Anda di halaman 1dari 68

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

DOKUMENTASI KEBIDANAN
“Aplikasi Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Kesehatan Keluarga”

Disusun Oleh Kelompok 7:

1. Veronica Maharani P00340421024


2. Wahyu Atika Anggraini P00340421025
3. Wulan Dari Arpan P00340421026
4. Yuni Dwi Astuti P00340421027

Dosen Pembimbing :Wenny Indah Purnama Eka Sari, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D4 ALIH JENJANG
KEBIDANAN CURUP
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahkan
rahmat serta karunianya sehingga kita masih di beri kesempatan untuk menyelesikan
tugas makalah ini mengenai “Aplikasi Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Kesehatan
Keluarga “..
Dalam penulisan makalah ini, kami tulis berdasarkan sistem EYD yang benar,
dan juga menggunakan kata yang mudah dipahami oleh pembaca, dan juga
menggunakan kata-kata yang mudah di pahami oleh pembaca, agar pembaca tahu
mengenai Lingkup Komplikasi Kebidanan. Kami juga mohon kritik dan saran dari
dosen pembimbing dan pembaca, agar kami dalam pembuatan makalah kedepannya
lebih baik lagi, karena kami sadar masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Terima kasih atas perhatiannya semoga bermanfaat.

Curup, Juli 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi .........................................................................................................................ii
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................5
Bab II. Tinjaun Teori.......................................................................................................6
Bab III. Pembahasan.......................................................................................................31
BAB IV Penutup............................................................................................................63
A. Kesimpulan..................................................................................................63
B. Saran............................................................................................................63
DAFTARPUSTAKA....................................................................................................64

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan dimana organ

reproduksi terbebas dari penyakit atau gangguan selama proses reproduksi,

ketika proses reproduksi tercapai dalam situasi kesehatan fisik, mental, dan

sosial yang sempurna (Kemenkes RI, 2015).

Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi, tidak hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal yang berkaitan

dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesnya (Meilan

dkk,2018). Menurut Ford Foundation (1991, dalam Darwin M, 2018)

menyatakan isu status wanita, hak reproduksi wanita, etika, dan hukum

sangat mewarnai pengembangan strategi kesehatan reproduksi.

Kesehatan reproduksi merupakan hal penting bagi setiap orang, pria

ataupun wanita, namun wanita mempunyai organ yang lebih sensitif terhadap

suatu penyakit, bahkan keadaan penyakit lebih banyak dihubungkan dengan

fungsi dan kemampuan reproduksinya (Tim Poltekkes Depkes Jakarta I,

2010).

Perilaku pemeliharaan kebersihan organ genitalia eksternal dapat

meningkatkan derajat kesehatan seorang perempuan. Cara menjaga

kebersihan organ genitalia yang benar dan dilakukan secara terus-menerus

akan bermanfaat dalam menjaga saluran reproduksi yang sehat dan terhindar

1
dari berbagai macam penyakit kelamin seperti kanker seviks, keputihan,

iritasi kulit genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran kemih. Kuman

penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit

(Depkes, 2010). Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan

vagina agar mencegah kuman-kuman tersebut masuk kedalam alat kelamin,

yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit.

Menurut Ragabtolba et al. (2018) peradangan genital eksterna yang

disertai oleh erythema (vulvitis) adalah tanda yang paling signifikan dari

iritasi atau alergen. Mengidentifikasi penyebab utama atau faktor risiko

membantu untuk mencapai pengobatan yang lebih baik. Menurut perkiraan

World Health Organization (WHO) (2001), masalah kesehatan reproduksi

mewakili sekitar 18% dari total beban global penyakit. Menurut Institute of

Development Studies Kolkata (IDSK) (2011, dalam Ragabtolba et al., 2018),

terhitung 32% dari masalah kesehatan reproduksi antara perempuan pada

kelompok masa subur di seluruh dunia.

Menjaga organ reproduksi pada wanita sangatlah penting dalam upaya

kesehatan reproduksi, apabila kebersihan organ reproduksi diabaikan

maka dapat menimbulkan gangguan dan keluhan serta menimbulkan

terjadinya insfeksi saluran reproduksi. Salah satu gejala penyakit infeksi

organ reproduksi perempuan adalah keputihan (Galuh, 2014).

Keputihan atau flour albus merupakan suatu kondisi ketika cairan yang

berlebihan keluar dari vagina, keputihan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu

keputihan normal (fisiologis ) dan keputihan abnormal (patologis ) (Ummu,

2
2012 ). Keputihan bersifat fisiologis yaitu keputihan yang timbul akibat

proses alami dalam tubuh. Sekresi keputihan fisiologis tersebut bisa cair

seperti air atau kadang- kadang agak berlendir, umumnya cairan yang keluar

sedikit, jernih, tidak berbau dan tidak gatal (Mahammad Shadine. 2012).

Sedangkan keputihan yang tidak normal disebabkan oleh infeksi

biasanya disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina

bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri

sewaktu berkemih atau bersenggama (Mahammad Shadine. 2012).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

tumbuh dan berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan

pada perempuan Indonesia (Nurul, dkk. 2011). Dan untuk wanita Indonesia

pada tahun 2013 sebanyak 237.641.326 jiwa dan yang mengalami keputihan

berjumlah 75%. Hasil penelitian di Jawa Timur tahun 2013 menunjukkan

dari jumlah wanita sebanyak 37,4 juta jiwa, 75% diantaranya adalah remaja

yang mengalami keputihan. Di Ponorogo tahun 2013 menunjukkan jumlah

wanita sebanyak 855.281 jiwa dan 45% diantaranya bisa mengalami

keputihan yang fisiologis (dr. Suparyanto, 2014).

Keputihan dapat disebabkan oleh gangguan hormon, stress, kelelahan

kronis, peradangan alat kelamin, serta ada penyakit dalam organ reproduksi

seperti kanker leher rahim, menimbulkan rasa tidak nyaman serta

mempengaruhi rasa percaya diri pada wanita (Kumalasari, 2012). Upaya

pencegahan keputihan yang dapat diberikan seperti konseling, memberikan

3
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan menyediakan pelayanan

kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan r termasuk pelayanan

untuk kesehatan reproduksi (Pusdatin, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Somia Gul menyatakan salah satu

penyebab dari keputihan adalah kebersihan diri yang buruk (Gul et al, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Sahin Sevil juga menyatakan frekuensi

infeksi genitalia lebih besar (38,1%) pada mereka yang membersihkan area

genitalia dengan salah dan sekitar (35,1%) pada mereka yang membersihkan

area genitalia dengan benar (Sevil et al, 2013). Pada penelitian Mokodongan

tahun 2015 menyatakan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki risiko

tinggi akan mengalami keputihan patologis sekitar 52%. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fitria tahun 2017 bahwa pengetahuan dapat

memberikan pengaruh positif terhadap pencegahan kejadian keputihan pada

remaja putri

Sedangkan berdasarkan penelitian Rahayu tahun 2013 menyatakan

bahwa faktor penyebab keputihan yang salah satunya adalah personal

hygienedidapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara personal

hygiene dengan keputihan (p value0,021 dan OR=9).Hasil penelitian

menunjukkanvulva hygiene sangat mempengaruhi untuk terjadinya

keputihan.11Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Abrori tahun 2017

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gerakan

membersihkan vagina (p value0,025), penggunaan pembersih vagina (p

value0,002), penggunaan celana dalam ketat (p value0,007), dan penggunaan

4
toilet umum (p value 0,021) dengan kejadian keputihan patologis.

Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2017 capaian perilaku hidup bersih

sehat meliputi aktivitas fisik, penggunaan air bersih dan cuci tangan sebelum

maupun sesudah menyentuh alat genetalia sebesar 44,99%, meningkat bila

dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 44,03%.14 Data statistik cakupan

perilaku hidup bersih sehat di Kabupaten Purworejo tahun 2016 sebesar

76,64 %, cakupan hasil tersebut masih di bawah target yaitu 100%.15

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan

karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan seseorang.3 Blum dalam

Karina menyebutkan bahwa status kesehatan seseorang dapat dipengaruhi

oleh lingkungannya.16 Kehidupan di lingkungan pondok pesantren lebih

mengutamakan keterbatasan dan kesederhanaan. Hal tersebut menjadikan

salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan berperilaku sehat santri.

Aktivitas padat dimulai dari sebelum subuh hingga sampai kembali tidur

sehingga menyebabkan kurang pedulinya santri terhadap kebersihan dirinya

terutama area kemaluan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penjelasan

tentang " Kesehatan Reproduksi yang sering terjadi yaitu Keputihan".

B. Rumusan Masalah

Apa saja pembahasan flour albus dan askeb flour albus?

C. Manfaat

Untuk mengetahui Apa saja pembahasan flour albus dan askeb flour albus

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keputihan

1. Pengertian Keputihan

Menurut Shadine (2012 ) keputihan atau flour albus merupakan

sekresi vaginal abnormal pada wanita. Sedangkan menurut Aziz (2009 )

keputihan adalah cairan yang keluar dari alat reproduksi perempuan hampir

sebagian besar perempuan pernah mengalami keputihan.

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar

kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.

Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan. Penyebab keputihan dapat secara

normal yang dipengaruhi oleh homon tertentu (Kusmiran, 2014).

Sementara menurut Bahari (2012 ) keputihan atau flour albus adalah

kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lender menyerupai nanah. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari

liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa

gatal setempat penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis ) yang

dipengaruhi oleh hormon tertentu (Kusmiran, 2011 ).

2. Jenis Keputihan

a. Keputihan Normal (Fisiologis )

Yaitu keputihan yang tidak di sebabkan oleh penyakit namun

karena perubahan faal tubuh. Keputihan fisiologis ini tentu tidak

6
berbahaya (Andik, 2004).

Keputihan normal ciri- cirinya ialah : warna bening, kadang-

kadang putih, kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misal gatal,

nyeri, rasa terbakar, dsb ), keluar pada saat menjelang dan sesudah

menstruasi atau pada saat stress dan kelelaha (Wijayanti, 2009 ).

Keputihan normal biasa terjadi pada masa menjelang dan sesudah

menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 menstruasi.

b. Keputihan Abnormal (Patologis )

ba
Cairan yang keluar mengandung nyak leukosit, ditandai dengan

cairan berwarna kuning kehijauan, abu atau menyerupai susu, teksturnya

kental, adanya keluhan nyeri atau gatal, dan jumlahnya berlebihan.

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi

bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan penyangga, dan

pada infeksi karena penyakit menular seksual) (Andik, 2004 ). Keputihan

tidak normal dengan ciri- ciri ialah : jumlahnya banyak, timbul terus

menerus, warnanya berubah, ( misalnya kekuningan, hijau, abu- abu,

menyerupai susu atau yogurt ), disertai adanya keluhan (seperti gatal,

panas, nyeri, ) serta berbau (apek, amis, dsb ) (Wijayanti, 2009 ).

Table 2.1 Skor Keputihan

Fisiologis Patologis

Keputihan terjadi menjelang dan Keputihan dengan cairan

sesudah menstruasi. berwarna kuning atau keruh.

7
Cairan yang keluar dari vagina Cairan berwarna coklat

berwarna jernih atau kuning. disertai

sedikit merah.

Keputihan yang dialami tidak Keputihan dengan cairan

berbau. berwarna kuning dan lengket.

Keputihan tidak disertai rasa gatal. Keputihan dengan cairan

berwarna kuning yang disertai

bau amis.

Keputihan tidak menempel dan Keputihan disertai adanya

tidak lengket keluhan (gatal, panas, nyeri).

3. Penyebab Keputihan

a. Penyebab keputihan fisiologis

Penyebab keputihan fisiologis menurut Bahari (2012 ) ialah :

1) fisik yang sangat melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah.

2) Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan

yang tidak teratur, atau kurang tidur.

3) Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat.

4) Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya, terjadinya

peningkatan hormon estrogen pada masa pertengahan siklus

menstruasi, saat hamil, atau mendapatkan rangsangan seksual.

Sedangkan menurut Sibagariang, et al (2010 ) ialah :

8
1) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina

janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan

leukorea.

2) Pengaruh estrogen yang maningkat pada saat menarche.

3) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual

menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran.

4) Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim

saat masa ovulasi.

5) Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup

lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga

uterus.

Menurut Judha & Tjatjo (2019) Faktor yang menyebabkan

keputihan secara umum pada remaja putri usia remaja awal sampai

usia remaja akhir (11-20 tahun) antara lain :

1) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ

kewanitaan setelah buang air kecil ataupun buang air besar.

2) Mengenakan pakain bernahan sintetis yang ketat, sehingga ruang

yang ada tidak memadai sehingga menimbulkan iritasi pada organ

kewanitaan.

3) Jarang mengganti panty liner.

4) Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.

9
5) Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah yaitu arah

basuhan dilakukan dari belakang ke depan.

6) Aktivitas fisik yang melelahkan sehingga daya tahan tubuh

melemah

Menurut Marhaeni (2016) faktor – faktor penyebab keputihan dibedakan

menjadi dua yaitu :

1) Bayi yang baru lahir kira – kira 10 hari, keputihan ini disebabkan

oleh pengaruh hormone esterogen dari ibunya

2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan

ini ditunjang oleh hormon esterogen

3) Masa di sekitar ovulasi karena produksi kalenjar – kalenjar rahim

dan pengaruh dari hormon esterogen serta progesterone

4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Rangsangan

seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima

penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang digunakan

sebagai pelumas dalam senggama

5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke

vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput

lender vagina Akseptor kontrasepsi pil yang

mengandung hormone esterogen dan progesteron yang dapat

meningkatkan lender servik menjadi lebih encer

10
6) Pengeluaran lender yang bertambah pada wanita yang sedang

menderita penyakit kronik.

b. Penyebab Keputihan Patologis :

1) Kelelahan fisik

Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang

akibat meningkatnya pengeluaran energi karena terlalu memaksakan

tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras fisik meningkatnya

pengeluaran energi menekan sekresi hormon esterogen. Menurunnya

sekresi hormon esterogen menyebabkan penurunan kadar glikogen.

Glikogen digunakan oleh Lactobacillus doderlein untuk metabolisme.

Sisa dari metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan untuk

menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit,

bakteri, jamur, dan parasit mudah berkembang.

2) Ketegangan psikis

Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang

akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak

menyenangkan atau sulit diatasi. Meningkatnya bebabn pikiran memicu

peningkatan hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin

menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas

pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan aliran hormon esterogen ke

organ – organ tertentu termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat

yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam laktat menyebabkan

keasaman vagina berkurang sehingga bakteri, jamur dan parasit

11
penyebab keputihan mudah berkembang

3) Kebersihan diri

Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam

menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan kebersihan

diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan pakaian dalam

yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin (cebok)

yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina,

penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di luar siklus

menstruasi.

Penyebab keputihan patologis menurut Kusmiran (2011 ) :

1) Infeksi atau peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air

kotor.

2) Pemeriksaan dalam yang tidak benar.

3) Pemakaian pembilas vagina yang berlebihan.

4) Pemeriksaan yang tidak higienis.

5) Adanya benda asing dalam vagina.

6) Celana yang tidak menyerap keringat.

Sedangkan menurut Manan (2011) :

1) Sering menggunakan WC umum yang kotor, terutama WC duduk

2) Membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari anus

12
kearah depan

3) Sering bertukar celana dalam/ handuk dengan orang lain

4) Kurang menjaga kebersihan vagina

5) Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi

6) Lingkungan sanitasi yang kotor

7) Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas (jamur yang

menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat).

8) Sering menggaruk vagina.

Sementara menurut Bahari (2012):

1) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ

kewanitaan

2) Kadar gula darah yang tinggi. Kondisis ini menyebabkan jamur

penyebab keputihan tumbuh dengan subur.

3) Sering berganti- ganti pasangan ketika

melakukan hubungan seksual.

4) Infeksi akibat kondom dan benang AKDR.

Menurut Setyana (2012), ada empat penyebab utama yang dapat

menyebabkan keputihan, yaitu :

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis disebabkan antara lain terjadi saat menarche karena mulai

terdapat pengaruh hormon esterogen, wanita dewasa apabila dirangsang sebelum

dan saat koitus, akibat pengeluaran transudate dari dinding vagina, saat ovulasi,

13
dengan secret dari kelenjar – kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.

b. Faktor konstitusi

Faktor konstitusi dapat disebabkan akibat kelelahan, stress emosional,

masalah keluarga, masalah pada pekerjaan, atau bisa akibat dari penyakit

serta bisa diakibatkan oleh status imun seseorang yang menurun maupun obat –

obatan.

c. Faktor iritasi

Faktor iritasi meliputi, penggunaan sabun untuk membersihkan organ

intim, penggunaan pembilas atau pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi oleh

celana.

d. Faktor patologis

Terjadi karena ada benda asing dalam vagina, infeksi vagina oleh kuman,

jamur, virus, parasit, tumor, kanker pada alat kelamin. Pada vagina terdapat 95%

bakteri lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen. Tingkat keasaman

ekosistem vagina yang seimbang yaitu berada pada kisaran 3,8 – 4,2, pada

tingkat keasaman itu lactobacillus akan subur berkembang dan bakteri patogen

tak akan mengganggu dan menjaga derajat keasaman (pH) level normal. Dalam

kondisi tertentu kadar ph bisa berubah tidak seimbang. Jika pH vagina naik

menjadi lebih tinggi dari 4,2, maka jamur akan tumbuh dan berkembang.

Keputihan patologis akibat infeksi diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi

bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh

infeksi gonokokus, trikomonas, klamidia, treponema, candida, human papilloma

virus, dan herpes genitalis.

14
4. Pencegahan Keputihan

Menurut Bahari (2012), tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar

terhindar dari keputihan yaitu menghindari berganti-ganti pasangan hubungan

seksual, menjaga kebersihan alat kelamin, menggunakan pembersih yang tidak

mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina, membilas vagina dari arah depan ke

belakang, menghindari pemakaian bedak pada vagina, menghindari membilas

vagina di toilet umum, meringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam,

kurangi konsumsi makanan manis, memilih celana dalam yang tidak terlalu ketat

dan mudah menyerap keringat, menghindari berganti-ganti celana dalam dengan

orang lain, ketika haid sering-sering berganti pembalut, jika sudah terkena

keputihan, menggunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual.

Menurut Manan (2011 ):Pencegahan keputihan

1) Menjaga kebersihan genitalia, membersihkan vagina dengan air bersih yang

mengalir dengan cara mengusap dari depan ke belakang

2) Minimalisir penggunaan sabun antiseptik karena dapat menggangu

keseimbangan pH vagina

3) Menghindari penggunaan produk berbentuk bedak karena akan memicu

pertumbuhan jamur

4) Memastikan vagina selalu dalam keadaan kering saat berpakaian

5) Menggunakan celana dalam yang kering dan menyerap keringat

6) Menghindari penggunaan celana yang ketat, karena akan mengganggu

masuknya udara ke organ vital

7) Mengganti pembalut tepat waktu minimal 3 kali sehari.

15
Menurut (Sadine, 2012 )Pencegahan Keputihan

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. rambut vagina

atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman. Jadi,

jangan lupa mengguntingnya atau membersihkanya agar pemberian obat

keputihan berupa salep bisa lebih mudah menyerap.

2) Jika keputihan masih dalam taraf ringan, coba gunakan sabun atau larutan

antiseptik khusus pembilas vagina, tapi jangan gunakan berlebihan karena hanya

akan mematikan flora normal vagina dan keasaman vagina juga terganggu, jika

perlu, konsultasikan dulu ke dokter

3) perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air yang

tidak bersih. Jadi, bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water torn, dan bibir

kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman.

4) setia pada pasangan merupakn langkah awal untuk menghindari keputihan yang

disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan seksual.

5) Bagi yang sudah menikah, lakukan pap smear.

Cara menangani dan mencegah keputihan menurut Anggaraini

(2016) yaitu sebagai berikut :

1) Menjaga organ intim agar tidak lembab setelah buang air kecil atau air besar,

bilas sampai bersih, kemudian keringkan sebelum memakai celana dalam.

2) Saat membersihkan vagina, membilas dilakukan dari arah depan ke belakang

untuk menghindari kuman dari anus ke vagina.

3) Menghindari pakaian dalam yang ketat.

16
4) Saat menstruasi mengganti pembalut beberapa kali dalam sehari.

5) Jika diperlukan menggunakan cairan pembersih vagina.

5. Patofisiologis Keputihan

Keputihan yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan

progesterone yang berubah keadaannya terutama pada saat siklus haid, sehingga

jumlah dan konsistensi sekresi vagina berbeda. Sekresi meningkat pada saat

ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina telah menyesuaikan diri

dengan perubahan ini dan biasanya tidak terjadi gangguan. Laktobasili

mengubah glikogen dalam cairan vagina menjadi asam laktat. Asam laktat ini

mempertahankan ke-asaman vagina dan mencegah pertumbuhan bakteri yang

merugikan. Bila kadar salah satu atau kedua hormone berubah secara dramatis,

keseimbangan pH yang ketat ini akan terganggu. Laktobasili tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga mudah terjadi infeksi.

Proses infeksi dimulai dengan perlekatan candida pada sel epitel vagina.

Kemampuan melekat ini lebih baik pada candida albizans daripada spesies

candida lainnya. Kemudian candida mensekresikan enzim proteolitik yang

mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel penjamu sehingga memudahkan

proses invasi. Selain itu candida juga mengeluarkan mikro-toksisn diantaranya

glikotoksis yang mampu meng- hambat aktivitas fagositosis dan menekan

system imun lokal. Terbentuknya kolonisasi candida memudahkan proses

imunisasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada penjamu

(Kusmiran, 2012).

6. Dampak keputihan

17
Keputihan normal dan abnormal mempunyai dampak pada wanita.

Keputihan normal menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga dapat

mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang berlangsung

terus menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi wanita khususnya

pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas. Pada ibu

hamil dapat menyebabkan keguguran, Kematian Janin dalam Kandungan

(KJDK), kelainan kongenital, lahir prematur (Kasdu, 2008). Selain itu infeksi

oleh kuman atau bakteri yang masuk ke vagina sehingga terjadi keputihan yang

berlanjut ke tahap yang lebih parah dan berisiko untuk terjadinya kasus Infeksi

Menular.

Menurut Mokodonong dkk (2015) Akibat yang sering ditimbulkan

karena keputihan sebagai berikut:

1) Gangguan psikologis

Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan

kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak

percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.

2) Penyakit infeksi pada alat kelamin

a) Infeksi vagina (vulvitis) diabetika

Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal

yan hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang

berbadan relative gemuk. Pada pemeriksaan laboratorium di jumpai

penyakit kencing manis (diabetes mellitus).

b) Infeksi liang sanggama (vaginitis)

18
Di dalam liang sanggama hidup bersama bakteri saling menguntungkan

beberapa bakteri yaitu basil doderlein, stafilokokus, dan streptopkokus,

serta basil difteroid. Secara umum gejala infeksi liang sanggama

(vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran cairan

(bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan tampak

merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.

c) Infeksi spesifik vagina

Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trichmonas vaginalis,

dengan gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal, dan rasa

terbakar. Cara penularan utama dengan hubungan seksual. Pengobatan

dengan antibiotic metronidazole untuk suami dan istri secara bersamaan.

Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, infeksi ini disebabkan

oleh jamur candida albicans. Candida albicans merupakan jamur yang

pertumbuhannya cepat yaitu sekitar 48-72 jam Keputihan yang berwarna

putih, bergumpal dan sangat gatal. Pada dinding vagina terdapat selaput

yang melekat dan bila dikorek mudah berdarah. Pengobatannya dengan

mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan ke dalam liang

sanggama selama beberapa minggu dan suaminya juga mendapat

pengobatan.

d) Servisitis akuta

Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah

satu infeksi hubungan seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan

persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus. Gejala infeksi

19
ini adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan bernanah,

adanya rasa nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya. Pengobatan

terhadap infeksi ini dengan memberi antibiotika dosis tepat dan menjaga

kebersihan daerah kemaluan.

e) Servisitis menahun (kronis)

Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang telah

melahirkan. Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi

ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi

perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini

dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari setelah persalinan atau

sebelum hubungan seks dimulai, pada mulut rahim luka local

disembuhkan dengan cairan butyl tingtura, cairan nitrasargenti tingtura,

dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya

(crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena

dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke

alat kelamin bagian atas.

f) Penyakit radang panggul (pelvic inflammantory disease)

Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat

hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau

akhirnya akan menimbulkan berbagai penyakit yang berakhir dengan

terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Tanda-

tandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut,

mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat

20
dan pernafasan bertambah serta tekanan darah dalam batas normal.

Penentuan infeksi genitalia ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan

pap smear untuk memungkinkan keganasan

7. Komplikasi keputihan pencegahan keputihan

Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma acuminate

sekitar vulva. Keputihan yang sulit sembuh dapat menjadi komplikasi lanjut dari

penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

8. Patogenesis keputihan

Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat

kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin

wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Keputihan

merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan

yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman

penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan ekosistem

vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus

memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk

pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat

terjadi bila pH vagina basa. Keadaan vagina basa membuat kuman penyakit

berkembang dan hidup subur di dalam vagina.

9. Pemeriksaan keputihan

Sebelum melakukan tindakan pengobatan, perlu dilakukan langkah-

langkah pemeriksaan guna mengetahui penyebab keputihan. Berbagai langkah

21
pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan usia, keluhan yang dirasakan,

sifat-sifat cairan yang keluar, kaitannya dengan menstruasi, ovulasi, serta

kehamilan. Selain itu, tindakan ini juga harus ditunjang oleh pemeriksaan

laboratorium yang memadai (Bahari, 2012).

Pada pemeriksaan langsung di sekitar alat kelamin luar, bisa terlihat bibir

kemaluan, muara kandung kencing, anus, dan lipatan paha. Perhatikan apakah

tampak bercak kemerahan yang terasa gatal, perhatikan juga ada luka lecet,

kutil berbentuk jengger ayam, gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang

dasarnya kemerahan, dan cairan keputihan yang bisa ditentukan jumlahnya

(sedik atau banyak), konsistensi (encer, agak kental, kental), warna (putih,

putih kekuningan, kuning kehijauan), sifat (bergumpal, berbuih), dan baunya

(tidak berbau, bau amis, asam, apak, busuk) (Dalimartha, 2002).

Berbeda dengan pemeriksaan langsung, pemeriksaan yang dilakukan di

laboratorium dilakukan dengan cara mengambil sampel cairan keputihan.

Cairan keputihan tersebut bisa langsung diperiksa dengan mikroskop atau

diberi warna terlebih dahulu, kemudian diperiksa dengan mikroskop (Bahari,

2012).

Dari pemeriksaan darah juga bisa diketahui apakah penderita terinfeksi

oleh penyakit kelamin seperti melalui pemeriksaan Venereal Desease Research

of Laboratory (VDRL) dan Trephonema Pallidum Hemaglutination Test

(TPHA) (Dalimartha, 2002).

Pemeriksaan dalam dilakukan pada perempuan yang telah menikah

dengan menggunakan alat untuk melebarkan saluran vagina yang disebut

22
spekulum. Dengan alat ini bisa dilihat saluran vagina dan leher rahim (serviks),

apakah ada peradangan (kemerahan), erosi, atau bercak putih. Juga bisa

terlihat bila ada benda asing yang tinggal di saluran vagina, tumor, papiloma

atau kecurigaan adanya kanker serviks (Dalimartha, 2002).

Untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, bisa dilakukan tindakan biopsi,

yaitu dengan cara mengambil sel-sel lepas. Proses pengambilan ini dilakukan

dengan cara mengeroknya dari selaput lendir rahim kemudian hasil biopsi

tersebut diperiksa oleh ahli patologi anatomi. Tujuannya adalah mengetahui

adanya kemungkinan kanker atau infeksi yang terjadi hanya merupakan infeksi

biasa (Bahari, 2012).

10. Pengobatan keputihan

a. Keputihan Patologis dapat diobati dengan cara berikut:

1) Untuk memberantas penyebab keputihan obatnya adalah

a) Obat untuk trichomoniasis: metronidazole

b) Obat candidosis: nystatin (pemberian oral maupun local).

c) Obat untuk bacterial vaginosis: metronidazole, ampisilin, pemakaian

betadin vagina gel.

d) Gonore: obat lain seperti: urfamisin (diminum); kanamisin dan

ceftriaxone (suntikan); obat penicillin secara sunti

23
B. Teori Menejemen Varney

1. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney

a. Pengertian manajemen asuhan kebidanan varney

Menurut Mangkuji dkk (2014:4-8) dalam memberikan

asuhan kebidanan kepada klien, bidan menerapkan pola pikir

dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan

kebidanan menurut Varney. Manajemen kebidanan tersebut

terdiri atas tujuh langkah. Untuk lebih jelasnya, berikut akan

dibahas lebih dalam tentang manajemen kebidanan. Secara

garis besar, ada beberapa pengertian manajemen kebidanan.

1) Menurut IBI manajemen kebidanan adalah pendekatan

yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari

pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2) Menurut Depkes RI (2014), manajemen kebidanan adalah

metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak

yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan

asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan

masyarakat.

3) Menurut Hellen Varney (2014), manajemen kebidanan

adalah proses pemecahan masalah masalah yang

23
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-

penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang

logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus

pada klien.

b. Standar 7 (tujuh) langkah Varney

Menurut Varney H (Sudarti dan Fauziah, 2010:30) bahwa

dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki

kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosis

atau masalah potensial kebidanan. Selain itu diperlukan pula

kemampuan kolaborasi atau kerja sama. Hal ini dapat digunakan

sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjunya,

langkah-langkah dalam proses manajemen adalah sebagai

berikut:

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian

dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan

antara lain :

(1) Keluhan klien

(2) Riwayat kesehatan klien

(3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan

kebutuhan

24
(4) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

(5) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini,

dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada

langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara

lengkap.

2) Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah

mengiterpretasikan semua data dasar yang yang telah

dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah.

Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup

praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar

diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman

klien ditemukan dari hasil pengkajian.

a) Langkah III : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Pada langkah ini, kita mengindentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan

masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan

tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar

diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan

harus bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut benar-

benar terjadi.

25
b) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada

kemungkinan, data yang diperoleh memerlukan tindakan

yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi

yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi.

c) Langkah V : Perencanaan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyuluruh

yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan

diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan

konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan

yang direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak,

yaitu bidan dan pasien.

d) Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah

melaksanakan melaksanakan rencana asuhan yang sudah

dibuat pada langkah ke-5 secara aman dan efisien. Kegiatan

26
ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan

yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi

dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian,

bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana

asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.

e) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah:

(1) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan,

untuk menilai apakah sudah benar-benar

terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang

telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.

(2) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak

efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen

ini tidak efektif.

2. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP

a. S = DATA SUBYEKTIF

Data subyektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney (Sudarti dan Fauziah, 2010:30)

langkah pertama adalah pengkajian data, terutama data yang diperoleh

dari anamnesis. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari

27
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

b. O = DATA OBYEKTIF

Data obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney pertama adalah pengkajian data,

terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostik lain. Catatan medik atau informasi dari keluarga atau orang

lain dapat dimasukkan dalam data obyektif ini. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan

diagnosis.

c. A = ANALISIS ATAU ASSESSMENT

Analisis atau assessment (A), merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interpetasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif.

Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Karena keadaan

pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan

informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif maka

pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut

bidan untuk melakukan analysis data yang dinamis tersebut dalam

rangka mengikuti perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat

akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga

dapat diambil keputusan atau tindakan yang tepat.

28
Analisis atau assassment merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney (2014) langkah kedua,

ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini diagnosis

atau masalah kebidanan, diagnosis atau masalah potensial serta

perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera harus

diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,

kolaborasi dan tindakan rujukan klien.

d. P = PLANNING

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat

ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis atau interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa

mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.

Tindakan yang dilakukan harus mampu membantu pasien mencapai

kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan

lain, antara lain dokter.

29
Alur pikir bidan Pencatatan dari asuhan

kebidanan
Proses Manajemen kebidanan Dokumentasi
kebidanan

7 Langkah Varney 5 langkah


kompetensi bidan
SOAP NOTES
Data Data
Subjektif Objektif
Masalah/Diagnosa

Antisipasi Masalah, Assesment/diagnosa


potensial/diagnosa lain
Assessment/ Plan:
Menetapkan kebutuhan diagnosa Konsul
segera untuk konsultasi, Tes diagnostik/Lab
kolaborasi Rujukan
Pendidikan/
Perencanaan Perencanaan Konseling Followup

Implementasi Implementasi

Evaluasi Evaluasi

Gambar 2.1 Langkah-langkah asuhan kebidanan Varney dan SOAP


(Wildan dan Hidayat, 2008)

BAB III

30
TINJAUAN KASUS

Hari, Tanggal pengkajian : Sabtu, 31 Juli 2021

Tempat : BPM

Pukul : 15. 00 WIB

Pengkaji : Bidan “A”

I. Pengkajian

a. Data Subjektif

1. Biodata

Nama : Ny W Nama : Tn. T

Umur : 25 tahun Umur : 26 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Rejang Suku :Rejang

Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia

Pendidikan : Diploma Pendidikan : SMA

Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat :Dwi tunggal Alamat : Dwi tunggal

31
2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan keluar lendir di daerah kemaluan yang

berwarna putih kekuningan, berbau, gatal, sejak 3 hari yang lalu, dan

6 x/hari ganti celana dalam dan merasa tidak nyaman dan cemas

dengan keadaannya.

2. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan sudah 3 hari mengalami keputihan, dengan rasa

gatal, bau tidak sedap, berwarna putih kekuningan, dan 6 x/hari

ganti celana dalam.

b) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit ginekologi

(kista, tumor rahim, dll), penyakit sistemik (jantung, hipertensi,

diabetes meilitus), penyakit menular dan lain-lain, IMS

(gonorhoe, candida, tricomonas), dan radang panggul.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit ginekologi (kista, tumor rahim, dll), penyakit sistemik

(jantung, hipertensi, diabetes meilitus), penyakit menular dan

lain-lain, IMS (gonorhoe, candida, tricomonas), dan radang

panggul.

3. Riwayat menstruasi  

Menarche : 13 tahun

32
Siklus : 28 hari

Lamanya : 5-6 hari

Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut /hari

Masalah : tidak ada

4. Riwayat Pernikahan

Pernikahan yang ke : 1 (satu)

Umur saat menikah : 25 tahun

Lama pernikahan : 6 bulan

5. Riwayat Kontrasepsi

Jenis Kontrasepsi : Tidak ada

Lama pemakaian : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan BBL Nifas


No
THN UK ANC Tgl Tmpt Pnlng Jns Pnylt JK BB Lkts Pnylt

- ... … ../../ ... Dokter - - Lk/ … - -


Mg kali .. /Bidan PR gr

7. Riwayat Kehamilan sekarang

Kehamilan ke :1 (satu)

HPHT :19-01-2021

TP : 26-10-2021

Periksa hamil

33
Trimester I

Frekuensi : 2 kali

Tempat : BPM

Keluhan : Mual muntah

Trimester II

Frekuensi : 1 kali

Tempat : BPM

Keluhan : keputihan

8. Kebutuhan Sehari-hari

a.) Nutrisi

(1) Makan

Sebelum hamil Saat hamil

Pola makan : 3 kali/ hari Pola makan : 3 kali/hari

Jenis : Nasi, sayur, Jenis : Nasi, sayur,


lauk-pauk lauk-pauk
Porsi : Sedang Porsi : Sedang

Pantangan : Tidak ada Pantangan : Tidak ada

Masalah : Tidak ada Masalah : Tidak ada

(2) Minum

Sebelum hamil Saat hamil

Jenis : Air putih, air teh Jenis : Air putih, air


teh
Frekuensi : 7-8 gelas/hari Frekuensi : 8-910gelas/hari

34
b.) Eliminasi

(1) BAB

Sebelum hamil Saat hamil

Frekuensi : 1-2 kali/hari Frekuensi : 1 kali/hari

Konsistensi : Lunak Konsistensi : lunak

Warna : Kuning Warna : Kuning


kecoklatan kecoklatan

Bau : Khas feses Bau : Khas feses

Masalah : Tidak ada Masalah : Tidak ada

(2) BAK

Sebelum hamil Saat hamil

Frekuensi : 5-6 kali/hari Frekuensi : 6-8 kali/hari

Warna : Kuning jernih Warna : Kuning jernih

Bau : Khas amoniak Bau : Khas amoniak

Masalah : Tidak ada Masalah : Tidak ada

c.) Istirahat dan tidur

Sebelum hamil Saat hamil

Tidur siang : 1 jam Tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 7-8 jam Tidur malam : 7 jam

Masalah : Tidak ada Masalah : Tidak ada

d.) Personal Hygiene

35
Sebelum hamil Saat hamil

Mandi : 2 kali/ hari Mandi : 2 kali/ hari

Cuci rambut : 3-4 Cuci rambut : 3-4


kali/minggu kali/minggu

Sikat gigi : 3 kali/ hari Sikat gigi : 3 kali/ hari

Ganti celana dalam : 3 kali/ hari Ganti celana dalam : 6 kali/ hari

e.) Aktifitas

Sebelum hamil Saat hamil


Jenis kegiatan : Rutinitas ibu Jenis kegiatan : Rutinitas ibu
rumah tangga rumah tangga
(memasak, (memasak,
membersihkan membersihkan
rumah, rumah, mencuci)
mencuci)

Masalah : Tidak ada Masalah : Tidak ada

f.) Keadaan Psikososial Spritual

Hubungan suami istri : Harmonis

Hubungan istri dengan keluarga : Baik

Kelahiran yang diharapkan : Ya

Keyakinan terhadap agama : Baik

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

36
Tanda-Tanda Vital

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Pernafasan : 19 x/menit

Suhu : 36,5˚C

2. Pemeriksaan antropometri

Tinggi Badan : 164 cm

BB sebelum hamil : 50 kg

Berat Badan saat ini : 59 kg

LILA : 29 cm

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Bentuk : Simetris

Benjolan : tidak ada

Distribusi rambut : merata

Kebersihan : cukup

b. Muka

Bentuk : simetris

Oedema : ada

Warna : tidak pucat

c. Mata

Konjungtiva : an anemis

Sclera : an ikterik

37
Masalah : tidak ada

d. Hidung

Bentuk : simetris

Kebersihan : cukup

Pengeluaran : tidak ada

Masalah : tidak ada

e. Telinga

Bentuk : simetris

Pendengaran : baik

Pengeluaran : tidak ada

Kelainan : tidak ada

f. Mulut

Mukosa bibir : lembab

Gusi : tidak berdarah

Caries gigi : tidak ada

Masalah : tidak ada

g. Leher

Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada

Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

Pembesaran vena jugularis : tidak ada

h. Payudara

Bentuk : simetris

Retraksi dinding dada : tidak ada

38
puting susu : menonjol

Aerola mamae : hyperpigmentasi

Massa / benjolan : tidak ada

Lesi : tidak ada

pengeluaran ASI : tidak ada

Nyeri tekan : tidak ada

i. Abdomen

Inspeksi

bekas luka operasi : tidak ada

linea nigra : tidak ada

striae gravidarum : tidak ada

nyeri tekan : tidak ada

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari diatas simpisis teraba

balotement

Leopold II :-

Leopold III :-

Leopold IV :-

Genetalia

(1) Inspeksi

Kebersihan : Kurang bersih

Pengeluaran sekret : ada, lendir, kental

39
Jumlah :6 x/hari ganti celana dalam(± 30cc)

Warna : putih kekuningan

Bau : khas keputihan

Darah : tidak ada

Varices vulva : tidak ada

Oedema vulva : tidak ada

Masaalah : pengeluaran lendir berwarna putih

kekuningan, berbau, dan gatal

(2) inspekulo

Tidak dilakukan pemeriksaan

j. Ekstremitas

(1) Atas

Bentuk : simetris

warna kuku : tidak pucat

oedema : tidak ada

(2) Bawah

Bentuk : simetris

warna kuku : tidak pucat

oedema : tidak ada

varices : tidak ada

reflek patella : (+),(+)

4. Pemeriksaan Penujang

Pemeriksaan darah

40
HB : 11 gr%

Golongan Darah :A

Pemeriksaan Urine

Protein Urine : (-)

Glukosa Urine : (-)

Pemeriksaan Laboratorium

IMS : terdeteksi jamur candida albican

II. Interpretasi Data Dasar

a. Diagnosa kebidanan

Ny W umur 25 , G1P0A0, UK 14 minggu dengan flour albus

patologis

DS :

1. Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, haid terakhir

tanggal 13-01-2019 usia kehamilannya 14 minggu dan belum

pernah keguguran.

2. Ibu mengatakan vaginanya mengeluarkan cairan berwarna putih

kekuningan, berbau, gatal

3. Ibu mengatakan tidak nyeri saat berhubungan seksual

4. Ibu tidak nyaman dan cemas dengan keadaan yang dialami.

5. Keputihan yang dialami sejak 3 hari yang lalu dan dalam sehari 6

kali ganti celana dalam

Do :

41
1) Keadaan Umum : baik

Kesadaran : composmentis

2) Tanda-Tanda Vital

TD :110/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Pernafasan : 19 x/menit

Suhu : 36.5 ˚C

Tinggi Badan : 164 cm

BB sebelum hamil : 50 kg

BB saat ini : 59 kg

LILA : 29 cm

Genetalia (pemeriksaan fisik fokus)

(1) Inspeksi

Kebersihan : Kurang bersih

Pengeluaran sekret : ada lendir, kental

Jumlah : 6 x/hari ganti celana dalam(± 30cc)

Warna : putih kekuningan

Bau : khas keputihan

Darah : tidak ada

Varices vulva : tidak ada

Oedema vulva : tidak ada

(2) inspekulo

Tidak dilakukan pemeriksaan

42
b. Masalah

1) Rasa tidaknyaman pada keputihan

2) Cemas

c. Kebutuhan

1) Informasi hasil pemeriksaan pada ibu

2) Jelaskan rasa tidaknyaman pada masa kehamil

3) Jelaskan keputihan fisiologis dan patologis

4) Jelaskan pola makan yang dapat mempengaruhi keputihan

5) Jelaskan tentang kebersihan/personal hygiene

6) Jelaskan bahaya keputihan patologis terhadap janin

7) Jelaskan cara mengatasi keputihan

8) Anjurkan untuk personal hygiene dengan menggunakan air

sirih merah sebagai air cebokan

9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian teraphy obat

10) Atur jadwal kunjungan ulang.

III. Masalah Potensial

1. Abortus

IV. Tindakan segera


-

V. Intervensi / Rencana Tindakan

Tujuan/Kriteria Intervensi Rasionalisasi


Hasil
DX Tujuan : 1. Informed Concent 1. Dengan melakukan

43
Keputihan pada tentang tindakan yang informed concent
ibu hamil akan dilakukan yaitu diharapkan ibu dan
berkurang dengan pemeriksaan pada ibu keluarga mengerti
rentang waktu 2 tentang keadaan ibu,
minggu proses yang akan
Dengan kriteria : dilakukan, tujuan dan
1. Inspeksi: manfaat tindakan yang
Bersih tidak akan dilakukan serta
ada kemungkinan yang
pengeluaran/se akan terjadi,juga
dikit diharapkan baik ibu
pengeluaran, maupun keluarga
tidak ada memberikan
perandangan, persetujuan terhadap
keputihan tindakan medis yang
berwarna akan dilakukan.
jernih, tidak
gatal dan tidak 2. Jelaskan hasil
berbau, tidak pemeriksaan pada ibu 2. Dengan menjelaskan
ada iritasi. hasil pemeriksaan ibu
2. Frekuensi bisa mengetahui hasil
ganti celana pemeriksaan yang
dalam <4 x/ dilakukan sehingga ibu
hari bisa lebih kooperatif
3. Ibu memahami dalam
cara pengobatan/tindakan
mengurangi yang akan dilakukan
keputihan 3. Jelaskan tentang ketidak
nyamanan yang terjadi
pada masa kehamilan 3. Keputihan adalah salah
seperti : keputihan, satu ketidaknyamanan
sering buang air kecil, yang dirasakan pada
mual dan muntah, ibu hamil. Keputihan
sembelit, dan nafas ditandai dengan
sesak. keluarnya cairan dari
vagina yang membuat
vagina menjadi lembab,
jika dibiarkan akan
mengeluarkan bau yang
tidak sedap dan gatal
pada daerah vagina,
sehingga membuat
kondisi ibu menjadi
tidaknyaman.
4. Jelaskan perbedaan
keputihan fisiologi dan
patologis pada ibu 4. Dengan diberikan

44
hamil. Seperti keputihan penjelasan tentang
fisiologi :keputihan keputihan fisiologis dan
yang tidak berbau, tidak keputihan patologis ibu
gatal, berwarna jernih bisa tau keputihan jenis
atau kekuningan. apa yang dialaminya
Keputihan dan ibu bisa segera
patologis :keputihan berkonsultasi kepada
yang berbau, ada rasa tenaga kesehatan.
gatal, nyeri saat BAK,
terasa panas pada
genetalia dan berwarna
keruh,putih kekuningan,
abu-abu, hijau, coklat,
bahkan bercampur darah

5. Makanan yang
5. Jelaskan pola makan
mengandung gula
yang dapat
dikonsumsi berlebih
mempengaruhi
dapat menyebabkan
keputihan, seperti:
bakteri lactobacillus
Hindari makanan yang
tidak dapat meragikan
banyak mengandung
semua gula ke dalam
karbohidrat dengan
asam laktat dan tidak
kadar gula tinggi (tepung
dapat menahan
, sereal, roti), minuman
pertumbuhan penyakit,
bersoda dan buahan yang
maka jumlah gula
mengandung
menjadi meningkat dan
fuktosa( ketimun,
jamur atau bakteri
bengkuang, pisang)
perusak akan
bertambah banyak.
(Darma, dkk, 2017)

6. Jelaskan kepada ibu 6. Dengan diberi


bagaimana menjaga penjelasan tentang cara
daerah pribadi atau menjaga daerah pribadi
genetalia agar tetap agar tetap bersih dan
bersih dan kering, kering, ibu mengerti
dengan cara bahwa tindakan itu
mengeringkan kulit dapat mengurangi spora
dengan handuk atau tisu dan jamur berkembang
bila berkeringat atau yang menyebabkan
setelah buang air, keputihan.
menghindari
menggunakan pakaian
ketat dan sering
mengganti pakaian

45
dalam.

7. Jelaskan cara mengatasi 7. Kita harus selalu


keputihan, yaitu: menjaga kebersihan
a. menjaga kebersihan alat kelamin luar,
alat kelamin seperti diketahui kulit
b. menjaga kebersihan daerah alat kelamin dan
pakaian dalam sekitarnya harus
c. tidak bertukar diusahakan agar tetap
handuk bersih dan kering
d. menghindari celana karena kulit yang
ketat lembab atau basah
e. menghindari cuci dapat menimbulkan
vagina dengan ititasi dan memudahkan
produk yang tidak tumbuhnya jamur. (ayu
dianjurkan oleh Gusti, 2016)
kesehatan
f. mencucui tangan
sebelum mencuci
alat kelamin
g. sering mengganti
pembalut

8. Keputihan patologis
8. Jelaskan bahaya yang berasal dari
keputihan patologis jamur/bakteri yang
terhadap janin diatasi segera dapat
menyebabkan bayi
lahir BBRL, kebutaan,
peneumonia, kematian
neonatus.(Ayu
Gusti,2016)

9. Anjurkan ibu untuk 9. Sirih merah memiliki


personal hygiene dengan kandungan alkaloid
menggunakan air yang sebagai
rebusan sirih merah antimikroba dan daya
sebagai air cebokan. antiseptik dua kali lebih
tinggi dari daun sirih
hijau. Kandungan lain
seperti karvakrol yang
bersifat disinfektan dan
anti jamur sehingga

46
bisa digunakan sebagai
obat antiseptik untuk
menjaga kesehatan
rongga mulut,
menyembuhkan penyait
keputihan dan bau tidak
sedap. (Firmanila,
dkk,2016)

10. Kolaborasi dengan


dokter pemberian
teraphy : 10. Dengan
Nistatin 1x 100.000 memberikan terapi obat
iu/hari pervaginam oleh dokter keputihan
selama 6 hari. patologis dapat teratasi
dengan tepat

11. Jelaskan jadwal


kunjungan ulang 7 hari
11. Dengan melakukan
lagi
kunjungan ulang
bertujuan untuk
mengevaluasi hasil
intervensi yang telah
dilakukan.

M1 Tujuan: 1. Beri dukungan moral 1. Dengan memberi


Rasa kepada ibu dukungan moral kepada
tidaknyaman ibu tentang kondisinya
pada keputihan ibu akan merasa
teratasi nyaman.
Kriteria:
1. Ibu
mengatakan 2. Jelaskan pada ibu 2. Dengan penjelasan
sudah merasa untuk mengganti untuk menjaga pakaian
nyaman pakaian dalam ibu jika dalam selalu dalam
dengan basa atau keadaan kering ibu
kondisinya mengeringkan kulit akan merasa nyaman.
2. Ibu dapat dengan handuk atau
mengulangi tisu bila berkeringat
kembali atau setelah buang air,
penjelasan menghindari
yang menggunakan pakaian

47
diberikan ketat dan sering
mengganti pakaian
dalam.

M2 Tujuan : 1. Berikan suport dan 1. Support mental dan


Rasa cemas dukungan mental motivasi yang
berkurang kepada ibu dengan cara diberikan bidan dapat
Kriteria : gunakan pendekatan mengurangi rasa cemas
1. TTV dalam yang tenang dan yang sedang dihadapi
batas normal: meyakinkan dalam ibu dan mengubah pola
TD : S: 110- menghadapi kondisi pikir ibu yang awalnya
130 mmhg kehamilannya saat ini negatif menjadi positif
D:70-90 dalam menghadapi
mmhg proses kehamilannya
N: 8- sehingga ibu lebih
100x/m yakin dan semangat
R: 16-24 dalam menghadapi
x/m kehamilannya.
S: 36,5-
37,5 C
0

2. Ibu terlihat 2. Jelaskan dan diskusikan


tenang 2. Dengan informasi yang
pada ibu bahwa
3. Ibu lebih diberikan akan
keputihan yang
semangat dan mengurangi kecemasan
dialaminya bisa diatasi
yakin yang dirasakan ibu
dengan cara pengobatan.
menghadapi
kehamilan
nya

MP1 Tujuan : 1. Jelaskan tanda-tanda 1. Dengan Keputihan


Abortus tidak abortus, antara lain : dapat menyebabkan
terjadi a). Perdarahan persalinan abortus,
Kriteria: b). Nyeri perut dengan penjelasan
1. Ibu mengerti c). Menurunya gerakan yang diberikaan oleh
tanda-tanda bayi tenaga kesehatan ibu
terjadinya d).Keluar cairan dari dapat memahami dan
abortus vagina mewaspadai
2. Ibu mengerti e).Terjadi pada usia keputihan yang dapat
keputihan kehamilan <20 menyebabkan abortus
yang minggu
berlebihan
dapat
menyebab- 2. Anjurkan ibu untuk USG 2. Dengan dilakukannya
kan abortus USG ibu dapat

48
mengetahui keadaan
janinnya

3. Kolaborasi dengan 3. Dengan memberikan


dokter untuk terapi terhadap
penatalaksanaan pada kejadian abortus dan
ibu dengan abortus dapat mengurangi
gejala-gejala yang tidak
diinginkan kepada ibu

VI. Implementasi

Hari/Tanggal Implementasi Respon Paraf

Sabtu, 31 Juli 1. Melakukan Informed 1. Ibu mengetahui dan


2021 Concent tentang tindakan menyetujui dengan
Pukul: 15.10 yang akan dilakukan yaitu tindakan yang akan
WIB pemeriksaan pada ibu dilakukan

Pukul: 15.15 2. Menjelaskan hasil 2. Hasil pemeriksaan


WIB pemeriksaan pada ibu didapatkan :
Genetalia dalam
keadaan tidak bersih,
terdapat pengeluaran

49
lendir kental, yang
berwarna putih
kekuningan, berbau,
jumlah pengeluaran
6x/hari ganti celana
dalam (±60cc), dan
dari hasil pemeriksaan
laboraorium
terdeteksi adanya
jamur candida
albican. Dalam hal ini
ibu mengalami
keputihan patologis
yang disebabkan
jamur candida albican

: tidak a
Pukul: 15.20 3. Menjelaskan tentang ketidak
WIB nyamanan yang terjadi pada 3. Ibu mengetahui dan
masa kehamilan seperti : mengerti bahwa
keputihan, sering buang air keputihan merupakan
kecil, mual dan muntah, salah satu
sembelit, dan nafas sesak. ketidaknyamanan
yang terjadi pada
massa hamil.
Pukul: 15.25 4. Menjelaskan perbedaan
WIB keputihan fisiologi dan 4. Ibu mengerti
patologis pada ibu hamil. penjelasan dari bidan
Seperti keputihan dan ibu dapat
fisiologi :keputihan yang mengulangi kembali
tidak berbau, tidak gatal, penjelasan yang di
berwarna jenih atau berikan
kekuningan. Keputihan
patologis :keputihan yang
berbau, ada rasa gataal, nyeri
saat BAK, tersa panas pada
generalia dan berwarna
keruh,putih kekuningan,abu-
abu,hijau,coklat,bahkan
bercampur darah.
Pukul: 15.30
WIB 5. Menjelaskan pola makan
yang dapat mempengaruhi 5. Ibu mengerti
keputihan, seperti: Hindari penjelasan dari bidan
makanan yang banyak dan ibu dapat

50
mengandung karbohidrat mengulangi kembali
dengan kadar gula tinggi penjelasan yang di
(tepung, sereal, roti), berikan.
minuman bersoda dan
buahan yang mengandung
fuktosa(ketimun,
Pukul: 15.35 bengkuang, pisang)
WIB
6. Menjelaskan kepada ibu
bagaimana menjaga daerah 6. Ibu mengerti dari
pribadi atau genetalia agar penjelasan dan ibu
tetap bersih dan kering, dapat mengulangi
mengeringkan kulit dengan kembali penjelasan
handuk atau tisu bila serta mau melakukan
berkeringat atau setelah apa yang disarankan.
buang air, menghindari
menggunakan pakaian ketat
Pukul: 15.40 dan sering mengganti
WIB pakaian dalam.

7. Menjelaskan cara mencegah 7. Ibu mengerti dari


keputihan, yaitu: penjelasan dan ibu
a. menjaga kebersihan alat dapat mengulangi
kelamin kembali penjelasan
b.menjaga kebersihan dari bidan.
pakaian dalam
c. tidak bertukar handuk
d.menghindari menggunakan
celana ketat
e. menghindari cuci vagina
dengan produk yang
tidak dianjurkan oleh
kesehatan
f. mencuci tangan sebelum
Pukul: 15.45 mencuci alat kelamin
WIB g.sering mengganti
pembalut

8. Ibu mengerti dan


8. Menjelaskan bahaya mengetahui bahaya
keputihan patologis terhadap keputihan terhadap
Pukul: 15.50 janin, yaitu: dapat janin.
WIB menyebabkan kebutaan.

9. Ibu ingin mengikuti

51
9. Menganjurkan ibu untuk anjuran dari bidan
personal hygiene dengan
menggunakan air rebusan
sirih merah sebagai air
Pukul: 15.55 cebokan
WIB

10.Pemberian terapi
10. Kolaborasi dengan dokter diberikan, yaitu :
pemberian teraphy. Nistatin 2 x 100.000
Pukul: 15.55 iu/hari pervaginam
WIB (1x1 selama 6 hari).

11.ibu bersedia untuk


11. Menjelaskan jadwal melakukan kunjungan
kunjungan ulang 7 hari lagi ulang minggu depan
dan akan segera
datang jika ada
keluhan
Pukul: 16.00 1. Memberikan dukungan moral 1. Dukungan moral
WIB pada ibu telah diberikan
kepada ibu dan ibu
merasa lebih
nyaman
2. Menjelaskan pada ibu untuk 2. Ibu mengerti
mengganti pakaian dalam ibu penjelasan dan akan
jika basa atau mengeringkan melalukan apa yang
kulit dengan handuk atau tisu disarankan bidan
bila berkeringat atau setelah
buang air, menghindari
menggunakan pakaian ketat
dan sering mengganti
pakaian dalam.

Pukul: 16.05 1. Memberikan suport dan 1. Suport dan


WIB dukungan mental kepada ibu dukungan telah
dengan cara gunakan diberikan oleh bidan
pendekatan yang tenang dan da keluarga
menyakinkan dalam
menghadapi kondisi
kehamilannya saat ini.

2. Menjelaskan dan diskusikan 2. Ibu mengerti


pada ibu bahwa keputihan penjelasan dari

52
yang di alaminya bisa diatasi bidan dan akan akan
dengan cara pengobatan melalukan
pengobatan

VII. Evaluasi

Hari/Tanggal Evaluasi

Sabtu, 31-08-2021 S:
Pukul: 16.30 WIB
1. Ibu mengetahui keputihan yang dialaminya
merupakan ketidaknyamanan yang terjadi pada
massa kehamilan
2. Ibu mengetahui keputihan yang di biarkan saja
dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan
dan janinnya
3. Ibu akan menjaga kebersihan genetaliannya
seperti yang telah diajarkan
4. Ibu suah mengerti perbedaan keputihan fisiologis
dan keputhan patologis.
5. Ibu mengatakan sudah tidak cemas lagi dengan
kondisinya saat ini
O:
1) Keadaan Umum : baik

53
Kesadaran : composmentis

2) Tanda-Tanda Vital
TD :110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 19 x/menit
Suhu : 36.5 ˚C
Tinggi Badan : 164
Berat Badan : 59 kg
LILA : 29 cm

Genetalia
(1) Inspeksi
Kebersihan : kerung bersih
Pengeluaran sekret : ada lendir, kental
Jumlah : 6 x/hari ganti celana dalam
(±30 cc)
Warna :putih kekuningan
Bau : khas keputihan
Darah : tidak ada
Varices vulva : tidak ada
Oedema vulva : tidak ada
A:
Ny W umur 25 , G1P0 A0, UK 14 minggu, dengan
flour albus patologis.

P:
Intervensi dilanjutkan dengan :
1. Pemantauan KU dan TTV
2. Pemantauan pengeluaran keputihan
3. Penkes personal hygiene
4. Anjukan ibu untuk personal hygiene dengan air
rebusan daun sirih merah sebagai air cebokan
dengan cara: 11 lembar daun sirih merah segar,
direbus dengan menggunakan air 2½ L .ketika
masih hangat, gunakan air rebusan untuk
membasuh organ kewanitaan.
5. Mengingatkan ibu tentang obat keputihan nistatin
yang di gunakan pada malam hari

Catatan Perkembangan

54
Hari/Tanggal Catatan Perkembangan I Paraf

Minggu, 01 S:
Agustus 2021
1. Ibu mengatakan telah menjaga
kebersihan genetalianya seperti
yang telah dianjurkan
2. Ibu mengatakan keputihannya
belum berkurang
3. Ibu mengatakan telah melakukan
personal hygiene dengan
menggunakan air rebusan sirih
merah sehari 2 kali sebagai air
cebokannya
4. Ibu mengatakan masih
menggubakan obat yang diberikan
O:
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmenthis
3. TTV : TD : 110/80 mmHg
P : 78 x/m
RR : 19 x/m
T : 36.5 0C

4. Genetalia
Inspeksi

Kebersihan : kurang bersih


Pengeluaran Ada lendir kental
sekret :
Jumlah : 6 x/ hari ganti
celana dalam
(±30 cc)
Warna : Putih kekuningan
Bau : Khas keputihan
Darah : Tidak ada
Varices vulva : Tidak ada
Oedema vulva : Tidak ada

A:
Ny W umur 25 , G1P0A0, UK 14

55
minggu, dengan flour albus patologis
pemantauan pada hari ke 2

P:
Intervensi dilanjutkan dengan:
1. Pemantauan KU dan TTV
R: pemeriksaan TTV telah
dilakukan
2. Pemantauan keadaan keputihan
R: pemantauan telah dilakukan
3. Anjukan ibu untuk personal
hygiene dengan air rebusan daun
sirih merah sebagai air cebokan,
dengan cara: 11 lembar daun sirih
merah segar, direbus dengan
menggunakan air 2½ L .ketika
masih hangat, gunakan air
rebusan untuk membasuh organ
kewanitaan.
R: ibu ingin mengikuti anjuran
bidan
4. Mengingatkan ibu tentang obat
keputihannya yag di gunakan
pada malam hari
R: ibu sudah menggunakan obat 1
x 1 pada malam hari
5. Masalah teratasi sebagian,
intervensi dilanjutkan

Hari/Tanggal Catatan Perkembangan II Paraf

Senin, 01-08- S:
2021
1. Ibu mengatakana tlah menjaga
kebersihan alat genetalianya
2. Ibu mengatakan keputihannya
sudah berkurang tetapi warnanya
masih berwarna putih kekuningan
dan masih berbau, gatal sudah
berkurang
3. Ibu mengatakan telah melakukan
personal hygiene dengan

56
menggunakan air rebusan sirih
merah sehari 2 kali sebagai air
cebokannya
4. Ibu mengatakan masih
menggunakan obat yang diberikan

O:
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmenthis
3. TTV : TD : 110/70 mmHg
P : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 36.5 0C
4. Genetalia
Inspeksi

Kebersihan : Bersih
Pengeluaran Ada lendir kental
sekret :
Jumlah : 5 x/ hari ganti
celana dalam
(±15 cc)
Warna : Putih kekuningan
Bau : Khas keputihan
Darah : Tidak ada
Varices vulva : Tidak ada
Oedema vulva : Tidak ada

A:
Ny W umur 25 , G1P0A0, UK 14
minggu, dengan flour albus patologis
pemantauan pada hari ke 4

P:
Intervensi dilanjutkan dengan:
1. Pemantauan KU dan TTV
R: pemeriksaan TTV telah
dilakukan
2. Pemantauan adanya tanda-tanda
infeksi genetalia
R: pemantauan telah dilakukan
3. Anjurkan ibu untuk personal
hygiene dengan air rebusan daun

57
sirih sebagai air cebokan,
R: ibu ingin mengikuti anjuran
bidan
4. Mengingatkan ibu tentang obat
keputihannya yag di gunakan
pada malam hari
R: ibu sudah menggunakan obat 1
x 1 pada malam hari
5. Anjurkan ibu untuk kunjungan
ulang tanggal 28 april 2019
R: ibu bersedia melakukan
kunjungan ulang ke BPM
6. Masalah teratasi sebagian,
intervens dilanjutkan

Hari/Tanggal Catatan Perkembangan III Paraf

Selasa 02-08- S:
2021
1. Ibu mengatakan telah menjaga
kebersihan genetalianya seperti
yang telah diajarkan
2. Ibu mengatakan keputihannya
sudah mulai berkurang
3. Ibu mengatakan tidak ada rasa
gatal dan bau lagi pada
kemaluannya
4. Ibu mengatkan mengganti celana
dalamnya dalam sehari sudah
berkurang yaitu : 3-4 kali sehari
5. Ibu mengatakan genetaliannya
masih lembab
6. Ibu mengatakan telah melakukan
personal hygiene dengan
menggunakan air rebusan sirih
merah sehari 2 kali sebagai air
cebokannya

58
7. Ibu mengatakan obatnya sudah
habis kemarin.

O:

1) Keadaan Umum: baik


Kesadaran : composmentis

2) Tanda-Tanda Vital
TD :110
/80 mmHg
Nadi :82 x/menit
Pernafasan :19 x/menit
Suhu : 36.5 ˚C
Tinggi Badan : 164
Berat Badan : 59 kg
LILA : 29 cm

Genetalia
Inspeksi

Kebersihan : Bersih
Pengeluaran Ada lendir kental
sekret :
Jumlah : 3-4x/ hari ganti
celana dalam
(±10 cc)
Warna : Putih kekuningan
Bau : Tidak berbau
Darah : Tidak ada
Varices vulva : Tidak ada
Oedema vulva : Tidak ada

A:
Ny W umur 25 , G1P0A0, UK 14
minggu, dengan flour albus patologis
pemantauan pada hari ke 7

P:
Intervensi dilanjutkan dengan:
1. Anjurkan ibu untuk personal
hygiene dengan air rebusan daun

59
sirih sebagai air cebokan
R: ibu telah mengikuti anjuran
bidan

2. Memotivasi dan suport ibu agar


keputihannya bisa sembuh
R: motivasi dan suport telah
dilakukan olrh keluarga dan bidan

3. Menganjurkan ibu untuk selalu


menjaga kebersihan diri
R: ibu ingin mengikuti anjuran
bidan

Hari/Tanggal Catatan Perkembangan IV Paraf

Rabu , 04 Juli S:
2021
1. Ibu mengatakan sudah menjaga
kebersihan genetaliannya seperti
yang telah dianjurkan
2. Ibu mengatakan keputihannya
sudah berkurang
3. Ibu mengatakan keputihannya
bewarna bening
4. Ibu mengatakan keputihannya
tidak berbau dan tidak gatal
5. Ibu mengatakan celana dalamnya
tidak lagi basah dan genetaliannya
tidak lembab
6. Ibu mengatakan ada berubahan
dari hari kehari
7. Ibu mengatakan tidak cemas lagi
dengan keadaaannya

O:

1) Keadaan Umum: baik


Kesadaran : composmentis

2) Tanda-Tanda Vital
TD :120/80
mmHg
Nadi :80 x/menit

60
Pernafasan :19 x/menit
Suhu : 36.5 ˚C
Tinggi Badan : 164
Berat Badan : 59 kg
LILA : 29 cm
3) Genetalia
Inspeksi

Kebersihan : Bersih
Pengeluaran Ada lendir kental
sekret :
Jumlah : : 3 x/ hari ganti
celana dalam (±3
cc)
Warna : : Bening
Bau : Tidak berbau
Darah : Tidak ada
Varices vulva : : Tidak ada
Oedema vulva : Tidak ada

A:
Ny W umur 25 , G1P0A0, UK 14
minggu, dengan flour albus patologis

P:
Intervensi dihentikan

61
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan

dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat

kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga

menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan

dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit.

Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan

virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya

bakteri doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh

estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH

vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan

62
vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam

vagina.

B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita tentang Aplikasi Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Pada Kesehatan Keluarga, lebih jauhnya penyusun berharap dengan
mengetahui Aplikasi Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Kesehatan
Keluarga kita semua dapat menyikapi segala permasalahan yang terjadi
sehingga bisa menjaga kesehatan sistem perkemihan di mulai dari diri sendiri
sehingga dapat berdampak positif bagi kehidupan kita semua .

DAFTAR PUSTAKA

Mayasari, I,C. (2015). Karakteristik Wanita dengan Flour Albus. Jurnal


Ilmu Kesehatan STIKes Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan.

Noviyana. (2013). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri dengan Usaha


Preventif Terjadinya Keputihan. Jurnal Kebidanan.

Nugraeni, N. 2006. Keputihan. http : //www.Wikipedia.id dikases


tanggal 20 April 2015

Nugroho, Taufan .2010 Buku Ajar Ginegologi. Yogyakarta

Nursalam. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2 Konsep


dan Praktek. Jakarta : salamba medika.

63
Risna Triyani dan Ardiani S. Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina
dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri. Bidan Prada :
Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol 1 edisi Juni 2013.

Saifudin. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pendidikan

Bina Pustaka. Salmah. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta

: EGC.

Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Sibagariang, (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Penerbit


Trans Info Media

Sulistiyawati. (2009). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Salemba

Medika. Varney.

(2009).ManajemenKebidanan.http://D3kebidanan.blogspot.com/2009/11/

manajemen-kebidanan- menurut-varney.html. Diakses 25 April 2016.

Wijayanti, D. (2009). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi


Wanita.Jogjakarta : Nuha Medika.

Winjosasatro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

64

Anda mungkin juga menyukai