Anda di halaman 1dari 9

KESEHATAN REPRODKUSI REMAJA

Panduan pelatihan telah di buat dalam bentuk e-book di bawah ini :

PERNIKAHAN DINI

Definisi pernikahan

Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
(Undang undang republik indonesia nomor 1 tahun 1974).

Faktor penyebab terjadinya pernikahan dini

Menurut teori Lawrence Green dari Soekidjo Notoatmodjo 2010 terdapat 3 faktor yang
berhubungan dengan kejadian pernikahan dini adalah faktor predisposisi (pengetahuan,sikap,
pendidikan, kepercayaan, jenis kelamin, nilai-nilai, budaya ), faktor pemungkin (Sarana dan
prasarana, keterjangkauan fasilitas,sumber informasi, lingkungan),faktor penguat (sikap dan
perilaku petugas kesehatan, guru ,orangtua ,teman sebaya )

Pencegahan terjadinya pernikahan dini

Upaya pemerintah dalam pencegahan terjadinya pernikahan dini oleh BKKBN adalah
mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap
dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggungjawab dalam kehidupan
berkeluarga,serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.
Sasaran program kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah agar seluruh remaja dan keluarganya
memiliki pengetahuan,kesadaran sikap dan perilaku kesehatan reproduksi sehingga menjadikan
remaja siap sebagai keluarga berkualitas. Upaya pemerintah meliputi meningkatkan kesehatan
reproduksi remaja, meningkatkan sokongan (advokasi)kesehatan reproduksi remaja,
meningkatkan aktivitas konseling remaja melalui KIE (Yani,2009)
DAFTAR PUSTAKA

Agtikasari,Nurhayati 2015. Hubungan tentang pernikahan dini dengan sikap siswa


terhadap pernikahan dini.

Handayani,Eka Yuli 2014, faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini
pada remaja putri.

http://ejournal.upp.ac.id/index.php/akbd/article /download/1112/812 diakses pada


tanggal 5 april 2021.
RENDAHNYA TINGKAT MUTU PENDIDIKAN

Definisi pendidikan bermutu

Sumber daya manusia yang bermutu hanya dapat diwujudkan dengan pendidikan yang bermutu.
Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi-potensi positif yang
terpendam dalam diri siswa didik. Dengan pendidikan bermutu, pendidikan menghasilkan tenaga-
tenaga muda potensial yang tangguh dan siap bersaing dalam masyarakat dunia. Oleh karena itu,
upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya bangsa Indonesia

Dampak minimnya pendidikan

tingginya tingkat pengangguran, terbatasnya penciptaan dan perluasan kesempatan kerja,


rendahnya produktivitas pekerja/ buruh serta masih belum maksimalnya penerapan UMK.
Masalah ketenagakerjaan lainnya, seperti kasus pemogokan, perselisihan kerja, pemutusan
hubungan kerja (PHK), serta kasus pekerja anak, dan sebagainya, juga turut mewarnai bidang

capaian tingkatan pendidikan

transformasi pendidikan merupakan suatu keniscayaan karena dengan ini pendidikan manusia
Indonesia seutuhnya dapat terlaksana. Dengan terlaksananya pendidikan manusia seutuhnya,
pendidikan akan mampu mencetak anak-anak bangsa yang potensial dan siap berperan aktif dalam
masyarakat dunia. Sebagai generasi yang potensial, empat pilar pendidikan dapat terintegrasi
dalam diri mereka yang nantinya memberikan kesejahteraan bagi kehidupan mereka di masa
depan. Menurut UNESCO empat pilar tersebut adalah: learning to know, learning to do, learning,
tobe, dan learning to live together.
DAFTAR PUSTAKA

Widodo,Heri.2015.Potret Pendidikan Di Indonesia Dan Kesiapan Dalam Menghadapi


Masyarakat Ekonomi Asia.Vol 13.No 2. SMKN 1 Wonosari caruban Madiun.

Depdiknas, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Jakarta: Pusat


Informasi dan Humas Depdiknas, 2005.
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Desinisi seksualitas

Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik
dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki,
aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta semua
bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (FCI, 2000).

Definisi masa remaja

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak kanak dengan dewasa dan relatif
belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
tekanan tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang
akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas
hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis

Faktor Penyebab terjadinya kesenjangan reproduksi remaja

Pengaruh informasi global (paparan media audiovisual) yang semakin mudah diakses justru
memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan kebiaasaan tidak sehat seperti
merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian
antar remaja atau tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan kebiasaan
tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada
kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki
pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki
akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.
Keengganan para orang tua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan
seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka
mengenai kesehatan reproduksi (pendidikan seks).

Kebutuhan dan jenis resiko kesehatan refroduksi yang dialami remaja

Kebutuhan dan jenis risiko kesehatanreproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang
berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus
dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan
seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Risiko ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan
hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender,
kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.

Pencegahan

peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan


materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan
konsekuensi perilaku seksual, apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan informasi
mengenai saranan pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang
tidak diinginkan atau tertular ISR/PMS. Hingga saat ini, informasi tentang kesehatan
reproduksi disebarluaskan dengan pesan-pesan yang samar dan tidak fokus, terutama bila
mengarah pada perilaku seksual (Iskandar, 1997)
DAFTAR PUSTAKA

Laporan Penelitian 1995/1996.Jakarta:DepkesBinkesmasBinkesga,


1996.LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in
Indonesia 1998/1999 Book I. Jakarta: LDFEUI dan NFPCB, Juli 1999.

http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs/index.php/juke/article/view/15/6

Anda mungkin juga menyukai