Anda di halaman 1dari 70

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER


TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I
DI BPM KOTA PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Kebidanan (STr.Keb)

NAMA : OKTRIANA FIETSA


NIM : PO.71.24.2.14.031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
2018
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER


TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I
DI BPM KOTA PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

NAMA : OKTRIANA FIETSA


NIM : PO.71.24.2.14.031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
ABSTRAK

Fietsa, Oktriana. 2018. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri


Persalinan di BPM Kota Palembang Tahun 2018. Skripsi, Prodi D.IV
Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang. Pembimbing
(I) Nesi Novita, S.SiT, M.Kes, (II) Desy Setiawati, SST, M. Keb.

Kata Kunci : Nyeri Persalinan, Aromaterapi Lavender

Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis yang dirasakan oleh ibu bersalin
disebabkan karena kontraksi uterus sebagai upaya membuka serviks dan
mendorong kepala bayi ke panggul. Nyeri dominan yang dirasakan ibu bersalin
yaitu nyeri kala satu fase aktif. Pada fase ini nyeri yang dirasakan lebih berat,
tajam serta dapat berdampak pada psikologis ibu bersalin. Salah satu cara
non-farmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan yaitu dengan aromaterapi
lavender. Aromaterapi adalah sebuah terapi terapeutik yang melibatkan
penggunaan wewangian berasal dari minyak esensial. Kandungan linalil asetat
pada lavender dapat merangsang pengeluaran hormon endorfin yang dapat
menimbulkan efek rileks, tenang dan nyaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender
terhadap nyeri persalinan kala I di BPM Kota Palembang Tahun 2018. Jenis
penelitian ini Pre-Eksperimen dengan model rancangan One-Group
Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin
di BPM Kota Palembang Tahun 2018. Sampel penelitian diambil dengan teknik
Purposive Sampling sebanyak 30 sampel.
Hasil analisis univariat didapatkan skor nyeri sebelum perlakuan dengan median 7
(nyeri berat) dan setelah perlakuan skor nyeri dengan media 5 (nyeri sedang).
Hasil analisis bivariat dengan uji statistik Wilxocon Signed Ranks pada batas
kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai ρ value = 0,000 (ρ < 0,05) artinya terdapat
perbedaan yang bermakna antara tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan
aromaterapi lavender sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh aromaterapi
lavender terhadap nyeri persalinan kala I di BPM Kota Palembang Tahun 2018.
Diharapkan aromaterapi lavender dapat dijadikan sebagai alternatif
non-farmakologi untuk mengurangi nyeri persalinan dan dapat diaplikasikan
dalam pelayanan kebidanan maternitas.

Daftar Bacaan : 37 (2002-2017)

ii
ABSTRACT

Fietsa, Oktriana. 2018. Effect of Lavender Aromatherapy on Labor Pain in BPM


Palembang City Year 2018. Thesis, Prodi D.IV Midwifery Department of
Midwifery Poltekkes Kemenkes Palembang. Counselor (I) Nesi Novita, S.SiT,
M.Kes, (II) Desy Setiawati, SST, M. Keb.

Keywords: Labor Pain, Lavender Aromatherapy

Maternal pain is a physiological process felt by the mother of labor due to uterine
contractions as an attempt to open the cervix and push the baby's head to the
pelvis. The dominant pain felt by the maternal mother is the pain when one is
active phase. In this phase the pain is felt more severe, sharp and can affect the
maternal psychological. One non-pharmacological way to reduce labor pain is
with lavender aromatherapy. Aromatherapy is a therapeutic therapy that involves
the use of fragrances derived from essential oils. The content of linalyl acetate in
lavender can stimulate the release of endorphin hormones that can cause a relaxed,
calm and comfortable effect.
This study aims to determine the influence of lavender aromatherapy on labor
pain in stage I in BPM Palembang City Year 2018. This research type
Pre-Experiment with One-Group design model Pretest-Posttest Design. The
population in this study were all maternal mothers in BPM Palembang City Year
2018. The sample of the study was taken with Purposive Sampling technique of
30 samples.
Result of univariate analysis got pain score before treatment with median 7
(severe pain) and after treatment of pain score with medium 5 (moderate pain).
The result of bivariate analysis with Wilxocon Signed Ranks statistic test on the
significance level α = 0,05 obtained value ρ value = 0,000 (ρ <0,05) meaning
there is a significant difference between pain level before and after given lavender
aromatherapy so it can be concluded there is influence of aromatherapy lavender
to the first stage of labor pain in BPM Palembang City 2018.
It is expected that lavender aromatherapy can be used as a non-pharmacological
alternative to reduce labor pain and can be applied in maternity obstetric care.

Reading List: 37 (2002-2017)

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri

Persalinan Kala I di BPM Kota Palembang Tahun 2018”

yang disusun oleh

Nama : Oktriana Fietsa

NIM : PO.71.24.2.14.031

Program Studi : D-IV Kebidanan

Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim penguji skripsi Program Studi

D-IV Kebidanan.

Palembang, Juli 2018

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nesi Novita, S.SiT, M.Kes Desy Setiawati, S.ST, M.Keb


NIP. 197308121992032002 NIP. 198112212005012003

Mengetahui,

Ka. Prodi D-IV Kebidanan

Nesi Novita, S.SiT, M.Kes


NIP. 197308121992032002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segaala rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh
Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri Persalinan Kala I di BPM Kota
Palembang Tahun 2018”. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi Diploma IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Palembang.
2. Ibu Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Ibu Hj. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Pimpinan BPM Vitri, BPM Lismarini dan BPM Kustirah.
5. Ibu Hj. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Desy Setiawati, S.ST, M.Keb selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan kritik, saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh staf dan dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Palembang, Juli 2018

Peneliti
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... ....... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A....Latar belakang ......................................................................... 1
B.... Rumusan Masalah ................................................................... 5
C.... Tujuan ..................................................................................... 5
D....Manfaat ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7


A....Konsep Persalinan ................................................................... 7
1....Pengertian Persalinan ........................................................ 7
2....Sebab-Sebab Mulainya Persalinan .................................... 7
3....Tahapan Persalinan ........................................................... 10
B.... Konsep Nyeri Persalinan ......................................................... 12
1....Pengertian Nyeri Persalinan .............................................. 12
2....Teori Nyeri Persalinan ...................................................... 12
3....Fisiologi Nyeri Persalinan ................................................. 16
4....Penyebab Nyeri Persalinan ............................................... 19
5....Efek yang Ditimbulkan Akibat Nyeri Persalinan .............. 23
6....Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Terhadap
Nyeri .................................................................................. 24
7....Intensitas dan Skala Pengukuran Nyeri ............................. 25
C.... Konsep Aromaterapi ............................................................... 29
1....Pengertian Aromaterapi .................................................... 29
2....Minyak Esensial ................................................................ 30
3....Cara Kerja Minyak Esensial .............................................. 31
4....Memilih Minyak Esensial ................................................. 32
5....Aplikasi Minyak esensial .................................................. 33
6....Jenis Aromaterapi .............................................................. 36
D....Kerangka Teori ........................................................................ 40
E.... Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 40
F.... Hipotesis Penelitian ................................................................. 41

ii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 41
A....Desain Penelitian ..................................................................... 41
B.... Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 41
C.... Populasi dan Sampel ............................................................... 41
D....Variabel ................................................................................... 42
E.... Definisi Operasional ................................................................ 44
F.... Instrumen Penelitian ................................................................ 45
G....Uji Validitas dan Realibilitas .................................................. 45
H....Teknik dan Analisa Data ......................................................... 46
I..... Langkah-Langkah Penelitian .................................................. 47

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN ........................................................ 50


A...Hasil Penelitian ....................................................................... 50
1....Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 50
2....Karakteristik Responden ................................................... 52
3....Analisis Univariat ............................................................. 53
4....Uji Normalitas..................................................................... 54
5....Analisis Bivariat ................................................................ 54
B...Pembahasan ............................................................................. 56
1....Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Sebelum diberikan
Aromaterapi Lavender........................................................ 56
2....Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Sebelum diberikan
Aromaterapi Lavender........................................................ 58
3....Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri
Persalinan Kala I ............................................................... 59
4....Keterbatasan Penelitian ..................................................... 61

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN ........................................................ 62


A...Kesimpulan ............................................................................. 62
B...Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64


LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan saat yang dinantikan oleh ibu hamil untuk

mendapatkan pengalaman dan merasakan kebahagiaan. Persalinan terasa

menyenangkan karena akan menyambut kelahiran anak yang telah dikandung

selama sembilan bulan. Disisi lain selama persalinan sering ditemukan

hambatan-hambatan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi.

Dalam persalinan ada kontraksi rahim yang menimbulkan rasa nyeri,

meskipun nyeri termasuk proses fisiologi, apabila tidak segera diatasi akan

menimbulkan dampak yang negatif pada ibu dan bayinya (Usatama, 2013).

Kondisi nyeri persalinan membuat ibu bersalin lebih memilih cara

yang paling cepat untuk menghilangkan nyeri. Salah satu nya dengan

melakukan operasi Sectio caesar tanpa indikasi yang jelas. Sangat penting

diketahui, sebenarnya persalinan melalui bedah caesar juga menimbulkan rasa

sakit, tetapi muncul setelah persalinan. Meskipun ibu mendapat obat pereda

sakit terbaik di rumah sakit, rasa sakit dan tidak nyaman pasca operasi baru

hilang setelah enam minggu. Khususnya, rasa sakit diderita di daerah perut.

Selain itu, pada persalinan caesar ada kemungkinan ibu mengalami

komplikasi seperti infeksi, demam sampai sepsis (Danuatmaja & Meiliasari,

2004, p. 11).

Menurut World Health Organisation (WHO) (2012) sebanyak 16% SC

melebihi batas yang direkomendasikan. Standar rata rata Sectio Caesarea di


1
2

sebuah negara adalah sekitar 5 sampai 15 %. Angka Sectio Caesarea terus

meningkat dari insidensi 3 hingga 4% 15 tahun yang lampau sampai insidensi

10 hingga 15% sekarang ini (Oxorn dan Forte, 2011, p. 634).

Hasil RISKESDAS Tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan bedah

Sectio Caesarea di Indonesia sebesar 9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI

Jakarta (19, 9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Pusat data

Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia juga menjelaskan bahwa 15% ibu di

Indonesia mengalami komplikasi persalinan dan 21% menyatakan bahwa

persalinan yang dialami merupakan persalinan yang menyakitkan karena

merasakan nyeri yang sangat, sedangkan 63% tidak memperoleh informasi

tentang persiapan yang harus dilakukan guna mengurangi nyeri pada

persalinan (Yuliasarim & Santriani, 2015).

Secara fisiologis nyeri persalinan timbul akibat dari kontraksi uterus

sebagai upaya membuka serviks dan mendorong kepala bayi masuk ke

panggul (Andarmoyo, 2013,p.50). Nyeri dominan yang dirasakan ibu bersalin

yaitu nyeri kala satu fase aktif. Pada fase ini nyeri yang dirasakan lebih berat,

tajam serta dapat berdampak pada psikologis ibu (Sumarah, Widyastuti &

Wiyati, 2010, p. 84).

Nyeri persalinan yang timbul semakin sering dan semakin lama dapat

menyebabkan ibu bersalin gelisah, takut dan setres yang berakibat pelepasan

hormon berlebihan seperti adrenalin, katekolamin dan steroid. Hormon ini

dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokontriksi

pembuluh darah yang berakibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke

uterus sehingga dapat menyebabkan terjadinya iskemia uterus, hipoksia janin


3

dan membuat impuls nyeri bertambah banyak (Bobak, 2004). Meningkatnya

katekolamin dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus

sehingga terjadi inersia uteri yang berdampak pada partum lama (Bare &

Smeltzer, 2002).

Setiap ibu mempunyai respon yang berbeda dalam menghadapi

persalinan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi respon nyeri persalinan

yaitu paritas, usia, pengetahuan, ras, budaya, pengalaman nyeri yang lalu dan

lingkungan (Maryunani, 2010, p. 25).

Berbagai upaya diperlukan agar dapat mengurangi nyeri persalinan

serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin pada saat proses

persalinan. Beberapa metode yang dapat di pilih ibu yakni metode

farmakologis dan metode non-farmakologis. Metode farmakologis meliputi

analgesic petidin, analgesic meptid, suntikan epidural, spinal, Intrathecal

Labor Analgesia (ILA), Paracervical Block, blok syaraf Perineal dan

Pudendal serta Transutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). Metode

non-farmakologis meliputi Hemeopathy, Hypnobirthing, Visualisasi

persalinan, relaksasi, posisi melahirkan, Water birth, terapi akupuntur, Birth

Ball dan aromaterapi (Danuatmaja & Meiliasari, 2004, p. 47).

Salah satu metode yang dapat mengurangi rasa nyeri persalinan yaitu

dengan aromaterapi. Aromaterapi merupakan sebuah terapi komplementer

yang melibatkan penggunaan wewangian berasal dari minyak esensial.

Aromaterapi juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan

saat persalinan, sebab aromaterapi mampu memberikan sensasi yang

menenangkan diri dan otak, serta stress yang dirasakan (Lailiyana, dkk, 2011).
4

Penelitian Azima, dkk (2014) di Hospitals of Shiraz University of

Medical Sciences Shiraz, Iran terhadap 160 responden primipara menyatakan

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol (kelompok yang

tidak diberikan aromaterapi lavender) dan kelompok yang diberikan

aromaterapi lavender terhadap nyeri persalinan pada 30 menit dan 60 menit

setelah intervensi (p<0,001).

Penggunaan aromaterapi secara inhalasi dapat merangsang

pengeluaran endorphin sehingga dapat mengurangi nyeri (Vakilian et al.,

2011). Zat endorphin merupakan zat kimia yang diproduksi oleh tubuh

sebagai hasil dari stimuli eksternal dan menghasilkan perasaan tenang, senang,

rileks terangsang serta melemaskan otot-otot yang tegang seperti rasa sakit

dan pengerahan tenaga fisik (Aprilia, 2010).

Penelitian Poongodi (2015) di Sri Narasimha Raja Hospital, Kolar

Sistrict Karnataka terhadap 60 respondon primipara menyatakan terdapat

perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri persalinan pada kelompok

eksperimen (kelompok yang diberikan aromaterapi) dan kelompok kontrol

(kelompok yang tidak diberikan aromaterapi) setelah pemberian aromaterapi

terhadap kelompok eksperimen (p<0,01).

Penelitian Susilarini, dkk (2017) di Puskesmas Tumo Kabupaten

Temanggung terhadap 33 responden menyatakan bahwa ibu bersalin sebelum

mendapatkan perlakuan dengan aromaterapi lavender mengalami nyeri sedang

sebanyak 29 responden (87,9%) dan mengalami nyeri berat sebanyak 4

responden (12,1%). Setelah diberikan intervensi aromaterapi lavender

mengalami penurunan nyeri menjadi nyeri ringan sebanyak 26 responden


5

(78,8%), tidak nyeri sebanyak 5 responden (15,2) dan nyeri sedang sebanyak 2

responden (6,1%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin

mengalami penurunan nyeri setelah diberikan perlakuan berupa aromaterapi

lavender.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti

pengaruh aromaterapi lavender terhadap nyeri persalinan di BPM Kota

Palembang Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap nyeri persalinan kala I di

BPM Kota Palembang Tahun 2018?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap nyeri persalinan kala

I di BPM Kota Palembang tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasikan nyeri persalinan kala I sebelum penggunaan

aromaterapi lavender di BPM Kota Palembang tahun 2018.

2. Mengidentifikasikan nyeri persalinan kala I setelah penggunaan

aromaterapi lavender di BPM Kota Palembang tahun 2018.

3. Menganalis pengaruh aromaterapi lavender terhadap nyeri persalinan

kala I di BPM Kota Palembang tahun 2018.


6

D. Manfaat

1. Institusi

a. BPM Kota Palembang

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif non-

farmakologi untuk mengurangi nyeri persalinan dan diaplikasikan

dalam pelayanan kebidanan maternitas.

b. Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur perpustakaan

dalam pendidikan kebidanan.

2. Ibu Bersalin

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif non-

farmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan sehingga proses

persalinan dapat berlangsung dengan nyaman, tenang, dan terkendali

sebagai jawaban tuntunan obstetrik modern.

3. Peneliti

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman dalam ilmu maternitas dan aromaterapi serta memberikan

pengalaman dasar dalam melakukan penelitian.

b. Bagi Peneiliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal serta acuan yang

dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Menurut Saifudin (2002) persalinan adalah proses membuka dan

menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah

proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sumarah, Widyastuti

& Wiyati, 2009, p. 2).

2. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2012, p. 4) selama kehamilan

didalam tubuh wanita terdapat dua hormon yang dominan, diantaranya

a. Estrogen

Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim

serta memudahkan penerimaan rangsangan oksitosin, prostaglandin

dan mekanis.

b. Progesteron

Hormon ini berfungsi untuk menurunkan sesitivitas otot rahim,

menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

7
8

prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot

polos relaksasi.

Sampai saaat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan

belum diketahui benar, yang ada hanya berupa teori-teori yang kompleks

antara lain karena faktor-faktor hormon, struktur rahim, sirkulasi rahim,

pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi. Dengan demikian terdapat

beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan yaitu:

a. Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan

menjadi tegang mengakibatkan iksemia otot-otot uterus. Hal ini

merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter

sehingga plasenta mengalami degenerasi (Sumarah, Widyastuti &

Wiyati, 2009, p. 3).

b. Teori Penurunan Hormon

Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi

penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar progesteron turun

akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his

(Sulistyawati & Nugraheny, 2012, p. 5).

c. Teori Plasenta menjadi Tua

Seiring matangnya usia kehamilan, Villi Chorialis mengalami

perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesteron


9

menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uters. Hal ini mungkin merupakan

faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter, sehingga

plasenta akan mengalami degenerasi (Walyani & Purwoastuti, 2016, p.

6).

d. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas

otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.

Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam

merangsang otot rahim untuk berkontraksi dan akhirnya persalinan

dimulai (Johariyah & Ningrum, 2012, p. 3).

e. Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada

saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi

persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu

terjadinya persalinan.

f. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenisi

Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan. Teori

ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering

terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.


10

3. Tahapan Persalinan

Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2016, p. 12) proses persalinan dibagi 4

kala yaitu:

a. Kala I : Kala Pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:

1) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap. Pada fase ini pembukaan

kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.

2) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi adekuat 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih). Fase ini serviks

membuka dari 4 sampai 10 cm, berlangsung selama 6 jam.

b. Kala II : Kala Pengeluaran Janin

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan

mendorong janin hingga keluar. Pada kala II ini memiliki ciri khas:

1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit

sekali

2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan

3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB


11

4) Vulva membuka

Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin

kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.

c. Kala III : Kala Uri

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah

bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi

tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his

pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta

terlepas terdorong dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan

sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya berlangsung

5-30 menit setelah bayi lahir serta pengeluaran plasenta biasanya

disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc).

d. Kala IV : Tahap Pengawasan

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap

bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua

jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi

tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding

rahim tempat terlepasnya plasenta dan setelah beberapa hari akan

mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokhea yang berasal

dari sisa-sisa jaringan.


12

B. Konsep Nyeri Persalinan

1. Pengertian Nyeri Persalinan

Assciation for the Study of Pain menyatakan nyeri merupakan

pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang

muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau

menunjukan adanya kerusakan (Nanda dalam Maryunani, 2010, p. 5)

Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi

uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf

simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dengan

warna kulit apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa

khawatir , tegang, takut dan stress (Bobak, 2004).

2. Teori Nyeri Persalinan

Menurut Maryunani (2010, p. 10) terdapat beberapa teori yang

menjelaskan tentang nyeri. Teori nyeri tersebut antara lain:

a. Specificity Theory

Teori ini menyataan bahwa resptor nyeri tertentu distimulasi

oleh tipe stimulus sensori spesifik yang mengirimkan impuls ke otak.

Teori ini menguraikan dasar fisiologis adanya nyeri tetapi tidak

menjelaskan komponen-komponen fisiologis dari nyeri maupun

derajat toleransi nyeri.

b. Pattern Theory

Teori ini berusaha untuk memasukkan faktor-faktor yang tidak

dijelaskan oleh Specifity Theory. Teori ini menyatakan bahwa nyeri


13

berasal dari tanduk dorsal spinal cord. Pola impuls saraf tertentu

diproduksi dan mengasilkan stimulasi resptor kuat yang dikodekan

dalam sistem saraf pusat dan menandakan nyeri. Seperti specificity

theory, pattern theory tidak menjelaskan faktor-faktor psikologi nyeri.

c. Gate Control Theory

Menurut Dasar pemikiran pertama gate control theory adalah

bahwa keberadaan dan intenstas pengalaman nyeri tergantung pada

transmisi tertentu pada impuls-impuls saraf. Kedua, mekanisme

gate/pintu sepanjang sistem saraf mengontrol atau mengendaikan

transmisi nyeri. Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang

menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran. Jika

gate tertutup, impuls tidak mencapai tingat kesadaran dan sensasi

nyeri tidak dialami.

Terdapat tiga tipe utama keterlibatan neurologis yang mempengaruhi

apakah gate terbuka atau tertutup, yaitu:

1) Tipe pertama menyangkut aktifitas dalam serat-serat (fibers) seraf

besar dan kecil yang mempengaruhi sensasi nyeri. Impuls nyeri

melalui serat-serat yang berdiameter kecil. Serat-serat saraf yang

berdiameter menutup gate pada impuls yang melalui serat-serat

kecil. Teknik yang menggunakan stimulasi kutaneous pada kulit,

yang mempunyai banyak serat berdiameter besar, bisa membantu

menutup gate pada transmisi impuls yang menimbulkan nyeri,

dengan cara emikian meringankan atau menghilangkan sensa nyeri.

Intervensi atau tindakan yang menerapkan teori ini meliputi


14

masssage/pijat, kopres panas dan dingin, sentuhan, akupresur dan

transcutaneous electric nerve stimulation (TENS).

2) Bentuk keterlibatan neurologis kedua adalah impuls-impuls

berasal dari brainstem yang mempengaruhi sensasi nyeri. Monitor

formasi retikuler dalam brainstem mengatur input sensori. Jika

seseorang menerima jumlah stimulasi yang adekuat atau berlebihan,

brainstem mentransmisikan impuls yang menutup gate dan

menghambat impuls nyeri dari yang dtransmisikan. Jika pada

bagian lain, klien mengalami kurangnya input sensori, brainstem

tidak menghambat impuls nyeri, gate terbuka dan impuls nyeri

ditransmisikan. Intervensi/tindakan-tindakan yang menerapkan

bagian gate cntrol theoryini adalah yang berhubungan beberapa

cara pada input sensrori ini, seperti teknik distraksi, guided imagery

dan visualisasi.

3) Tipe keterlibatan neurologis ketiga adalah aktivitas atau impuls

neurologis dalam korteks serebri atau thalamus. Pikiran, emosi dan

ingatan seseorang bisa mengaktifkan impuls-impuls tertentu dalam

korteks serebri yang mencetuskan impuls nyeri, yang

ditransmisikan ke tingkat kesadaran. Pengalaman masa lalu yang

berhubungan dengan nyeri mempengaruhi bagaimana klien

berespon terhadap nyeri saat ini. Untuk alasan inilah, sangat

penting untuk menyelidiki pengalaman klien sebelumnya dan

mengajarkan pada klien apa yang diharapkan dari situasi saat ini.

Intervensi atau tindakan yang menerakan bagian gate vontrol


15

theory ini teknik relaksasi, mengajarkan klien tentang harapan-

harapan apa tentang nyeri yang berhubungan dengan penyakit

tertentu, mengupayakan klien untuk merasakan ia mempunyai

beberapa pengontrolan pada minum obat-obatan dengan tepat

(misal sebagai pencegahan, sebelum nyeri timbul begitu hebat

dimana klien takut bahwa ia tidak akan mendapat pereda nyeri).

d. Endgenous Opiate Theory

Suatu teori pereda nyeri yang relatif baru dikembangkan oleh

Avron Goldstein, dimana ia menemukan bahwa terdapat substansi

seperti opiate yang terjadi secara alami di dala tubbuh. Substansi ini

disebut endorphine. Goldstein mencari reseptor morphine dan heroin,

menemukan bahwa reseptor dalam otak cocok dengan hanya molekul-

molekul seperti morphine dan heroin. Ia bertanya pada dirinya sendiri

mengapa resptor-resptor ini terletak di otak, pada saat opiate tidak

ditemukan secara alami diarea ini. Setelaah melalui penelitian yang

seksama, jawabannya adalah bahwa otak menghasilkan opiate otak

alami suatu ulasan tentang cara-cara endorphine mempengaruhi nyeri

yang dirasakan pada saat persalinan dan kelahiran adalah sebagai

berikut:

Endorfin mempengaruhi transmisi impuls yangg

diinterprestasikan sebagai nyeri. Endorfin kemungkinan bertindak

sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat

transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorfin pada sinaps sel-sel

saraf menyebabkan status penurunan dalam sensasi nyeri. Kegagalan


16

melepaskan endorfin memunginkan nyeri terjadi. Opiate, seperti

morfin atau endorfin (kadang-kadang disebut enkephalin),

memungkinkan menghambat transmsi pesan nyeri dengan mengaitkan

tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan tulang belakang.

3. Fisiologi Nyeri Persalinan

Menurut Maryunai (2010, p. 16) terdapat beberapa fisiologi nyer persalinan,

yaitu:

a. Fisiologi (alur) terjadinya nyeri dalam persalinan, yaitu:

1) Pada kala I nyeri sifatnya viseral, ditimbulkan oleh karena kontraksi

uterus dan dilatasi serviks yang dipersyarafi oleh serabut aferen

simpatis dan ditransmisikan ke medula spinalis pada segmen T10-L1

(thorakal 10 Lumbal 1) melalui serabut syaraf delta dan serabut

syaraf C yang berasal dari dinding lateral dan fundus uteri.

2) Pada kala II merupakan nyeri somatik yang ditransmisian melalui

nervus pudendal yang berasal dari S2-S4. Pada kala II ini intensitas

nyeri terasa lebih dan terlokalisasi.

b. Secara lebih terperinci, fisiologi nyeri persalinan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Pada kala I

Nyeri dihasilkan oleh dilatasi serviks dan SBR serta distensi uterus.

Intensitas nyeri kala I akibat dari kontraksi uterus involunter nyeri

dirasakan dari pinggang dan menjalar ke perut. Kualitas nyeri

bervariasi. Sensasi nyeri dari uterus sinapsnya pada Toralak 10, 11,
17

12 dan Lumbal 1. Mengurangi nyeri pada fase ini dengan memblok

daerah diatasnya.

2) Fase transmisi dari kala I sampai kala II

Selama fase transisi ibu biasanya akan merasakan sensasi nyeri yang

amat sangat. Ekspresi tampak tidak berdaya dan menunjukan

kemampuan penurunan mendengar dan konsntrasi.

3) Pada kala II

Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis. Distensi

struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbosakralis. Nyeri

dirasakan pada:

a) Regio L 2, bagian bawah punggung dan juga ada paha dan

tungkai.

b) Pada area vagina dan perineum

Sensasinya seperti tarikan, tekanan, rasa terbakar serta keram. Ibu

biasanya mempunyai keinginan untuk mengejan. Sensasi impuls

dibawa dari perineum ke sacrum 2, 3, 4, oleh saraf pudendal.

Untuk mengurangi nyeri diblok pada reseptor yang lebih bawah.

c. Mahdi, A 2009 dalam Maryunani (2010, p. 17) menjelaskan bahwa

fisiologi atau mekanisme terjadinya nyeri persalinan terbagi sesuai

dengan tahap persalinan, yaitu:

1) Persalinan kala I

a) Nyeri pada kala I terumata ditimbulkan oleh stimulus yang

dihantarkan melalui saaraf pada leher rahim (serviks) dan rahim

atau uterus bagian bawah.


18

b) Nyeri ini merupakan nyeri viseral yang berasal dari kontraksi

uterus dan aneksa.

c) Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan

tekanan yang ditimbulkan.

d) Nyeri akan bertambah dengan adanya kotraksi isometrik pada

uterus yang melawan hambatan oleh leher rahim/uterus dan

perineum.

e) Selama persalinan, bilamana serviks uteri atau leher rahim dilatasi

sangan lambat atau bilamana posisi fetus (janin) abnormal

menimbulkan distorsi mekanik, kontraksi kuat disertai nyeri

sangat hebat. Hal ini karena uterus berkontraksi isomteris

melawan obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat ini merupakan

sumber nyeri yang kuat.

2) Persalinan kala II

a) Selama persalinan kala I, pada saat serviks uteri atau leher rahim

dilatasi penuh, stimulasi nyeri berlangsung terus dari kontraksi

badan rahim (korpus uteri) dan distensi segmen bawah rahim.

b) Nyeri disebabkan dilatasi serviks uteri sudah menurun

c) Terjadi peningkatan secara progresif tekanan oleh fetus terhadap

struktur di pelvis menimbulkan peningkatan nyeri somatik,

dengan regangan dan robekan fascia (jaringan pembungkus otot)

dan jaringan subkutan (bawah kulit) jalan lahir bagian bawah,

distensi perineum dan tekanan pada otot lurik perineum.


19

d) Nyeri ini ditransmisikan melalui serabut saraf pudendal yaitu

suatu serabut saraf somatik yang keluar melalui S2, S3 dan S4

segmen sekral.

e) Nyeri pada kala II ini sangat berbeda dengan nyeri viseral kala I,

nyeri somatik dirasakan selama persalinan ini adalah intens dan

lokasi jelas.

4. Penyebab Nyeri Persalinan

Menurut Maryunani (2010, p. 19) berikut ini dikemukakan beberapa

uraian yang menjelaskan penyebab nyeri selama persalinan:

a. Beberapa penelitian menyatakan nyeri dalam persalinan disebabkan

karena:

1) Penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut otot dari korpus

fundus uteri.

2) Adanya iskemik miometrium dan serviks karena kontraksi sebagai

konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya

vasokonstriksi akibat aktivits berlebihan dari saraf simpatis.

3) Adanya proses peradangan pada otot uterus

4) Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan rasa

takut yang memacu aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis.

5) Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Nyeri

persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan

segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan

kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi.


20

6) Rasa nyeri pada saat setiap fase persalinan dihantarkan oleh segmen

saraf yang berbeda-beda. Nyeri pada kala I terutama berasal dari

uterus.

b. Pada kepustakaan lainnya menyatakan bahwa nyeri saat persalinan itu

timbul karena:

1) Berkurangnya suplai oksigen otot uterus akibat kontraksi yang

semakin sering.

2) Peregangan leher rahim/dilatasi serviks (penipisan dan pelebaran)

3) Bayi menekan persarafan di dan sekitar leher rahim (serviks dan

vagina)

4) Jaringan disekitar uterus dan panggul ikut tertarik dan tegang akibat

kontraksi uterus dan gerakan bayi yang mulai turun dalam rahim.

5) Tekanan pada uretra, kandung kemih dan usus.

6) Peregangan otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina.

7) Rasa takut dan cemas yang akan meningkatkan pelepasan hormon

stres sehingga persalinan semakin lama dan semakin nyeri.

c. Penyebab nyeri yang dijelaskan menurut kala persalinan

1) Kala I persalinan

Nyeri berkaitan dengan kala I persalinan adalah unik di mana nyeri

menyertai oroses fisiologis normal. Meskipun persepsi nyeri dalam

persalinan berbeda-beda diantara wanita, terdapat suatu dasar

fisiologis terhadap rasa tidak nyaman/nyeri selama persalinan. Nyeri

selama kala I persalinan berasal dari:

a) Dilatasi serviks, dimana merupakan sumber nyeri yang utama


21

b) Peregangan segmen uterus bawah

c) Tekanan pada struktur-struktur yang berdekatan.

d) Hipoksia pada sel-sel otot uterus selama kontraksi (Wesson

dalam Maryunani, 2010, p. 20).

e) Area nyeri, meliputi dinding abdomen bawah dan area-area pada

bagian lumbal bawah dan sakrum atas.

Gambar 2.1 : area/lokasi menjalarnya nyeri persalinan selama kala I. nyeri


paling hebat diperlihatkan pada area yang berwarna gelap.
(Sumber: Maryunani, 2010, p. 21)

2) Kala II persalinan

Selama kala II persalinan, rasa nyeri disebabkan karena:

a) Hipoksia pada sel-sel otot yang berkontraksi .

b) Distensi vagina dan perineum.

c) Tekanan darah dan struktur-struktur yang berdekatan.

d) Area-area nyeri meningkat.

Selama kala I akhir dan kala II awal nyeri menyebar ke kaki bagian

atas dan perineum. Selama kala II akhir dan pembukaan lengkap,

nyeri semakin hebat pada daerah perineum.

3) Kala III persalinan

Nyeri selama kala III persalinan diakibatkan dari kontraksi uterus

dan dilatasi serviks dengan keluarnya plasenta. Kala persalinan ini


22

adalah pendek dan setelah itu anestesi diperlukan terutama untuk

penjahitan episiotomi.

d. Dengan bahasa awam, penyebab munculnya rasa nyeri dalam persalinan

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Rasa nyeri tak tertahankan menjelang persalinan menandakan bahwa

tubuh sedang bekerja keras membuka mulut rahim agar bayi

bergerak turun melewati jalan lahir.

2) Kontraksi rahim sehingga otot-otot dinding rahim mengerut dan

menjepit pembuluh darah.

3) Jalan lahir atau vagina serta jaringan lunak disekitarnya meregang.

4) Rasa takut, cemas dan tegang memicu produksi hormon

prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat mengurangi

kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

e. Dengan kata lain, nyeri pada proses persalinan akan melalui empat

tahap/kala, yaitu:

1) Kala I (pembukaan), biasanya nyeri pada tahap ini diakibatkan oleh

kontraksi rahim dan peregangan mulut rahim.

2) Tahap II (kelahiran), nyeri timbul karena peregangan dasar panggul

dan pengguntingan perineum (bibir kemaluan) jika diperlukan.

3) Tahap III adalah nyeri yang timbul karena pelapasan plasenta dan

4) Tahap terakhir nyeri yang ditimbulkan karena penjahitan luka

perineum.
23

5. Efek yang Ditimbulkan Akibat Nyeri Persalinan

Menurut Maryunani (2010, p. 24) terdapat beberapa aspek yang

berkaitan dengan nyeri pada persalinan dapat mempengaruhi proses

kelahiran itu sendiri. Pengaruh utama yang terjadi adalah karena terpicunya

sistem simpatis dimana terjadi peningkatan kadar plasma dari katekolamin,

terutama epinefrin.

Nyeri yang diakibatkan oleh persalinan dapat disimpukan menjadi beberapa

hal dibawah ini:

Psikologis : penderitaan, ketakutan dan kecemasan.

Kardiovaskular : peningkatan kardiak output, tekanan darah,

frekuensi nadi dan risistensi perifer sistemik.

Neuroendokrin : stimulasi sistem simpati-adrenal, peningkatan

kadar plasma katekolamin, ACTH, kortisol, ADH,

β-endorfin, β-lipoprotein, renin, angiotensin.

Metabolik : peningkatan kebutuhan O2, asidosis laktat,

hipergikemia, lipolisis.

Gastrointestinal : penurunan pengosongan lambung.

Rahim/uterua : inkoordinasi kontraksi rahim

Uteroplasental : penurunan aliran darah uteroplasental

Fetus/janin : asidosis akibat hipoksia pada janin

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Terhadap Nyeri

Respon terhadap nyeri persalinan yang dirasakan oleh ibu bersalin

sangat berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut dan cemas,

sementara yang lainnya bersikap toleran dan optimis. Beberapa ibu ada yang
24

menangis, merintih, menjerit, menolak bantuan atau bergerak tanpa arah

pada saat mengalami nyeri persalinan yang sangat hebat; sementara yang

lainnya tetap berbaring dengan tenang di tempat tidur dan mungkin hanya

menutup matanya, mengertakan giginya, menggigit bibirnya, mengepalkan

tangannya atau bercucuran pada waktu mengalami nyeri persalinan.

Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi dan respon individu

terhadap nyeri. Misalnya persiapan selama kelas-kelas/kursus persalinan

bisa mengurangi kebutuhan untuk analgesia selama persalinan. Selain itu,

orang cenderung berespon terhadap stimulus nyeri dengan cara yang dapat

diterima dalam budaya/kulturnya. Pada beberapa kultur, hal yang biasa

untuk mengungkapkan rasa nyerinya, sedangkan anggota kultur lainnya

bersikap tenang dan pandai menahan rasa sakit/nyerinya atau karena hal inni

diharapkan.

Respon terhadap nyeri juga bisa dipengaruhi oleh keletihan dan

gangguan tidur, wanita yang letih mengalami kekurangan energi dan

kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi seperti distraksi dan

imajinasi untuk menghadapi nyerinya. Sebagai akibatnya, wanita tersebut

bisa kehilangan kemampuannya untuk berkoping dengan persalinan dan

memilih analgesik atau obat-obatan lainnya untuk mengurangi rasa nyerinya.

Ibu primipara mengalami proses persalinan yang berbeda

dibandingkan multipara. Pada primipara proses pendataran serviks terjadi

terlebih dahulu dibandingkan dengan pembukaan, sehingga proses lebih

lama dibandingkan dengan multipara. Proses inilah yang akan

mengakibatkan kelelahan yang dapat berpengaruh pada peningkatan


25

persepsi nyeri. Pengalaman wanita terhadap nyeri sebelumnya dan tingkat

kecemasannya juga memengaruhi kemampuannya untuk mengelola nyeri

saat ini dan saat yang akan datang, orang-orang yang telah mengalami nyeri

tampak lebih sensitif terhadap stimulus nyeri daripada orang yang belum

pernah mengalaminya.

Lingkungan asing dan peristiwa-peristiwa yang belum dikenalinya

dapat meningkatkan kecemasan, seperti keterpisahan dari keluarga dan

orang yang dicintainya. Antisipasi terhadap rasa tidak nyamana dan

pertanyaan-pertanyaan tentang apakah ia dapat berkoping dengan kontraksi

juga bisa meningkatkan kecemasan.

Baik atensi atau perhatian maupun distraksi mempengaruhi persepsi

nyeri. Jika sensasi nyeri merupakan fokus perhatiannya, maka intensitas

yang dirasakan lebih besar. Stimulus sensori seperti gosokan

dipunggung/back-rub dapat menjadi distraksi yang memfokuskan perhatian

ibu pada stimulus daripada nyeri.

7. Intensitas Nyeri dan Skala Pengukuran Nyeri

Indikator adanya intensitas nyeri yang paling penting adalah laporan

ibu tentang nyeri itu sendiri, namun demikian, intensitas nyeri juga dapat

ditentukan dengan berbagai macam cara. Salah satu caraya adalah dengan

menanyakan kepada ibu untuk menggambarkan nyeri atau rasa tidak

nyamannya. Metode lain adalah dengan meminta ibu untuk menggambarkan

beratnya nyeri atau rasa tidak nyamanya dengan menggunakan skala.

Skor/nilai skala nyeri dapat dicatat pada flow chart untuk memberikan

pengkajian nyeri yang berkelanjutan. Metode yang ketiga adalah dengan


26

meminta ibu untuk membuat tanda X (silang) pada skala analog.

Penggunaan skala intensitas nyeri adalah mudah dan merupakan metode

terpercaya dalam menentukan intensitas nyeri ibu. Skala seperti ini

memberikan konsistensi bagi petugas kesehatan untuk berkomunikasi

dengan klien dan petugas kesehatan lainnya.

Komponen-komponen nyeri yang paling penting dinilai adalah PAIN:

Pattern (pola-nya), Area, Intensitas dan Nature (sifat-nya)

a. Pola nyeri (pattern of pain)

Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, durasi dan interval tanpa

nyeri. Oleh karena itu, petugas kesehatan dapat menentukan kapan nyeri

dimulai; berapa lama nyeri berlangsung; apakah nyeri ini berulang; dan

jika ya, lamanya interval tanpa nyeri; dan kapan nyeri terakhir terjadi.

Pola nyeri diukur dengan menggunakan kata-kata (verbal). Ibu diminta

untuk menggambarkan nyeri sebagai variasi pola konstan, intermiten

atau transiet. Ibu juga ditanyakan waktu dan kapan nyeri mulai

berlangsung dan berapa lama nyeri berlangsung untuk mengukur saat

serangan nyeri dan durasi nyeri.

b. Area nyeri (Area of Pain)

Area nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri terasa. Petugas

kesehatan dapat menentukan lokasi nyeri dengan menanyakan pada

pasien untuk menunjukkan area nyeri pada tubuh.

c. Intensitas nyeri (Intensity of Pain)


27

Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitaas nyeri dapat

diukur dengan menggunakan angka 0 sampai 10 pada skala nyeri.

d. Sifat nyeri (Nature of Pain)

Sifat nyeri adalah bagaimana nyeri terasa pada pasien. Sifat

nyeri/kualitas nyeri dengan menggunakan kata-kata.

Menurut Wiarto (2017, p. 16), beberapa alat yang dapat digunakan

untuk mengukur skala nyeri, yaitu:

a. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat ringannya

rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan

pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga 10, dibawah ini,

nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh

(10) merupakan suatu nyeri yang sangat hebat.

Gambar 2.2 Numeric Rating Scale (NRS)


(Sumber: Wiarto, 2017, p. 17)

b. Visual Descriptif Scale (VDS)

Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus tanpa angka. Bisa

bebas mengekspresikan nyeri, arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan

sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.


28

Pasien diminta menunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua nilai

ekstrem. Bila Anda menunjuk tengah garis, berarti menunjukkan nyeri

sedang.

c. Visual Analogue Scale (VAS)

Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan

Visual Analogue Scale (VAS). Skala berupa suatu garis lurus yang

panjangnya biasanya 10 cm (atau 100mm) dengan penggambaran verbal

pada masing-masing ujungnya seperti angka 0 (tanpa nyeri) sampai

angka 10 (nyeri hebat).

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS)


(Sumber: Wiarto, 2017, p. 18)

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri pada

skala 1 sampai 3, rasa nyeri seperti gatal atau tersetrum atau nyut-nyutan

atau melilit atau terpukul atau perih atau mules. Intensitas nyeri pada

skala 4 sampai 6, seperti ham atau kaku atau tertekan atau sulit bergerak

atau terbakar atau ditusuk-tusuk. Sangat nyeri pada skala 7 sampai 9

tetapi masih dapat dikontrol oleh klien. Intensitas nyeri sangat berat pada

skala 10 nyeri tidak terkontrol (Potter & Perry 2005).

d. Wong-Baker FACES Pain Ratting Scale


29

Skala ini terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum hal ini

menunjukkan tidak adanya nyeri kemudian secara bertahap meningkat

menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah

yang sangat ketakukan hal ini menunjukkan nyeri yang sangat hebat

(Potter & Perry, 2005).

Gambar 2.4 Wong-Baker FACES Pain Ratting Scale


(Sumber: Wiarto, 2017, p. 19)

Keterangan dari gambar diatas adalah angka 0 menunjukkan sangat

bahagia sebab tidak ada rasa sakit, angka 2 menunjukkan sedikit

mneyakitkan, angka 4 menunjukkan lebih menyakitkan, angka 6

menujukkan lebih menyakitkan lagi, angka 8 menunjukkan jauh lebih

menyakitkan dan angka 10 menunjukkan benar-benar menyakitkan.

C. Konsep Aromaterapi

1. Pengertian Aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari

minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.


30

Kata “aroma” berarti bau wangi atau keharuman dari tumbuhan.

Sementara terapi adalah upaya membangkitkan semangat, menyegarkan,

dan menjaga kesehatan pikiran, jiwa dan raga serta merangsang proses

penyembuhan dengan menggunakan esssetial oil (Hutasoit, 2002, p. 14).

2. Essential Oil

Essential oil kadang disebut “sumber kehidupan” dari tumbuhan.

Cairan murni ini disuling dari berbagai bagian tanaman (Hutasoit, 2002, p.

25)

Menurut Poerwardi (2006, p. 2) struktur minyak esensial sangatlah

rumit, terdiri dari berbagai unsur senyawa kimia yang masing-masing

mempunyai khasiat terapeutik serta unsur aroma tersendiri dari setiap

tanaman. Essential oil mempengaruhi tubuh dengan tiga cara: secara

fisik—tubuh, kulit, rambut dan organ tubuh; secara energi—aura dan

pikiran—secara sadar dan dibawah sadar (Hutasoit, 2002, p. 16).

Essential oil yang digunakan disini merupakan cairan hasil

sulingan dari berbagai jenis bunga, akar, pohon, biji, getah, daun dan

rempah-rempah yang memiliki khasiat untuk mengobati. Proses

penyulingan bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis dan tanamannya.

Proses penyulingan yang paling populer dewasa ini ialah dengan

menggunakan uap (Hutasoit, 2002, p. 25).

Proses penyulingan dimulai dengan menempatkan bagian dari

tanaman yang mengandung minyak dalam tong yang terbuat dari stainless

steel kemudian dipanaskan. Uap yang ada menumbulkan tekanan pada

tanaman tersebut, sehingga mengeluarkan essential oil dari sel-selnya.


31

Setelah didinginkan, cairan ini secara alam terpisahkan dari air. Residu air

yang tertinggal, biasanya digunakan untuk kebutuhan kosmetik yang

dikenal dengan sebutan “floral water” atau “air bunga” (Hutasoit, 2002, p.

27).

Menurut Poerwardi (2006, p. 3) beberapa minyak esensial yang

didapat dari tanaman:

Tabel 2.1 Jenis Minyak Esensial

Bagian Tumbuhan Jenis Minyak Essensial


Bunga Jasmine, Neroli, Rose dan Ylang-ylang
Daun Citronella, Lemongrass
Kulit Kayu Cinnamon
Kayu Cedarwood, Sandalwood, Rosewood
Akar Ginger, Vetiver
Seluruh Tanaman Geranium, Lavender, Rosemary, Spike Lavender
Kulit Buah Bergamot, Lemon, Lime, Bitter dan Sweet
Orange, Tangerine, Mandarin.

(Sumber: Poerwadi, 2006, p. 3)

3. Cara Kerja Essential Oil

Essential oil memiliki konsentrasi yang sangat tinggi. Setiap jenis

minyak dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan jenis minyak

lainnya, karena itu sebelum menggunakannya harus mengerti bagaimana

minyak ini bekerja dan cara terbaik menggunakannya agar mendapatkan

hasil yang diinginnkan.

Essential oil bekerja dalam berbagai cara. Jika dioleskan pada kulit,

minyak ini akan diserap dengan cepat melalui kantong rambut karena
32

strukturnya yang ringan. Kemudian tersebar ke seluruh tubuh. Setiap jenis

essential oil diserap dalam kurun waktu yang berbeda-beda, dari 20 menit

hingga 2 jam. Sehingga sangat dianjurkan untuk tidak langsung mencuci

tubuh setelah melakukan aromaterapi pijat. Tapi, hindari membalur

essential oil langsung pada kulit tubuh tanpa mencampurnya lebih dulu

dengan minyak dasar, karena konsentrasinya terlalu tinggi untuk digunakan

langsung pada kulit kecuali sari minyak lavender dan tea tree (Hutasoit,

2002, p. 28).

Essential oil dapat digunakan untuk terapi pijat. Essential oil harus

dicampur dengan minyak dasar yang disebut sebagai “carrier oil” atau

dikenal juga dengan “base oil”. Carrier oil ini tersedia di toko dengan label

“carrier oil”. Jenis carrier oil yang sering digunakan adalah minyak zaitun

(olive), minyak biji anggur (grape seed), almond, minyak bunga matahari

(sunflower), dan avokado.

Perlu dimengerti bahwa essential oil bukan untuk menyembuhkan

suatu penyakit. Sifatnya adalah merangsang proses daya penyembuhan

tubuh, sehingga meningkatkan daya tahan tubuh, keseimbangan jiwa dan

fisik.

4. Memilih Minyak Esensial

Menurut Hutasoit (2002, p. 31) minyak esensial terbagi dalam 3

kategori, kategori ini menentukan berapa lama aroma dari setiap minyak

murni bertahan:

a. Base note
33

Sari minyak dengan aroma paling tahan lama. Keharumannya bisa

bertahan hingga 1 minggu.

b. Middle note

Sari minyak dengan aroma yang hanya bertahan sekitar 2 hingga 3 hari.

c. Top note

Sari minyak dengan aroma paling tidak tahan lama. Keharumannya

hanya bertahan selama 24 jam saja.

Saat memilih essential oil pastikan yang 100% murni tanpa

tambahan pewangi. Pada setiap botol essential oil akan tertera ”pure

essential oil” bukan “fragnanced essential oil” atau “perfumed oil”.

Banyak sekali “perfumed oil” atau sari minyak yang bukan minyak

murni tersedia di toko. Minyak tersebut sama sekali tidak memiliki

kekuatan, kecuali baunya yang harum. Sebagai gambaran, jika label

pada botol sari minyak Ylang-Ylang tertulis “Ylang-Ylang aromatic”

atau “perfumed oil”, berarti minyak tersebut bukan essential oil. Tapi

jika terdapat tulisan “100% pure essential oil” beraarti produk tersebut

murni (Hutasoit, 2002, p. 32).

5. Aplikasi Minyak Esensial

a. Melalui indra penciuman

Cara paling sederhana adalah dengan mencium aroma dari

minyak esensial. Oleh sebab itu terapi ini disebut aroma – terapi. Untuk

dapat dicium, suatu objek harus bersifat mudah menguap atau dapat

larut dalam air (water soluble) ataupun larut dalam lemak (lipid –

soluble). Selaput plasma terbentuk dari lemak. Pada saat tercium, suatu
34

aroma melebur dalam lipid agar dapat tertangkap oleh rambut-rambut

penciuman (olfactory cilia). Pesan aroma tersebut lalu dikirim ke otak

yang akan meneruskan pesan ke thalamus untuk mengidentifikasikan

aroma. Setelah bau teridentifikasikan, maka bau diteruskan ke bagian

yang bernama hypothalamus untuk menjelaskan hal yang mengingatkan

pada aroma tersebut. Misalnya bau harum melati mengingatkan kita

akan bau kamar pengantin (Poerwadi, 2006, p. 16).

Menurut Hutasoit (2002, p. 55) beberapa bahan yang diperlukan

untuk memulai aromaterapi adalah:

1) Anglo pemanas (oil burner/vaporizer)

Oil burner yang ideal memiliki mangkuk yang terbuat dari keramik.

Gunanya, agar essentsial oil tidak meresap atau merembes keluar.

Nyalakan lilin yang berada dibawah mangkuk, isi mangkuk dengan

air, diamkan hingga panas. Setelah itu tuangkan 2-3 tetes essensial

oil ke dalam mangkuk yang berisi air hangat tadi.

2) Lilin pemanas kecil (tea candle)

Jenis lili yang baik ialah yang terbuat dari beeswax atau lilin tawon,

karena dapat bertahan hingga 8 jam.

3) Kotak kayu

Essential oil yang baik di kemas dalam botol kaca berwarna gelap

(cokelat, hijau atau biru tua), kemudian simpan essential oil

tersebut dalam kotak kayu. Hindari dari sinar matahari dan lembab

seperti kamar mandi.

b. Penyerapan melalui kulit


35

Pada saat membalurkan minyak esensial yang telah dicampur

dengan minyak dasar pada kulit, minyak tersebut akan diserap oleh

pori-pori dan diedarkan oleh pembuluh darah ke suluruh tubuh. Prosees

penyerapan ini terjadi sekitar 20 menit (Poerwadi, 2006, p. 18).

Menurut Hutasoit (2002, p. 37-40) beberapa cara yang dapat

dilakukan yaitu:

1) Kompres

Biasanya kompres dilakukan untuk menanggulangi pembengkakan,

mengurangi rasa sakit atau menurunkan suhu badan tinggi.

Tuangkan 5 tetes dari 3 jenis essential oil (jika ingin

dikombinasikan) ke dalam baskom yang berisikan air hangat atau

dingin, rendam handuk kecil, peras dan letakkan pada area yang

memerlukan.

2) Pijat

Cara yang satu ini sangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah

pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah dan merangsang tubuh

untuk mengeluarkan racun sera meningkatkan kesehatan pikiran.

Kombinasikan essential oil dengan carrier oil – 2:1 yaitu 2 tetes

essential oil ditambah 1 militer minyak pijat.

3) Baluran

Pilih essential oil yang telah di campur dengan carrier oil (minyak

dasar) lalu balurkan pada tubuh setelah mandi.

4) Berendam
36

Berendam dalam air hangat untuk mengendurkan otot yang tegang,

mengurangi rasa sakit, pegal dan dapat membantu agar tidur lebih

lelap. Tuangkan 2-3 tetes essential oil kedalam bak mandi.

5) Semprot

Campurkan kira-kira 90 ml air dengan 5 tetes dari 3 jenis essential

oil di dalam botol yang memiliki alat penyemprot. Semprotkan pada

tubuh sebagai penyegar.

6. Jenis Aromaterapi

a. Basil (Ocimum basilicum)

Rempah yang satu ini banyak digunakan dalam pengobatan

tradisional India yang dikenal dengan nama Ayurverda. Sarinya diambil

dari bagian bunga rempah. Dapat meningkatkan ketegasan, konsentrasi,

rasa percaya diri, perasaan bahagia, seimbang, kejernihan pikiran,

relaksasi, keyakinan dalam pengambilan keputusan. Selain itu dapat

mengurangi masalah pernapasan, rasa takut, depresi, kelelahan menta,

insomnia dan kegelisahan hysteria.

b. Ylang-Ylang (Canagium odaratum)

Bunganya berbagai warna tetapi, yang kuning memberikan

essential oil terbaik. Minyak murni ini memiliki efek menyeimbangkan

hormon. Sari minyaknya diambil dari bagian bunganya. Kegunaannya

dapat meningkatkan sensualitas, perasaan gembira, kehangatan, rasa

percaya diri, keterbukaan, relaksasi, rasa nyaman dan rasa tentram.

Dapat mengurangi depresi, kesulitan tidur, rasa tegang, stress saat

menstruasi, lemah seksual, perasaan frustasi, rasa labil dan rasa bersalah.
37

c. Tea-tree (Melaleuca alternifolis)

Essential oil ini sangat baik untuk menangani bau kaki dengan

cara dicampur dengan air hangat sebagai rendaman. Baik untuk

masalah kulit seperti bercak dan jerawat. Sari minyaknya diambil dari

bagian daun. Selain itu dapat meningkatkan keberanian, rasa percaya

diri, kesehatan mental dan energi. Dapat pula mengurangi masalah

pernapasan dan flu.

d. Geranium (Pelargonium graveolens)

Jenis tanaman satu ini sangat banyak. Bunganya beraneka warna.

Sari minyaknya didapat dari bunga rempah. Dapat meningkatkan

ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman, bahagia, rasa aman, rasa

percata diri, pemikiran yang logis. Dapat pula mengurangi masalah

menopause, stress, depresi, pengusir serangga, rasa cemas, emosional,

sering terjadinya perubahan sikap.

e. Lavender (Lanvandula officinalis)

Bunganya berwarna lembayung muda, memiliki aroma yang khas

dan lembut sehingga dapat membuat seseorang menjadi rileks ketika

menghirup aroma lavender. Tanaman lavender kini dibudidayakan di

berbagai penjuru dunia, sari minyaknya diambil dari bagian pucuk

bunga yang memililki komponen kimia utama yaitu linalil asetat dan

linalool (Hutasoit, 2002).

Minyak esensial lavender diserap oleh tubuh melalui dua cara yaitu

indra penciuman dan melalui kulit. Cara paling sederhana melalui indra

penciuman, oleh sebab itu terapi ini disebut aroma – terapi. Indra
38

penciuman dapat merangsang daya ingat yang bersifat emosional

dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma yang

sangat lembut dan menyenangkan dapat membangkitkan semangat

maupun perasaaan tenang dan santai (Poewardi, 2006).

Manfaat lavender dapat membantu keseimbangan fisik dan mental.

Aroma dan kelembutan minyak esensial dapat mengatasi keluhan fisik

dan psikis. Secara fisik dapat mengurangi nyeri dan secara psikis dapat

mengurangi ketegangan, rasa tertekan, stres dan emosi tidak seimbang

serta dapat meningkatkan ketenangan (Hutasoit, 2002).

Untuk dapat dicium, suatu objek harus bersifat mudah menguao

atau dapat larut dalam air (water souble) ataupun larut dalam lemak

(lipid- souble). Selaput plasma hidung terbentuk dari lemak (lipid).

Pada saat tercium, suatu aroma melebur dalam lipid agar dapat

tertangkap oleh rambut-rambut penciuman (olfactory cilis). Pesan

aroma tersebut lalu dikrim ke otak yang akan meneruskan pesan ke

thalamus untuk mengindentifikasikan aroma. Setelah bau teridentifikasi,

maka bau diteruskan ke bagian yang bernama hypothalamus untuk

menjelaskan halyang mengingatkan kita pada aroma tersebut (Poerwadi,

2006).

Penelitian Azima, dkk (2014) di Hospitals of Shiraz University of

Medical Science Shiraz, Iran terhadap 160 responden primipara

menyatakan bahwa aromaterapi mempengaruhi tubuh melalui tiga cara

yaitu efek farmakologis dari hormon dan enzim yang dapat

menyebabkan perubahan kimia dalam tubuh; efek psikologis, termasuk


39

efek relaksasi dan sedatif pada tubuh; dan dampak fisiologis akibat

respons otak terhadap penghirupan aroma. Studi yang dilakukan pada

masalah ini menunjukkan bahwa aroma lavender menekan sistem saraf

simpatik (Heuberger et al, 2004; Toda et al, 2008). Senyawa volatile

dapat masuk ke aliran darah melalui mukosa hidung atau paru-paru,

atau langsung menuju inti saraf penciuman dan melewati sistem limbic

yang dapat mempengaruhi sistem saraf simpatik (Toda and Morimoto,

2008).

Burns et al (2000) dalam Azima, dkk (2014) menyatakan bahwa

kecemasan mempengaruhi intensitas nyeri persalinan dan kecemasan

ibu saat persalinan merupakan faktor penting dalam tingkat keparahan

nyeri persalinan. Minyak aromaterapi mengurangi hormon stress dan

meningkatkan sekresi beta-endorfin, dengan demikian persepsi nyeri

persalinan berkurang. Hur dan Park (2003) menyatakan bahwa

aromaterapi lavender dapat mengurangi durasi nyeri persalinan.

D. Kerangka Teori

Faktor penyebab:
1. Iskemik miometrium
2. Penipisan dan Nyeri Persalinan Kala I Aromaterpi Lavender
Fase Aktif
pelebaran serviks
3. Janin menekan
persarafan di sekitar
40

Linalil asetat

Hypotalamus

Sekresi Endorfin

Nyeri berkurang

Bagan 2.1. Kerangka Teori


(Sumber: Bobak 2004; Prawirohardjo 2008; Maryunani 2010)

E. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antar variabel

yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010, p. 100).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan

variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang

mempengaruhi atau variabel bebas, sedangkan variabel dependen merupakan

variabel tidak bebas atau variabel terikat (Arikunto, 2010, p. 162)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah aromaterapi lavender,

sedangkan variabel dependen adalah nyeri persalinan Kala I. Secara skematis,

kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:


41

Variabel Independen Variabel Dependen

Aromaterapi Lavender Nyeri Persalinan Kala I

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap nyeri persalinan kala I di BPM

Kota Palembang Tahun 2018.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang

telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada

seluruh proses peneliti (Nursalam, 2015, p. 165).

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pre-Eksperimen

dengan model rancangan One-Group Pretest-Posttest Design, yaitu

mengungkapkan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek.

Kelompok subyek diobservasi dan diwawancara sebelum dilakukan intervensi,

kemudian diobservasi dan diwawancara lagi setelah intervensi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini telah dilakukan di BPM Lismarini, BPM Kustirah dan BPM

Vitri.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Mei 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

(obyek/subyek) yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

42
43

kesimpulanya (Sugiyono, 2016, p. 80). Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi penelitian adalah semua ibu bersalin di BPM Lismarini, BPM

Kustirah dan BPM Vitri.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2016, p. 81). Menurut Gay, Milis dan Airasian

(2009) untuk penelitian eksperimen dan komparatif diperlukan sampel

yaitu 30 responden. Pengambilan sampel dengan cara pengundian

sehingga didapatkan 10 sampel diambil di BPM Lismarini, 10 sampel di

ambil di BPM Vitri dan 10 sampel diambil di BPM Kustirah.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-

probability sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

purposive sampling yaitu sampel yang dipilih melalui penetapan kriteria

tertentu oleh peneliti (Swarjana, 2015, p. 105).

Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah ibu bersalin

sebanyak 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun yang menjadi

kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu Primipara

2. Kala I fase aktif ( pembukaan 4-10 cm)

3. Lama kontraksi (4x10’40’’)

4. Usia kehamilan aterm ( 37-42 minggu )

5. Ibu bersalin normal tanpa komplikasi yang menyertai

6. Bersedia menjadi responden


Sedangkan yang menjadi kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah: Pasien yang memilik riwayat penyakit komplikasi seperti

1. Asma

2. Hipertensi

3. Alergi terhadap minyak

D. Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012, p. 103).

1. Variabel Independen (Variable bebas)

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

timbulnya variabel lain (Sugiyono, 2016, p. 39). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel independen adalah aromaterapi lavender.

2. Variabel Dependen (Variabel terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016, p. 39). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel dependen adalah nyeri persalinan.


45

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

1. Aromaterapi Standar Observasi Sebelum Ordinal


lavender Terapi yang Operasional intervensi
menggunakan Prosedur
essential oil atau (SOP)
sari minyak Penggunaan
murni aroma aromaterapi
lavender.

2. Nyeri Perasaan tidak Visual Observasi 0 : tidak Rasio


persalinan nyaman yang Analoge dan nyeri
kala I dirasakan ibu Scale (VAS) wawancara 1-3 : nyeri
bersalin selama ringan
kala I fase aktif 4-6 : nyeri
sedang
7-9 : nyeri
berat
10 : nyeri
sangat berat

3. Aromaterapi Terapi yang Standar Observasi Setelah Ordinal


lavender menggunakan Operasional intervensi
essential oil atau Prosedur
sari minyak (SOP)
murni aroma Penggunaan
lavender. aromaterapi
F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Nursalam, 2013, p. 183). Pada penelitian ini terdapat dua instrumen yaitu

instrumen SOP penggunaan aromaterapi lavender dan lembar kuisoner.

Instrumen SOP penggunaan arumaterapi lavender digunakan untuk

memandu klien dalam melakukan kegiatan penelitian. Instrumen kuesioner

menggunakan lembar atau form yang berisi biodata pasien, tanggal masuk,

riwayat persalinan, hasil pemeriksaan dalam, keadaan kontraksi uterus dan

intensitas nyeri persalinan. Pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa

VAS (Visual Analoge Scale).

Adapun skala nyeri tersebut adalah sebagai berikut:

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan : rasa nyeri seperti gatal/terseentrum/melilit/perih

4-6 : nyeri sedang : rasa nyeri seperti kaku/tertekan/terbakar/tertusuk-tusuk

7-9 : nyeri berat : klien masih dapat mengontrol

10 : nyeri sangat berat : klien tidak dapat mengontrol

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukut mampu mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013, p. 46).

Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula

(Siregar, 2013, p. 55).


47

Pada penelitian ini menggunakan instrumen Visual Analoge Scale

(VAS) untuk mengukur intensitas nyeri persalinan. Penelitian Gaston-

Johanson dalam Azima, dkk (2014) di Hospitals of Shiraz University of

Medical Sciences Shiraz, Iran menyatakan VAS telah terbukti dapat

dipercaya dan valid untuk menilai nyeri persalinan.

H. Teknik dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Menurut Siregar (2013, p. 86) pengolahan data meliputi kegiatan sebagai

berikut:

a. Editing

Proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil

dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah

masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan.

b. Coding

Kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang

termasuk kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

bentuk angka untuk membedakan antara data atau identitas data yang

akan dianalisis.

Coding dalam penelitian ini dilakukan pada data karakteristik

responden sepetti usia (1=<20 tahun, 2=20-35 tahun, 3=>30 tahun),

pendidikan (1=SD, 2=SMP, 3=SMA, 4=PT), pekerjaan (1=bekerja,

2=tidak bekerja) dan pembukaan serviks (1=5 cm, 2=6 cm, 3=7 cm,

4=8 cm).
c. Tabulasi

Proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah diberi

kode dengan kebutuhan analisis. Pada penelitian ini untuk

mempermudah tabulasi data, digunakan program pengolahan data

SPSS.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis bivariat

Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk

terlebih dahulu untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak.

Setelah dilakukan uji normalitas, didapatkan data terdistribusi tidak

normal maka uji statistik dapat dilanjutkan dengan uji alternatif yaitu

dengan uji wilcoxon untuk mengetahui pengaruh tingkat nyeri

persalinan kala I sebelum dan setelah diberikan perlakuan.

I. Langkah-Langkah Penelitian

1. Tahap Persiapan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan/mengurus izin

penelitian dari institusi pendidikan berdasarkan pengantar yang ditujukan

pada Kepala Kesbang Politik, surat izin penelitian selanjutnya

disampaikan kepada institusi tempat penelitian dan melaporkannya

sebelum memulai kegiatan pengumpulan data di lapangan.


49

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan/observasi dan

wawancara kepada responden di lapangan.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap ini disajikan laporan sebagai tahap akhir penulisan ini.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 3 BPM kota Palembang, yaitu :

a. BPM Lismarini

1) Letak Wilayah

Bidan Praktik Mandiri (BPM) Lismarini yang terletak di Perumnas

Talang Kelapa Blok 7 Rt. 49 Rw 06 No: C 07/04 Kec Alang-Alang

Lebar Palembang.

2) Tenaga kerja

Adapun jumlah tenaga kerja BPM Lismarini Palembang tahun 2018

berjumlah 8 orang tenaga kerja.

3) Sarana dan Prasarana

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, BPM Lismarini

memiliki beberapa sarana dan prasarana yaitu ruangan ANC dan

pemerikasaan kesehatan, ruangan VK/bersalin, ruangan perawatan

ibu nifas dan bayi.

b. BPM Kustirah

1) Letak Wilayah

BPM Kustirah di bangun oleh bidan Kustirah selaku bidan pengelola

pada tahun 1981 berlokasi di Jl. KH Wahid Hasyim Lr . Berdikari Rt.

50
51

02 Rw. 01 Kel. 1 Ulu Kec. Seberang Ulu 1 Palembang, tepatnya

berada disamping rumah bidan Kustirah.

2) Tenaga Kerja

Bidan Kustirah selaku pimpinan BPM memiliki

3) Sarana dan Prasarana

BPM Kustirah memiliki 10 tempat tidur yang terdiri dari 1 tempat

tidur di ruang periksa, 1 tempat tidur di ruang bersalin, 3 tempat

tidur di ruang perawatan sehabis melahirkan, 2 tempat tidur bayi dan

3 tempat tidur pegawai.

c. BPM Vitri

1) Letak Wilayah

Bidan praktik mandiri Vitri Suzanti berdiri pada tahun 2013 yang

terletak di komplek multiwahana Jl. Batu Ceper Blok 19 nomor 4

Sako Palembang Sumater Selatan.

2) Tenaga Kerja

Bidan Vitri Suzanti selaku pemimpin BPM Vitri memiliki 3 orang

bidan pendamping.

3) Sarana dan prasarana

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, BPM Vitri

memiliki beberapa sarana dan prasarana yaitu ruangan ANC dan

berobat, ruangan VK, ruangan perawatan ibu nifas dan bayi, ruang

cuci bilas serta ruang tunggu.


52

2. Karakteristik Responden

Distribusi frekuensi karakterikstik responden berdasarkan usia,

pendidikan, pekerjaan dan pembukaan serviks dapat dilihat pada tabel 4.1

dibawah ini.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,
Pendidikan, Pekerjaan dan Pembukaan Serviks
di BPM Kota Palembang Tahun 2018

No Karaktreristik f %
1. Usia
<20 tahun 8 26,7
20-35 tahun 22 73,3
>35 tahun 0 0
Total 30 100
Pendidikan
2. SD 5 16,7
SMP 9 30
SMA 11 36,6
PT 5 16,7
Total 30 100
3. Pekerjaan
Bekerja 11 36,7
Tidak Bekerja 19 63,3
Total 30 100
4. Pembukaan Serviks
5 cm 4 23,3
6 cm 8 36,7
7 cm 11 26,7
8 cm 7 16,3
Total 30 100

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebagian besar

responden berusia 20-35 tahun sebanyak 22 responden (73,3%), pendidikan

terakhir yang ditempuh responden sebagian besar pada tingkat SMA

sebanyak 11 responden (36,7%), sebagian besar responden tidak bekerja

sebanyak 19 responden (63,3%) dan sebagian besar responden pada

pembukaan serviks 7 cm sebanyak 11 responden (36,7%).


53

3. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

presentase tingkat nyeri persalinan kala I sebelum dan setelah diberikan

aromaterapi lavender di BPM Kota Palembang tahun 2018.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Persalinan Kala I
Sebelum Diberikan Aromaterapi Lavender
di BPM Kota Palembang Tahun 2018

No Tingkat Nyeri Persalinan F %


1. Nyeri Ringan (1-3) 0 0
2. Nyeri Sedang (4-6) 11 36,7
3. Nyeri Berat (7-9) 19 63,3
Total 30 100

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden terdapat 19

responden (63,3%) mengalami nyeri berat dan 11 responden mengalami

nyeri sedang (36,7%).

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Persalinan Kala I
Setelah Diberikan Aromaterapi Lavender
di BPM Kota Palembang Tahun 2018

No Tingkat Nyeri Persalinan F %


1. Nyeri Ringan (1-3) 6 20
2. Nyeri Sedang (4-6) 20 66,7
3. Nyeri Berat (7-9) 4 13,3
Total 30 100

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 30 responden terdapat 20

responden (66,7%) mengalami nyeri sedang dan 4 responden mengalami

nyeri berat (13,3%).


54

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data terdistribusi normal

atau tidak dan menentukan uji statistik yang akan digunakan.

Tabel 4.4
Uji Normalitas Data dengan Shapiro-Wilk

Pre Post
Asympt. Sig (2-tailed) .008 .009

Dari tabel 4.4 dimana uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk

didapatkan nilai ρ sebelum ρ = 0.008 dan ρ setelah ρ = 0.009 ini berarti

ρ < 0,05 yang menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal, maka uji

statistik dapat dilanjutkan dengan uji alternatif yaitu dengan uji wilcoxon

untuk mengetahui pengaruh tingkat nyeri persalinan kala I sebelum dan

setelah diberikan perlakuan.

5. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel

yaitu apakah ada pengaruh tingkat nyeri persalinan kala I sebelum dan

setelah pemberian aromaterapi lavender dengan uji statistik. Uji statistik

yang digunakan yaitu uji wilcoxon dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
55

Tabel 4.5
Hasil Uji Wilcoxon Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Sebelum
dan Setelah diberikan Aromaterapi Lavender
di BPM Kota Palembang Tahun 2018

Tingkat Nyeri n Median ρ value


(Minimum-Maksimum)

Sebelum 30 7 (5-9) 0.000


Setelah 30 5 (3-8)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat nyeri setelah diberikan

perlakuan lebih rendah daripada tingkat nyeri sebelum diberikan perlakuan,

ditunjukkan dengan nilai median masing-masing 5 dan 7. Sebelum

diberikan perlakuan, tingkat nyeri paling tinggi adalah skor 9 (nyeri berat)

dan paling rendah adalah skor 5 (nyeri sedang). Sedangkan setelah diberikan

perlakuan, tingkat nyeri paling tinggi skor 8 (nyeri berat) dan paling rendah

skor 3 (nyeri ringan).

Uji Wilcoxon didapatkan ρ value 0,000 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan secara stastistik terdapat perbedaan yang bermakna tingkat

nyeri sebelum dan setelah diberikan aromateri lavender. Dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap nyeri persalinan kala I

di BPM Kota Palembang Tahun 2018.


56

B. Pembahasan

1. Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Sebelum diberikan Aromaterapi

Lavender

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahawa tingkat nyeri

persalinan kala I sebelum diberikan aromaterapi lavender adalah tingkat

nyeri berat dengan nilai median 7 (5-9).

Ibu primipara mengalami proses persalinan yang berbeda

dibandingkan multipara. Pada primipara proses pendataran serviks terjadi

terlebih dahulu dibandingkan dengan pembukaan, sehingga proses lebih

lama dibandingkan dengan multipara. Proses inilah yang akan

mengakibatkan kelelahan yang dapat berpengaruh pada peningkatan

persepsi nyeri (Yuliatun,2008).

Peningkatan nyeri terjadi karena rahim berkontraksi sebagai upaya

membuka serviks dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Kontraksi

uterus menyebabkan iskemia korpus uteri karena pembuluh darah tertekan

dan peregangan serviks yang menyebabkan rasa nyeri (Maryunani, 2010).

Kontraksi uterus juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari ibu

bersalin. Ibu yang bekerja memiliki waktu istirahat lebih sedikit

dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Pekerjaan yang berat

mengakibatkan kelelahan yang dapat mempengaruhi terhadap persepsi

nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu dalam mengontrol

nyeri persalinan. Pada penelitian ini sebagian kecil ibu yang bekerja

sebanyak 11 responden (36,7%) dan tidak ada perbedaan yang jauh

berbeda karena beberapa bulan sebelum persalinan, ibu mendapat cuti


57

kerja sehingga kelelahan yang dapat meningkatkan sensasi nyeri akibat

pekerjaan yang berlebihan tidak terjadi menjelang persalinan, sehingga

dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tidak mempengaruhi persepsi nyeri

persalinan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Karlina,

dkk (2014) di BPM Fetty Fathiyah Kota Mataram yang menyimpulkan

tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan intensitas

nyeri persalinan.

Nyeri persalinan merupakan keadaan fisiologis yang dialami oleh

setiap ibu bersalin. Semakin bertambahnya pembukaan serviks maka nyeri

persalinan yang dirasakan ibu bersalin akan bertambah kuat dan lama. Hal

ini disebabkan oleh anoksia miometrium dimana terjadi kontraksi otot

selama periode anoksia relatif menyebabkan rasa nyeri. Jika relaksasi

uterus antara saat-saat tejadi kontraksi tidak cukup untuk memungkinkan

oksigenasi yang adekuat, maka beratnya rasa nyeri semakin bertambah.

Persalinan tanpa nyeri adalah kejadian yang berbahaya seperti halnya

silent coronary thrombosis (Harry & William, 2003).

2. Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Setelah diberikan Aromaterapi

Lavender

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat nyeri persalinan kala

I setelah diberikan aromaterapi lavender adalah nyeri sedang dengan nilai

median 5 (3-8). Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi pengurangan

tingkat nyeri persalinan kala I setelah diberikan aromaterapi lavender.


58

Aromaterapi merupakan tanaman terapeutik yang mengandung

minyak esensial untuk mengatasi keluhan fisik dan psikologis ibu bersalin.

Secara fisik baik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan

secara psikologis dapat merilekskan pikiran, menurunkan ketegangan dan

kecemasan serta memberikan ketenangan (Hutasoit, 2002).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Azima, dkk (2014) di

Hospitals of Shiraz University of Medical Science Shiraz, menyebutkan

ibu bersalin yang diberi aromaterapi lavender secara inhalasi mengalami

penurunan nyeri persalinan pada 30 menit dan 60 menit setelah dua kali

intervensi. Pada penelitian ini aromaterapi lavender diberikan pada 30

menit pertama setelah intervensi.

Minyak esensial diserap oleh tubuh melalui dua cara yaitu indra

penciuman dan melalui kulit. Cara paling sederhana adalah melalui indra

penciuman, oleh sebab itu terapi ini disebut aroma – terapi. Indra

penciuman dapat merangsang daya ingat yang bersifat emosional dengan

memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma yang sangan lembut

dan menyenangkan dapat membangkitkan semangat maupun perasaan

tenang dan santai (Poewardi, 2006).

3. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri Persalinan Kala I

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadi

pengurangan tingkat nyeri persalinan setelah diberikan aromatrapi

lavender dari tingkat nyeri berat menjadi nyeri sedang dengan selisih nilai
59

median sebesar 2. Terdapat perbedaan rata-rata tingkat nyeri sebelum dan

setelah diberikan aromaterapi lavender.

Hasil uji stastik dengan menggunakan uji wilcoxon setelah diberikan

aromaterapi lavender diperoleh nilai ρ value 0,000 lebih kecil dari α 0,05

dengan demikian aromaterapi lavender berpengaruh mengurangi tingkat

nyeri persalinan kala I.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat nyeri persalinan

kala I setelah diberikan aromaterapi lavender lebih rendah apabila

dibandingkan sebelum diberikan aromaterapi lavender, hal ini terjadi

karena terapi menggunakan minyak esensial lavender dapat

membangkitkan semangat dan menyegarkan.

Aromaterapi mempunyai beberapa molekul yang dilepaskan ke

udara sebagai uap air. Untuk dapat dicium, suatu objek harus bersifat

mudah menguap atau larut dalam air atau larut dalam lemak. Selaput

plasma pada hidung terbentuk dari lemak (lipid). Ketika uap air yang

mengandung komponen kimia tersebut dihirup, suatu aroma melebur

dalam lipid agar dapat tertangkap oleh rambut penciuman (olfactory cilia).

Minyak esensial lavender sangat efektif dan bermanfaat saat dihirup atau

digunakan pada bagian luar, karena indra penciuman berhubungan dekat

dengan emosi manusia. Saat aroma dari minyak esensial lavender dihirup,

tubuh akan memberikan respon psikologis (Poewardi, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Poongodi, V

(2015) di Rumah Sakir Kolar Distrik Karnataka India terhadap 30

responden yang diberikan aromaterapi lavender mengalami penurunan


60

sebesar 0,58, sedangkan 30 responden pada kelompok kontrol (kelompok

yang tidak diberikan perlakuan) sebesar 3,15. Arometerapi tidak hanya

memiliki khasiat fisik tetapi juga dapat memberikan rasa tenang, simpatis

dan cinta.

Kandungan linalil dan linalol pada minyak esensial lavender akan

ditangkap oleh rambut penciuman (olfactory cilia) yang bercabang

menjadi dua yaitu sisi lateral dan medial. Pada sisi lateral, traktus ini

bersinap pada neuron ketiga di amigdala, girus semilunaris, dan girus

ambiens yang merupakan bagian dari limbik. Jalur sisi medial juga

berakhir pada sistem limbik. Limbik merupakan bagian dari otak yang

berbentuk seperti hruf C sebagai tempat pusat memori, suasana hati dan

intelektualitas berada (Hutasoit, 2002).

Bagian dari limbik yaitu amigdala yang bertanggung jawab atas

respon emosi seseorang terhadap aroma. Hipocampus bertanggung jawab

atas memori dan pengenalan terhadap bau juga tempah bahan kimia pada

aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan memori seseorang

terhadap pengenalan bau-bauan. Oleh karena itu, bau yang menyenangkan

akan menciptakan perasaan tenang dan senang sehingga dapat mengurangi

kecemasan. Setelah ke limbik, aromaterapi menstimulasi pengeluaran

enkefalin atau endorfin pada kelenjar hipotalamus, PAG dan medula

rostral ventromedial. Enkefalin merangsang daerah di otak yang disebut

raphe nucleus untuk mensekresi serotonin sehingga menimbulkan efek

rileks, tenang dan menurunkan kecemasan. Serotonin juga bekerja sebagai

neuromodulator untuk menghambat informasi nosiseptif dalam medula


61

spinalis. Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahana dengan cara

menempati resptor di kornu dorsalis sehingga menghambat pelepasan

substansi P. Penghambatan substansi P akan membuat impuls nyeri tidak

dapat melalui neuron proyeksi, sehingga tidak dapat diteruskan pada

proses yang lebih tinggi di kortek somatosensoris dan trasisional ( Baehr &

Frotscher, 2014).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rasa nyeri dapat

dipengaruhi oleh keadaan fisiologis pada saat uterus berkontraksi dan

persepsi nyeri yang dirasakan seseorang merupakan respon seseorang

terhadap nyeri seperti ketakutan, kecemasan, dan gelisah. Nyeri persalinan

dapat diatasi dengan menggunakan aromaterapi lavender. Ibu bersalin

yang mendapatkan terapi minyak esensial lavender akan merasa lebih

rileks, nyaman dan tenang.

4. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang peneliti alami dalam melakukan penelitian ini

antara lain aromaterapi lavender merupakan ilmu baru bagi responden

sehingga peneliti harus melakukan pendekatan dan menjelaskan dengan

sebaik mungkin sehingga responden paham akan manfaat aromaterapi

lavender serta bersedia menjadi responden tanpa paksaan.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat nyeri persalinan kala I sebelum diberikan aromaterapi lavender

adalah nyeri berat.

2. Tingkat nyeri persalinan kala I setelah diberikan aromaterapi lavender

adalah nyeri sedang.

3. Terdapat pengaruh aromaterpi lavender terhadap nyeri persalinan kala I

dengan ρ value 0,000 (ρ<0,05). p

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif non-

farmakologi untuk mengurangi nyeri persalinan dan diaplikasikan dalam

pelayanan kebidanan maternitas.

2. Bagi Institusi pendidikan

Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis dan menambah

literatur perpustakaan dalam pendidikan kebidanan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi penelitian selanjutnya untuk menggunakan media berbahan

kain atau flanel sehingga minyak essensial dapat bertahan lama.

62

Anda mungkin juga menyukai