Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Metode dan Teknik Alamiah dalam Asuhan Postnatal

Mata Kuliah : Teknologi Tepat Guna

Dosen Pengampu: Nessi Meilan, SST., M.Kes

Kelas 3A kelompok 3

Disusun oleh :

Huwaida Zalfa Putri Alifah P3.73.24.2.19.016

Luthfiane Najla Prastowo P3.73.24.2.19.020

Nabila Azzaetuna Syahwali P3.73.24.2.19.021

Putri Asih P3.73.24.2.19.025

Ranita Dwi Purnama P3.73.24.2.19.029

Shafa Khairunnisa Azzahrah P3.73.24.2.19.033

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “Metode dan Teknik Alamiah dalam Asuhan Postnatal”. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Teknologi Tepat
Guna di Politeknik Negeri Kesehatan Kemenkes Jakarta 3.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingatkan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Bekasi, 19 Agustus 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3

A. Relaktasi dan Iduksi Laktasi..........................................................................................3

B. Masase Pada Masa Laktasi.......................................................................................... 12

C. Spa Nifas..................................................................................................................... 20

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 27

A. Kesimpulan................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas dan menyusui merupakan komponen dalam daur hidup siklus
reproduksi seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi dan memberikan asuhan yang aman dan efektif, memberikan
pendidikan kesehatan dan konseling serta melakukan penatalaksanaan asuhan
kebidanan. Peran bidan dalam memberikan kontribusi asuhan kebidanan yang
sensitif, aman dan efektif bagi ibu merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan.
Melahirkan merupakan peristiwa dramatis yang mengubah kehidupan seorang
ibu. Peristiwa ini berlanjut hingga postpartum atau masa nifas dan menyusui.
Keluarga yang ada di sekitar ibu dan mereka yang terlibat dalam setiap aspek
periode kehamilan, persalinan, kelahiran, dan postnatal memberi pengaruh positif
terhadap bagaimana persepsi terhadap peristiwa tersebut.

Namun selepas dari itu kita semua sebagai bidan harus mempunyai cara atau
metode lain dalam memberikan dampak yang positif kepada ibu setelah
melahirkan (Postnatal). Salah satunya adalah dengan melakukan metode dan
teknik alamiah dalam asuhan postnatal. Ini dilakukan agar para ibu dapat rileks
setelah melahirkan dan diharapkan tidak ada gangguan pasca persalinan. Bidan
harus menguasai Teknik dan metode ini dengan begitu bidan lebih kompeten
dalam situasi apapun dan dimanapun.

Metode dan Teknik yang digunakan dalam asuhan postnatal juga beragam.
Metode alamiah salah satunya. Metode ini digunakan karena tidak banyak alat
untuk melakukannya. Contohnya dalam melakukan relaktasi dan induksi laktasi,
melakukan masase pada masa laktasi, spa nifas, dan lain lain. Didalamnya juga
terdapat banyak Teknik yang harus dipelajari oleh kita sebagai mahasisswa
kebidanan. Maka dari itu dibuatlah makalah ini untuk mempelajari metode dan
tenik tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara melakukan relaktasi dan induksi laktasi yang benar?

1
2. Bagaimana cara melakukan masase pada masa laktasi yang benar?

3. Bagaimana cara melakukan spa nifas yang benar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara melakukan relaktasi dan induksi laktasi

2. Untuk mengetahui cara melakukan masase pada masa laktasi

3. Untuk mengetahui cara melakukan spa nifas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Relaktasi dan Induksi Laktasi

Relaktasi adalah usaha untuk mengembalikan bayi menyusu kembali ke


payudara, setelah sebelumnya bayi pernah menyusu lalu berhenti dan ibu yang
sebelumnya menyusui berhenti menyusui. Proses relaktasi tidak mudah, ibu yang
ingin melakukan relaktasi karena ingin mendapatkan keuntungan emosional
(bonding) dengan bayinya akan lebih sukses dibandingkan ibu yang fokus
meningkatkan produksi ASI. Dalam beberapa survey, 75% ibu mengatakan
relaktasi memberikan hasil yang positif.

Induksi laktasi adalah metode untuk merangsang produksi ASI pada wanita yang
tidak mengalami kehamilan. Dengan metode ini, seorang ibu yang mengadopsi
bayi memiliki kesempatan untuk menyusui buah hatinya.

Bayi menyusu pada ibu merupakan aktivitasnya dalam memenuhi kebutuhan


dasar sebagai manusia, yaitu asah,asih, dan asuh. Dengan menyusu pada ibu, ia
akan mendapat pemenuhan kebutuhan asah, yaitu stimulasi untuk perkembangan
emosionalnya dalam berinteraksi dengan sesama, dalam hal ini terutama dengan
ibunya. Jalinan kasih sayang akan terbangun antara bayi dan ibu sebagai
manifestasi pemenuhan kebutuhan asih, dan zat-zat gizi yang terkandung dalam
air susu ibu akan dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya sebagai pemenuhan
kebutuhan asuh.

Kegiatan menyusui bagi ibu adalah salah satu aktivitas yang dapat memberi
kepuasan lahir batin ibu, tetapi saat ia menyusui anaknya banyak sekali kendala
yang akan ditemui seperti minimnya pengetahuan ibu dan ayah mengenai laktasi,
tekanan dari keluarga dan sebagainya yang berakibat berkurangnya produksi air
susu ibu, sehingga ibu gagal menyusui. Jika ibu tersebut memutuskan kembali
menyusui anaknya setelah berhenti menyusui, tanpa melihat berapa lama laktasi
terhenti, hal ini disebut dengan relaktasi atau kembali menyusui. Timbulnya
keinginan ibu untuk kembali menyusui sering kali juga didasari karena pemberian
susu formula yang tidak cocok, bayinya sakit bahkan sampai menjalani perawatan

3
di RS ataupun keinginan karena melihat teman yang berhasil menyusui bayinya
secara eksklusif. Bahkan pada situasi bencana melanda, relaktasi merupakan
salah satu hal yang perlu mendapat dukungan dari semua instansi terkait dalam
penanggulangan bencana.

Tidak semua wanita beruntung dapat hamil, melahirkan dan menyusui bayi.
Berbagai macam hal dilakukan untuk mengatasi kegagalan dalam memiliki anak
antara lain dengan adopsi anak yang akhirnya akan menimbulkan keinginan ibu
untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar anak adopsinya, yaitu dengan
menyusuinya. Hal ini kita kenal dengan istilah induksi laktasi.

Tentunya relaktasi dan induksi laktasi perlu kita dukung, bukan hanya dengan
dukungan moril tetapi juga memberikan pengetahuan laktasi yang memadai.
Makalah ini akan membicarakan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
relaktasi dan induksi laktasi yang sekarang semakin menjadi tren di kalangan
masyarakat.

1. Fisiologi laktasi yang terjadi pada relaktasi dan induksi laktasi

Telah kita ketahui proses laktasi akan melibatkan unsur hormonal di dalam
tubuh manusia. Setelah memasuki usia kehamilan 16 minggu, wanita hamil
tersebut sudah mulai memproduksi ASI, tetapi produksi ASI tidak berlanjut
karena tertahan oleh kehamilannya. Ketika bayi lahir dan plasenta keluar,
hormon yang mempengaruhi proses pembentukan ASI akan menjadi aktif,
apalagi bila tindakan inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan.

Hisapan bayi akan mengirim sinyal ke otak ibu untuk mempengaruhi bagian
otak yang disebut hipofisis. Hipofisis bagian depan akan mengeluarkan
hormon prolaktin yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan
refleks prolaktin yang berperan dalam produksi ASI. Hipofisis bagian
belakang akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke dalam
aliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin untuk kontraksi otot yang
ada di sekeliling saluran ASI, sehingga ASI yang sudah diproduksi akan
dapat dikeluarkan.

Kelelahan maupun masalah-masalah psikologis pada ibu dapat menghambat


kerja oksitosin seperti:

4
a. Kekhawatiran ibu bahwa ia tidak mampu menyusui atau merawat bayi

b. Khawatir mengenai pekerjaannya

c. Perselisihan dengan pasangan ataupun anggota keluarga yang lain.

Sebaliknya rasa bahagia menjadi seorang ibu, senang dapat berdekatan


dengan bayi, senang mengetahui suami ikut berpartisipasi dalam pengasuhan
anak dan hal lain yang menyenangkan ibu akan memicu pengeluaran
oksitosin.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa hal yang utama untuk proses
laktasi adalah stimulasi pada payudara, baik itu oleh hisapan bayi ataupun
kegiatan memerah ASI, baik secara manual ataupun dengan bantuan alat.
Jadi walaupun seorang wanita tidak mampu untuk hamil dan melahirkan, ia
akan dapat memproduksi ASI karena ASI tidak diproduksi dari hormon yang
berhubungan dengan proses reproduksi melainkan dari bagian otak yang
bernama hipofisis.

Hisapan bayi merupakan hal yang terbaik untuk stimulasi payudara dalam
memproduksi dan mengeluarkan ASI. Untuk dapat mengeluarkan ASI secara
efektif, bayi harus dapat melekat dengan baik pada payudara. Bayi yang
melekat dengan baik akan membuka mulut dengan lebar, dagu bayi akan
menempel pada payudara ibu, sebagian besar areola terutama areola bagian
bawah masuk ke dalam mulut bayi. Bibir bawah bayi tampak terpuntir
keluar, bayi menghisap kuat dengan irama perlahan dan ibu merasa nyaman,
tidak merasa perih pada puting payudaranya.

Pada bayi baru lahir pelekatan yang benar tergantung dari posisi bayi
menyusu pada ibu. Posisi bayi menempel menghadap ibu, satu tangan bayi
terletak di belakang badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus. Kepala bayi terletak pada lengkung siku, menghadap payudara
dan puting berada di depan muka bayi. Sangga bokong bayi dengan telapak
tangan ibu, bila diperlukan gunakan bantal untuk menyangga tangan ibu.
Bayi yang lebih besar, seringkali sudah memiliki posisi menyusu yang
nyaman baik untuk bayi maupun ibunya.

5
Waktu yang dibutuhkan untuk ASI mulai berproduksi sangat bervariasi
antara wanita, umumnya produksi ASI muncul setelah 1-6 minggu kemudian,
rata-rata dalam 4 minggu. Beberapa wanita tidak pernah dapat memproduksi
ASI dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan laktasi ataupun untuk
mempertahankan pemberian ASI eksklusif, tetapi beberapa wanita mampu
dalam beberapa hari mencapai jumlah yang cukup. Dalam penelitiannya
Seema dkk. melaporkan keluarnya ASI antara 2-6 hari, dimana relaktasi
sebagian tercapai dalam 4-28 hari dan relaktasi penuh tercapai antara 7-60
hari.

Kandungan ASI pada wanita yang melakukan relaktasi ataupun induksi


laktasi tidak berbeda dibandingkan dengan wanita yang menyusui sejak
kelahiran bayinya. Kleinman dkk. menemukan bahwa kolostrum tidak pernah
diproduksi oleh wanita yang tidak pernah hamil, walaupun demikian jumlah
total protein dan imunoglobulin adalah sama pada hari ke-5.

2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan relaktasi dan induksi laktasi

Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan relaktasi dan


induksi laktasi, yaitu:

a. Hal yang berhubungan dengan bayi

Keberhasilan terletak pada hisapan bayi yang dipengaruhi oleh:

1) Keinginan bayi untuk menyusu. Keberhasilan relaktasi dan induksi


laktasi akan terjadi bila bayi segera menyusu saat didekatkan pada
payudara. Pada awalnya bayi memerlukan bantuan untuk dapat
melekat dengan benar pada payudara. Salah satu penelitian relaktasi
menemukan bahwa 74% bayi menolak untuk segera menyusu pada
awal laktasi yang disebabkan karena bayi kesulitan melekat pada
payudara dan memerlukan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih
untuk mengatasinya. Penolakan pada awal laktasi bukan berarti bayi
akan selalu menolak menyusu pada ibu, diperlukan kesabaran ibu
untuk menghadapi hal ini.

2) Usia bayi. Akan lebih mudah melakukan relaktasi ataupun induksi


laktasi pada bayi baru lahir sampai bayi berusia kurang dari 8

6
minggu. Walaupun demikian Thorley melaporkan keberhasilan
relaktasi pada ibu-ibu dengan anak berusia lebih dari 12 bulan.

3) Lamanya waktu laktasi terhenti (breastfeeding gap). Umumnya


relaktasi akan lebih mudah bila waktu terhentinya laktasi belum
lama, tetapi Thorley melaporkan keberhasilan relaktasi pada anak
berusia lebih dari 12 bulan yang sudah lama terhenti laktasinya.

4) Pengalaman makan bayi selama terhentinya laktasi. Seema


melaporkan kesulitan mengajari bayi untuk menyusu bila bayi
tersebut sudah terbiasa menggunakan botol susu. Penelitian Lang
dkk. menemukan bayi dengan berat lahir rendah yang diberikan
minum dengan cangkir pada fase transisi perubahan pemberian
minum, akan lebih mudah menyusu pada ibu dibandingkan mereka
yang mendapat minum dengan menggunakan botol susu.

5) Sudah mendapat makanan pendamping. Relaktasi dan induksi


laktasi akan sulit dilakukan pada bayi yang sudah mendapat
makanan pendamping. Dianjurkan untuk tidak mengenalkan
makanan pendamping sebelum bayi berusia 6 bulan, kecuali saat
bayi sudah berusia 4-5 bulan tidak mengalami kenaikan berat badan
sesuai dengan umur dan jenis kelamin bayi.

b. Hal yang berhubungan dengan ibu

Faktor tersebut adalah:

1) Motivasi ibu. Ibu mempunyai motivasi yang kuat karena mengetahui


laktasi sangat penting dalam mendukung kesehatan bayi. Di Papua,
ibu termotivasi untuk melakukan relaktasi ketika mengetahui
bahayanya penggunaan susu formula. Keinginan ibu untuk
mengeratkan hubungan batin dengan anak adopsinya juga menjadi
salah satu dasar induksi laktasi.

2) Lamanya waktu dari berhentinya laktasi (lactation gap). Umumnya


makin pendek waktu terhentinya laktasi, makin mudah ibu untuk
melakukan relaktasi, namun Agarwal dan Jain melaporkan

7
keberhasilan relaktasi dalam 2 minggu walaupun laktasi sudah
terhenti selama 14 minggu.

3) Kondisi payudara ibu. Adanya infeksi atau luka pada payudara


maupun bentuk puting yang terbenam menjadikan alasan ibu
menghentikan laktasi. Setelah infeksi teratasi dan ibu mendapat
bimbingan laktasi, motivasi ibu muncul untuk menyusui anaknya
kembali.

4) Kemampuan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya dan dukungan


dari keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan. Ibu melihat bayi
memiliki minat untuk menyusu, rasa kasih sayang antara ibu dan
bayi terjalin sehingga ibu tergerak untuk memberikan air susunya
kepada bayi. Tentunya bagi ibu bekerja apabila hal ini mendapat
dukungan dari tempatnya bekerja, relaktasi ataupun induksi laktasi
akan berhasil dilakukan.

5) Pengalaman laktasi sebelumnya. Ibu yang memiliki pengalaman


laktasi sebelumnya tidak terlalu mempengaruhi kemampuan
relaktasinya. Nemba menemukan 11 dari 12 ibu yang belum pernah
menyusui mampu melakukan laktasi dalam 5-13 hari setelah
mengikuti protokol induksi laktasi. Seema melaporkan tidak
terdapat perbedaan keberhasilan relaktasi antar ibu yang baru
memiliki anak satu dibandingkan dengan ibu yang sudah memiliki
anak lebih dari satu orang.

3. Tips-tips untuk melakukan relaktasi

a. Evaluasi kembali apa yang menjadi motivasi ibu untuk melakukan


relaktasi. Siapkan mental ibu dan cari dukungan terutama dari keluarga
terdekat (suami, orangtua atau teman dekat). Dibutuhkan kesabaran yang
tinggi karena seringkali memerlukan waktu yang lama sehingga ibu
merasa putus asa dan membutuhkan dukungan.

b. Berkunjung ke klinik laktasi untuk bertemu dengan konsultan laktasi.


Dibutuhkan arahan dan dukungan dari konsultan laktasi mengenai tehnik
dan posisi menyusui yang baik dan benar.

8
c. Sangat dianjurkan untuk sering melakukan kontak kulit dengan bayi
(skin-to-skin contact) pada saat bayi tidak menyusu antara lain dengan
melakukan metode kanguru, dimana bayi selalu berada di dada ibu.
Tidurlah bersama bayi pada siang maupun malam hari, dekap dan
gendonglah bayi sesering mungkin. Sebisa mungkin seluruh pekerjaan
yang berkaitan dengan bayi dapat dikerjakan oleh ibu sendiri, baik
memandikan bayi, mengganti popok, ataupun mengajak bayi bermain.

d. Bila bayi mau menyusu : Susuilah bayi sesering mungkin setiap 1- jam,
paling tidak 8-12 kali dalam 24 jam.

1) Gunakan ke-2 payudara, minimal 10-15 menit pada setiap payudara


pada satu kesempatan menyusui.

2) Pastikan posisi dan pelekatan bayi pada payudara adalah baik.

3) Monitor asupan bayi cukup atau tidak dengan memantau buang air
kecil bayi, minimal 6 kali atau lebih dalam sehari.

4) Jangan mengunakan botol susu ataupun dot bayi. Metode finger


feding (memasukkan jari tangan ibu yang bersih sampai menyentuh
langit-langit mulut bayi) bisa digunakan untuk meningkatkan refleks
menghisap bayi

5) Pada awal kegiatan dibutuhkan suplemen, baik ASI donor ataupun


susu formula, dengan menggunakan alat bantu berupa pemakaian
pipa nasogastrik yang dihubungkan ke cangkir atau semprit, dimana
sisi yang satu lagi di tempelkan pada payudara. Ibu dapat
mengontrol pengaliran cairan dengan menaikkan atau merendahkan
cangkir atau semprit saat bayi menyusu pada payudara ibu. Metode
drip drop dengan menggunakan cangkir berisi suplemen atau dengan
semprit yang diteteskan di payudara saat bayi menyusu merupakan
salah satu metode yang sering digunakan, demikian pula dengan alat
bantu laktasi lain seperti Lact-Aid Nursing Trainer System® (Lact-
id International) Supplemental Nursing System® (Medela) juga
dapat digunakan.

e. Bila bayi tidak mau menyusu:

9
1) Pastikan bayi dalam keadaan sehat

2) Tingkatkan kontak kulit dengan bayi, mungkin dengan mengunakan


metode kanguru.

3) Lakukan pemijatan payudara lalu perah ASI selama 20-30 menit, 8-


12 x/hari.

4) Lebih sering memberikan payudara pada bayi walaupun bayi tidak


mau menyusu dan gunakan alat bantu untuk memberikan suplemen,
baik ASI donor ataupun susu formula.

5) Jangan menggunakan botol susu ataupun dot bayi

f. Monitor asupan bayi dengan memantau urin bayi, minimal 6 kali atau
lebih dalam sehari

g. Lakukan laktasi pada saat ibu dan bayi dalam keadaan tenang dan rileks.
Jangan memaksa bayi untuk menyusu. Jika bayi menolak menyusu
tentunya hal ini akan mengganggu proses relaktasi. Tunda hingga
kondisi nyaman untuk ibu dan bayi.

h. Tingkatkan konsumsi makanan ibu dengan diet yang sehat dan


seimbang.

i. Penggunaan obat-obatan yang dapat membantu stimulasi produksi ASI


(lactogogues/galactogogue) mungkin diperlukan bagi mereka yang tidak
berhasil melakukan relaktasi ataupun induksi dengan panduan tersebut di
atas.

j. Monitoring asupan bayi: Timbanglah bayi setiap minggu, minimal


kenaikkan berat badan bayi berusia kurang dari 9 bulan adalah 125
gram/minggu atau 500 gram/bulan.

1) Monitor urin dan feses bayi. Frekuensi urin 6 kali atau lebih dalam
sehari, tidak pekat ataupun bau. Dalam 4 minggu pertama, bayi
mengeluarkan feses lembik cenderung cair warna kuning
kecoklatan, beberapa kali dalam sehari. Selanjutnya frekuensi buang
air besar akan berkurang sekali sehari sampai 7-10 hari sekali.

10
Konsistensi dan warna feses akan berubah bila bayi telah mendapat
makanan pendamping ASI.

2) Bayi yang bangun setiap 2-3 jam, menyusu dengan lahap dan
terlihat aktif berinteraksi sosial sesuai dengan usianya, dapat
menjadi panduan akan kecukupan asupan yang diterimanya.

k. Jumlah suplemen yang dibutuhkan bayi dan pengurangan suplemen saat


relaktasi atau induksi laktasi dilakukan

1) Timbanglah bayi dan berilah suplemen yang direkomendasikan (ASI


donor atau susu formula) 150 ml/kg BB/hari dengan alat bantu

2) Bila produksi ASI meningkat, kurangi sebanyak 50 ml setiap


beberapa hari dengan memantau berat badan bayi tiap minggu sesuai
penjelasan di atas. Pengurangan dilakukan pada jumlah suplemen
bukan pada kekentalannya Pengurangan sejumlah 50 ml tersebut
dapat dilakukan diantara beberapa kesempatan, misalnya kurangi
pada 2 kali kesempatan menyusu dengan 25 ml perkali atau kurangi
5 kali kesempatan menyusu dengan 10 ml perkali.

3) Lanjutkan jumlah yang ada setelah pengurangan tersebut untuk


beberapa hari.

4) Bila bayi menunjukkan asupannya cukup(urin 6 kali atau lebih,


tidak pekat atau bau, dan penambahan berat badan 125 gram atau
lebih) kurangi lagi jumlah suplemen yang diberikan.

5) Bila bayi menunjukkan asupan kurang, pertahankan jumlah yang


ada dalam 1 minggu lagi.

6) Bila bayi tetap menunjukkan asupan yang kurang tambahkan lagi 50


ml dari jumlah suplemen terakhir yang telah diberikan

4. Tips-tips untuk melakukan induksi laktasi

a. Selain-hal tersebut di atas yang telah dijelaskan, wanita yang akan


mengadopsi bayi disarankan untuk memijat payudara dan memerah
setiap 3 jam dan sekali pada malam hari selama 10-15 menit setiap kali
dalam 3-6 bulan sebelum bayi datang. Berbeda dengan wanita yang

11
hamil dan melahirkan, ibu yang akan mengadopsi anak dan belum
pernah hamil, tidak memiliki kesempatan mengalami 9 bulan perubahan
hormonal tubuhnya dalam menyiapkan diri untuk laktasi, sehingga
hisapan bayi ataupun pemerahan payudara sangat diperlukan untuk
kesiapan melakukan dan mempertahankan laktasi. Sering kali obat obat
yang mengandung hormal diperlukan untuk mengatasinya.

b. Pemerahan ASI dengan menggunakan 2 pompa listrik pada ke-2


payudara pada satu kesempatan sangat dianjurkan.

c. Kesehatan dan kesejahteraan bayi adalah yang diutamakan. Pertumbuhan


dan perkembangan bayi sesuai usia dan jenis kelamin harus dipantau
secara teratur. Kunjungan teratur ke dokter anak harus dilakukan untuk
pemantauan ini.

d. Frekuensi dan lama menyusu bayi serta usia mulai diberikan makanan
pendamping bayi adalah sama seperti bayi yang lain.

e. Karena ibu yang mengadopsi bayi kemungkinan tidak dapat,


memproduksi cukup ASI, dukungan dan pendampingan ibu sangat
dibutuhkan untuk keberhasilan induksi laktasi. Anjurkan ibu untuk
menemui kelompok pendukung ASI yang ada di daerah tempat tinggal
ibu.

B. Masase Pada Masa Laktasi

1. Perawatan Payudara

a. Pengertian

Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara
yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara
dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan
dilakukan 2 kali sehari. Perawatan payudara untukibu nifas yang
menyusui merupakan salah satu upaya dukungan terhadap
pemberian ASI bagi buah hati.

12
b. Tujuan perawatan payudara

1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi

2) Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk


kebutuhan bayi

3) Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu


khawatir bentukpayudaranya akan cepat berubah sehingga kurang
menarik.

4) Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan


sehinggasiap untuk disusukan kepada bayinya

5) Untuk Melenturkan dan menguatkan puting susu, mengenyalkan


puting susu,supaya tidak mudah lecet

6) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus

7) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

8) Untuk melancarkan aliran ASI dan memperbanyak produksi ASI

9) Untuk mengetahui adanya kelainan

c. Persiapan

Persiapan alat

1) Baby oil secukupnya

2) Kapas secukupnya

3) Waslap, 2 buah

4) Handuk bersih, 2 buah

5) Bengkok

6) 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)

7) BH yang bersih dan terbuat dari katun

Persiapan Ibu

13
a) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan
dengan handuk

b) Baju ibu bagian depan dibuka

c) Pasang handuk

d. Teknik perawatan payudara

Cara pemijatan payudara pada ibu menyusui yang dilakukan 2 kali sehari
sejak hari kedua pasca persalinan, caranya :

1) Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil
selama ± 5menit, kemudian puting susu dibersihkan

2) Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.

3) Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah


bawah.Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak
tangan kanan kearah sisikanan.

4) Pengurutan diteruskan kebawah,kesamping selanjutnya melintang,


lalu telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan
dilepaskan dari payudara,ulangi gerakan 20-30 kali.

5) Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan
membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal
payudara sampai pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada
payudara kanan, lakukan dua kaligerakan pada tiap payudara.

6) Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain


mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah
putting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara.
Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.

7) Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin


bergantian selama ±5 menit, keringkan payudara dengan handuk
bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang (Sitti
Saleha, 2009).

14
e. Cara merawat payudara usai menyusui

Selain melakukan perawatan saat menyusui, Ibu dapat melanjutkan


perawatan usai menyusui dengan beberapa langkah sederhana yang bisa
dilakukan antara lain:

1) Bersihkan puting dengan lembut tanpa menggunakan sabun atau


sampo hingga bersih. Jangan oleskan alkohol, lotion, atau parfum
pada puting. Gunakan salep antibakteri untuk mengatasi puting
pecah-pecah.

2) Biarkan puting kering dengan sendirinya tanpa perlu dilap.

3) Oleskan salep pelembap yang mengandung lanolin pada puting


setiap kali selesai menyusui. Ini akan mengurangi rasa sakit atau
nyeri dan mencegah puting mengering dan pecah-pecah.

4) Sering-seringlah mengganti bantalan payudara (breast pad).

5) Jika payudara sakit ketika menyusui, berhenti menyusui secara


langsung dan gunakan pompa ASI selama beberapa hari.

6) Jika merasa putting Ibu datar atau masuk ke dalam, segera


periksakan ke dokter.

7) Setiap selesai menyusui, oleskan beberapa tetes ASI pada puting


Anda dan biarkan hingga kering. ASI melembapkan dan melindungi
puting dari infeksi.

8) Selalu memegang payudara dengan tangan yang bersih.

2. Pijat Oksitosin

15
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari
nervus ke 5 – 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang
sehingga oksitosin keluar.Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang
refleks oksitosin atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down
reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu,
mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang
pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan
bayi sakit (Depkes RI, 2007; King, 2005).

Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :

a. Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)

b. Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya

Alat –alat yang digunakan :

1) 2 buah handuk besar bersih

2) Air hangat dan air dingin dalam baskom

3) 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk

4) Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya

Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI,


2007) :

a) Melepaskan baju ibu bagian atas

b) Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa

c) juga dengan posisi duduk

d) Memasang handuk

e) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

f) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

g) menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan

16
h) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

i) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah

j) bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit

k) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

l) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin


secara bergantian.

3. Pijat Marmet

Teknik Marmet adalah metode memijat dan menstimulasi payudara


menggunakan tangan agar ASI keluar lebih optimal yang paling banyak
digunakan. Dikembangkan oleh Chele Marmet dari Lactation Institute, teknik
ini dirancang sebagai cara memerah ASI yang paling efektif. Hanya
membutuhkan wadah bersih dan tangan yang sudah dicuci terlebih dahulu.
Teknik ini sama efektif bahkan beberapa ibu mengatakan lebih efektif
dibanding pompa ASI.

a. Kelebihan Teknik Marmet

Berikut beberapa keunggulan cara memerah ASI manual dengan teknik


Marmet dibanding menggunakan pompa ASI:

1) Beberapa pompa ASI menimbulkan rasa tidak nyaman, juga tidak


efektif. Berbeda dengan memerah ASI menggunakan tangan yang

17
bisa Moms atur sendiri gerakan serta kekuatannya, sehingga bisa
lebih efektif mengeluarkan ASI.

2) Banyak ibu lebih nyaman dengan cara memerah ASI manual dengan
alasan lebih alami.

3) Kontak kulit dengan kulit lebih menstimulasi ASI daripada dengan


corong plastik pompa ASI Karena itu, cara memerah ASI manual
biasanya mempermudah refleks keluarnya susu.

4) Lebih nyaman.

5) Lebih ramah lingkungan

b. Cara Kerja Teknik Marmet

Sel penghasil susu (alveoli) mengeluarkan ASI. Apabila sel penghasil


susu distimulasi, maka sel-sel tersebut akan mengeluarkan ASI ke dalam
sistem saluran (refleks pengeluaran ASI). Sebagian kecil susu bisa
mengalir ke saluran dan mengumpul di saluran susu di bawah areola
yang dikenal sebagai saluran akhir.

c. Cara Memerah ASI dengan Teknik Marmet

1) Menguras Saluran ASI

a) Posisikan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah sekitar 2,5


sampai 3,75 cm di belakang pangkal puting susu.

 Tempatkan ibu jari di atas puting susu pada posisi pukul 12


dan jari lain di bawah puting pada posisi pukul 6
membentuk huruf ‘C’.

 Jari-jari tersebut diposisikan sedemikian rupa sehingga


searah dengan puting susu.

b) Dorong lurus ke arah dada. Untuk payudara besar, angkat


dahulu lalu dorong ke arah

c) Putar-putar ketiga jari ke depan secara bersamaan untuk


mengeluarkan ASI. Hindari gerakan menarik atau memeras agar
tidak melukai jaringan payudara yang sensitif.
18
d) Ulangi secara teratur untuk mengalirkan ASI. Tempatkan jari
secara tepat: posisikan, dorong, putar-putar, demikian
seterusnya.

e) Ganti posisi jari untuk mencapai saluran ASI

 Satu payudara diperah dengan satu tangan, bukan dengan


dua tangan. Namun, Moms bisa memerah kedua payudara
bersamaan.

 Pindahkan ibu jari dan jari lainnya pada posisi jam 12 dan
6, kemudian posisi jam 11 dan 5, jam 2 dan 8, serta jam 3
dan 9.

2) Membantu Pengeluaran ASI dengan Menstimulasi Aliran Susu

a) Pijatlah sel dan saluran penghasil ASI.

 Mulailah dari atas payudara. Gerakkan jari perlahan


membentuk lingkaran kecil sambil menekan kuat ke arah
dada.

 Setelah beberapa detik, angkat jari-jari dan pindah ke area


berikutnya.

 Lakukan gerakan spiral di sekitar payudara menuju areola


dengan teknik pijat ini.

b) Usaplah payudara dari arah dada ke puting dengan usapan


ringan. Lanjutkan gerakan membelai dari arah dada ke puting
susu di sekitar seluruh payudara.

c) Kocoklah payudara dengan lembut sambil mencondongkan


tubuh ke depan sehingga gravitasi akan membantu ASI keluar.

d. Lama Pelaksanaan Teknik Marmet

Untuk memaksimalkan pengosongan payudara, perlu melakukan gerakan


menguras saluran ASI dan menstimulasi aliran susu di atas beberapa kali
secara bergantian dalam satu sesi. Seluruh prosedur biasanya memakan
waktu sekitar 20 sampai 30 menit. Berikut tahapannya.

19
1) Perah setiap payudara lima sampai tujuh menit.

2) Pijat, usap, kocok selama sekitar satu menit.

3) Perah setiap payudara tiga sampai lima menit.

4) Pijat, usap, kocok selama sekitar satu menit

5) Perah setiap payudara dua sampai tiga menit.

C. Spa Nifas

1. Perawatan Tubuh

Perawatan tubuh atau Body massage adalah tindakan manipulasi otot-otot


dan jaringan dari tubuh dengan cara menekan, menggosok, getaran/vibrasi
dan menggunakan tangan, jari tangan atau alat-alat manual/elektrik untuk
memperbaiki kondisi kesehatan (Nurgiwiati, 2015).

Body massage telah lama diyakini bermanfaat bagi kesehatan, mulai dari
meredakan stres hingga mempercepat waktu pemulihan setelah sakit, alergi,
depresi, masalah pernapasan, insomnia, cedera saat olahraga dan kelelahan
kronis. Body massage merupakan terapi dengan pendekatan holistik yang
berfungsi menurunkan tekanan darah, denyut jantung, memperbaiki
pernafasan, meningkatkan aliran kelenjar limphe ke dalam saluran pembuluh
darah, membantu pengeluaran sisa metabolisme, mengurangi kekakuan,
menjadikan tubuh menjadi rileks, meningkatkan tidur, meningkatkan
pergerakkan sendi, mengurangi nyeri secara alami dan memperbaiki
kesehatan pada umumnya (Nurgiwiati, 2015).

Body massage adalah pengalaman yang menyenangkan karena hal ini


commit to user menolong tubuh dan pikiran untuk memproduksi endorphin
yang merupakan penghilang rasa sakit alami bagi tubuh. Manfaat pemijatan
menurut Wahyuni et all (2013) :

a. Meredakan stres

Manajemen stres merupakan kunci utama untuk menjalankan gaya hidup


sehat. Terapi ini telah terbukti sebagai salah satu cara pandang yang
paling efektif untuk meredakan stres. Studi telah menemukan body

20
massage dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini juga akan
meredakan stres. Body massage juga bisa meningkatkan energi,
mengurangi rasa sakit serta meningkatkan performa fisik dan mental.

b. Relaksasi

Body massage bisa membantu tubuh untuk rileks, mental menjadi tenang
dan mendorong lahirnya ide kreatif. Manfaat rileks adalah memperbaiki
kondisi mental, lebih bisa mengatasi tekanan, menumbuhkan sikap
positif, dan mendorong kreativitas.

c. Memperlancar fungsi sirkulasi

Dampak jangka panjang dari body massage adalah dapat memperlancar


aliran darah. Tekanan pada saat melakukan body massage bisa
menggerakkan darah melalui area yang tersumbat. Pelepasan ini
membuat darah baru mengalir ke dalam. Tekanan dan tarikan pada saat
melakukan body massage juga bisa melepaskan asam laktat dari otot-otot
dan meningkatkan aliran cairan limfe yang membawa sampah
sisametabolisme dari otot-otot dan organ dalam. Hasilnya, tekanan darah
akan turun dan fungsi tubuh semakin membaik.

d. Menurunkan tekanan darah

Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan
body massage. Sejumlah studi menunjukkan jika body massage yang
dilakukan teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik,
menurunkan kadar hormon stres kortisol, menurunkan sumber-sumber
depresi dan kecemasan.

e. Menghilangkan rasa sakit

Body massage menyegarkan dan meremajakan pikiran. Selain itu, juga


memperbaiki persendian, meningkatkan aliran darah dan nutrisi ke otot-
otot serta jaringan lainnya.

2. Mandi uap herbal

a. Konsep Bakera (Uap)

21
Pengobatan Bakera untuk wanita baru melahirkan dalam versi uap yang
sarat manfaat. Tujuannya, bukan hanya merevitalisasi tubuh yang
melemah setelah bersalin, tetapi juga merawat organ kewanitaan agar
senantiasa sehat dan elastic dan melancarkan peredaran darah,
membuang toksin- toksin dan racun dalam tubuh.

Bakera memberikan keseimbangan antara unsur panas dan dingin tubuh.


Itulah mengapa Bakera banyak dilakukan oleh wanita selepas
melahirkan, karena proses kehamilan sendiri dianggap telah
mengeluarkan unsur panas tubuh.

Ramuan Bakera menggunakan campuran tanaman obat dan berbagai


jenis daun-daunan beraroma wangi, yang juga diyakini memiliki manfaat
baik bagi kekebalan tubuh, mengurangi rasa sakit, serta memberikan
efek relaksasi yang menenangkan. Meski identik dengan uap . Yang juga
unik dari perawatan Bakera ialah Barao atau menguapkan dengan
menggunakan uap arang yang telah dibakar bersama dengan Cengkih
(syzygium Aromaticum), pala (myristica fragrans), kayu manis
(cinnamomum verum).

Bakera merupakan pengobatan tradisional dengan menggunakan


tanaman herbal atau obat-obatan alami. Bakera atau mandi uap dengan
berbagai tanaman herbal atau obat-obatan alami merupakan metode
tradisional. Bakera merupakan budaya atau tradisi yang dilakukan secara
turun temurun oleh ibu-ibu setelah melahirkan bakera dilakukan atas
dasar kepercayaan seorang ibu yang baru melahirkan wajib melakukan
pengobatan bakera, sehingga sampai saat ini masyaraka masih member
nilai positif terhadapa pengobatan bakera.

Bakera merupakan pengobatan yang biasa dilakukan oleh ibu-ibu pasca


bersalin. Bakera dilakukan dengan cara menggunakan tumbuh-
tumbuhan, rempah-rempah berupa dedaunan dan akar yang dianggap
dapat menyembuhkan penyakit, menge-luarkan racun-racun dalam tubuh
serta meningkatkan daya tahan tubuh khususnya pada wanita setelah
pasca melahirkan ada 3 jenis pengobatan Tradisional Bakera yaitu :

22
1) Bakera dengan menggunakan uap air panas atau bahasa lokalnya
pasangu).

2) Bakera Barao dengan menggunakan uap asap atau bahasa lokalnya


mendarang

3) Ramuan Minum atau bahasa lokalnya menginung undang.

b. Cara Pengobatan Tradisional Bakera dengan Uap Air Panas.

Cara pembuatan Bakera dengan uap air panas yaitu, disiapkan lima
lembar daun cengkeh yang sudah berwarna kekuningan, dua sendok
makan buah cengkih yang sudah kering dan berwarna kecoklatan, lima
lembar daun pala yang masih berwarna hijau, tiga biji buah pala yang
sudah kering, dua potong buah jahe merah yang berukuran sedang, dua
kayu manis, dua lembar daun pandan di potong menjadi tiga bagian, lima
lembar daun jeruk suanggi, sepuluhlimabelas lembar daun buanga
puring., dan dua batang serai. Dimasak dengan air yang banyak dalam
nampan yang ukurannya cukup besar setelah semua bahan dan rempah-
rempah sudah di masukan dalam nampan. Nampan di tutup kemudian di
biarkan mendidih di atas tunggu (perapian) atau dalam bahasa lokalnya
su putung setelah mendidih nampan di angkat dari tunggu.

3. Postpartum hydrotherapy

Hidroterapi adalah jenis terapi yang menggunakan media air dengan suhunya
tidak lebih 37 – 37,5 0 C untuk mengurangi rasa sakit, ketegangan otot, nyeri
atau cemas pada beberapa wanita. Hidroterapi juga dapat mengurangi nyeri
punggung dengan menggunakan teknik tertentu, diantaranya sebagai berikut:

a. Hip Squeeze Kedua tangan memberi tekanan pada otot gluteal (daerah
bokong) bergerak ke atas. Teknik ini mengurangi ketegangan pada sakro
iliaka dan juga pada ligamentum.

b. Knee Press. Dilakukan penekanan pada lutut dengan posisi duduk. Cara
ini dapat mengurangi nyeri punggung.

Beberapa teknik dukungan/pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat


dilakukan dengan cara sebagai berikut:

23
1) Kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang
nyaman dan dorongan dari orang yang memberikan dukungan.

2) Perubahan posisi dan pergerakan.

3) Sentuhan dan massage.

4) Counter pressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen

5) Pijatan ganda pada pinggul

6) Penekanan pada lutut

7) Kompres hangat dan kompres dingin

8) Berendam

9) Pengeluaran suara

10) Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)

11) Musik yang lembut dan menyenangkan ibu .

4. Vaginal toilet

Istilah 'vagina toilet' hendak meringkas serangkaian kegiatan atau sebut saja
standard operating procedure (SOP) tentang cara-cara membersihkan organ
intim wanita.

Caranya mudah dan tak butuh banyak biaya. Bahkan, tak butuh banyak
waktu. Paling hanya butuh 15 sampai 20 menit.Karena itu, par wanita
beruntung sekali karena teknik ini dapat dilakukan di mana pun dan kapan
pun mau. Vagina toilet yang dilakukan sendiri diberi istilah oleh Ananto
dengan sebutan "Valeri Ananto Sidohutomo" atau vagina toilet sendiri
dengan metode Ananto Sidohutomo.

Saat ini, "Valeri Ananto" diyakini merupakan salah satu andalan utama
dalam membantu upaya pencegahan kanker serviks pada wanita. Selanjutnya
diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian wanita karena
kanker jenis ini

5. Peeling

24
Saat hamil, biasanya kulit akan mengalami perubahan warna. Perubahan
pada kulit ini disebabkan karena berbagai faktor, antara lain meningkatnya
hormon ekstrogen selama kehamilan. Perubahan warna kulit ini disebut
hiperpigmentasi. Untuk mengembalikan warna kulit yang menghitam,
lakukan peeling atau scrubbing. Peeling berguna untuk mengangkat sel kulit
mati yang tidak bisa diagkat dengan menggunakan sabun atau toner. Peeling
biasanya dilakukan dengan menggunakan scrub atau AHA (Alfa Hidroksil
Acid) yang biasa dilakukan di klinik kecantikan. Untuk lebih amannya,
sebelum melakukan peeling, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
karena tidak semua jenis kulit cocok dengan perawatan ini.

6. Bengkung

Postpartum wrap atau bengkungan setelah melahirkan adalah produk yang


digunakan dengan cara dililit di perut untuk membantu menopang tubuh
setelah melahirkan. Tumpukan kulit perut dan lemak di dalamnya bisa
tertopang selama dibengkung.

Bengkungan memiliki banyak jenis, bentuk serta sebutan nama. Ada yang
dikenal sebagai korset serta stagen. Bengkungan dikenal juga dengan nama
belly wrap. Bengkungan umumnya berbentuk seperti kain lebar dan panjang
dengan bahan yang melar, alias bisa mengikuti bentuk tubuh. Lilitan kain
bengkungan ini dapat digunakan mulai dari bagian tulang iga hingga ke
bagian atas pinggul.

Penggunaan bengkugan pun dapat memberikan tekanan lembut. Kondisi ini


pun diklaim membuat perempuan yang baru melahirkan merasa nyaman,
terutama yang memiliki perut bergelambir. Perut jadi terasa lebih kencang
dan juga membantu meningkatkan rasa percaya diri setelah melahirkan.

Tujuan utama dari penggunaan bengkungan pada dasarnya adalah untuk


membantu mendukung dan menekan dengan lembut perut. Terutama sampai
organ dan otot perut Ibu yang baru melahirkan dapat kembali pada fungsi
normalnya.

Pakar kesehatan kandungan dan kebidanan, Sherry Ross, MD, menyebutkan


bahwa menggunakan bengkungan juga dapat membantu mengatasi kulit

25
kendur dan bergelambir di perut dengan adanya tekanan ringan. Tekanan ini
juga membantu rahim lebih cepat menyusut. Bengkungan jika digunakan
dengan tepat juga bisa membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas, dan menstabilkan otot dasar panggul.

Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Physiotherapy


Canada, penggunaan bengkungan pun dapat membantu perempuan pulih
lebih cepat setelah melahirkan. International Journal of Gynecology and
Obstetrics juga menyebutkan penggunaan bengkungan mengurangi rasa sakit
dan perdarahan setelah operasi caesar. Untuk manfaat estetika, penggunaan
bengkungan dapat membantu Ibu yang baru melahirkan tampak lebih
langsing secara instan. Rasa percaya diri pun semakin bertambah.

a. Cara Menggunakan Bengkungan

Untuk proses adaptasi, cobalah untuk menggunakan bengkungan


beberapa jam terlebih dahulu dan lihat respons kulit. Rasakan juga
apakah sudah nyaman atau tidak Jika sudah merasa nyaman dan tidak
ada respons alergi, Ibu yang baru melahirkan bisa menggunakannya
kapan saja dan seberapa lama. Sebagian besar bisa digunakan siang dan
malam, yakni antara 30 hingga 60 hari setelah melahirkan.

Namun, pastikan untuk tidak menggunakan bengkungan dengan lilitan


yang terlalu ketat. Tekanan yang terlalu besar bukannya bermanfaat,
tetapi justru dapat menghambat proses penyembuhan Ibu yang baru
melahirkan setelah melahirkan. Saat menggunakan bengkungan, pastikan
Ibu yang baru melahirkan bisa bernapas dengan nyaman dan tidak sesak
napas. Sesuaikan juga supaya tidak mengganggu aktivitas Ibu yang baru
melahirkan, misalnya tidak menyulitkan Ibu yang baru melahirkan untuk
berbaring, duduk atau berjalan. Jika bengkungan sudah terasa tidak
nyaman, lebih baik lepaskan saja.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam makalah pembelajaran metode dan Teknik alamiah asuhan postnatal ini,
dapat diambil kesimpulan bahwa kita sebagai bidan harus sebisa mungkin
memberikan metode dan Teknik yang alamiah kepada ibu. Mulai dari kehamilan,
persalinan, hingga postnatal sebisa mungkin dilakukan tanpa bantuan alat.
Relaktasi yang tidak mudah dilakukan oleh ibu untuk mengembalikan anaknya
agar dapat menyusu lagi, menggunakan induksi laktasi sebagai tekniknya. Yaitu
dengan cara merangsang produksi ASI Ketika tidak mengalami kehamilan lagi.
Ada pun masase pada masa laktasi yang akan diberikan cara perawatan payudara,
pijat oksitosin, pijat laktasi dan pijat marmet.

Selain itu, terdapat juga spa nifas yang dapat dikuasai bidan, untuk kesejahteraan
ibu dan juga si bayi. Tekniknya berupa perawatan tubuh yang harus dikuasai,
melakukan mandi herbal dan mandi uap untuk merileksasi ibu, postpartum
hydrotherapy untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri juga cemas. Selain itu
didalam spa nifas ini juga terdapat vaginal toilet yaitu untuk membersihkan organ
intim Wanita. Ada pula peeling dan bengkung untuk melengkapi spa nifas
tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI.2015. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes
RI.

Pollard, M.2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Alih bahasa E.Elly Wiriawan. Jakarta:
EGC.

Kementerian Kesehatan RI.2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyususi. Jakarta :


Kemenkes RI.

Saleha, sitti.2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
(hlm: 105-107).

Roos, Jeanne Tikoalu.2013. Relaktasi dan Induksi Laktasi. Tersedia :


https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/relaktasi-dan-induksi-laktasi yang ditulis pada
28 Agustus 2013.

Syafruddin.2012. Teknik Perawatan Payudara (Breast Care). Tersedia : http://materi-


paksyaf.blogspot.com/2012/04/perawatan-payudara-breast-care.html yang ditulis pada
18 April 2012.

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/55885/MjQ4NzEy/Pengaruh-body-
massage-terhadap-tingkat-depresi-ibu-nifas-di-bidan-praktik-mandiri-siyamtiningsih-
Karanganyar-BAB-II.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai