktu penelitian.
c. Siswi bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menandatangi surat
persetujuan.

2. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteri inklusi tetapi
harus dikeluarkan karena suatu hal, antara lain:
a. Siswi yang tidak hadir saat penelitian berlangsung.
b. Siswa yang tidak bersedia sebagai sampel penelitian.

3.6 Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya yang
sifatnya bebas. Yang termasuk variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang bersifat dapat mempengaruhi
variabel lain. Yang termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah
penyuluhan kesehatan reproduksi.
3.7 Bahan, Alat dan Cara Pegambilan Data
3.7.1 Bahan
Bahan- bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah google formulir.
3.7.2 Alat Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
dengan Multiple Choice dalam bentuk checklist, yaitu dimana responden tinggal
memilih jawaban yang telah disediakan.
3.7.3 Cara Pengambilan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui kuesioner yang telah diuji
validitas dan reliabilitas. Kuesioner diberikan kepada responden sebelum dan
setelah dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi, kuesioner secara
langsung dan dijawab di tempat. Setelah itu, keuesioner dikumpulkan kembali dari
responden setelah responden selesai menjawab. Kuesioner berisi tentang
pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi.
1. Responden mengisi formulir persetujuan (inform consent) untuk menjadi
subjek penelitian.
2. Kuesioner diberikan kepada responden sebelum dan setelah dilakukan
penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi, kuesioner secara langsung dan
dijawab di tempat. Setelah itu, keuesioner dikumpulkan kembali dari
responden setelah responden selesai menjawab. Kuesioner berisi tentang
pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi.

3.8 Parameter yang Diperiksa


Pada instrument pengetahuan pemilihan jawaban akan menggunakan jenis
pengukuran yang sudah disediakan pertanyaan. Setiap jawaban yang ada masing –
masing memiliki nilai skor. Pada soal pengetahuan, jika; Benar = 1; Salah = 0.
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan juga diinterpretasikan dengan skala
yang bersifat kualitatif kedalam 3 kategori sebagai berikut:9
1. Baik : Dengan hasil presentase ≥ 76%-100%
2. Cukup : Dengan hasil presentase 56%-75%
3. Kurang : Dengan hasil presentase ≤ 55%
3.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden akan diolah dengan
menggunakan program komputer dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing
Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden serta memastikan
bahwa semua jawaban telah diisi dengan lengkap.
2. Coding
Memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah
tabulasi dan analisa data.
3. Entry
Memasukkan data ke dalam program komputer dengan menggunakan program
SPSS versi 16.0.
4. Cleaning
Melakukan pembersihan data dengan cara mengecek kembali data yang telah
di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Setelah tahap- tahap
pengolahan data selesai.

3.10 Analisa Data

Analisis ini untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan pengetahuan


kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah adanya penyuluhan kesehatan
reproduksi terhadap siswi di SMA X maka analisis data dilakukan dengan paired
samples t test jika data kedua kelompok berdistribusi normal atau dengan uji
Wilcoxon bila distribusi data tidak normal, dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak dengan tingkat signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%) dihitung
melalui bantuan program SPSS. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
a. Jika nilai sig > 0,05 maka Ho diterima.
b. Jika nilai sig ≤ 0,05 maka Ho ditolak.23

3.11 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
cara mengukur suatu variabel.24 Berdasarkan judul penelitian di atas, variabel
independen yaitu Penyuluhan kesehatan reproduksi. Sedangkan variabel
depedennya yaitu Pengetahuan. Jadi untuk masing-masing variabel defenisi
operasionalnya bisa dilihat pada tabel berikut:

Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur

1. Baik : dengan
persentase skor
Pengetauan siswa
76%-100%
responden baik
2. Cukup: dengan
sesudah ataupun
persentase skor
Pengetahuan sebelum diadakan Kuesioner Ordinal
60%-75%
penyuluhan
3. Kurang: dengan
kesehatan
persentase skor ≤
resproduksi wanita.
60
DAFTAR PUSTAKA

1. Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(92-381-1-PB.pdf)
2. Sarwono. 2010. Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. (687-Article
Text-699-1-10-20200202.pdf)
3. Machfoedz, I., dan Suryani E. 2013. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya. (EVA SUSANTI_201410104281_NASKAH
PUBLIKASI.pdf (unisayogya.ac.id))
4. Wijayanti. 2007. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Book marks. (EVA SUSANTI_201410104281_NASKAH PUBLIKASI.pdf (unisayogya.ac.id))
5. Suharjo. 2013. Jenis-jenis penyuluhan. Jakarta: Bumi Aksara. (BAB II.pdf
(unimus.ac.id))
6. Subejo. 2011. Penyuluhan Pertanian Terjemahan dari Agriculture. Extention (Edisi
2). Jakarta: Bumi Aksara. (KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN
USAHA PETERNAKAN SAPI BALI DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA - PDF
Free Download (adoc.pub))
7. Novalia, Marina. 2011. Penyuluhan Kesehatan Gigi Pada Anak Sekolah Dasar.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan. (Cover.pdf (usu.ac.id))
8. Lucie, Setiana 2012. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor:
Ghalia Indonesia. (146-1-246-1-10-20190804.pdf)
9. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta. (Chapter II.pdf (usu.ac.id))
10. Kartasapoetra, A. G. 2012. Tata Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.
11. Effendy. 2013. Penyuluhan kesehatan. Jakarta: Bumi Aksara.( Pengaruh Pendidikan
Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Tim
Kesehatan Sarjana Keperawatan Stikes Dharma Husada Bandung | Prayitno | JUKMAS :
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (urindo.ac.id))
12. Notoatmodjo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
((DOC) MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA | Ummi Salamah - Academia.edu)
13. Mubarak, I. W. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika. (Ilmu
Kesehatan Masyarakat : Konsep Dan Aplikasi Dalam Kebidanan (bukukita.com))
14. Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
15. BKKBN. 2010. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja Ditinjau Dari Aspek
8 Fungsi Keluarga, Kesehatan, Ekonomi, Psikologi, Pendidikan, Agama Dan Sosial.
Jakarta: Ceria. ((PDF) BUKU PIK REMAJA | adeo berkanis - Academia.edu)
16. Widyastuti. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. (EVA
SUSANTI_201410104281_NASKAH PUBLIKASI.pdf (unisayogya.ac.id))
17. Hurlock. 2013. Perkembangan Anak, jilid 1. Jakarta: Erlangga. (Microsoft Word - bab1-
5 _revisi_ (uinsby.ac.id))
18. Santrock, J.W. 2012. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 13
Jilid 1, Penerjemah: Widyasinta, B). Jakarta: Erlangga.
19. Imron, Moch., dan Munif, Amrul. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.
Jakarta: Sagung Seto. Populasi dan Sampel: Pengertian Populasi Adalah? - Uji Statistik
(statistikian.com)
20. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta
21. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta. EVA SUSANTI_201410104281_NASKAH PUBLIKASI.pdf
(unisayogya.ac.id)
22. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta
23. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(Metodologi Penelitian Kesehatan Notoatmodjo Pdf Download | Peatix)
24. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro (Imam Ghozali 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP Universitas Diponegoro – Teorionline
(wordpress.com))
25. Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta. Arikunto Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PDF Book |
pdf.wecabrio.com - Mediafile Free File Sharing
26. Susila dan Suyanto. 2014. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran dan
Kesehatan. Yogyakarta: Bursa Ilmu. (HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
LSL TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN HIV & AIDS DI PUSKESMAS
SIMPUR KOTA BANDAR LAMPUNG | Listina | Malahayati Nursing Journal
(ejurnalmalahayati.ac.id))
25 Collins K Ahorlu, Constanze Pfeiffer, dan Brigit Obrist. Socio-cultural and economic
factors influencing adolescents’ resilience against the threat of teenage pregnancy: a
cross-sectional survey in Accra. BioMed Central Reproductive Health. Ghana:
BioMed Central, 2015
26 Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai