JURNAL
MANAJEMEN AKTIF KALA III
Pembimbing:
Dr. dr. Hotma Partogi Pasaribu, M.Ked (OG), Sp.OG(K)
Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah penyuluhan ini yang berjudul
“Manajemen Aktif Kala III”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr.
Hotma Partogi Pasaribu, M.Ked (OG), Sp.OG(K) selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan
makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan
secara optimal.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Catatan : jika tidak tersedia oksitosin, minta ibu untuk melakukan stimulasi
putting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan
menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah.
f) Serahkan bayi yang terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan
kontak kulit-kulit dengan ibu.
g) Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih.
Alasan : kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang
sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada
perut ibu.
2.6.2. Penegangan Tali Pusat Terkendali atau PTT (CCT/ Controled Cored
Traction)8
a) Berdiri di samping ibu
b) Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Alasan : memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.
c) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas
simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus
pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat
tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan lain (pada dinding abdomen)
menekan uterus kee arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-
hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri.
d) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali ( sekitar 2
atau 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
e) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan
dapat dilahirkan.
9
Gambar 2.6.2 (a): Lahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat.
f) Tetapi jika langka 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta
tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya pennegangan tali pusat dan tidak ada
tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali
pusat.
· Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perenium pada saat tali pusat
memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
· Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali
dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah
tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
g) Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong
keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai
(mengikuti poros jalan lahir).
Alasan : segera melepaskan plasenta yang ttelah terpisah dari dinding uterus
akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Catatan : jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan
tekanan dorso cranial secara serentak pada bagian bawah uterus (diatas simfisis
pubis)
h) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk
diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang
plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin menjadi satu.
10
j) Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-
jari tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput
ketuban yang teraba.
Catatan :
· Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM
dosis kedua.
· Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik untuk
memasukkan kateter Nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan
kandung kemih.
· Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorso-kranial seperti yang
diuraikan di atas . apabila tersedia akses dan mudah menjangkau fasilitas kesehatan
11
rujukan maka nasehati keluarga bahwa mungkin ibu perlu dirujuk apabila plasenta
belum lahir setelah 30 menit bayi lahir.
· Pada menit ke-30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan
penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya.
· Jika plasenta tetap tidak lahir , rujuk segera. Tetapi apabila fasilitas kesehatan
rujukan sulit dijangkau dan kemudian tibul perdarahan maka sebaiknya lakukan
tindakan plasenta manual. Untuk melaksanakan hal tersebut, pastikan bahwa petugas
kesehatan telah terlatih dan kompeten untuk melaksanakan tindakan atau prosedur
yang diperlukan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Aktif Kala III
adalah pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali
pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali
untuk pelahiran plasenta.
Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif kala III:
a) Persalinan kala III yang lebih singkat.
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah.
c) Mengurangi kejadian Retensio Plasenta.
Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama:
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c) Masase Fundus Uteri.
Dalam melaksanakan Manajemen Aktif kala III terdapat beberapa kekeliruan
ataupun kesalahan tindakan yang mungkin dilakukan oleh bidan. Pemeriksaan
plasenta meliputi selaput ketuban, bagian plasenta dan tali pusat.
14
DAFTAR PUSTAKA
4. Bobak, M.I., & Jensen, D.M. (2006). Essential of maternity nursing (6th Ed.).
Toronto, USA: The C.V. Mosby Company.
6. Gimpl, G., & Fahrenholz, F. (2001). The oxy- tocin receptor system: Structure,
function, and regulation. The Physiological Rev, 81, 629-683.
10. Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2003. Pelayanan Kebidanan Bidan Delima.
Majalah Bidan Edisi 56 No.15. Jakarta.
11. POPPHI, 2006. Active Management of the Third Stage of Labor. Data Obtained
from Health Facilities in Indonesia. Agustus-September 2006. Washinton, DC.
12. Prendiville, WJ., Harding, J.E, Elbourne, D., McDonald, S. 2001. Active versus
Expectant Management in the Third Stage of Labour (Cochrane Review). The
Cochrane Library.
15
16
14. Saifuddin AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwonoprawiroharjo . Jakarta.
16. Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan kebidanan Pada Ibu
Bersalin).Fitramaya: Yogyakarta