Oleh Mahasiswa :
NUR HAMIMAH
15901.01.19011
Probolinggo, ....................................2020
Mahasiswa
Nur Hamimah
15901.01.19011
Mengetahui,
A. Definisi
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan terakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. Periode postpartum adalah masa dari kelahiran
plasenta dan selaput janin, (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Islami, 2015:5).
Depresi pasca melahirkan memiliki dampak buruk pada ibu dan juga
perkembangan anak. Depresi pasca melahirkan dikaitkan dengan berbagai
konsekuensi buruk seperti gangguan interaksi ibu-bayi, fungsi sosial dan emosional
bayi, dan gangguan perkembangan kognitif pada bayi. Selain itu, depresi pasca
melahirkan mempengaruhi hubungan perkawinan dan pribadi, serta memiliki
dampak negatif yang besar terhadap keluarga (Timothy et al,2017:19).
Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita
yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (nifas) berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati, 2012:24
B. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Kepulihan secara menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komlikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bias berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Eny Retna, Dkk. 2010).
C. Proses Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2010), proses masa nifas sebagai berikut:
1. Proses laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu
(ASI) diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.
Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan
meneruskan sampai umur 2 tahun secara baik dan benar. Serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari ke 2 atau 3 pascapersalinan, kadar estrogen dan progesterone turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting
susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingg sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks
prolaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan
bayi.
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada
putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut affren dibawah
ke hipotalamus didasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolakti kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin
memacu sel kelenjar (alveoli)) untuk memproduksi air susu. Jumlah
prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
dengan stimulus hisapan yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi
menghisap.
b. Refleks aliran (Let Down Refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin dimana
setelah oksitosin dilepas darah akan megacu keotot polos yang
mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu
dari alveoli, duktul, dan sinus menuju keputing susu.
Refleks let down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let down
tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
2. Involusi
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana TFUnya.
a. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
b. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
c. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan
berat 500 gram.
d. Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350
gram.
e. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat
50 gram.
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uteri.
b. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
c. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir. Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh
darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri
akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu
untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus dapat
berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk
menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan
oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuscular, segera
setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah lahir akan
merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.
D. Perubahan Psikologis dan Fisiologis pada Masa Nifas
1. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis ibu masa nifas dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup
istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi
yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan
untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan memang meningkat.
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat
sensitive sehingga mudah tersinggung jiika komunikasinya kurang hati-
hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya mengingat pada fase ini.
(Eny Retna, Dkk, 2010)
2. Perubahan Fisiologis
Menurut Sulistyawaty (2009), perubahan fisiologis masa nifas terdiri dari:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
1) Pengerutan rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus
pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini,
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba di mana TFUnya Pada saat bayi lahir,
fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
a) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
b) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat 500 gram.
c) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis
dengan berat 350 gram.
d) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak
teraba) dengan berat 50 gram.
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,
antara lain :
(a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi didalam otot uteri.
(b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plasenta.
(c) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir. Hormone oksitosin yang dilepas
dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan
membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot
uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini
akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas
perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk
sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi
uterus dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena
itu, penting sekali untuk menjaga dan mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin
biasanya diberikan secara intravena atau intramuscular,
segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera
setelah lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena
isapan bayi pada payudara.
2. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis
yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea berbau amis
atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lochea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi.
Lochea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya:
1) Lochea rubra (merah)
Lochea ini keluar pada hari petama sampai hari ke 4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
2) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke 4-7 post partum.
3) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke 7-14.
4) Lochea alba (putih)
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Lochea yang menetap pada awal periode post partum
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput
plasenta. Lochea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bil terjadi infeksi,
akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lochea purulenta”. Pengeluaran lochea yang tidak lancer
disebut dengan “lochea statis”.
3. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-
olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk
semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang
terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu
persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah
bayi lahir, tangan dapat masuk ke rongga rahim. Setelah 2 jam,
hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum,
serviks sudah menutup kembali.
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir.
Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh
secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila
terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang
dapat menjalar sampai terjadi sepsis.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum hamil.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan
mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan
cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan
diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila
ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan kurang nafsu makan.
c. Perubahan Sisem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post
partum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“dieresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6
minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari
uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa
nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga
setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang
lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih
sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.
Identitas
Nama Istri : Ny. “T” Nama Suami : Tn. “S”
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kedung Supit
Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit,
Suhu : 36,6 ˚C
Pernapasan : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Mata :Tampak simetris, conjungtiva tampak merah muda, sklera tampak
putih, palpebra tidak tampak oedema.
Mamae :Tampak simetris, tampak hyperpigmentasi areola, puting susu
menonjol, Tidak teraba benjolan abnormal, tidak teraba nyeri tekan,
bendungan -/- ,ASI +/+ lancar
Abdomen :Tidak tampak bekas operasi, tidak tampak linea nigra, tampak striae
gravidarum, TFU masih teraba 1 jari diatas symphisis, kontraksi baik,
kandung kemih kosong.
Genetalia :Tampak bersih, tidak tampak condiloma akuminata, tidak tampak
oedema, tampak lochea serosa, jumlah darah yang keluar ± 5 cc
Ekstremitas Atas dan Bawah :Tampak simetris, tidak tampak oedema,
pergerakan aktif, tidak tampak kelainan abnormal.
Analisa Data
P2002Ab000 Hari ke 14 dengan Post Partum Fisiologis.
Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu
e/ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memastikan ibu tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang
cukup
e/ ibu bersedia melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada bagian
genetalia dan payudara ibu
e/ ibu mengerti dan mau mengikutinya
4. Memberikan Konseling tentang KB kepada ibu dan kapan ibu dapat
menggunakan alat kontrasepsi KB yang akan dipilih.
e/ ibu mengerti dengan yang dijelaskan dan memilih untuk menggunakan KB
suntik
5. Memberikan 10 tablet vitamin
e/ ibu menerima obat yang diberikan dan bersedia minum sesuai terapi bidan
6. Menganjurkan kepada ibu untuk kontrol ulang pada tanggal 14-03-2020
e/ Ibu mengerti dan bersedia kembali untuk kontrol ulang tanggal 14-03-2020