Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN

KELUARGA REMAJA PUTRI TENTANG


PERNIKAHAN USIA DINI TERHADAP KESEHATAN
REPRODUKSI

Nama : Rika Apriliyanti


Nim : 1715301024
Kelas : 1A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FORT DE


KOCK BUKIT TINGGI
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

1
2

PROPOSAL MINI SKRIPSI

1. Pengajuan Judul
Hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga remaja putri tentang pernikahan
usia dini terhadap kesehatan reproduksi
2. Bab I
a. Latar Belakang
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa
(fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
perkembangan individu dan merupakan transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat (Mansur, 2012). Masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa. Selama
periode ini remaja akan banyak mengalami perubahan fisik, psikologis
ataupun sosial (Pieter, 2010).
Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau
bebas dari kecacatan, namun juga secara mental dan sosial budaya. Remaja
perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
diharapkan remaja memiliki sikap yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi (Efendi, 2009).
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh
sepasang laki-laki dan perempuan remaja. Pemerintah mempunyai kebijakan
tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No. 10
Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan
upaya penyelenggaraan keluarga berencana. Banyaknya risiko kehamilan
yang terjadi jika usia pernikahan di bawah umur 19 tahun. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pernikahan usia muda adalah pernikahan yang
3

dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun
(Kumalasari, 2012).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan rata-rata kelahiran pada remaja ASFR (Age Specific Fertility
Rate) usia 15 19 tahun di Indonesia meningkat dari 35 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007 menjadi 41 per 1.000 pada tahun 2012. Angka
pernikahan usia muda (<20 tahun) hampir dijumpai diseluruh propinsi di
Indonesia, sekitar 10 % remaja putri melahirkan anak pertama di usia 15 19
tahun (SDKI, 2012).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013,
bahwa pernikahan dini dan eksperimentasi seksual pada usia dini merupakan
masalah yang terjadi di indonesia. Menurut Menkes, data Riskesdas 2013
menunjukkan bahwa lebih dari 22.000 dengan proporsi 0,2% perempuan
muda di Indonesia menikah dengan usia 10-14 tahun. Sedangkan perempuan
Indonesia yang menikah pada usia 15-19 tahun sebanyak 11,7% (Kemenkes
RI, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Kelurga Berencana Nasional
(BKKBN) Provinsi Jambi Tahun 2010 bahwa sebanyak 0,5% wanita yang
menikah pada usia 10 sampai 14 tahun dan 14,4% wanita yang menikah pada
usia 15 sampai 19 tahun. Sehingga banyak anak usia sekolah di Provinsi
Jambi tidak melanjutkan pendidikan formalnya, karena melangsungkan
pernikahan dini (BKKBN, 2010). Menurut BKKBN Provinsi Jambi
menyebutkan bahwa di Provinsi Jambi, Muaro Jambi merupakan salah satu
Provinsi yang mempunyai masalah kependudukan. Lonjakan jumlah
penduduk hingga 6,20 persen sepanjang tahun 2010 hingga tahun 2013.
Persoalan kependudukan yang terjadi di Kabupaten Muaro Jambi didorong
oleh faktor lonjakan fenomena kawin pertama usia muda (pernikahan dini).
Tingginya angka pernikahan dini pada usia remaja membuat penulis tertarik
untuk melakukan penelitian ini.
4

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi sangat dipermudah


remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab terhadap organ
reproduksi, namun tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup
dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan dan
pemahaman ini dapat membawa remaja kearah perilaku yang beresiko.
Dalam hal inilah perlu adanya pengertian, bimbingan, dan dukungan dari
lingkungan disekitarnya agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak
remaja menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani dan sosial
(Kumalasari, 2012).
Pemahaman remaja dalam hal ini juga sangat dibutuhkan dalam
melakukan persiapan perkawinan yang sehat. Persiapan perkawinan terdiri
atas persiapan kesehatan baik kesehatan fisik maupun jiwa yang meliputi
berbagai aspek yaitu biologis/fisik, mental/psikologis dan spiritual. Dalam
aspek fisik/psikologis, dilihat dari segi kesehatannya usia 20-25 tahun bagi
perempuan dan 25-30 bagi laki-laki merupakan usia yang ideal untuk
berumah tangga. Dari aspek mental seperti kepribadian, pendidikan dan
kecerdasan sebaiknya dimiliki sebelum berumah tangga selain itu aspek
psikososial/spiritual seperti pekerjaan juga sebaiknya dimiliki sebelum
melakukan rumah tangga (Mansur, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2012) mengenai
gambaran pengetahuan remaja putri mengenai dampak pernikahan dini
didapat bahwa 58,33% responden masih memiliki pengetahuan yang cukup
dan 15% responden masih memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Puryanti (2014) mengenai gambaran
pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini didapat bahwa 47,5%
responden memiliki pengetahuan yang kurang.
Dukungan keluarga merupakan ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui
5

pengetahuan untuk remaja. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari
(2015) mengenai dukungan keluarga remaja terhadap pernikahan dini didapat
bahwa 43,3% dukungan keluarga kurang baik dan 56,7% memiliki dukungan
keluarga yang baik.
Dampak yang ditimbulkan dari pernikahan usia muda yaitu pada
kesehatan perempuan alat reproduksi belum siap menerima kehamilan
sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi sehingga dapat
meningkatkan angka kematian ibu. Pada anak dapat meningkatkan kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi
yang harus lebih banyak untuk kehamilannya. Dari segi psikologis menikah
usia muda perceraian karena psikologis yang belum matang sehingga
cenderung labil dan emosional (Kumalasari, 2012).
Berdasarkan masalah ini maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga remaja
putri tentang pernikahan usia dini terhadap kesehatan reproduksi.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimana hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga remaja
putri tentang pernikahan usia dini terhadap kesehatan reproduksi.

c. Tujuan Penelitian
Diketahuinya hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga remaja
putri tentang pernikahan usia dini terhadap kesehatan reproduksi.

d. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan acuan dan referensi bahan penelitian lebih lanjut serta
untuk menambah pengetahuan yang berkaitan dengan pernikahan usia dini.
6

e. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian yang dilakukaan secara deskriptif analitik yaitu untuk
mendapakan hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga remaja putri
tentang pernikahan usia dini terhadap kesehatan reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai