Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PRAKTIK STUDI KASUS PEMECAHAN MASALAH KEBIDANAN


Dosen Pembimbing : Yeni Puspita, SKM,MPH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. DEWI SUSANTI P01740322006


2. ELIZA FEROWATI P01740322007
3. ELLEN WIDYOWATI P01740322008
4. ERLA WIDIAWATI P01740322009
5. FADHILAH RAHAYU P01740322010

SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG KEBIDANAN KELAS CURUP

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan tugas Pemberdayaan Masyarakat dengan Praktik Studi Kasus
PemecahanMasalah Kebidanan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Keluarga. Dalam laporan tugas ini kami menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan
kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga laporan tugas ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Rejang Lebong, 25 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah kebidanan komunitas dengan Teknik
Partisipatory Rural Apparisa………………………………………………….2

B. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah kebidanan komunitas dengan


Teknik Pohon masalah......................................................................................8

C. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah kebidanan komunitas dengan


Teknik Pemetaan.............................................................................................11

D. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah kebidanan komunitas dengan


Teknik Partisipatory Rural Apparisa...............................................................12
E. Praktik Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Keluarga……………………..18

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 8

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat berbagai maslah yang terjadi dalam kebidanan untuk itu terdapat
pula berbagai metote untuk melakukan pemecahanmasalah dalam kasus
tersebut diantaranya terdapat praktik studi kasus Pemecahan masalah
kebidanan komunitas dengan Teknik Partisipatory Rural Apparisal, pohon
masalah, pemetaan, dan fishbone. Dalam praktiknya pemecahan maslah
tersebut digunakan juga dalam kasus komunitas untuk pemberdayaan
masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas
dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemecahan maslaah menggunakan Teknik Partisipatory Rural
Apparisal?
2. Bagaimana pemecahan maslah menggunakan pohon masalah?
3. Bagaimana pemecahan maslah menggunakan Teknik pemetaan?
4. Bagaimana pemecahan maslah menggunakan Teknik Tulang Ikan?

C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemecahan masalah menggunakan Teknik Partisipatory
Rural Apparisal?
2. Untuk mengetahui pemecahan masalah menggunakan pohon masalah
3. Untuk mengetahui pemecahan masalah menggunakan pemetaan
4. Untuk mengetahui pemecahan maszlah menggunakan tulang ikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah kebidanan komunitas dengan Teknik


Partisipatory Rural Apparisal
1. Definisi Participatory Rural Appraisal (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah
penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa secara partisipatif. Maka
dari itu, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan
pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaa atau kondisi
desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode pemahaman
lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama masyarakat, untuk
mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan
melalui multidisiplin.
2. Sejarah Perkembangan Participatory Rural Appraisal (PRA) di Indonesia
a. Tahun 1970 ; Konsep-konsep kemandirian dan prinsip-prinsip
pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat telah
dicantumkan dalam GBHN, dimana kebijakan pembangunan masih
sangat bersifatsentralistik
b. Tahun 1980 ; Telah menemukan cara pendekatan dengan
partisipasi. Dan berhubung penerapan partisipasi sangat rumit
maka penerapannya cenderung kembali ke praktek-praktek
sentralistik
c. Tahun 1999 ; Dengan keluarnya UU No. 22 Tahun1999, tentang
Otonomi Daerah maka pendekatan sentralistik mulai diubah ke
arah pendekatan desentralistik
3. Prinsip-Prinsip dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
a. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar
memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat

2
manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keberpihakan ini
lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan
terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat,
mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya
meningkat.
b. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat,
kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan,
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada
pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang
berlangsung.
c. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan
pembangunan. Orang luar juga harus menyadari peranannya
sebagai fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta
kesediannya belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai
narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Pada
tahap awal peranan orang luar lebih besar, namun seiring dengan
berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa berkurang dengan
mengalihkan prakarsa kegiatan PRA para masyarakat itu sendiri.
d. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman
dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti
bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak
berubah, sehingga harusnya dilihat bahwa pengalaman dan
pengetahuan masyarakat serta pengetahuan orang luar saling
melengkapi dan sama bernilainya, dan bahwa proses PRA
merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu
agar melahirkan sesuatu yang lebih baik.

3
e. Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes,
terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan
menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses
masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing
yang oleh masyarakat harus disambut secara resmi.
f. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan
menganalisis data atau informasi secara sistematis bersama
masyarakat. Untuk mendapatkan informasi yang kedalamnnya bisa
diandalkan kita dapat menggunakan Triangulasi yang merupakan
bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck)
informasi. Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman
keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau pengalaman),
penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar belakang
golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan
keragaman teknik.
g. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang
tepat guna menurut metode PRA adalah:
1) Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui"
(ketahui secukupnya saja)
2) Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut
benar seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu
cenderung mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama
sekali)
h. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh
karena itu dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar
program yang dikembangkan bisa memecahkan masalah dan
meningkatkan kehidupan masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA

4
hanyalah sebagai alat atau metode yang dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan program-program yang dikembangkan bersama
masyarakat.
i. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan
penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang
memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode
yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para pelaksana
lapangan, agar problem yang mereka akan kembangkan secara
terus menerus berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar PRA yang
mencoba menggerakkan potensi masyarakat.
j. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang
wajar, yang terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan,
melainkan penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuan yang ada. Kita belajar dari kekurangan-kekurangan
atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan berikutnya menjadi
lebih baik.
k. Prinsip terbuka
Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat
teknik yang belum selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan
bahwa teknik tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang
menerapkan dan menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki
konsep, pemikiran maupun merancang teknik baru yang akan
sangat berguna dalam mengembangkan metode PRA.
4. Pengelompokan dalam Teknik-Teknik Participatory Rural Appraisal
(PRA)
a. Teknik-teknik yang bersifatmengumpulkan informasi umum yang
biasanya digunakan pada tahap awalpengembangan program dan
bersifatpenjajagan (eksploratif)

5
b. Teknik-teknik yang berkenan dengan“tata ruang” spatial.
c. Teknik-teknik yang berkenan dengan“waktu” temporal.
d. Teknik-teknik yang berkenan dengan“kelembagaan “ institusional.
e. teknik-teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek ekonomi” dan
“matapencaharian”.
f. teknik-teknik yang berkenaan dengan“aspek-aspek kemasyarakatan
“ sosial.
g. Teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek teknik tertentu” topik
teknis, seperti tentang hama dan penyakittanaman, kesehatan.
5. Tujuan Penerapan Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)
Tujuan penerapan teknik-teknik PRA adalah pengembangan program
bersama masyarakat. Dimana penerapan PRA perlu senantiasa
mengacu pada daur pengembangan program dan tujuan–tujuan
program.
6. Gambaran Umum Langkah-Langkah Pengembangan Participatory
Rural Appraisal (PRA)
a. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk
menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan
masyarakat secara umum.
b. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh
rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat.
c. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan
gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan
masalah melalui urun rembug masyarakat.
d. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan
kemampuan masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam
kaitannya dengan swadaya.
e. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah
tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah
dipantau.

6
f. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk
penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
g. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
h. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat
kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun.
i. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang
diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah
lanjutan, dll.
7. Permasalahan dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
a. Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan
dalam forum yang formal tanpa cukup kesempatan untuk
menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.
b. Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang
serampangan di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
c. Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi
partisipasi masyarakat.
d. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi
dan variasi petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di
masyarakat.
e. Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di
luar konteks program pengembangan masyarakat.
f. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target
(teknis, administratif).
g. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga
terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.

7
B. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah kebidanan komunitas dengan Pohon
Masalah
1. Definisi Pohon Masalah (Problem Tree)
Pengertian Miller (2004) dalam Scarvada (2004) menggunakan istilah
issues trees. Lebih lanjut, Miller menyatakan issues trees merupakan
pendekatan yang membantu merinci suatu masalah ke dalam komponen-
komponen penyebab utama dalam krangka menciptakan rencana kerja
proyek. Silverman dan Silverman (1994) menggunakan istilah tree
diagramdan menyatakan diagram sistematik atau diagram pohon
dirancang untuk mengurutkan hubungan sebab-akibat. Modul Pola Kerja
Terpadu (2008) menggunakan istilah pohon masalah yang merupakan
bagian dari analisis pohon.
Analisis pohon adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan
mencari sebab dari suatu akibat. Modul Pola kerja Terpadu menguraikan
pohon masalah sebagai suatu teknik untuk mengidentifikasi semua
masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini
sebagai rangkaian hubungan sebab akibat. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, terdapat beberapa poin penting mengenai pengertian
analisis pohon masalah:
a. Analisis pohon masalah merupakan suatu alat atau teknik atau
pendekatan untuk mengidentifikasi dan menganalis masalah.
b. Analisis pohon masalah menggambarkan rangkaian hubungan sebab
akibat dari beberapa faktor yang saling terkait.
c. Alat atau teknik analisis pohon masalah umumnya digunakan pada
tahap perencanaan.
2. Manfaat
Alat analisis ini membantu untuk mengilustrasikan korelasi antara
masalah, penyebab masalah, dan akibat dari masalah dalam suatu hirarki
faktor-faktor yang berhubungan.Analisis ini digunakan untuk
menghubungkan berbagai isu atau factor yang berkontribusi pada masalah
organisasi dan membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari

8
masalah organisasi tersebut. Duffy, dkk. (2012) menyatakan tree diagram
merupakan suatu alat generic yang dapat diadaptasikan untuk berbagai
maksud yang luas diantaranya:
a. Mengembangkan langkah-langkah logis untuk mencapai hasil yang
spesifik.
b. Melakukan analisis five whys dalam mengeksplorasi penyebab.
c. Mengkomunikasikan untuk mendorong keterlibatan dalam
pengembangan hasil yang didukung bersama.
d. Menggali pada level yang lebih rinci suatu alur proses.
e. Menggambarkan secara grafik suatu perkembangan hirarkis, seperti
silsilah atau skema klasifikasi.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa manfaat dari penggunaan analisis
pohon masalah adalah:
1) Membantu kelompok/tim kerja organisasi untuk merumuskan
persoalan utama atau masalah prioritas organisasi.
2) Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis pengaruh
persoalan utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau
stakeholder lainnya.
3) Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan
hubungan antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak
dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.
4) Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas
persoalan utama yang ada
3. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan: Proses analisis dan penentuan penyebab masalah semakin
jelas dan komprehensif.
b. Kekurangan: Membutuhkan waktu yang banyak dan jika masalah
semakin kompleks akan lebih sulit dalam menentukan penyebab
utama masalah

9
4. Langkah - Langkah
Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model pertama,
pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada
sebelah kiri dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan
tersebut ditempatkan pada sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri ke
kanan). Format penyusunan pohon masalah Model Pertama ini dapat
digambarkan pada Gambar 1 berikut ini:

Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah


utama pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab
munculnya persoalan tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke
bawah) dan akibat dari masalah utama ditempatkan di bagian atasnya
(alur ke atas). Format penyusunan pohon masalah Model Kedua ini dapat
digambarkan pada Gambar 2 beriut ini:

10
Uraian selanjutnya dalam tulisan ini akan menggunakan Model
Kedua. Langkah-langkah dalam penyusunan Pohon Masalah Model
Kedua berikut contohnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Langkah pertama dalam menyusun pohon masalah adalah
mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama berdasarkan hasil
analisis atas informasi yang tersedia. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk merumuskan masalah utama, misalnya dengan cara
diskusi, curah pendapat, dan lain-lain.
2. Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau pengaruh adanya
masalah utama yang telah dirumuskan pada poin 1 di atas.
3. Langkah ketiga adalah menganalisis penyebab munculnya masalah
utama. Penyebab pada tahap ini kita namakan penyebab level
pertama.
4. Langkah keempat adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari
penyebab level pertama. Penyebab dari munculnya penyebab level
pertama ini kita namakan penyebab level kedua

C. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah kebidanan komunitas dengan


Pemetaan
Pemetaan adalah satu metode visual yang menunjukkan lokasi relatif
suatu komunitas atau kelompok yang dilakukan untuk menemukenali dan
mendalami kondisi sosial komunitas tersebut. Social Mapping adalah teknik
untuk membuat gambar kondisi sosial ekonomi masyarakat, misalnya gambar
posisi pemukiman, sumber-sumber mata pencaharian, jalan, pelayanan
kesehatan dan sarana-sarana umum.
Hasil gambaran ini merupakan peta umum sebuah lokasi yang
menggambarkan keadaan masyarakat maupun lingkungan fisik, sehingga
dapat digunakan untuk menganalisa dan mendalami bersama masyarakat
untuk memunculkan topik-topik dan tema-tema tertentu.
Pemetaan sosial mesti dilakukan secara partisipatif dan memberdayakan.
Proses membangun pemahaman yang sistematis (systematic learning

11
process), merupakan proses penggunaan kecerdasan kritis saling
mendiskusikan tindakan mereka dan mengembangkannya, sehingga tindakan
sosial mereka akan dapat benar-benar berpengaruh terhadap perubahan sosial.
a. Langkah pemetaan sosial di masyarakat :
1) Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan
rasional dalam arti realitas yang dianalisis merupakan masalah yang
memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi
organisasi/program.
2) Pengumpulan data atau informasi penunjang
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung
dengan data dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik
melalui dokumen media massa, kegiatan observasi maupun
investigasi langsung di lapangan. Recek data atau informasi mutlak
dilakukan untuk menguji validitas data
3) Identifikasi dan analisis masalah :
Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. Pemetaan beberapa variable, seperti keterkaitan aspek
politik, ekonomi, budaya, dan agama dilakukan pada tahap ini.
Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami
subtansi masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek.
4) Mengembangkan presepsi
Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau
terlibat dalam masalah, selanjutnya dikembangkan presepsi atas
masalah sesuai cara pandang yang objektif.  Pada tahap ini akan
muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek
masalah, serta pengembangan beberapa alternatif sebagai kerangka
tindak lanjut.
5) Menarik kesimpulan
tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang ; akar masalah, pihak mana saja
yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang

12
dimunculkan secara politik, sosial dan ekonomi serta paradigma tindakan
yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.
Pemetaan masalah adalah proses dimana kita membuat bagan atau daftar
masalah dan kendala yang kita hadapi, kemudian setelah itu kita berusaha
untuk mencari solusi dan pemecahan dari masalah tersebut. Memetakan
masalah ini sangat penting karena kita akan lebih mudah terkonsep untuk
dapat memecahkan beragam masalah yang kita hadapi, dari pada masalah
tersebut kita tumpuk-tumpuk tanpa ada satu pun yang dapat kita cari
solusinya.

D. Praktik Studi Kasus Pemecahan masalah dengan Tulang Ikan


1. Pengertian Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan, karena bentuknya seperti
tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa
Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas
dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita
ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama
ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas.
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah
dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan.
Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan
akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang use friendly
disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana
terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan.
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial
dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui
sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori
yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan,

13
dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu
diuraikan melalui sesi brainstorming.
2. Manfaat Diagram Fishbone
Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan
baik pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak
kegunaan atau manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam
analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara
lain:
a. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan
utama. Penggunaan Diagram dalam tim/organisasi untuk
menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam
menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.
b. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat
permasalahan tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat
mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim
akan mudah menangkap permasalahan utama.
c. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah.
Dengan menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan
memberikan sumbang saran mengenai penyebab munculnya
masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk
menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan
masalah utama termasuk menentukan penyebab yang dominan.
d. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi.
Setelah ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk
menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat dukungan dari
anggota tim.
e. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan
memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat
dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah
ditentukan.

14
f. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan
masalah. Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram
Fishbone yang telah dibuat.
g. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan
menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

3. Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone


Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu
sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira
mengerti/paham tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang
pencatat untuk mengisi fishbone diagram. Alat-alat yang perlu disiapkan
adalah: flipchart atau whiteboard dan marking pens atau spidol. Langkah-
langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Menyepakati pernyataan masalah.
1) Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement).
Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau
secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.
2) Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah paling
kanan, misal: “Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli”.
3) Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah
tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak
(lihat Gambar 1).

Gambar 1.Pembuatan Fishbone Diagram Menyepakati Pernyataan


Masalah

15
b. Mengidentifikasi kategori-kategori
1) Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi
“cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah
yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau
secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”.
2) Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa
sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini antara
lain:
a) Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:
- Machine (mesin atau teknologi),
- Method (metode atau proses),
- Material (termasuk raw material, consumption, dan
informasi),
- Man Power (tenaga  kerja atau pekerjaan fisik) / Mind
Power (pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),
- Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan
- Milieu / Mother Nature(lingkungan).
b) Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:
- Product (produk/jasa),
- Price (harga),
- Place (tempat),
- Promotion (promosi atau hiburan),
- People (orang),
- Process (proses),
- Physical Evidence (bukti fisik), dan
- Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).
c) Kategori 5S   yang biasa digunakan dalam industri jasa:
- Surroundings (lingkungan),
- Suppliers (pemasok),
- Systems (sistem),
- Skills (keterampilan), dan

16
- Safety (keselamatan).
d) Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan
kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan.
Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori.
Kategori pada contoh ini lihat Gambar 2.

Gambar 2.Pembuatan Fishbone Diagram — Mengidentifikasi


Kategori-Kategori
c. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
1) Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan
melalui sesi brainstorming.
2) Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana
sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu
tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus
ditempatkan, misal: “Mengapa bahaya potensial? Penyebab:
Karyawan tidak mengikuti prosedur!” Karena penyebabnya
karyawan (manusia), maka diletakkan di bawah “Man”.
3) Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak
“tulang” kecil keluar dari garis diagonal.
4) Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga
“tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi,
misal: “Mengapa karyawan disebut tidak mengikuti prosedur?
Jawab: karena tidak memakai APD”

17
5) Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut
berhubungan dengan beberapa kategori.
d. Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
1) Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin
di antara semua sebab-sebab dan sub-subnya.
2) Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori,
kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
3) Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang
tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini
sebabnya?”
4) Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab
pokok dari permasalahan teridentifikasi.
5) Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa
dijawab lagi. Kalau sudah sampai ke situ sebab pokok telah
terindentifikasi.
6) Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada
fishbone diagram
Jika masalah rumit dan waktunya memungkinkan, kita bisa
meninggalkan fishbone diagram di dinding selama beberapa hari
untuk membiarkan ide menetas dan membiarkan orang yang lalu
lalang turut berkontribusi. Jika  fishbone diagram terlihat
timpang atau sempit, kita bisa mengatur ulang fishbone diagram
dengan kategori sebab utama yang berbeda. Kunci sukses
fishbone diagram adalah terus bertanya “Mengapa?”, lihatlah
diagram dan carilah pola tanpa banyak bicara, dan libatkan
orang-orang di “grass root” yang terkait dengan masalah karena
biasanya mereka lebih mengerti  permasalahan di lapangan.

E. Praktik Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Keluarga


1. Teknik Partisipatory Rural Apparisal
Beberapa teknik PRA yang dilakukan adalah sebagai berikut:

18
a. Pemetaan Desa; merupakan alat analisis yang memfasilitasi
masyarakat dalam mengungkap keadaan wilayah dan lingkungan
desa. Pemetaan desa akan menghasilkan peta untuk memahami
dengan baik keadaaan lingkungan dan sumber daya umum yang ada
di desa.
b. Kalender Musim; merupakan teknik yang memfasilitasi adanya
pengkajian kegiatan-kegiatan dan keadaan yang terjadi berulang
dalam kurun waktu tertentu (musim). Tujuan dari dibuatnya kalender
musim adalah untuk mengidentifikasi keadaaan dan pola kegiatan
masyarakat sehingga didapatkan profil kegiatan utama masyarakat
selama sepanjang tahun.
c. Transek atau Penelusuran Desa; merupakan teknik PRA yang berarti
melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan dan sumber
daya yang ada di masyarakat dengan cara berjalan menelusuri
wilayah desa dengan mengikuti suatu lintasan yang telah dipilih.
d. Diagram Venn; merupakan teknik PRA yang dipergunakan untuk
mengidentifikasi hubungan berbagai lembaga yang terdapat di dalam
lingkungan masyarakat. Diagram venn digambarkan sejenis diagram
lingkaran yang menunjukan besaran manfaat, penagruh dan
kedekatan hubungan antara lembaga dan masyarakat. Jarak dan besar
kecilnya lingkaran menunjukan peran, pengaruh serta kedekatan
yang dirasakan oleh masyarakat terhadap suatu lembaga.
e. Bagan Perubahan dan Kecenderungan; merupakan teknik PRA yang
memberikan gambaran mengenai perubahan-perubahan berbagai
keadaan, kejadian serta kegiatan yang ada pada masyarakat dari
waktu ke waktu. Masyarakat dapat mengamati adanya
kecenderungan perubahan yang terjadi baik berkurang, tetap ataupun
bertambah.
f. Matriks Ranking; merupakan teknik PRA yang dilakukan untuk
mengidenitifikasi sejumlah topik yang ada dalam masyarakat dengan
cara memberikan nilai pada masing-masing aspek, berdasarkan

19
sejumlah kriteria perbandingan. Tujuan dari matriks ranking adalah
untuk memfasilitasi dan mendorong pemikiran masyarakat dalam
menentukan pilihan topik yang ada di dalam masyaarakat dengan
memberikan suatu penilaann sehingga bisa didapatkan suatu urutan
atau peringkat berdasarkan pada keadaaan dan pertimbangan
masyarakat bersama.
Pelaksanaan Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) di atas
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat setempat, mulai dari tokoh
masyarakat seperti: Perangkat desa, ketua RW, ketua RT, para pengurus
dan anggota karang taruna, ibu kader PKK, dan tokoh individu yang
dituakan oleh masyarakat
2. Pohon Masalah
Analisis Pohon Harapan Perempuan Korban Nikah Dini

Keluarga yang Keluarga yang tidak


tidak harmonis mengalami

TINGGINYA TINGKAT PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI

Perekonomian keluarga Perempuan dan orang Ketentuan tentang


perempuan korban tua belum memiliki pernikahan yang kurang
kesadaran tentang diterapkan oleh perangkat
bahaya pernikahan desa
Belum ada yang
memunculkan kreasi
untuk menambah Perempuan dan orang tua Kurangnya pemahaman
perekonomian keluarga belum memiliki perangkat Desa tentang
perempuan korban pemahaman tentang kesadaran perempuan
nikah dinidini sangat bahaya pernikahan dini korban nikah dini
minim

Belum adanya pelatihan Belum adanya pendidikan Belum adanya advokasi


keterampilandini sangat dan kampaye belenggu kepada lembaga Desa
minim pernikahan dini yang bersangkutan

20
3. PEMETAAN

TINGGINYA TINGKAT PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI

70% remaja di kecamatan X telah mengalami pernikahan dini

Kebiasaan setempat yang sejak dulu tidak melepaskan kebiasaan


pernikahan dini, Tingkat pendidikan masyarakat yang belum tinggi,
tidak ada pemahaman perangkat Desa tentang kesadaran perempuan
korban nikah dini. Perekonomian warga yang rendah.

Mengembangkan persepsi :
Pengembangan ekonomi warga, mendorong tingkat pendidikan,
melakukan hal untuk meningkatkan pemahaman tentang bahaya nikah
dini. Memberikan informasa batasan umur terendah untuk pernikahan

Kesimpulan : Pihak wanita akan dirugikan, jika remaja pria juga


bersangkutan juga mengalami banyak permasalahan, angka kehamilan
resti tinggi, kesiapan mental remaja.

21
Terdapat kasus
gizi buruk di
Desa X

Potensi AIR
BERSIH di Desa X

Potensi tanaman padi dan bibit


ikan yang ada di Desa X

Dari Desa X dapat dikaji dan dipetakan bahwa terdapat kasus gizi buruk di dalah satu
RT di Desa X, namun di RT lain terdapat potensi tanaman padi dan bibit ikan yang
sebagian di budidaya oleh masyarakat desa X, sehingga dengan pemetaan tersebut
dapat di tarik kesimpulan bahwa Desa X sebenarnya mampu mengatasi kasus gizi
buruk yang terdapat di desa tersebut dengan budaya saling tolong menolong bisa
berupa :

1. Penerapan budaya pemberian 1 genggam beras per 1 rumah


2. Pemberian 1 bibit ikan per 1 kolam
3. Pemberian bibit tanaman dari Dana Desa atau Lintas Sektor terkait
4. Pemberian pendidikan pada keluarga agar mampu mandiri pangan keluarga

22
4. TULANG IKAN

ANALISIS MASALAH PROGRAM KESEHATAN KIA DENGAN FISHBONE

Kurangnya
leaflet/poster tentang Kurangnya
MATERIAL METHOD
tanda bahaya penyuluhan dan
kehamilan konseling kepada ibu
hamil dan keluarga
tentang tanda bahaya

 Kader tidak
mengetahui
adanya ibu Deteksi resiko
ENVIRONMENT
hamil resiko tinggi oleh
tinggi di tenaga
wilayah kesehatan
 Kurangnnya
dukungan
lintas sektor
 Ibu hamil tidak datang untuk
MONEY MAN pemeriksaan laboratorium
 Kurangnya pemahaman ibu dan
Rendahnya pendapatan keluarga terhadap tanda bahaya
ibu hamil dan keluarga kehamilan
sehingga kurang  Ibu hamil belum membuat BPJS
melakukan pemeriksaan

kehamilan

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berbagai masalah yang terjadi dimasyarakat dan keluarga, bidan memiliki
perna penting dalam mencari solusi dan bidan juga harus mengerti cara
pemecahan maslah tersebut. Dalam hal ini telah bidan bisa memanfaatkan
berbagai cara menggunakan teknik Teknik Partisipatory Rural Apparisal,
pohon masalah, pemetaan, dan fishbone. Dalam praktiknya pemecahan
maslah tersebut digunakan juga dalam kasus komunitas untuk pemberdayaan
masyarakat itu sendiri.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Lestari Mutiara, 2020 PENERAPAN TEKNIK PARTICIPATORY


RURAL APPRAISAL (PRA) DALAM MENANGANI PERMASALAHAN
SAMPAH, Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat.

https://digilib.uinsa.ac.id/4209/4/Bab%201.pdf DIAKSES TANGGAL 25


JANUARI 2023
https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/842/mod_resource/content/2/
penggunaan_swot_dalam_pemetaan.html DIAKSES TANGGAL 25 JANUARI
2023
file: pdfcoffee.com_kelompok-3-pohon-masalah-pdf-free%20(1).pdf
Febri, 2009. Kebidanan komunitas. http://bidanshop.blogspot.com diakses pada
tanggal 24 JANUARI 2024

Pratiwi,2007, Kuliah Kebidanan Komunitas. http://www.ar.itb.ac.id. DIAKSES


TANGGAL 24 JANUARI 2023

25

Anda mungkin juga menyukai