Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PERSALINAN NORMAL DAN BAYI


BARU LAHIR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Persalinan


dan Bayi Baru Lahir

Disusun oleh :
NURMI DWI JUNITA
P01740522012

Pembimbing Akademik:

Rina, M. Tr. Keb


NIP. 197908202005022001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PERSALINAN NORMAL DAN BAYI


BARU LAHIR”

Oleh:
NURMI DWI JUNITA
NIM. P0 1740522012

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rina, M. Tr. Keb Fitri Andri Lestari, SKM, S. Tr. Keb


NIP. 197908202005022001 NIP. 197512052006042030

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb


NIP. 198012102002122002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Pendahuluan terkait Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Persalinan. Penulisan
Laporan Pendahuluan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik
Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Persalinan Program Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Eliana, SKM, MPH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu
2. Ibu Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
3. Ibu Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
4. Ibu Rina, M. Tr. Keb selaku Pembimbing Akademik
5. Ibu Fitri Andri Lestari, SKM, S. Tr. Keb selaku Pembimbing Lahan
6. Seluruh pegawai PMB Fitri Andri Lestari, SKM, S. Tr. Keb
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bengkulu, Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I Tinjauan Teori Persalinan.................................................................... 1


A. Persalinan.............................................................................................. 1
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir............................................................. 17
BAB II Tinjauan Asuhan Kebidanan................................................................ 23
A. Konsep Asuhan Kebidanan................................................................... 23
B. Konsep Asuhan Bayi Baru Lahir.......................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah
cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu. Dalam ilmu kebidanan, ada berbagai jenis
persalinan diantaranya adalah persalinan spontan, persalinan buatan, dan
persalinan anjuran (Fitriana dan Nurwiandani, 2018).
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentase belakang kepala pada usia kehamilan Antara 37 hingga 42
minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi
sehat. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil kontrasepsi yang
dapat hidup, dari dalam uterus melalui jalan lahir atau jalan lain kedunia
luar. Secara umum persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan,
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin dususul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Anik, 2016).
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat
berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan
tergantung lima factor yaitu : power, passage, passanger, psikologis ibu
dan penolong saat bersalin dan posisi ibu saat bersalin. Dengan adanya
keseimbangan atau kesesuaian Antara factor-faktor tersebut persalinan
nofrmal diharapkan dapat berlangsung (Riyanti, 2016).
Bentuk-bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah persalinan
spontan yaitu dimana bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri, persalinan buatan yaitu bila proses persalinan dengan
bantuan tenaga dari luar, persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
2. Macam-macam Persalinan
a. Persalinan spontan (normal/biasa)
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan
Yaitu persalinan yang dibantu dari luar misalnya vaccum ekstraksi,
forceps, SC.
c. Persalinan anjuran
Yaitu persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan
yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan, yaitu merangsang otot rahim berkontraksi seperti dengan
menggunakan prostaglandin, oksitosin, atau memecahkan ketuban
3. Sebab Mulanya Persalinan
a. Ada dua hormon yang dominan pada saat hamil yaitu
1) Estrogen
a) Meningkatkan sensitivitas otot Rahim
b) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan
rangsangan mekanik
2) Progesterone
a) Menurunkan sensitivitas otot Rahim
b) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan
rangsangan mekanik
c) Menyebabkan otot Rahim dan otot polos relaksi
b. Teori tentang penyebab persalian :
1) Teori peregangan
a) Otot Rahim mempunyai kemampuan merengang dalam batas
tertentu
b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontrasi sehingga
persalinan dapat dimulai
c) Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah
peregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan
2) Teori penurunan progesterone
a) Proses penuan plasenta mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu.
b) Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot
Rahim menjadi lebih sensitive terhadap oksitosin
3) Teori oksitosin internal
a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat
mengubah sensitivitas otot Rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks.
4) Teori prostaglandin
a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua
b) Prostaglandin dianggap dapat menjadi pemicu persalinan.
5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
a) Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anancepalus
sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus.
b) Glandula Suprarenalis merupakan pemicu terjadi persalinan
bagaimana terjadi persalinan tetap belum diketahui dengan
pasti, besar kemungkuinan semua factor bekerja sama,
sehingga pemicu persalinan menjadi multifactor.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan
a. Faktor Ibu
1) Usia Ibu
Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan
dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu
dalam reproduks. Usia reproduksi yang optimal bagi seseorang ibu
untuk hamil dan melahirkan ialah 20-35 tahun karena pada usia ini
secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan. Jika umur ibu kurang dari
20 tahun maka semakin muda umur ibu maka fungsi reproduksi
belum berkembang dengan sempurna sehinga kemungkinan terjadi
komplikasi dalam persalinan akan lebih besar. Jika usia ibu lebih
dari 35 tahun juga akan beresiko, maka semakin tua umur ibu maka
akan terjadi kemunduran yang progesif dari endrometrium
sehingga untuk mencukupi nutrisi di butuhkan pertumbuhan
plasenta yang lebih luas sehingga menyebabkan proses kehamilan
dan persalinan beresiko.
2) His
His merupakan suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis
pada persalinan. His dikatakan baik apabila memiliki frekuensi
lebih dari 2x10 menit dengan durasi lebih dari 40 detik, dan his di
katakan kurang baik jika memiliki frekuensi kurang dari 2x10
menit durasi kurang dari 40 detik (Surtiningsih 2017).
3) Paritas
Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi hidup. Paritas
primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak
satu kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup
beberapa kali di mana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali,
dan grande multipara yaitu wanita yang melahirkan bayi hidup
lebih dari 5 kali. Paritas dikatakan beresiko bila paritas lebih dari 4
kali sedangkan paritas yang tidak beresiko jika melahirkan 2-3 kali.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi
pula kematian maternal (Rohani and Nusantara 2017).
b. Faktor Janin
1) Sikap Janin
Sikap janin adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan
yang lain dengan bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang
khas (sikap) saat berada di dalam rahim. Hal ini merupakan suatu
akibat dari pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat
penyesuaian janin terhadap bentuk organ janin. Pada kondisi
normal punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada,
paha fleksi ke arah sendi lutut, tangan di silangkan di depan toraks
dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai sikap janin ini
di sebut sebagai fleksi umum. Penyimpangan sikap normal dapat
menyebabkan kesulitan saat anak akan di lahirkan. Misalnya, pada
saat presentasi kepala dengan kepala janin ekstensi atau fleksi yang
kurang dapat menyebabkan diameter kepala janin berada di posisi
yang tidak menguntungkan terhadap ukuran pangul ibu.
2) Letak Janin
Menurut Mochtar dalam (Made Ayu 2017), letak janin adalah
hubungan panjang sumbu (punggung) tubuh janin terhadap
panjang sumbu (punggung) tubuh ibu. Letak janin di bedakan
menjadi 3 yaitu :
a) Letak memanjang
Sumbu bayi sejajar dengan panjang sumbu (punggung) ibu.
Posisi ini masih di bedakan menjadi 2 bagian meliputi :
(1) Letak kepala berada di bagian bawah rongga rahim (janin
letak memanjang presentasi kepala). Letak janin inilah
yang di harapkan, karena dengan posisi ini dapat
memudahkan proses persalinan alami melalui jalan lahir.
Karena ketika persalinan berlangsung, kepala janin akan
terdorong ke arah pintu jalan lahir. Jika kepala sudah
berhasil keluar, maka seluruh bagian tubuh akan mudah
untuk dikeluaran.
(2) Kepala berada di bagian atas rongga rahim (janin letak
memanjang presentasi sungsang). Letak biasanya
bervariasi, ada yang bokong saja di bagian bawah rahim
dan ada pula yang kaki terlebih dahulu.
b) Letak lintang
Sumbu panjang janin melintang dan membentuk sudut tegak
lurus terhadap sumbu panjang tubuh ibu.
c) Letak miring
Letak janin tidak memanjang dan tidak lintang.
3) Malposisi
Malposisi merupakan posisi abnormal dari puncak kepala janin
(dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) dipanggul ibu.
Malposisi juga merupakan sebagai petunjuk tidak berada di
anterior.
4) Malpresentasi
Presentasi janin tersering adalah presentasi belakang kepala. Pada
posisi tersebut, kepala janin fleksi dan wajah janin menghadap
kearah punggung ibu. Hal ini memungkinkan diameter anterior-
posterior yang terpendek dari kepala janin bergerak melewati
panggul dan mengakibatkan kemajuan dalam penurunan kepala
janin secara efisien. Namun bila janin mengalami malpresentasi
maka hal ini bisa terjadi pada posisi dahi, bahu, muka dengan dagu
posterior atau kepala sulit lahir pada presentasi bokong. Jadi dapat
di simpulkan bahwa malpresentasi merupakan semua presentasi
janin selain presentasi belakang kepala.
5) Bayi Besar
Janin yang besar kemungkinan dapat di lahirkan dengan mudah
melalui panggung yang lebih luas, sedangkan janin kecil mungkin
dapat di lahirkan mudah dengan melalui panggul yang kecil. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkiraan berat dan
ukuran janin, faktor yang pertama yaitu besar dan beratnya ibu. Ibu
yang gemuk cenderung memiliki janin yang besar juga. Faktor
yang kedua ialah paritas. Secara umum bayi-bayi cenderung
menjadi lebih besar dengan meningkatnya paritas. Faktor ketiga
adalah keadaan ibu, dimana ibu yang diabetes atau keadaannya
tidak terkendali denga baik cenderung mendapat bayi yang lebih
besar. Batasan berat normal bayi yang umum untuk bayi aterm
sebaiknya kisaran 2500-4000 gram.
5. Tahap persalinan ( Kala I, II, III, IV)
a. Kala I
1) Yang dimaksud dengan kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
2) Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan
meningkat ( frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap.
3) Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :
a) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam. Kontraksi mulai teratur tetapi masih Antara 20-30 detik.
b) Fase Aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
(1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi pemnbukaan menjadi lambat. Dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
b. Kala II ( Kala Pengeluaran)
Kala II/ kala pengeluaran adalah kala atau fase yang dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan pengeluaran bayi.
Setelah serviks membuka lengkap janin akan segera keluar. His 2-3 x/
menit lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila koordinasi
gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di
fundus, mempunyai amplitude 40-60 mm air raksa berlangsung 60-90
detik dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi
kurang dari 12 mm air raksa. Karena biasanya dalam hal ini kepala
janin sudah masuk kedalam panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. Dirasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air
besar. Perinium menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
dalam vulva pada waktu his (Ilmiah W, 2015). Menurut JNPK-KR
(2008) umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara). Menurut PP IBI (2016) asuhan kala II persalinan sesuai
60 langkah APN antara lain : Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1) Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan yaitu: ibu ingin
meneran bersamaan dengan kontraksi, ibu merasakan tekanan
semakin meningkat pada rectum dan vagina, perineum tampak
menonjol, vulva dan sfingter ani membuka.
2) Menyiapkan pertolongan persalinan dengan memastikan
kelengkapan peralatan bahan dan obat-obat esensial untuk
pertolongan persalinan dan penatalaksanaan komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau
resusitasi, siapkan: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat,
tiga handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi),
alat pengisap lender, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari
tubuh bayi. Persiapan untuk ibu yaitu: menggelar kain di atas
perut bawah ibu, mematahkan ampul oksitosin, memasukan alat
suntikan sekali pakai 2 ½ ml kedalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus
cairan.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci dengan
sabun dan air mengalir. Kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi kering dan bersih.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang
bersarung, memasukan oksitosin kedalam tabung suntik dan
letakan kembali dalam wadah partus (PP IBI, 2016).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati
dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang dibasahi dengan air DTT. Jika introitus vagiana, perineum
atau anus terkontaminasi dengan tinja, bersihkan dengan seksama
dari arah depan kebelakang. Buang kapas atau kassa pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia. Ganti sarung tangan
jika terkontaminasi (dekontaminasi), lepaskan dan rendam dalam
larutan chlorin 0,5%. Pakai sarung tangan steril untuk
melaksanakan langkah selanjutnya.
8) Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah
lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara Mencelupkan tangan
yang bersarung tangan kedalam larutan clorin 0,5% membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5 %. Cuci tangan kembali dengan sabun dan air
mengalir.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
(pastikan denyut jantung janin dalam batas normal 120-160
x/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
penilaian serta asuhan lainnya dalam partograf (PP IBI, 2016).
11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginanannya. Tunggu hingga timbul rasa
ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada. Jelaskan pada anggota
keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
member semangat kepada ibu untuk meneran secara benar.
12) Meminta bantuan keluarga untuk membantu menyiapkan posisi
meneran (pada saat his kuat dan rasa ingin meneran membantu
ibu dalam posisi setengah duduk atau posisi lainnya yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran apabila ibu ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat: bombing ibu agar dapat meneran
secara benar dan efektif, dukung dan beri semangat pada saat
meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai,
bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama),
anjurkan ibu untuk beristirahat di antara waktu kontraksi,
anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu,
berikan cukup asupan cairan per oral (minum), menilai DJJ setiap
kontraksi uterus selesai, segera rujuk jika bayi belum atau tidak
akan segera lahir setelah pembukaan lengkap dan dipimpin
meneran ≥ 2 jam pada primi gravida atau ≥ 1 jam pada multi
gravid.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu merasa belum ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit (PP IBI, 2016). Persiapan Untuk
Melahirkan Bayi.
15) Meletakan handuk bersih di perut bawah ibu untuk mengeringkan
bayi, jika kepala bayi terlihat 5-6 cm di depan vulva.
16) Meletakan kain yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set, memperhatikan kembali alat dan
bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT/ steril pada kedua tangan (PP IBI,
2016).
19) Saat kepala bayi tampak 5-6 cm membuka vulva, maka lindungi
perineum dengan 1 tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20) Memeriksa lilitan tali pusat pada leher janin dan jika ada ambil
tindakan yang sesuai: jika tali pusat melilit leher secara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi, jika tali pusat melilit leher
secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara
kedua klem tersebut.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan
siku bayi sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang ke 2 mata kaki
(masukan jari diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi
yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk) (PP IBI, 2016).
25) Lakukan Penilaian Selintas yaitu: apakah bayi cukup bulan?
Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban
adalah “tidak” lanjut kelangkah resusitasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia (lihat penuntun belajar resusitasi). Bila semua
jawaban “ya” lanjut kelangkah 26
26) Keringkan tubuh bayi, Mengeringkan tubuh bayi. Keringkan
mulai dari wajah, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
kering. Biarkan bayi tetap di perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus dan pastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
28) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 IU
secara IM di 1/3 paha distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntik oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31) Memotong dan mengikat tali pusat. Dengan satu tangan, pegang
tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Ikat tali pusat
dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan memasukan
ke dalam wadah yang telah disediakan.
32) Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada
ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu,
dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau daerah areola
mamae ibu. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi melakukan kontak kulit
ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-
15 menit. Bayi cukup menyusui dari 1 payudara. Biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu (PP IBI, 2016).
c. Kala III (Kala Uri)
Kala uri (kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban). Setelah bayi
lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
(Rukiah, dkk, 2014).
Manajemen Aktif Kala Tiga Persalinan (MAK III)
1) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.
2) Letakan 1 tangan di atas kain pada perut ibu, tepi atas simpisis,
untuk mendeteksi, tangan lain memegang tali pusat.
3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kebelakang (dorso
cranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 menit. Hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontaksi, minta ibu,
suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting
susu (PP IBI, 2016)
4) Bila pada penekanan pada bagian bawah dinding depan uterus
kearah dorso ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah
distal, maka lanjut dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan
(jangan tarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi)
sesuai dengan sumbu jalan lahir (kearah bawah sejajar lantai
atas). Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta
tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: beri dosis
ulangan oksitosin10 unit IM, lakukan kateterisasi (aseptik) jika
kandung kemih penuh, minta keluarga untuk menyiapkan
rujukan, ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat
15 menit berikutnya, jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan
plasenta manual.
5) Setelah plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung
tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal (PP IBI,
2016).
6) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus. Letakan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi dengan baik (fundus teraba keras). Lakukan tindakan
yang diperlukan (kompresi bimanual interna, kompresi aorta
abdominalis, tampon kondom kateter) jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase (PP
IBI, 2016). Menilai Perdarahan.
7) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta, pastikan
plasenta dan selaput lahir lengkap dan utuh, masukan kedalam
tempat yang telah disediakan.
8) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang
menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan (PP IBI, 2016)
d. Kala IV ( Kala Observasi)
Kala ataufase setelah plasenta selaput ketuban dilahirkan sampai
dengan 2 jam post partum. Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta
lahir sampai ± 2 jam setelah plasenta lahir (Hidayat dkk, 2013).
Menurut Marmi (2014) kala empat adalah 0 menit sampai 2 jam
setelah persalinan plasenta berlangsung ini merupakan masa kritis
bagi ibu karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau
mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematiaan pada kala IV.
1) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
2) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi
(PP IBI, 2016).
3) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh dan
bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan, kemudian
keringkan dengan handuk.
4) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
5) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
6) Evaluasi dan estimasi kehilangan darah.
7) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan
baik (40-60x/menit). Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau
retraksi diresusitasi dan segera merujuk ke RS. Jika bayi bernapas
terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS rujukan. Jika
kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut
(PP IBI, 2016).
8) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
9) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai.
10) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah, di ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
11) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk member ibu minum dan makan yang
diinginkan.
12) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
13) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
14) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering
15) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik bayi
16) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi
baik, pernapasan normal (40-60x/menit) dan temperature tubuh
normal (36,5°C -37,5°C) setiap 15 menit.
17) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan antero lateral. Letakkan bayi dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bias disusekan atau letakkan
kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu
dalam 1 jam pertama dan biarkan bayi sampai berhasil menyusu
18) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
19) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering (PP IBI,
2016).
20) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa tanda-
tanda vital dan asuhan kala IV (PP IBI, 2016).
6. Faktor yang Berperan dalam Persalinan
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
a. Power (Tenaga/Kekuatan) : kekuatan his yang mendorong janin
dalam persalinan dan ditambah dengan kekuatan tenaga ibu dalam
meneran.
b. Passage (jalan lahir) : panggul ibu, jalan lahir otot.
c. Passanger : janin, plasenta, dan selaput ketuban.
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi Baru Lahir Normal adalah Bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan
4000 gram dan harus menyelesaikan diri dari kehidupan intra uteri ke
kehidupan Ekstra Uteri (Marmi, 2014).
2. Ciri-ciri bayi normal
Menurut Marmi, 2014 ciri bayi normal adalah :
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-35 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Bayi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian
menurun sampai 120-140 x/menit.
f. Pernapasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 x/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi Vernic Caseosa.
h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Kuku telah agak panjang dan lemas.
j. Genetalia, labia minora sudah menutupi labia mayona (perempuan), testis
sudah turun( pada anak laki-laki)
k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
m. Gerak reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda diatas telapak
tangan , bayi akan mengenggam/ adanyanya gerakan reflek.
n. Eliminasi Bayi, urin dan Mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.
Mekonium berwarna hitam kecoklatan).
3. Perubahan- perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir
Menurut Syahlan (2015) perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi
baru lahir yaitu :
a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat.
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan gula
darah untuk menambah Energi pada jam-jam pertama setelah diambil
dari Metabolisme asam lemak.
b. Perubahan SuhuTubuh
Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih
rendah dari suhu yang berada didalam rahim ibu. Apabila bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25 oC, maka bayi akan kehilangan panas
melalui konveksi, radiasi, evaporasi sebanyak 200 kal/kg BB/menit.
c. Perubahan sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas
melalui plasenta setelah Bayi Lahir pertukaran gas harus melalui paru-
paru Bayi. Rangsangan untuk gerakan pertama adalah :
1) Tekanan Mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir.
2) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang kemareseptor yang
terletak di sinus kuratis.
3) Rangsangan Dingin didaerah muka dapat merangsangkan permukaan
gerakan pernapasan.
4) Reflek Deflasi Hering Breur
5) Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi normal dalam waktu
30 detik setelah persalinan.
6) Perubahan Sirkulasi Dengan perkembangan paru-paru mengakibatkan
tekanan O2 meningkatkan dan tekanan CO2 menurun, hal ini
mengakibatkan menurunnya Refleksi pembuluh darah paru sehingga
aliran darah ke alat tersebut meningkat.
d. Perubahan Alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat lainnya mulai berfungsi.
4. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut (Depkes, 2018) penanganan bayi baru lahir yaitu :
a. Membersihkan jalan nafas
b. Memotong dan merawat Tali Pusat
c. Mempertahankan Suhu tubuh Bayi
d. Memberikan injeksi vitamin K
e. Memberi obat/salep mata, untuk mencegah infeksi
f. Identifikasi Bayi Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat,
perawatan mata, dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali
bayi dalam keadaan krisis, dan dokter member intruksi khusus.
5. Pencegahan infeksi pada mata
Pencegahan infeksi mata dapat diberikan kepada bayi baru lahir.
Pencegahan infeksi tersebut di lakukan dengan menggunakan salep mata
tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu
jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran (Indrayani, 2013).
6. Profilaksis perdarahan pada bayi baru lahir
Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1
mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah
perdarahan pada bayi baru lahir akibat defesiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
7. Pemberian imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah terjadinya
infeksi disebabkan oleh virus Hepatitis B terhadap bayi (Saifuddin
AB,2014). Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. jadwal
pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari
(segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua,
imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian, yaitu pada 0 hari (segera
setelah lahir) dan DPT+ Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi
(Indrayani, 2013)
8. Pengkajian Bayi Baru Lahir
Menurut (Depkes, 2018) penanganan bayi baru lahir yaitu :
Fisik Nilai Apgar
0 1 2
Denyut Tidak ada Kurang Lebih dari 100/menit
jantung dari 100x/menit
pernapasan/ Tidak ada Nafas lambat dan Baik
respirasi tidak teratur menangis/teratur
Tonus otot Lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak/Normal
gerakan
Respon Tidak ada respon Menangis lemah Respon baik dengan
terhadap mengangis/normal
stimulus
Warna tubuh Seluruhnya biru Warna kulit tubuh Merah muda/normal
normal merah
muda, tapi tangan tidak kebiruan
dan kaki kebiruan

9. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


a. Bayi bernafas atau menangis, warna merah muda, denyut jantung .
100/menit, serahkan bayi langsung ke abdomen ibu dan keringkan
dengan handuk kering. Tindakan ini meningkatkan bounding dan
mempertahankan suhu karena kontak langsung kulit dengan kulit.
b. Bayi apneu atau terengah-engah, warna kulit biru dan denyut jantung.
100 stimulasi dengan menggosok punggung menggunakan sebuah
handuk atau tepuk-tepuk kaki dengan lembut. Buka dan bersihkan jalan
nafas dengan melakukan penghisapan pada mulut kemudian hidung
dengan lembut. Berikan oksigen fasial. Jika tidak ada respon pada usia
satu menit denyut jantung menurun atau tetap biru, maka ventilasi ambu
bag dan masker harus dimulai, jika tidak ada peningkatan dalam 2 menit
denyut jantung tidak meningkat pertimbangkan untuk
mempertimbangkan intubasi pada bayi.
c. Bayi apnea atau biru pucat denyut jantung , 100/ menit, ventilasi ambu
bag dan masker harus segera dimulai. Jika tidak ada respon dalam 2
menit maka intubasi bayi.
d. Bayi apnea warna kulit putih, denyut jantung , 60 x/menit, resusitasi
jantung paru penuh perlu dilakukan, lakukan intubasi segera dan mulai
berikan ventilasi tekanan positif intermiten(Varney, 2016).
10. Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin.
Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar ASI untuk memproduksi ASI di
alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin
banyak prolaktin dan ASI yang di produksi. Penerapan inisiasi menyusui
dini (IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain
menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi melalui
kolostrum, merangsang kontraksi uterus, dan lain sebagainya. Melihat
begitu unggulnya ASI, maka sangat disayangkan bahwa diIndonesia pada
kenyataannya penggunaan ASI belum seperti yang dianjurkan. Pemberian
ASI yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
a. ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%
kebutuhan.
b. Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena
dapat memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan
makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai
dengan usia bayi.
c. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi
dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap
dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat
lainnya (Saifuddin AB, 2014).

BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Konsep Asuhan Kebidanan


1. Pengkajian Data Subjektif
Data subjektif merupakan pendokumentasian hanya pengumpulan data
klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien, seperti
identitas pasien, kemudian keluhan yang diungkapkan pasien pada saat
melakukan anamnesa kepada pasien.
a. Identitas
1) Nama
Dikaji dengan nama yang jelas, lengkap, untuk menghindari adanya
kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien
lainnya.
2) Umur
Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap
proses reproduksi seseorang.
3) Agama
Untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama
yang sedang di anut oleh pasien.
4) Suku bangsa
Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan
merugikan.
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan
informasi hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat
pendidikan yang lebih tinggi mudah mendapatkan informasi.
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien.

7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.
b. Data Subjektif
1) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat
pemeriksaan
2) Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar tenaga kesehatan/bidan dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri
meliputi hal-hal di bawali ini:
a) Pemeriksaan gravida, persalinan, abortus dan Jumlah anak
hidup (GPA)
b) Berat badan bayi ketika lahir dan usia gestasi
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,
dan penolong persalinan.
d) Kesulitan ketika persalinan
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi dan
perdarahan
f) Komplikasi pada bayi
g) Rencana menyusui
3) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu,
atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan
pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral
sebelum kelahiran dan  berlanjut.
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai
berikut:
(1) Usia, ras, dan latar belakang etnik berhubungan dengan
kelompok risiko tinggi untuk masalah genelis seperti
anemia sickle sel, talasemia.
(2) Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi
(3) Penyakit kronis menahun/terus-menerus, seperti asma dan
jantung.
(4) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan cedera (pelvis
dan pinggang).
(5) infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular
seksual, dan tuberkulosis.
(6) Riwayat dan perawatan anemia.
(7) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat,
dan minuman ringan.
(8) Merokok (Jumlah batang per hari)
(9) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat
meningkatkan risiko terinfeksi toxoplasma.
(10) Alergi dan sensitif dengan obat
(11) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
b) Riwayat Penyakit
Kondisi kronis menahun/terus menerus seperti , hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh
karena itu adanya penyakit infeksi,  prosedur infeksi dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk
penyakit kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes
melitus dan jantung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis,
serta riwayat kongenital yang perlu dikumpulkan.
5) Pola Kebutuhan sehari-hari
a) Makan
(1) Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari
(2) Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi
(3) Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan
b) Minum
(1) Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari
(2) Jenis : Jenis minum yang dikonsumsi
c) Eliminasi
Frekuensi BAB dan BAK
6) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya
sehari-hari.
7) Pola Aktivitas
Kelelahan dalam beraktifitas akan banyak menyebabkan
komplikasi pada setiap ibu hamil misalnya perdarahan dan abortus.
8) Pola Istirahat
Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup baik siang maupun
malam untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan bayinya,
kebutuhan istirahat ibu hamil yaitu, malam + 8-10 jam/hari dan
siang  + 1-2 jam/hari.
2. Pengkajian Data Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah
sebagai berikut :
a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
kompos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar). 
3) Tanda – Tanda Vital
a) Tekanandarah : Normal 90/60 mmHg hingga 120/80
mmHg.
b) Nadi : Normal 60-100 kali per menit.
c) Pernafasan : Normal 12 - 20 kali per menit.
d) Suhu : Normal 36,5-37,2 derajat Celcius.
e) Berat badan.
f) Tinggi badan.
g) LILA : normal ≥ 23,5 cm.
h)  IMT :IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk
mengklarifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Cara
mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter
(kg/m2).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan serta menilai warna,
distribusi, kerontokan dan kebersihan pada rambut.
2) Muka
Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka.

3) Mata
Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu yang akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan, Sclera
icterus perlu dicurugai ibu mengidap hepatitis.
4) Hidung
Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip.
5) Telinga
Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan
telinga.
6) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas
dari ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema akibat efek
peningkatan estrogen yang menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat
dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke dokter  gigi secara teratur
karena penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu
terjadinya persalinan prematur. Trimester kedua lebih nyaman bagi
ibu untuk  melakukan perawatan gigi.
7) Leher
a) Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan ibu
kekurangan iodium, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kretinisme pada bayi dan bendungan vena jugularis/tidak.
b) Tidak tampak pembesaran vena jugularis. Jika ada hal ini
berpengaruh pada saat persalinan terutama saat meneran. Hal
ini dapat menambah tekanan pada jantung. Potensial terjadi
gagal jantung.
c) Tidak tampak pembesaran kelanjar tiroid, jika ada potensial
terjadi kelahiran prematur, lahir mati, kretinisme dan
keguguran.
d) Tidak tampak pembesaran limfe, jika ada kemungkinan terjadi
infeksi oleh berbagai penyakit misal TBC, radang akut
dikepala
8) Dada
a) Untuk melihat bagaimana kebersihannya, Terlihat
hiperpigmentasi pada areola mammae tanda kehamilan, puting
susu datar atau tenggelam membutuhkan perawatan payudara
untuk persiapan menyusui.
9) Adanya benjolan pada payudara waspadai adanya Kanker payudara
dan menghambat laktasi.
10) Abdomen
Untuk mengetahui adakah bekas operasi, tanda kehamilan, posisi
janin, dan DJJ.
No Tinggi fundus uteri (cm) Umur kehamilan (minggu)
1 24-25 cm diatas simfisis 22-28 minggu
2 26,7 cm diatas simfisis 28 minggu
3 29,5-30 cm diatas simfisis 30 minggu
4 29,5-30 cm diatas simfisis 32 minggu
5 31 cm diatas simfisis 34 minggu
6 32 cm diatas simfisis 36 minggu
7 33 cm diatas simfisis 38 minggu
8 37,7 cm diatas simfisis 40 minggu
(Sarwono, 2016)
11) Genetalia
Untuk mengetahui kondisi vulva/vagina adakah pengeluaran
cairan, keadaan portio, dilatasi serviks / pembukaan
Kala I :Dimulai dari saat persalinan mulai (1 cm) sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2
fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm
dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10
cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
Kala II :Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi
dan 1 jam pada multi.
12) Anus
Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain
13) Ekstremitas
Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat dicurigai
adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes melitus,
varises, kaki sama panjang/tidak karena dapat mempengaruhi
jalannya persalinan.
3. Assasment (Analisa)
Assesment merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan objektif.
(Rukiyah, 2014). Pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pasien, dapat terus diikuti dan dinilai
keputusan/tindakan yang tepat. (Rismalinda, 2014).
4. Rencana Tindakan
Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan menggambarkan
pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment
yaitu rencana apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisa dan interprestasi data yang bertujuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.
B. Konsep Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Pengkajian Data Subjektif
Data subjektif merupakan pendokumentasian hanya pengumpulan data
klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien, seperti
identitas pasien, kemudian keluhan yang diungkapakan pasien pada saat
melakukan anamnesa kepada pasien (Rukiyah, 2014).

a. Identitas Bayi
1) Nama
Dikaji dengan nama yang jelas, lengkap, untuk menghindari adanya
kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien
lainnya.
2) Umur
Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap
proses reproduksi seseorang.
3) Jenis Kelamin
Untuk menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan
dengan klien atau pasien lainnya.
4) Tanggal/ Jam Lahir
2. Pengkajian Data Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan bayi secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah
sebagai berikut :
a) Baik
Jika bayi memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan. Dilihat dari pemeriksaan apgar score meliputi
warna kulit, detak jantung, refleks dan kekuatan otot, serta
pernapasan bayi. Apgar score terglong baik jika nilainya lebih
dari 7.
b) Lemah
Jika bayi memperlihatkan respon tidak baik dilihat dari nilai
apgar score kurang dari 7.

2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran bayi. Dilihat dari
pemeriksaan apgar score meliputi warna kulit, detak jantung,
refleks dan kekuatan otot, serta pernapasan bayi.
3) Tanda – Tanda Vital
a) Nadi : Normalnya 120-160 kali per menit.
b) Pernafasan : Normalnya 40-60 kali per menit.
c) Suhu : Normalnya 36,5-37,2 derajat Celcius.
d) Berat badan : Normalnya 2500 - 4000 gram
e) Panjang badan : Normalnya 48 - 52 cm
f) Lingkar kepala : Normalnya 33 - 35 cm
g) Lingkar dada : Normalnya 30 – 38 cm
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
(1) Ubun-ubun
Biasanya belum menutup, ada tidaknya pencekungan dan
pencembungan
(2) Sutura
Ada tidaknya berhimpitan, dan ada tidaknya sutura saling
bertumpang tindih
(3)Muka
Dikaji apakah pucat atau tidak.
(4)Telinga
Dikaji ada pembesaran atau  tidak, letak telinga di kepala,
bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada raba spade aurikula dan
autium atau tidak, edema atau tidak, ada lesi atau tidak,
adanya sumbatan atau benda asing pada saluran pendengaran
eksterna atau tidak.
(5)Mata
Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda
infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran
dan bentuk serta kesamaan pupil.
(6)Hidung
Dikaji adanya nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan,
ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada
polip atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.
(7)Mulut
Dikaji simetris/ tidak , ada tidaknya refleks menghisap,
kelainan bentuk bibir normal atau tidak , langit-langit
terbelah / tidak terdapat bercak putih/lidah.
(8)Leher
Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan
ada/tidaknya bendungan vena jugularis.
(9)Dada
Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan kesimetrisan
payudara, bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan
pernafasan (auskultasi).
(10) Bahu lengan dan tangan
Dikaji dari bentuk, kesimetrisan, gerakan dan kelainan dan
jumlah jari bayi
(11) Sistem syaraf
(12) Refleks Moro
Bayi bila diangkat memperlihatkan gerakan seperti memeluk
(13) Refleks Rooting
Bayi mencari benda yang ditempelkan dipipinya.
(14) Refleks Grasping
Saat tangan bayi diberi telunjuk maka tangan bayi akan
menggenggam.
(15) Reflek Walking
Saat telapak kaki bayi disentuh dengan jari maka akan
bergerak-gerak.
(16) Reflek Sucking
Refleks bayi menghisap puting kuat/lemah.
(17) Reflek Tonic Neck
Refleks bayi dapat menggerak-gerakkan kepalanya
(18) Abdomen
Ada tidaknya kelainan Bentuk, Simetris/ tidak, ada tidaknya
penonjolan lilitan tali pusat dan perdarahan tali pusat.
(19) Genitalia eksterna
(a) Laki-laki
Testis sudah ada dalam skrotum/ tidak, ada atau
tidaknya lubang dibagian tengah penis dan ada tidaknya
lubang anus (+/-)
(b) Perempuan
Labiya mayora sudah menutupi labia minora/ tidak,
terdapat lubang uretra/ tidak , ada tidaknya lubang
vagina dan anus(+/-).
(20) Tungkai dan kaki
Dikaji dari bentuk, kesimetrisan, gerakan dan kelainan dan
jumlah jari bayi.
(21) Punggung
Dikaji apakah ada pembengkakan/Pencekungan/ Tidak, ada
tidaknya kelainan, ada tidaknya Refleks skraling.
3. Assasment (Analisa)
Assesment merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan
objektif. (Rukiyah, 2014). Pendokumentasiaan hasil analisis dan
interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin
cepat diketahuinya perubahan pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. (Rismalinda,2014).
4. Rencana Tindakan
Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan
menggambarkan pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi
berdasrkan assesment yaitu rencana apa yang akan dialakukan berdasarkan
hasil evaluai tersebut.
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisa dan interprestasi data yang bertujuaan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.

DAFTAR PUSTAKA
Ai, Yeyeh & Rukiyah. (2014). Asuhan Kebidanan I. Jakarta : Trans Info
Media
Depkes RI. 2018. Keputusan Menteri Kesehatan No.938/Menkes/SK/VIII/2007.
Tentang Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta
Erawati, Ambar. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: EGC
Fitriana yuni, nurwiandani widy. 2018. Asuhan persalinan konsep persalinan
secara komprehensif dalam asuhan kebidanan. Yogyakarta. Pustaka baru
press
Hidayat, Asri & Sujiyatini. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan.Yogyakarta:
Nuha Medika. IImiah.
Indrayani, D. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info
Media, 2013.
Kemenkes, RI. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Dan Bayi Baru
Lahir. Pertama. edited by A. Suryana. Jakarta: Kemenkes RI.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : Citra Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. keempat. edited by dr. T.
Rachimhadhi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rismalinda. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : In Media
Saifuddin, AB. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014
Varney, H. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai