Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS NY “T”

P2002 AB000 HARI KE 14 DI BPM UMI IDA


SOFIYAH

Oleh Mahasiswa :

NUR HAMIMAH
15901.01.19011

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG-PROBOLINGGO-JAWA TIMUR
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan Pada Ny “T” P2002 Ab000 Hari Ke 14 Dengan Nifas
Fisologis Di BPM Umi Ida Sofiyah Telah Disahkan Oleh Pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Probolinggo, ....................................2020

Mahasiswa

Nur Hamimah
15901.01.19011

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan terakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. Periode postpartum adalah masa dari kelahiran
plasenta dan selaput janin, (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Islami, 2015:5).
Depresi pasca melahirkan memiliki dampak buruk pada ibu dan juga
perkembangan anak. Depresi pasca melahirkan dikaitkan dengan berbagai
konsekuensi buruk seperti gangguan interaksi ibu-bayi, fungsi sosial dan emosional
bayi, dan gangguan perkembangan kognitif pada bayi. Selain itu, depresi pasca
melahirkan mempengaruhi hubungan perkawinan dan pribadi, serta memiliki
dampak negatif yang besar terhadap keluarga (Timothy et al,2017:19).
Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita
yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (nifas) berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati, 2012:24
B. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Kepulihan secara menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komlikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bias berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Eny Retna, Dkk. 2010).
C. Proses Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2010), proses masa nifas sebagai berikut:
1. Proses laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu
(ASI) diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.
Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan
meneruskan sampai umur 2 tahun secara baik dan benar. Serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari ke 2 atau 3 pascapersalinan, kadar estrogen dan progesterone turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting
susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingg sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks
prolaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan
bayi.
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada
putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut affren dibawah
ke hipotalamus didasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolakti kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin
memacu sel kelenjar (alveoli)) untuk memproduksi air susu. Jumlah
prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
dengan stimulus hisapan yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi
menghisap.
b. Refleks aliran (Let Down Refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin dimana
setelah oksitosin dilepas darah akan megacu keotot polos yang
mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu
dari alveoli, duktul, dan sinus menuju keputing susu.
Refleks let down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let down
tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
2. Involusi
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana TFUnya.
a. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
b. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
c. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan
berat 500 gram.
d. Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350
gram.
e. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat
50 gram.
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uteri.
b. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
c. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir. Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh
darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri
akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu
untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus dapat
berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk
menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan
oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuscular, segera
setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah lahir akan
merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.
D. Perubahan Psikologis dan Fisiologis pada Masa Nifas
1. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis ibu masa nifas dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup
istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi
yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan
untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan memang meningkat.
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat
sensitive sehingga mudah tersinggung jiika komunikasinya kurang hati-
hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya mengingat pada fase ini.
(Eny Retna, Dkk, 2010)
2. Perubahan Fisiologis
Menurut Sulistyawaty (2009), perubahan fisiologis masa nifas terdiri dari:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
1) Pengerutan rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus
pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini,
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba di mana TFUnya Pada saat bayi lahir,
fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
a) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
b) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat 500 gram.
c) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis
dengan berat 350 gram.
d) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak
teraba) dengan berat 50 gram.
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,
antara lain :
(a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi didalam otot uteri.
(b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plasenta.
(c) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir. Hormone oksitosin yang dilepas
dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan
membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot
uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini
akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas
perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk
sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi
uterus dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena
itu, penting sekali untuk menjaga dan mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin
biasanya diberikan secara intravena atau intramuscular,
segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera
setelah lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena
isapan bayi pada payudara.
2. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis
yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea berbau amis
atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lochea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi.
Lochea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya:
1) Lochea rubra (merah)
Lochea ini keluar pada hari petama sampai hari ke 4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
2) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke 4-7 post partum.
3) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke 7-14.
4) Lochea alba (putih)
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Lochea yang menetap pada awal periode post partum
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput
plasenta. Lochea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bil terjadi infeksi,
akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lochea purulenta”. Pengeluaran lochea yang tidak lancer
disebut dengan “lochea statis”.
3. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-
olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk
semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang
terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu
persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah
bayi lahir, tangan dapat masuk ke rongga rahim. Setelah 2 jam,
hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum,
serviks sudah menutup kembali.
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir.
Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh
secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila
terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang
dapat menjalar sampai terjadi sepsis.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum hamil.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan
mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan
cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan
diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila
ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan kurang nafsu makan.
c. Perubahan Sisem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post
partum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“dieresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6
minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari
uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa
nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga
setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang
lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih
sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.

d. Perubahan Sistem Muskuloskelatal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan
menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia
menjadi kendor. Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil,
dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara
waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum,
sudah dapat fisioterapi.
e. Perubahan Sistem Endokrin
1. Hormone plasenta
Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%
dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.
2. Hormone piutary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu.
FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler
(minggu ke 3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3. Hypotalamik pituitary ovarium


Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi pertama
ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan
progesterone.
4. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
f. Perubahan Tanda Vital
1. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50−380 C ) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan
normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke 3 suhu
badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara
menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila
suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium
(mastitis, tractus genitalis, atau system lain).
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah
abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
3. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat
menandakan terjadinya pre eklampsia post partum.
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada
saluran pencernaan.
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperluka oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam
2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesterone
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan,
vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada
persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit).
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme konpensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali sediakala. Umumnya, ini terjadi pada
3-5 hari post partum.
h. Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental
sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post
partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb, Hmt, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal-
awal masa post partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta,
dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini
akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama
kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500
ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan di
asosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke 3 sampai
hari ke 7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu
post partum.
i. Perubahan komponen darah
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya
jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah
merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca
persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan semula.
Curah jantung atau jumlah darah yang di pompa oleh jantung akan
tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali
pada keadaan normal.
Tabel 2.9 Tabel Kunjungan masa nifas
Kunjungan Waktu Penatalaksanaan
1 6-8 jam 1. Mencegah terjadinya perdarahan
setelah pada masa nifas karena atonia uteri
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan dan memberi
rujukan bila perdarahan berlanjut.
3. Memberi konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi.
7. Jika bidan menolong persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu
dan bayi dalam keadaan stabil.
6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah normal, uterus berkontraksi, fundus di
persalinan bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau kelainan pasca melahirkan.
3. Memastikan ibu mendapat cukup
2 makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum
3 setelah sama dengan asuhan yang diberikan
persalinan pada kunjungan 6 hari post partum.
6 minggu1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang dialami oleh ibu atau
4 persalinan bayinya.
2. Memberikan konseling untuk KB secara
dini.
Sumber : Sarwono, 2013. Ilmu Kebidanan, Jakarta
E. Tanda Bahaya pada Masa Nifas
1. Komplikasi pada masa nifas dan penanganannya
Menurut Nugroho dkk, (2014) komplikasi pada masa nifas dan
penanganannya
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didenifisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai definisi ini :
1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah
tersebut bercampur dengan cairan amnion atau urine, darah juga
tersebar pada spon, handuk dan kain didalam ember dan lantai.
2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak
anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu
beberapa jam dan kodisi ini tidak dapat dikenali sampai terjadi
syok. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua
wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden
perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Menurut
Ambarwati (2010), jenis perdarahan postpartum sebagai berikut:
a) Jenis perdarahan
(1) Perdarahan postpartum primer (early postpartum
hemorrhage) yang terjadi pada 24 jam pertama.
(2) Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum
hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
b. Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalian.
Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi
alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas
kesaluran urinaria, payudara dan pembedahan merupakan penyebab
terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi. Gejala umum infeksi
dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi dan
malaise. Sedangkan gejala local dapat berupa uterus lembek,
kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu
berisiko terjadi infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas
pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi
pada perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC yang
mungkin terjadi.
1) Penyebab infeksi: Bakteri endogen dan bakteri eksogen
2) Faktor predisposisi: Nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi,
persalinan lama, rupture membran, episiotomi, SC.
3) Gejala klinis: Endomettritis tampak pada hari ke 3 postpartum
disertai dengan suhu yang mencapai 39 derajat Celsius dan
tarkikardi, sakit kepala, kadang juga terdapat uterus yang lembek.
4) Manajemen: Ibu harus diisolasi.
c. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik dan Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala
hebat atau penglihatan kabur.
Penanganan:
1) Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, dan pernafasan.
2) Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker
dan balon. Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan
dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6
liter per menit.
3) Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada
sisi kiri, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
d. Pembengkakan diwajah atau Ekstremitas
1) Periksa adnya varises.
2) Periksa kemerahan pada betis.
3) Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedem
(perhatikan adanya oedem pitting).
e. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
1) Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari
flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti beberapa galur E.
Coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya. Pada masa
nifas dini, sensitivitas kandung kemih tehadap tegangan air kemih
didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta
analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih
juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh episotomi yang lebar, laserasi periuretra atau
hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat
infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai
peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih.
Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air
yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
f. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit
Payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat dapat
menyebabkan payudaranya menjadi merah, panas, terasa sakit,
akhirnya menjadi mastitis. Putting lecet akan memudahkan masuknya
kuman dan terjadinya bengkak. BH yang terlalu ketat, mengakibatkan
segmental engorgement. Kalau tidak disuse dengan adekuat, bias
terjadi mastitis. Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan
mudah terkena infeksi.
Gejala:
1) Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri local.
2) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
3) Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
4) Panas badan dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan:
1) Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang
terkena edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong
kemudian pada payudara yang normal.
2) Berilah kompres panas, bias menggunakan shower hangat atau lap
basah panas pada payudara yang terkena.
3) Ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu, yaitu dengan posisi
tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position)
4) Pakailah baju BH yang longgar.
5) Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
6) Banyak minum sekitar 2 liter per hari
Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan
akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses.
Tetapi apabila dengan cara-cara seperti tersebut diatas tidak ada
perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari
dan analgesia.
g. Kehilangan Nafsu Makan
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas
karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat,
susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan,
berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan
lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses
persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses
persalinannya. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu
diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu
menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang
amat berat, nafsu makan pun terganggu sehingga ibu tidak ingin
makan sampai kehilangan itu hilang
h. Rasa Sakit, Merah, Lunak dan Pembengkakan dikaki
Selama masa nifas dapat terbentuk trhombus sementara pada
vena-vena manapun dipelvis yang mengalami dilatasi dan mungkin
lebih sering mengalaminya.
Faktor predisposisi:
1) Obesitas.
2) Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas.
3) Riwayat sebelumnya mendukung.
4) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama
pada keadaan pembuluh vena.
5) Anemia maternal.
6) hipotermi dan penyakit jantung.
7) Endomettritis.
8) Varicostitis
Manisfestasi timbul secara akut:
1) Timbul rasa nyeri akibat terbakar.
2) Nyeri tekan permukaan.
i. Merasa Sedih atau Tidak Mampu Mengasuh Sendiri Bayinya atau
Dirinya Sendiri
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1
tahun ibu postpartum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan
yang tidak pada umumnya seperti merasa sedih, tidak mampu
mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab:
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa
takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan
melahirkan.
2) Rasa nyeri pada awal masa nifas.
3) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah
melahirkan kebanyakan dirumah sakit.
4) Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
5) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Rury Narulita. 2012. Konsep Kebidanan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saleha 2009 Saleha, Siti. 2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV.
Andi Offset

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “T” P2002 AB000 HARI KE 14


DENGAN NIFAS FISOLOGIS DI BPM UMI IDA SOFIYAH

Tempat pengkajian : BPM Umi Ida Sofiyah


Pengkajian oleh : Nur Hamimah

Tanggal : 14 Februari 2020 jam : 14.00 WIB

Identitas
Nama Istri : Ny. “T” Nama Suami : Tn. “S”
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kedung Supit

Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit,
Suhu : 36,6 ˚C
Pernapasan : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Mata :Tampak simetris, conjungtiva tampak merah muda, sklera tampak
putih, palpebra tidak tampak oedema.
Mamae :Tampak simetris, tampak hyperpigmentasi areola, puting susu
menonjol, Tidak teraba benjolan abnormal, tidak teraba nyeri tekan,
bendungan -/- ,ASI +/+ lancar
Abdomen :Tidak tampak bekas operasi, tidak tampak linea nigra, tampak striae
gravidarum, TFU masih teraba 1 jari diatas symphisis, kontraksi baik,
kandung kemih kosong.
Genetalia :Tampak bersih, tidak tampak condiloma akuminata, tidak tampak
oedema, tampak lochea serosa, jumlah darah yang keluar ± 5 cc
Ekstremitas Atas dan Bawah :Tampak simetris, tidak tampak oedema,
pergerakan aktif, tidak tampak kelainan abnormal.
Analisa Data
P2002Ab000 Hari ke 14 dengan Post Partum Fisiologis.
Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu
e/ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memastikan ibu tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang
cukup
e/ ibu bersedia melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada bagian
genetalia dan payudara ibu
e/ ibu mengerti dan mau mengikutinya
4. Memberikan Konseling tentang KB kepada ibu dan kapan ibu dapat
menggunakan alat kontrasepsi KB yang akan dipilih.
e/ ibu mengerti dengan yang dijelaskan dan memilih untuk menggunakan KB
suntik
5. Memberikan 10 tablet vitamin
e/ ibu menerima obat yang diberikan dan bersedia minum sesuai terapi bidan
6. Menganjurkan kepada ibu untuk kontrol ulang pada tanggal 14-03-2020
e/ Ibu mengerti dan bersedia kembali untuk kontrol ulang tanggal 14-03-2020

Anda mungkin juga menyukai