Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung, untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Qawaid Mashailul
Fiqihyiah. Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi
kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang pandangan agama terhadap kemajuan teknologi
inseminasi buatan dan bayi tabung.Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan
menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis.
Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi saya.
Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Saya sebagai penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Probolinggo,15 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulis ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Inseminasi dan Bayi Tabung ....................................................................................... 3
1. Definisi Inseminasi .................................................................................................................... 3
2. Definisi Bayi Tabung ................................................................................................................. 4
B. Pandangan Agama Islam Terhadap Inseminasi Dan Bayi Tabung ........................................... 4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 9
B. Saran .......................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, bahwa anak bagi orang tua ketika ia masih hidup dapat dijadikan
sebagai penenang, dan sewaktu ia pulang ke rahmatullah anak sebagai pelanjut dan lambang
keabadian. Oleh karena itu, bagi yang tidak memiliki anak akan berupaya untuk mendapatkan
anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan
untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya
diantara panca maslahat yang diayomi oleh maqashid asy-syariah (tujuan filosofis syariah
Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan
kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi
(QS.Al-Insyirah:5-6) termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi
kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka
bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Dengan semakin berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi,
teknologi modern menemukan bahwa untuk mendapatkan anak tidak perlu melalui adopsi anak
yang sebenarnya tidak memiliki hubungan nasab dengan orang yang mengadopsinya, tetapi
dengan mengikuti program inseminasi maupun bayi tabung, seseorang dapat memiliki anak,
bahkan dilahirkan dari kandungan perempuan itu sendiri. Permasalahan inilah yang kemudian
dikaji dalam makalah ini.
Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains modern yang
pada prinsipnya bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi. Sehingga
meskipun memiliki daya guna tinggi, namun juga sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan
kesalahan etika bila dilakukan oleh orang yang tidak beragama, beriman dan beretika sehingga
sangat potensial berdampak negatif dan fatal. Oleh karena itu kaedah dan ketentuan syariah
merupakan pemandu etika dalam penggunaan teknologi ini sebab penggunaan dan penerapan
teknologi belum tentu sesuai menurut agama, etika dan hukum yang berlaku di masyarakat.
Seorang pakar kesehatan New Age dan pemimpin redaksi jurnal Integratif Medicine, DR.
Andrew Weil sangat meresahkan dan mengkhawatirkan penggunaan inovasi teknologi
kedokteran tidak pada tempatnya yang biasanya terlambat untuk memahami konsekuensi etis dan
sosial yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, Dr. Arthur Leonard Caplan, Direktur Center for
Bioethics dan Guru Besar Bioethics di University of Pennsylvania menganjurkan pentingnya
komitmen etika biologi dalam praktek teknologi kedokteran apa yang disebut sebagai bioetika.
Menurut John Naisbitt dalam High Tech - High Touch (1999) bioetika bermula sebagai bidang
spesialisasi pada 1960 an sebagai tanggapan atas tantangan yang belum pernah ada, yang
diciptakan oleh kemajuan di bidang teknologi pendukung kehidupan dan teknologi reproduksi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan inseminasi dan bayi tabung?


2. Bagaimana pandangan agama terhadap inseminasi dan bayi tabung?

C. Tujuan

Untuk memaparkan Apa yang di maksud dengan inseminasi dan bayi tabung dan bagaimana
pandangan agama terhadap inseminasi dan bayi tabung.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi Inseminasi dan Bayi Tabung


1. Definisi Inseminasi
Inseminasi merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan
atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata latin. Inseminatus artinya pemasukan atau
penyampaian. artificial insemination adalah penghamilan atau pembuahan buatan.
Jadi, inseminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan terhadap wanita dengan cara
memasukan sperma laki-laki ke dalam rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter, istilah
lain yang semakna adalah kawin suntik, penghamilan buatan dan permainan buatan (PB). Yang
dimaksud dengan bayi tabung (Test tubebaby) adalah bayi yang di dapatkan melalui proses
pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio dengan bantuan ilmu
kedokteran. Dikatakan sebagai kehamilan bayi tabung karena benih laki-laki yang disebut dari
zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung.
Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu disediakan ovom
(sel telur) dan sperma. Jika saat ovulasi (bebasnya sel telur dari kandung telur) terdapat sel-sel
yang masak maka sel telur itu di hisab dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut,
kemudian di taruh dalam suatu tabung kimia, lalu di simpan di laboratorium yang di beri suhu
seperti panas badan seorang wanita. Kedua sel kelamin tersebut bercampur (zygote) dalam
tabung sehingga terjadinya fertilasi. Zygote berkembang menjadi morulla lalu dinidasikan ke
dalam rahim seorang wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil. Inseminasi permainan
(pembuahan) buatan telah dilakukan oleh para sahabat nabi terhadap pohon korma.
Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan
sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal
berkembangnya inseminasi buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma.
Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan
nitrogen pada temperatur 321 derajat Fahrenheit. Bank sperma atau di sebut juga bank ayah
mulai tumbuh pada awal tahun 1970.
2. Definisi Bayi Tabung
Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Atificial artinya buatan
atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata latin inseminatus artinya pemasukan atau
penyimpanan. Bayi tabung dikenal juga dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa
inggris dikenal sebagai in vitro fertilitation ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum)
di luar tubuh wanita tanpa melalui senggama (sexual intercourse).Bayi tabung merupakan salah
satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan dalam sebuah rumah tangga ketika metode
lainnya tidak berhasil. Jadi bayi tabung adalah metode untuk membantu pasangan subur yang
mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis,
dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut laparoscop
( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ).
Sel telur itu kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan
dipertemukan dengan sperma dari suami. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu
tersebut, kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk
kemudian mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa.

B. Pandangan Agama Islam Terhadap Inseminasi dan Bayi Tabung


Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah kontemporer
ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-Quran dan As-Sunnah
bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji
menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya
dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan
prinsip dan jiwa Al-Quran dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.
Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan
multidisipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang
relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar.
Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.
Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan
Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah
dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana
diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih
Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan pembuahan
buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan secara resmi tahun 1987
telah mengecam keras pembuahan buatan bayi tabung, ibu titipan dan seleksi jenis kelamin anak,
karena dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Mantan Ketua IDI, dr.
Kartono Muhammad juga pernah melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia
menghimbau masyarakat Indonesia dapat memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat
sel sperma dan ovumnya berasal dari suami-isteri sendiri.
Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi tabung pada manusia
harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami
isteri sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina,
tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudian
buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal keadaan
suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan
suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah al hajatu tanzilu
manzilah al dharurat (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan
darurat).
Alasan lain dibolehkannya Inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri, karena
berhubung ada kelainan perangkat dalam diri si isteri maupun suami atau karena si suami telah
kehabisan spermanya yang telah disumbangkan kepada Bank sperma ketika ia masih subur.
Terlepas dari itu semua, asal inseminasi itu dilakukan dengan sperma suami yang sah, hal itu
dibolehkan, sehingga anak yang lahir adalah anak yang sah dan jelas ibu bapaknya. Jadi pada
perisipnya dibolehkan inseminasi itu bila keadaannya benar benar memaksa pasangan itu untuk
melakukannya dan bila tidak akan mengancam keutuhan rumah tangganya (terjadi percerayan).
Inseminasi buatan dengan menggunakan sperma donor, para ulama mengharamkannya,
seperti pendapat Yusuf el-Qhardlawi katanya Islam juga mengharamkan apa yang disebut
pencangkokan sperma (bayi tabung), apabila ternyata pencangkokan itu bukan dari sperma
suami. Selain itu juga berpengaruh negatif dan buruk terhadap kejiwaan orang-orang
bersangkutan, diantaranya:
1. Bagi suami yang sah, kehadiran anak itu akan mengganggu pikiranya. Si suami akan merasa
lemah dan kerdil, jika anak tersebut dapat tumbuh dan berparas cantik, sebab dia tidak dapat
membohongi dirinya sendiri, bahwa anaknya itu bukan anaknya yang sebenarnnya.
Bagi isteri yang telah menimang seorang bayi mungil, pada umumnya akan semakin mencintai
suaminya, karena tidak telah memberinya anak yang sangat dicintainya.
Tetapi anak tersebut adalah hasil Inseminasi buatan yang bukan berasal dari suaminya. Jika nanti
anak tumbuh subur, gagah dan berilian, tentu si isteri ingin mengetahui laki-laki hebat yang telah
memberinya anak, untuk menyatakan terima kasih dengan caranya sendiri atau untuk hal-hal lain
yang mungkin akan menggiringnya ke arah perzinahan.
Bagi si anak, secara naluriyah lambat laun akan merasakan ada ketidak beresan pada dirinya, jika
ia telah mengetahuinya, maka ia akan mengalami kegoncangan jiwa yang lebih hebat dari yang
dialami anak pungut. Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat
hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu
yang melahirkannya.
Dalil-dalil syari yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan inseminasi butan
dengan donor, ialah sebagai berikut :

Al-Quran surat Al-isra ayat 70 :


Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkat mereka didaratan dan
dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan
dan surat At-tin ayat 4:
seseungguhnya kami telah menciptakan mnusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Kedua ayat tersebut menunjukan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
mempunyai keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan
sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati
martabat sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan
dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang
diinseminasi.
Hadits Nabi SAw:
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain). hadits riwayat Abu daud, Al-
Tirmidzi. Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan seseorang melakukan
hubungan seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain. Dalil lain untuk kehalalan inseminasi
buatan pada manusia harus berasal dari sperma dan ovum dari pasangan yang sah menurut
syariah adalah kaidah hukum fiqih yang mengatakan darul mafsadah muqaddam ala jalbil
mashlahah (menghindari mafsadah tau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau
menarik mashlahah/kebaikan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan
ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada mashlahat. Mashlahat yang dibawa
inseminasi buatan ialah membantu suami istri yang mandul, baik keduanya atau salah satunya
untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun
mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain berupa :
1. Pencampuran nasab, padahal islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab.
2. Bertentangan dengan sunatullah atau hukum alam.
3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi pencampuran sperma pria
dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
4. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bayi tabung lewat
ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami istri yang punya benihnya sesuai
kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.(Q.S Luqman :14 dan al-ahqaf : 14).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Inseminasi adalah suatu penghamilan buatan yang dilakukan terhadap seorang wanita
tanpa melalui cara yang alami, melainkan dengan cara memasukan sperma laki-laki ke dalam
rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter, istilah lainnya kawin suntik/permanian buatan
Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak ditransfer
embrionya kedalam rahim wanita lain (ibu titipan) diperbolehkan islam dengan alasan jika
keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya dan status anaknya
hasil inseminasi macam ini sah menurut islamInseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor
seperti donor mani dari orang lain tanpa ada ikatan yang sah maka diharamkan (dilarang keras)
oleh agama islam, bahkan hukumnya sama dengan zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi
macam ini statusnya sama dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.

B. Saran
Dalam setiap melakukan tindakan apapun hendaknya memikirkan dahulu sebab dan
akibatnya agar tidak salah langkah, seperti pada inseminasi dan bayi tabung harus benar dilihat
dari bagaimana dari aspek agama dan hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahtarbiyah7s.blogspot.com/
http://www.abdulhelim.com/2012/06/anak-hasil-inseminasi-bayi-tabung-dalam.html
#ixzz2mh1yRPTR
http://referensiislam.blogspot.com/2011/11/hukum-bayi-tabung.html
http://hidayahnurul93.wordpress.com/2011/11/28/makalah-bayi-tabung-dalam-pandangan-islam/
Ali, Muhammad Daud. Kedudukan Islam dalam Sistem Hukum Islam . Jakarta :Yayasan. 1984.
Hasan, Ali, Masail fiqhiyah al-haditsah, PT RajaGrapindo, Jakarta.
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, Kalam Mulya, Jakarta 2003
Setawan, Budi Utomo,, Fiqih aktual.Jakarta :Gema insane. 2003.

Anda mungkin juga menyukai