Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PENELITIAN KEBIDANAN

( PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA)

DISUSUN OLEH:

NAMA : YAYUN FITRIANI

NIM : (023 SYEBID 20)

PRODI : D3 KEBIDANAN

MATKUL : METOPEN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YARSI MATARAM PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022
PENDIDKAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA
(KESPRO )

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui adanya tingkat pengetahuan reproduksi terhadap sikap remaja tentang
seksualitas berdasarkan literature review. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja
bertujuan untuk mencegah dan mengurangi penyalahgunaan seks serta dampak
negatifnya seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, kematian, infeksi
menular seksual, depresi dll. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja tidak hanya
menjelaskan tentang hubungan seksual namun lebih luas dari itu seperti pengenalan
organ reproduksi (anatomi tubuh laki-laki dan perempuan), tata cara pergaulan laki-laki
dan perempuan dalam agama dan masyarakat, peran keluarga dalam kehidupan

Pendidikan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dalam semua jenjang pendidikan saat
ini di Indonesia masih menjadi pro dan kontra. Beberapa pihak tidak setuju dengan
pendidikan kesehatan reproduksi dengan alasan anak yang belum waktunya untuk
mengetahui tentang seks menjadi tahu tentang seks lebih dini sehingga timbul keinginan
untuk mencoba. Namun dipihak lain setuju dengan pendidikan kesehatan reproduksi jika
informasi yang diberikan sesuai dengan usia anak pada jenjang pendidikan,sehingga
pengetahuan dan informasi yang benar mengenai seksualitas dapat mencegah remaja
melakukan penyimpangan seksual.
Perbedaan pandangan mengenai pendidikan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dalam
pendidikan di sekolah telah dilakukan penelitian oleh WHO tahun 1979 di 16 negara
eropa hasilnya lima (5) negara mewajibkan pendidikan kesehatan reproduksi di
sekolahnya; enam (6) negara menerima pendidikan kesehatan reproduksi dan mensahkan
dalam undangundang namun tidak mewajibkan di sekolah; dua (2) negara menerima
pendidikan seks namun mewajibkan disekolah dan tidak mewajibkan dalam undang-
undang dan tiga (3) negara tidak melarang pendidikan kesehatan reproduksi namun juga
tidak mengembangkan pelaksanaannya [25][19][26]

Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja bertujuan agar remaja memiliki


keterampilan hidup (life skill). Keterampilan hidup dalam bidang Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) antara lain

1). remaja memiliki keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan,

2) remaja memiliki keterampilan berpikir (berpikir positif),

3) remaja memiliki keterampilan komunikasi interpersonal,

4) remaja memiliki keterampilan menjaga kesehatan fisik,

5) remaja memiliki keterampilan bersikap tegas,

6) remaja memiliki keterampilan mempercayai dan menghargai diri sendiri, dan

7) remaja memiliki keterampilan.


PERMASALAH

Abstrak—Masalah remaja di dunia terkait kesehatan reproduksi yaitu kehamilan usia


dini,kanker pada organ reproduksi, sulit mengakses kontrasepsi, aborsi yang tidak aman,
HIV/AIDS dan IMS meningkat. Penulisan artikel bertujuan adalah untuk mengetahui dan
mengkaji program yang telah dilakukan berbagai Negara dalam memberikan pendidikan
seks pada remaja yang terstruktur sehingga berdampak terhadap penurunan masalah
kesehatan reproduksi remaja terutama TRIAD KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza).

Metode yang digunakan dalam pengumpulan jurnal menggunakan


EBSCO,Proquest,Sciencedirect,googlescholaryang diterbitkan dari tahun 2002 sampai
2018. Hasil dariliterature review potret pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja
yang telah dilakukan oleh berbagai Negara yaitu: Integrasi Pendidikan Seksual pada
semua strata pendidikan, KonselingPendidikan Seksual oleh Dokter Spesialis, Konseling
berbasis Sekolah didamping oleh Orang Tua. Korelasi pendidikan seks di sekolah oleh
guru hendaknya berkelanjutan di lengkungan rumah yang melibatkan kontrol orang tua
bahkan perlu adanya konsultasi rutin ke dokter spesialis seperti dokter kandungan, dokter
anak dan dokter penyakit kelamin. Pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi yang
sudah dilakukan di berbagai Negara terbukti dapat mengurangi setidaknya TRIAD.
PEMBAHASAN TEORI

Kesehatan reproduksi remaja akan membentuk suatu perilaku yang dipengaruhi oleh
pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya, pengalaman dan lingkungan. sebab pada masa
ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif emosi social dan
seksual. Perkembangan ini akan berlangsung mulai 12 tahun sampai 20 tahun. Kurangnya
pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor budaya agama dan kurangnya informasi
dari sumber yang benar. Kurangnya pemahaman mengakibatkan berbagai dampak yang
justru amat merugikan kelompok remaja dan keluarganya. Faktor antara lain: adat
istiadat,budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar.

Pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode/
teknik ceramah (metode pendidikan kelompok) hal tersebut dikarenakan metode ceramah
merupakan metode yang sangat efektif untuk semua sasaran baik yang berpendidikan
tinggi maupun berpendidikan rendah. Dalam penyampaian materi peneliti menggunakan
alat bantu yaitu materi yang sudah disiapkan oleh peneliti dengan menggunakan media
power point yang sudah dilengkapi dengan gambar-gambar terkait kesehatan reproduksi.
mempengaruhi proses berfikir karena adanya perkembangan pengetahuan dan
pengalaman seseorang yang terpengaruhi oleh pergaulan.

Pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan seorang terhadap perkembangan orang lain
sehingga seseorang tersebut menjadi tahu. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa
telah terjadi perubahan pengetahuan seperti yang diharapkan dari penyuluhan kesehatan.
Diharapkan pengetahuan ini dapat merubah perilaku seksual remaja SMA terhadap
perilaku seksual yang bebas. Peningkatan pengetahuan ini karena adanya pemberian
informasi, dimana didalamnya terdapat proses belajar. didapat dari penyuluhan
kesehatan, informasi dari teman, orang tua, maupun dari berbagai media in formasi.
Disekolah dalam proses pembelajaran terjadi proses penyampaian materi pendidikan dari
pendidik kepada sasaran (anak didik) untuk mencapai perubahan tingkah laku.

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja oleh guru bimbingan dan konseling meliputi
frekuensi kegiatan, materi, dan metode kesehatan reproduksi remaja untuk siswa
didiknya. Berdasarkan distribusi data diatas menunjukkan bahwa guru dan yang penting
tentang hak-hak seksual dan reproduksi belum banyak diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling kepada siswa. Berarti informasi yang diberikan oleh guru bimbingan dan
konseling berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja belum komprehensif atau tuntas,
sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan siswa akan informasi tentang kesehatan
reproduksi remaja secara keseluruhan. Jika hal ini terus berlangsung maka jumlah
masalah kesehatan reproduksi remaja yang menimpa siswa akan terus meningkat dan
sangat merugikan siswa khususnya pada pencapaian prestasi belajarnya maupun pada
masa depan kehidupannya. Sebagian besar guru bimbingan dan konseling menggunakan
metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Ini menunjukkan bahwa guru bimbingan dan
konseling masih menggunakan metode yang belum bervariasi sehingga akan
mempengaruhi daya serap dan pemahaman dari siswa terhadap informasi yang diberikan.
Penyampaian materi kesehatan reproduksi remaja dengan metode yang variatif dan
pelajaran yang menyenangkan dengan disertai berbagai metode pembelajaran seperti
bermain peran dan kegiatan di luar kelas sangat mendukung keberhasilan dalam
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja.

Berdasarkan data yang didapatkan bahwa pada penelitian terkait Berarti informasi yang
diberikan oleh guru bimbingan dan konseling berkaitan dengan kesehatan reproduksi
remaja belum komprehensif atau tuntas, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan
siswa akan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja secara keseluruhan. Jika hal
ini terus berlangsung maka jumlah masalah kesehatan reproduksi remaja yang menimpa
siswa akan terus meningkat dan sangat merugikan siswa khususnya pada pencapaian
prestasi belajarnya maupun pada masa depan kehidupannya. Sebagian besar guru
bimbingan dan konseling menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Ini
menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling masih menggunakan metode yang
belum bervariasi sehingga akan mempengaruhi daya serap dan pemahaman dari siswa
terhadap informasi yang diberikan. Pada disimpulkan evaluasi pemberian pendidikan
kesehatan reproduksi pada perilaku seksual remaja.
PERSAMAAN / KESIMPULAN

Berdasarkan hasil literature di review sebanyak 5 artikel, terkait. Pendidikan kesehatan


reproduksi remaja untuk siswa didiknya. Berdasarkan distribusi data diatas menunjukkan
bahwa guru dan yang penting tentang hak-hak seksual dan reproduksi belum banyak
diberikan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa. Berarti informasi yang
diberikan oleh guru bimbing dan konseling berkaitan dengan kesehatan reproduksi
remaja belum komprehensif atau tuntas, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan
siswa akan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja secara keseluruhan. Sehingga
pada penelitian ini dapat disimpulkan evaluasi pemberian kesehatan reproduksi pada
perilaku seksual remaja.

Pendidikan kesehatan reproduksi di perlukan bagi remaja untuk meningkatkan


pengetahuan sedini mungkin terhadap sex yang aman sehingga diperlukan intergrasi
semua pihak dan dukungan pemerintah agar setiap dini pendidikan formal disekolah
mewajibkan pemberian pendidika sex yang sesuai dengan usia dan perkembangan peserta
didik. Korelasi pendikan sex disekolah oleh guru hendaknya berkelanjutan di lingkungan
rumah yang melibatkan control orang tua bahkan perlu adanya konsultasi rutin kedokter
spesialis seperti dokter kandungan, dokter anak dan dokter penyakit kelamin. Pendidikan
sex tentang kesehatan reproduksi yang sudah dilakuan di berbagagi negara terbukti dapat
mengurangi setidaknya TRIAD KRR.
DAFTAR PUSTAKA

Dahro, A., Destri, Y., & Astari, A. (2019). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja Terhadap Perilaku Seksual Remaja. Wellness and Healthy Magazine,
2(February), 187– 192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218whGustina,

Maswanto, “Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas Pada


Remaja, ”J.Stud. Pemuda, Vol. 3, No. 2, Pp. 111–122,2014.

Marserli Rusanti Elimanafe, Frans Salesman, Y. D. (2018). Hubungan Pendidikan


Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Pola Asuh OrangTua Terhadap Perilaku Seks Bebas
Pada Siswa Siswi Kelas Xii Ipa Sma Negeri 2 Kota Kupang. 2(September)

Anda mungkin juga menyukai