Anda di halaman 1dari 22

MINIMALIST

AESTHETIC
SLIDESHOW
Here is where your presentation
begins
01
Rencana layanan kesehatan
maternal dan neonatal
komprehensif pada kondisi
darurat bencana dan situasi
pandemic covid-19
● Pada era Pandemi seperti ini layanan Kesehatan dipaksa untuk mengubah rencananya. Penyebaran kasus Covid - 19
berlangsung sangat cepat, baik di dunia maupun di Indonesia. Covid - 19, tidak mengenal batas, dapat menyerang
siapa saja tanpa kecuali, termasuk ibu hamil dan anak-anak. Selama pandemic Covid -19, pelayanan Kesehatan
harus tetap berjalan secara optimal, aman bagi pasien dan bidan dengan berbagai penyesuaian berdasarkan panduan
penanganan covid atau protokol kesehatan. Telah dikembangkan berbagai panduan pelayanan KIA & KB: Kemkes,
POGI, IDAI, IBI dll agar pelayanan tetap berjalan dan aman bagi pasien dan provider dengan berbagai penyesuaian
yang relevan dengan pencegahan Covid - 19.
● Ibu hamil, ibu pascapersalinan dan bayi baru lahir merupakan kelompok rentan, terlebih pada saat bencana. Mereka
memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga diperlukan penanganan yang tersendiri, misalnya untuk pemenuhan
kebutuhan gizi, pemantauan ibu hamil risiko tinggi, pemantauan ibu pasca-persalinan, dll. Pada situasi normal,
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi dan jumlah kematian akan
dapat meningkat pada situasi krisis kesehatan sehingga upaya mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian
maternal dan neonatal harus menjadi prioritas penting
Untuk rencana layanan kesehatan maternal dan neonatal komprehensif pada
kondisi darurat bencana dan situasi pandemic covid-19 terdapat beberapa kegiatan
Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal seperti:

1. Memastikan adanya tempat khusus untuk bersalin di beberapa tempat seperti pos kesehatan, di
lokasi pengungsian atau di tempat lain yang sesuai
2. Memastikan tersedianya pelayanan (tenaga yang kompeten dan alat serta bahan yang sesuai
standar) persalinan normal dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal (PONED dan PONEK) di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
3. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan komunikasi dari masyarakat ke
puskesmas dan puskesmas ke rumah sakit
4. Memastikan tersedianya perlengkapan persalinan (kit ibu hamil, kit pascapersalinan, kit
dukungan persalinan) yang diberikan pada ibu hamil yang akan melahirkan dalam waktu dekat
5. Memastikan masyarakat mengetahui adanya layanan pertolongan persalinan dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
6. Ketersediaan alat kontrasepsi yang mencukupi
Logistik Kesehatan Reproduksi pada pelayanan maternal dan neonatal di
situasi Bencana dan Pandemi seperti ini terbagi menjadi 2 yaitu pada masa
krisis dan post krisis
Pada masa krisis yang
dipersiapkan :

1 2 3 4

Memastikan tersedianya Membangun sistem Menyediakan kit


rujukan 24/7 untuk Menginformasikan
layanan kegawatdaruratan persalinan bersih bagi
kegawatdaruratan kepada masyarakat
kebidanan dan neonatal ibu hamil yang terlihat
kebidanan dan tentang layanan yang
neonatal dan penolong
tersedia
persalinan
Pada masa Post Krisis yang
dipersiapkan :

1 2 3 4

Menyediakan Melatih penolong persalinan


Menyediakan layanan Meningkatkan akses
layanan Post Natal terlatih (bidan, dokter dan
Ante Natal Care (ANC) kepada PONED dan
Care (PNC) perawat) dalam melakukan
layanan kegawatdaruratan PONEK
kebidanan dan neonatal
Rencana Prioritas Mencegah Meningkatnya Kesakitan dan
Kematian Maternal dan Neonatal

● Pendataan dan pemetaan ibu hamil, ibu pasca persalinan dan bayi baru lahir
perlu dilakukan sejak awal bencana oleh penanggung jawab dengan
keterlibatan aktif semua anggota sub klaster. Informasi tentang jumlah dan
lokasinya digunakan untuk merencanakan penjangkauan pelayanan
kesehatan dan pemantauan.
Beberapa langkah yang dilakukan
dalam pendataan dan pemetaan ibu
hamil dan ibu pascapersalinan:

01 02 03

Kumpulkan data sekunder Siapkan peta daerah setempat dan


dari program KIA yang ada Lakukan pencatatan ulang di lokasi
menandai lokasi dan jumlah sasaran ibu
di puskesmas setempat. terdampak dan pengungsian dengan
hamil, ibu pascapersalinan dan bayi baru
pengambilan data primer
lahir.
berdasarkan data aktual di lapangan.
LANJUTAN

04 05

Lakukan pembuatan peta tematik Lakukan pemetaan untuk perencanaan


dengan metode tumpang susun dan respon cepat dalam
(overlay). memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi di lapangan.
Melakukan Pemetaan Puskemas dan Rumah Sakit  
Hal-hal yang harus
diobservasi, antara lain
adalah:

Kondisi Kondisi geogafis


bangunan

Ketersediaan Transportasi
peralatan, obat-
obatan dan sumber
daya manusia
Penanggung jawab komponen maternal neonatal perlu
memastikan bahwa:

1 2 3

Mengelompokan ibu
Menyiapkan alat Menyediakan fasilitas
hamil pada trimester
transportasi yang mendukung
ketiga dan/atau yang
kesehatan
memiliki risiko tinggi
Lanjutan

4 5

Ibu hamil pada


Pastikan tempat tertutup dalam
trimester ketiga
melakukan ANC dan jika
diberikan kit individu
terdapat tanda-tanda bahaya
(kit ibu hamil)
kehamilan atau persalinan
segera dirujuk.
Penanggung jawab komponen maternal neonatal
berkoordinasi dengan koordinator sub klaster Kesehatan
reproduksi berkoordinasi dengan sub klaster gizi untuk:

1 2 3

Penyediaan tenaga Menyiapkan pelaksanaan konseling Menyusun jadwal,


konselor ASI bila ASI dilakukan berkelompok atau waktu dan tempat
dibutuhkan secara individu, disesuaikan dengan pelaksanaan konseling
kondisi pengungsian dan jumlah ibu
yang akan dikonseling
ASI
Memastikan ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan maternal
neonatal dan rujukan 24 jam/7hari
1. Pada setiap kehamilan dapat terjadi komplikasi
sewaktu waktu yang dapat mengakibatkan keadaan
kegawatdaruratan maternal neonatal. Untuk itu
penanggung jawab komponen matenal neonatal
wajib memastikan tersedianya:
● Petugas kesehatan terlatih dengan jadwal jaga
24 jam/7hari
● Alat dan obat kegawatdaruratan tersedia
● Sistem rujukan yang berfungsi (transportasi,
radiokomunikasi, stabilisasi pasien, kesiapan
fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju)
2. Jika pelayanan rujukan 24 jam/7 hari tidak tersedia
maka penanggung jawab komponen maternal
neonatal perlu memastikan adanya petugas
kesehatan di puskesmas yang tetap dapat
melakukan pelayanan kegawatdaruratan maternal
neonatal melalui bimbingan dan konsultasi ahli.
3. Pelayanan dan asuhan pasca keguguran.
Memastikan asupan gizi yang cukup bagi kelompok rentan khususnya
ibu hamil dan menyusui, bayi baru lahir

Penanggung jawab komponen maternal neonatal perlu


memastikan:
● Kecukupan gizi bagi kelompok rentan terutama ibu
hamil dan ibu menyusui dengan cara berkoordinasi
dengan koordinator sub klaster gizi dan klaster
perlindungan dan pengungsian untuk menyediakan
makanan yang sesuai dengan pola gizi seimbang
● Pengolahan makanan dilakukan secara higienis
dan mempertimbangkan ketersediaan bahan
pangan local
● Penggunaan buku KIA untuk pemantauan
kecukupan gizi
● Apabila didapatkan ibu hamil dengan
permasalahan gizi, penanggung jawab komponen
maternal neonatal dapat berkoordinasi dengan sub
klaster gizi dan sub klaster pelayanan kesehatan
untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
kepada ibu hamil dan ibu menyusui.
02
Identifikasi hambatan-
hambatan kunci yang
berdampak pada kematian
maternal dan maternal
Identifikasi hambatan-hambatan kunci yang berdampak pada kematian
maternal dan maternal

Kematian maternal dapat dibagi menjadi dua


kelompok, yaitu:
● Kematian obstetri langsung (direct obstetric
death) yaitu kematian yang timbul sebagai
akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas, yang disebabkan oleh tindakan,
kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau
dari rangkaian peristiwa yang timbul dari
keadaan – keadaan tersebut di atas.
● Kematian obstetri tidak langsung (indirect
obstetric death) ini disebabkan misalnya
oleh karena hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, hepatitis, anemia, malaria,
tuberkulosis, HIV / AIDS, dan lain – lain.
Hambatan dalam melakukan pelayanan Kesehatan yaitu:

Akses jalanan yang Langkanya tenaga


terbatas medis

Keterbatasan alat Komplikasi yang


medis tidak tertolong
03
Rencana System Rujukan Untuk
Memfasilitasi Transportasi Dan
Komunikasi Dari Masyarakat Ke
Puskesmas Dan Antara Puskesmas Dan
Rumah Sakit
Pelaksanaan Sistem Rujukan
• Alur rujukan yang diidentifikasi mengikuti alur rujukan piramid dan ada juga yang tidak mengikuti alur
rujukan piramid walaupun dari segi frekuensi, alur rujukan non piramid ini lebih kecil. Pasien tidak hanya
mencari pelayanan ke tingkat atas tetapi juga ke tingkat bawah sesuai dengan kebutuhan individu. Pada
beberapa negara berkembang masyarakat sering melewati fasilitas pelayanan tingkat pertama sehingga
menyebabkan kelebihan kapasitas pada fasilitas pelayanan yang lebih tinggi.

• Pada konteks alur rujukan, penelitian ini menemukan bahwa pertimbangan utama dalam memilih tempat
rujukan dari puskesmas ke rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan sekunder adalah faktor kedekatan
jarak dan kemudahan jangkauan. Alur rujukan selama ini belum sepenuhnya memperhatikan aspek
ketersediaan dan kelengkapan jenis layanan pada fasilitas kesehatan yang dituju. Masih ada stigma bahwa jika
puskesmas tidak bisa menangani masalah pasien maka rumah sakit menjadi pihak yang dianggap bisa
menyelesaikan masalah tersebut.
Beberapa alasan yang menyebabkan hal tersebut
diabaikan adalah

Pasien tidak memiliki kebebasan


memilih untuk menentukan
tindakan terbaik untuk diri-nya
dalam pelayanan kesehatan.

Need pasien
ditentukan oleh tenaga
kesehatan, dan
Transportasi Rujukan
● Permasalahan pelayanan kesehatan di daerah terpencil dapat diatasi dengan adanya pelayanan
kesehatan yang terintegrasi yaitu kombinasi antara seluruh kegiatan pelayanan kesehatan terhadap
pasien dengan kepastian koordinasi dan hubungan antar individual di dalamnya. Sistem kesehatan
yang terintegrasi ini terbagi atas dua pendekatan yaitu pendekatan institusi dan pendekatan sistem.
Tiga kontributor yang dapat membuat integrasi berjalan dengan baik adalah pemerintah,
tekhnologi dan trans- portasi dengan komponen utama adalah perekrutan komunitas lokal yang
memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan kepentingan masyarakat sekitar.
● Dalam konteks keterbatasan alat transportasi dari pemerintah (kapal puskel dan ambulans), maka
di tingkat desa dan komunitas, penggunaan “pom-pong” dan speedboat sebagai alat tranpostasi
rujukan menjadi sangat relevan dan penting meskipun belum sepenuhnya memberikan
kenyamanan dan keamanan. Melalui pengembangan kebijakan desa siaga, maka pengembangan
sistem rujukan perlu meng akomodasi kearifan lokal yang ada yang bersumber dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai