Anda di halaman 1dari 1

Mentari dan Bidan Sari

Mentari, gadis berusia 22 tahun, saat ini sedang menempuh Pendidikan profesi bidan semester
pertama. Ini adalah hari keduanya berada di stase nifas di BPM Bidan Sari setelah sebelumnya
menempuh stase persalinan di Puskesmas.

Pada hari pertama, bidan Sari telah melakukan kegiatan preconference dan menyimpulkan bahwa
Mentari telah siap untuk menempuh stase ini, dengan kemampuan sebelumnya telah menolong
persalinan secara mandiri 15 x dan telah melakukan ANC 50x.

Suatu hari, ada pasien datang, Ny Ani G2P001 UK 39 minggu dengan keluhan perut mulas sejak 3
jam yang lalu dan keluar lendir darah. Hasil pemeriksaan: TTV normal, his 4x/10’/40’’, DJJ
140x/menit, PD pembukaan 9 cm. Bidan Sari menginstruksikan Mentari untuk melakukan persiapan
pertolongan persalinan bersama asistennya, Bidan Mudiyah.

30 menit kemudian Ny Ani ingin mengejan, terlihat vulva terbuka. Mentari memanggil bidan Sari dan
Bidan Mudiyah. Bidan Sari memakai handscoen dan meminta Mentari untuk menolong persalinan
dibawah supervisi bersamanya. Bidan Sari akan menolong bayi dan Mentari akan menolong
plasenta.

Bidan dan Mentari telah memakai APD lengkap setelah sebelumnya Mentari memastikan persiapan
alat lengkap. Bidan Mudiyah melalukan observasi di sisi kiri tempat tidur Bersama suami pasien.

Badan bayi telah lahir dan Bidan Sari menolongnya, mengeringkan dan meletakkan di perut ibu.
Setelahnya, bidan Sari memastikan tidak ada janin ke dua. Bidan Sari meminta Mentari untuk
menyuntikkan oksitosin. Mentari kaget karena baru sadar kalau belum menyiapkan oksitosin dalam
spuit.

Bidan Sari marah dan meminta Mentari menyiapkannya sekarang. Mentari ketakutan, pucat pasi dan
dengan gemetar mematahkan ampul oksitosin dan kemudian menyedotnya ke dalam spuit. Bidan
Sari berteriak supaya Mentari lebih hati2 agar tidak tumpah, Mentari semakin gemetar dan
menumpahkannya sebagian. Bidan Mudiyah melihatnya dan menyampaikan “hati-hati dik” dengan
pelan.

Setelah pertolongan persalinan selesai, bidan Sari menjelaskan kepada Mentari bahwa pasien
pertolongan persalinannya hanya merupakan target partus pandang karena dianggap hampir semua
pertolongan persalinan dilakukan oleh bidan Sari.

Keesokan harinya, pembimbing pendidikan Dosen Tita melakukan supervisi ke PMB dan melakukan
postconference bersama bidan Sari. Ibu Tita kecewa dan menyayangkan Mentari kurang teliti dalam
menyiapkan pertolongan persalinan padahal telah melakukan 15x pertolongan persalinan secara
mandiri di stase sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai