Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY “L”

GIII P2002 AB000 UK 39-40 MINGGU DENGAN RETENSIO


PLASENTA DI PUSKESMAS KURIPAN

Oleh Mahasiswa :

RIRIN KUSWETIK

15901.01.19017

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG-PROBOLINGGO-JAWA TIMUR
TAHUN 2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Intranatal Care Pada Ny “L” GIII P2002 Ab000 UK 39-40
Minggu Dengan Retensio Plasenta Di Puskesmas Kuripan Telah Disahkan Oleh
Pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Probolinggo, ....................................2020

Mahasiswa

Ririn Kuswetik

15901.01.19017

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rohani, dkk. (2011), menyatakan bahwa persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
batuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan
adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
secaraprogresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010).
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun
2015 adalah sebesar 88,55%, dimana angka ini telah dapat memenuhi target
Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015 yakni sebesar 75%. (Ditjen
Kesmas, Kemenkes RI, 2016). Capaian cakupan persalinan normal oleh
tenaga kesehatan untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 adalah 94,76%.
(Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016).
Proses persalinan dimulai dari pembukaan dan dilatasi serviks sehingga
berakibat pada kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang
teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat
sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk
pengeluaran janin dari rahim ibu. ( Rohani, 2010).
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter
spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan
persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada Kala I
sampai dengan Kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin
diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan
terlatih (Cakupan Pn). (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny”K” dengan asuhan
persalinan normal pada ibu hamil di Puskesmas Kuripan
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan Pengkajian data Subyektif pada Ny”K” dengan asuhan
persalinan normal pada ibu hamil di Puskesmas Kuripan
2. Melakukan Pengkajian data Obyektif pada Ny”K” dengan asuhan
persalinan normal pada ibu hamil di Puskesmas Kuripan
3. Menyusun Analisa Data pada Ny”K” dengan asuhan persalinan normal
pada ibu hamil di Puskesmas Kuripan
4. Melaksanakan Penatalaksanaan pada Ny”K” dengan asuhan persalinan
normal pada ibu hamil di Puskesmas Kuripan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses yang alamiah yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit
yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan
pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai
(Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(JNPK-KR, 2011).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2010).
Inpartu normal adalah : Seorang wanita yang partus spontan dan normal
tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa yang berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam.
B. Bentuk Persalinan Berdasarkan Definisi
1. Persalinan spontan adalah bila seluruh persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri
2. Persalinan buatan adalah bila persalinan belangsung dengan bantuan
tenaga dari luar
3. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.
C. Bentuk Persalinan Menurut Cara Persalinan
1. Partus biasa atau normal di sebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri
tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal di anggap jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa di sertai adanya penyulit.
2. Partus luar biasa ( abnormal ) adalah persalinan pervagina dengan
bantuan alat – alat atau melalui diding perut dengan operasi secio
sesaria (SC) (Rohani, 2010).
D. Bentuk Persalinan Menurut Usia Kehamilan
Bentuk Persalinan Berdasarkan Usia Kehamilan menurut Rustam Mochtar
tahun 2011 adalah:
1. Abortus ( keguguran ) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viable), berat janin dibawah 1000 gr, tua kehamilan
dibawah 28 minggu.
2. Partus Immaturus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi < 28
minggu dengan berat janin 500-1000 gram
3. Partus Prematurus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan) pada usia kehamilan 28-
36 minggu, dengan berat janin 1000-2500 gram
4. Partus Aterm adalah terjadinya persalinan pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat janin di atas 2500 gram.
5. Partus Postmaturus/Serotinus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang
diperkirakan
6. Partus Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat
(<3jam), mungkin dikamar mandi, diatas becak dan sebagainya.
E. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum di ketahui
benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang komplek. Perlu di
ketahui bahwa ada 2 hormon yang dominan saat hamil.
1. Estrogen
a. Meningkatkan sensitifitas otot rahim
b. Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
2. Progesteron
a. Menurunkan sensitivitas otot rahim
b. Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar, seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin dan rangsangan mekanis
c. Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
Estrogen dan progesterone harus berada dalam kondisi
keseimbangan sehingga kehamilan dapat di pertahankan.
Perubahan keseimbangan kedua hormone tersebut menyebabkan
oksitosin yang di keluarkan oleh hipofisis pars posterior dapat
menimbulkan kontraksi Braxton hicks. Kontraksi Braxton hicks
akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh
karna itu semakin tua kehamilan,frekuensi kontraksi semakin
sering. Oksitosin di duga bekerja bersama atau bekerja melalui
prostaglandin, yang nilainya akan meningkat mulai dari umur
kehamilan minggu ke 15.
F. Teori-Teori Penyebab Persalinan
Menurut Sulistyowati (2010) fisiologi persalinan sebagai berikut:
1. Sebab – sebab terjadinya persalinan.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya
persalinan.
a. Teori Oksitocin.
1) Salah satu efek Oksitocin adalah merangsang uterus, pada ibu
hamil oksitocin meningkat sehingga dapat memberi
rangsangan pada reseptor saraf miometrium desidua.
2) Pada trimester 3 uterus sangat sensitive terhadap efek
oksitocin.
b. Menurunnya Progesterone.
1) Progesteron selama hamil meningkat sehingga menghambat
aktivitas miometrium dengan mengikat kalsium dan
mencegah uterus berkontraksi.
2) Pada akhir kehamilan progesterone menurun, prostaglandin
meningkat sehingga dapat merangsang kontraksi uterus.

c. Rangsangan Estrogen
Pada akhir kehamilan, estrogen merangsang uterus untuk
kontraksi dengan
1) Menimbulkan sensitifitas uterus sehingga estrogen
meningkatkan adenotriphospat kemudian terjadi peningkatan
kontraktil protein.
2) Membantu impuls ke sel miometrium, dimana sel tersebut
sudah sensitive terhadap rangsangan untuk kontraksi.
d. Fetal Cortisol Theory.
Fetus memproduksi banyak cortisol (oleh kelenjar Adrenal),
Cortisol mempunyai 2 efek :
1) Membatasi produksi progesterone dari placenta.
2) Merangsang produksi prostaglandin.
e. Prostaglandin Theory.
Produksi prostaglandin meningkat beberapa saat sebelum persalinan
mulai, juga mempengaruhi peningkatan estrogen, fetal cortisol dan
distensi uterus, serta penurunan progesterone.
f. Uterus Distention Theory.
Selama kehamilan ukuran uterus membesar dan otot menjadi tegang,
tetapi tidak pada otot uterus karena pengaruh progesterone. Pada
ketegangan tertentu uterus mudah terangsang.
G. Tanda-Tanda Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita yang memasuki kala pendahuluan (preparatory stage
of labor), menurut Rohani tahun 2010 dengan tanda-tanda persalinan :
1. Terjadi Lightening
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multigravida tidak begitu kelihatan
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c. Perasaan sering atau susah BAK (polikusaria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian bawah janin
d. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show)
2. Terjadinya HIS Persalinan
a) HIS Persalinan Mempunyai Sifat
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan.
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya
semakin besar.
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.
4) Makin beraktivitas kekuatan his makin bertambah.
Pada hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks
karena terjadinya perubahan keseimbangan pada hormon estrogen
dan progesteron. Kontraksi braxton hicks ini disebut sebagai his
palsu.
3. Sifat His Permulaan/Palsu :
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks / pembawa tanda
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah bila beraktivitas
4. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
5. Perasaan sering dan susah buang air kecil karna kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
6. Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,
kadang bercanpur darah (bloody show). Dengan mendekatnya
persalinan, maka servik menjadi matang dan lembut, serta terjadi
oblitersi servik dan kemungkinan sedikit dilatasi.
H. Tanda-Tanda Inpartu
Tanda-Tanda Inpartu Menurut Rustam Mochtar tahun 2011 yaitu :
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.


4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
I. Proses Persalinan
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender
bercampur darah (bloody slow) karena serviks mulai membuka
(dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler disekitar kanalis servisis akibat pergeseran
ketika serviks mendatar dan membuka. Kala pembukaan dibagi atas 2
fase :
a. Fase laten
Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3
cm, lamanya 7-8 jam.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi ats 3 subfase.
1) Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady); selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, cepat, dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Keala janin telah turun dan masuk ke
ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang melalui lengkung reflex menimbulkan rasa mengedan.
Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air
besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan
mengedan yang terpimpin akan lahir kepala, diikuti seluruh badan
janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ sampa 2 jam, pada
multi ½ - 1 jam.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus
teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta
yang menjadi 2 kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-
10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya
perdarahan post partum. Yang diamati adalah tanda-tanda vital (TTV),
TFU, kandung kemih, dan perdarahan.
Tabel 2.13 Waktu Persalinan Primi dan Mult
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam

Lama persalinan 147¾ jam

( Rustam Mochtar, 2011 )


J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sondakh (2011), faktor persalinan adalah sebagai berikut:
1. Passage – Fetus (janin).
2. Passager – jalan lahir (pelvis).
3. Power – Kontraksi uterus dan tenaga/kekuatan ibu.
4. Psikologi – Respon psikologi ibu
5. Placental dan Function – Berhubungan dengan tempat implantansi.
6. Penolong – Competence dari penolong.
K. Mekanisme Persalinan Normal
1. Turunnya Kepala
Terjadi selama persalinan karena dorongan dari kontraksi dan
kepala. Turunnya kepala dapat dibagi ke dalam:
a. Masuknya kepala dalam pintu atas panggul.
b. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai pada kala II. Pada
multigravida maju dan masuknya kepala dalam panggul terjadi
bersamaan.
2. Fleksi
Sangat penting bagi penurunan selama kala II. Melalui fleksi ini
diameter terkecil kepala janin dapat bergerak melalui pintu atas
panggul dan terus menuju dasar panggul.Fleksi terjadi karena anak
didorong maju tapi mendapat tahanan dari cervik, dinding panggul
atau dasar panggul.
3. Putaran Paksi Dalam ( Rotasi Internal).
Dari kepala akan membuat diameter anterposterior menyesuaikan
diri dengan diameter anteroposterior dari panggul ibu.
4. Extensi
Terjadi karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan keatas, sehingga kepala harus nengadakan extensi
untuk melaluinya.

5. Putaran Paksi Luar


Putaran atau gerakan kembali seperti sebelum putaran paksi dalam
terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung
anak.
6. Expulsi
Terjadi setelah putar paksi luar, bahu depan sampai bawah
syimphisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
L. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan
Menurut Ari Sulistyawaty (2010), sejumlah perubahan-perubahan
fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini bertujuan
untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis
bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintrepetasikan tanda-
tanda, gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium
apakah normal atau tidak selama persalinan kala I. beberapa perubahan
yang terjadi pada masa persalinan yaitu uterus, serviks, system
kardiovaskular.
1. Uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot
polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan
keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri
menjalar ke bawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk
mendorong janin ke bawah, sedangkan uterus bagian bawah pasif
hanya mengikuti tarikan dan segmen atas rahim, akhirnya
menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Kerjasama
antara uterus bagian atas dan bagian bawah di sebut polaritas.
Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim:
a. Segmen atas rahim (SAR), terbentuk pada uterus bagian atas
dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini
terdapat banyak otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari
fundus sampai ishmus uteri.
b. Segmen bawah rahim (SBR), terbentuk di uterus bagian bawah
antara ishmus dengan serviks dengan sifat otot yang tipis dan
elastis, pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan
memanjang (Sumarah, 2009).
Uterus saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh
ototnya kontraksi, proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal
dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik
otot bawah rahim ke atas sehingga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami (Ari Sulistiyawaty,
2010).
2. Serviks
Pada akhir kehamilan otot ang mengelilingi Ostium Uteri
Internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi
pendek dan menjadi bagia dari SBR. Bentuk serviks menghilang
karena canalis servikalis membesar dan atas membentuk ostium uteri
eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sepit (Sumarah,
2009).
Serviks pada kala II, serviks sudah menipis da dilatsi maksimal.
Saat dilakukan pemeriksaan dalam, porsio sudah tidak teraba dengan
pembukaan 10 cm (Ari Sulistiyawaty, 2010).
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah
darah dalam sirkulasi ibu meningkat.
b. Resistensi periver meningkat sehingga tekanan darah meningkat
c. Saat mengejan cardiac output meningkat 40-50%
d. Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat kontraksi
e. Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia
tetapi dengan kadar yang masih adekuat tidak meimbulkan masalah
serius.
M. Kebutuhan Dasar Pada Persalinan
Kebutuhan Dasar Pada Persalinan Menurut Asrinah tahun 2010, yaitu:
1. Dukungan Fisik dan Psikologis
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya di liputi
perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara.
Perasaan takut bias meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan
ibu menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya akan menghambat proses
persalinan.
Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping
persalinan yang dapat di andalkan serta mampu memberikan
dukungan, bimbingan dan pertolongan persalinan. Asuhan yang
sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar
pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif
dan turut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang
bidan sedang sibuk, ia harus memastikan bahwa ada seseorang
pendukung yang hadir, dan memantau perempuan yang sedang dalam
persalinan. Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat
pasien (suami, keluarga, teman, perawat, bidan maupun dokter).
Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat sejak
dalam kelas-kelas antenatal. Mereka dapat membuat laporan tentang
kemajuan ibu dan secara terus-menerus memonitor kemajuan
persalinan.
Bidan harus mampu memberikan kehadiran dengan kondisi sebagai
berikut:
a. Selama bersama pasien, bidan harus berkonsentrasi penuh untuk
mendengarkan dan melakukan observasi.
b. Membuat kontak fisik, misalnya mencuci muka pasien, menggosok
punggung, memegang tangan pasien, dan sebagainya.
c. Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang
dan bias menenangkan pasien).
Ada lima kebutuhan dasar bagi perempuan dalam persalinan
menurut Lesser dan Keane:
a. Asuhan fisik dan psikologis.
b. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus.
c. Pengurangan rasa sakit.
d. Penerimaan atas sikap dan prilakunya.
e. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.
Hasil penelitian (RCT) telah memperlihatkan efektifnya dukungan
fisik, emosional, dan psikologic selama persalinan dan kelahiran.
Dalam Cochrane Database, suatu kajian ulang sistematik dari 14
percobaan yang melibatkan 5000 perempuan, memperlihatkan bahwa
kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus selama persalinan
dan kelahiran akan menghasilkan:
a. Kelahiran dengan tindakan (forceps, vacuum maupun seksio
caesaria) menjadi berkurang.
b. APGAR Skor <7 lebih sedikit.
c. Lamanya persalinan menjadi semakin pendek.
d. Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan
mereka.
Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus-menerus
dalam bentuk dukungan mempunyai keuntungan-keuntungan.
a. Sederhana.
b. Efektif.
c. Biayanya murah.
d. Resikonya rendah.
e. Membantu kemajuan persalinan.
f. Hasil kelahiran bertambah baik.
g. Bersifat saying ibu.
2. Kebutuhan Makanan dan Cairan
Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif,
karena makanan padat dapat lebih lama tinggal dalam lambung
daripada makanan cair, sehingga proses pencernaan berjalan lebih
lambat selama persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat juga
merangsang terjadinya mual/muntah, yang bias mengakibatkan
terjadinya aspirasi ke dalam paru-paru.
Untuk mencegah dehidrasi, pasien boleh diberi minuman segar (jus
buah, sup, dll) selama proses persalinan, namun bila mual atau muntah,
dapat di berikan cairan IV (RL)
3. Kebutuhan Eliminasi
Kandung kencing harus di kosongkan setiap 2 jam selama proses
persalinan. Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga
harus di catat. Bila pasien tidak mampu berkemih sendiri, dapat
dilakukan katerisasi, karena kandung kencing yang penuh akan
menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain itu, juga akan
meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak di kenali pasien, karena
bersamaan dengan munculnya kontraksi uterus.
Rektum yang penuh akan mengganggu penurunan bagian terbawah
janin, namun bila pasien mengatakan ingin BAB, bidan harus
memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk pada kala II.
Bila di perlukan sesuai dengan indikasi, bias dilakukan tindakan
lavement, meskipun tindakan ini bukan merupakan tindakan rutin
selama persalinan.
4. Posisi dan Aktifitas
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa normal, tanpa
disadari, dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu
agar tetap tenang dan rileks, bias mungkin bidan tidak boleh
memaksakan pemilihan posisi yang di inginkan oleh ibu dalam
persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah mendukung ibu dalam
pemilihan posisi apapun, menyarankan alternatif-alternatif hanya
apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi diri sendiri
maupun bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk
melayani sebagai pendamping ibu, bidan bisa menawarkan dukungan
pada orang yang mendamping ibu tersebut.
Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu telentang terus-
menerus dalam masa persalinannya. Jika ibu sudah semakin putus asa
dan merasa tidak nyaman, bidan bisa mengambil tindakan-tindakan
yang positif untuk mengubah kebiasaan atau mengubah seting tempat
yang sudah ditentukan (seperti misalnya menyarankan agar ibu berdiri
atau berjalan-jalan). Bidan harus menciptakan suasana yang nyaman
dan tidak menunjukkan ekspresi terburu-buru, sambil memberikan
kepastian yang menyenangkan serta pujian lainnya.
Saat memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan
atau membantu keluarga untuk memberikan dukungnan persalinan,
bidan harus melakukan semuanya dengan cara penuh kasih sayang,
meliputi:
a. Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada
keselamatan jiwa ibu.
b. Memungkinkan ibu merasa nyaman dan aman secara emosional
serta merasa didukung dan didengarkan.
c. Menghormatkan praktik-praktik budaya, keyakinan agama, dan ibu
beserta keluarganya sebagai pengambil keputusan.
d. Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai
teknologi canggih.
e. Memastikan bahwa informasi yang diberikan telah memadai serta
dapat dipahami ibu.
Tabel 2.14 Posisi Untuk Persalinan

Posisi Alasan/Rasionalisasi
Duduk atau - Lebih mudah bagi bidan untuk
setengah duduk membimbing kelahiran kepala bayi
dan mengamati/mendukung
perineum.
Posisi merangkak - Baik untuk persalinan dengan
punggung yang sakit,
- Membantu bayi melakukan rotasi.
- Peregangan minimal pada perineum.
Berjongkok atau - Membantu penurunan kepala bayi.
- Memperbesar ukuran panggul
berdiri
- menambah 28% ruang outletnya.
Memperbesar dorongan untuk meneran
bisa memberi kontribusi pada laserasi
perineum).
Berbaring miring - Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
- Member oksigenasi yang baik bagi bayi.
ke kiri
Membantu mencegah terjadinya laserasi.
5. Pengurangan Rasa Nyeri
a. Etiologi Nyeri Persalinan
Ada studi-studi yang mendukung teori bahwa nyeri pada kala
satu persalinan adalah akibat adanya dilatasi serviks, segmen
bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta
perlukaan pada jaringan otot maupun ligament-ligamen yang
menopang struktur di atasnya. Teori tersebut dapat dijelaskan
dengan pendapat Bonica & Mc. Donald melalui factor-faktor
berikut :
1) Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada
nyeri visceral.
2) Intensitasnya dan lamanya nyeri berhubungan dengan
munculnya tekanan intrauterin, yang berpengaruh pada dilatasi
dari struktur tersebut.
3) Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang
tidak bersalin, misalnya pada saat dilakukan tindakan digital
atau kuret, mereka mengalami nyeri seperti yang dialami oleh
ibu bersalin.
Meskipun rangsangan mekanis dari reseptor lebih besar dalam
menghasilkan implus-implus nyeri, mediator chemis (obat-obatan)
seperti bradykinin, prostaglandin, serotonin, dan asam lactad juga
berpengaruh.
b. Mekanisme Nyeri Persalinan
Nyeri pada saat persalinan menempati skor 30-40 dari 50 skor
yang ditetapkan Wall & Mellzack. Skor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sindrom nyeri klinik seperti nyeri punggung yang
kronik, nyeri akibat kanker, nyeri tungkai, dan lainnya.
Rasa nyeri persalinan disebabkan oleh kombinasi peregangan
segmen bawah rahim dan iskemia otot-otot rahim. Dengan
peningkatan kekuatan kontraksi, serviks akan tertarik. Kontraksi
yang kuat ini juga membatasi pengaliran oksigen pada otot-otot
rahim sehingga terjadi nyeri iskemik. Keadaan ini diakibatkan oleh
kelelahan ditambah lagi dengan kecemasan yang selanjutnya akan
menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi bagian tubuh
lainnya dan mungkin pula menyebabkan exhaustion (kelemahan
yang sangat).
1) Pendekatan-Pendekatan Nonfarmakologik dalam Mengurangi
Nyeri Persalinan :
a) Posisi ibu dan perubahan posisi
Studi dari berbagai kultur terhadap pilihan-pilihan posisi
perempuan selama persalinan meyakini bahwa perempuan
mempunyai kecenderungan untuk memilih macam-macam
posisi, dan sering mengubah posisinya selama proses
persalinan.
Secara medis anggapan bed rest selama persalinan adalah
saat dimana ibu membutuhkan istirahat lebih banyak,
terutama pada ibu bersalin dengan komplikasi serta adanya
kesulitan untuk bergerak Perubahan posisi, termasuk
ambulasi, telah diteliti hubungannya dengan pemakaian
medikasi minimal untuk mengurangi nyeri persalinan,
kontraksi uterus menjadi lebih efektif dan meningkatkan
kesadaran ibu terhadap pengaturan kelahiran:
a) Pijatan
Pijatan digunakan untuk membantu relaksasi dan
menurunkan nyeri melalui peningkatan aliran darah pada
daerah-daerah yang terpengaruh, merangsang reseptor-
reseptor raba kulit sehingga merilekskan otot-otot,
mengubah suhu kulit dan secara umum memberikan
perasaan nyaman yang berhubungan dengan keeratan
hubungan manusia.
b) Tekanan dan tekanan yang kuat.
c) Distraksi

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012. www.depkes.go.id (diakses 15 Desember 2015).

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri (Edisi 3 Jilid I). Jakarta: EGC.

Pusdiknakes, 2010. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta. .


Rury narulita sari 2011 ari, Rury Narulita. 2012. Konsep Kebidanan.Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Wiknjosastro, Hanifa,dkk. 2010.“Ilmu Kebidanan Edisi 3”.Jakarta: yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai