Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN KEPUTIHAN DI PMB


TRI RAHAYU CANGKRINGAN

Di Sususn Untuk Memenuhi Tugas Praktik Praktik Asuhan Kebidanan Holistik


Pada Remaja dan Pra Nikah (Bd. 7001)

Oleh
NETI SEPTIANA
P07124522020

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif yang berjudul Asuhan Kebidanan Holistik pada remaja dengan
keputihan. Penulisan Laporan Komprehensif ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik pada remaja dan pranikah pada Program Studi Pendidikan Profesi
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan Komprehensif ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan praktik,
2. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan
praktik,
3. Hesty Widyasih, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
yang telah mendukung dalam seluruh proses praktik
4. Mina Yumei Santi, S.ST., M.Kes selaku pembimbing akademik.
5. Nurmala Widya Absari. Amd., Keb, selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama praktik asuhan kebidanan
holistik pada remaja dan pranikah.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan komprehensif ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan komprehensif ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Agustus 2022

iii
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................ii


KATA PENGANTAR .....................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar belakang ..........................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................3
C. Ruang Lingkup .........................................................................................4
D. Manfaat .....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Masalah Kasus ..............................................................................5
B. Kajian Teori ..............................................................................................5
1. Remaja .................................................................................................5
2. Keputihan .............................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN
A. Data Subjektif ...........................................................................................21
B. Data obyektif ............................................................................................21
C. Analisa ......................................................................................................22
D. Penatalaksanaan ........................................................................................22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................24
B. Saran .........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya. Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk
membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut (Widyastuti,
2009). Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja.
Pada masa ini, remaja putri mengalami masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi. Sebelum atau sesudah menstruasi remaja putri dapat mengalami
keputihan. Remaja putri harus memahami tentang keputihan agar mereka tahu
bagaimana cara menjaga kebersihan organ reproduksinya (Prayitno, 2011).

Keputihan merupakan keluarnya cairan selain darah dari liang vagina


(Kusmiran, 2012). Keputihan fisiologis (normal) tidak berwarna atau jernih,
tidak berbau, tidak menyebabkan rasa gatal dan dipengaruhi oleh hormon,
yang biasanya terjadi pada saat menjelang dan sesudah haid, sekitar fase
sekresi antara hari ke 10- 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil,
kelelahan, stress, dan mengkonsumsi obat-obatan hormonal seperti pil
keluarga berencana (KB). Keputihan patologis (abnormal) akan menimbulkan
rasa gatal serta rasa terbakar pada daerah intim, berbau, berwarna hijau, dan
dipengaruhi infeksi mikrooganisme seperti jamur, parasit, dan benda asing
(Benson, 2009).

Faktor pencetus keputihan yaitu faktor infeksi diakibatkan karena kuman,


jamur, virus, parasit. Faktor noninfeksi diakibatkan karena masuknya benda
asing ke vagina seperti kebersihan daerah vagina yang kurang, jarang
mengganti celana dalam dan pembalut saat menstruasi. Kebersihan area
genitalia memiliki peran penting dalam memicu terjadinya infeksi.
Pengetahuan remaja putri yang kurang mengenai perawatan genitalia akan
mempengaruhi rendahnya kesadaran tentang pentingnya merawat kebersihan

1
organ reproduksi dan hal ini berpengaruh pada kebiasaan remaja yang
berakibat terjadinya masalah pada daerah kewanitaan (Indrawati, 2012).

Keputihan dapat disebabkan oleh gangguan hormon, stress, kelelahan


kronis, peradangan alat kelamin, serta ada penyakit dalam organ reproduksi
seperti kanker leher rahim, menimbulkan rasa tidak nyaman serta
mempengaruhi rasa percaya diri pada wanita (Kumalasari, 2012). Upaya
pencegahan keputihan yang dapat diberikan seperti konseling, memberikan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan menyediakan pelayanan
kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja
termasuk pelayanan untuk kesehatan reproduksi (Pusdatin, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena


Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah
berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan (Ali, 2011).
Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2010
menunjukkan bahwa wanita yang rentan mengalami keputihan yaitu wanita
yang berusia 15-24 tahun (SKKRI, 2010). Kejadian keputihan di Indonesia
semakin meningkat. Pada tahun 2002 sebanyak 50% wanita Indonesia pernah
mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 60%,
pada tahun 2006 meningkat menjadi 70% wanita Indonesia pernah
mengalami keputihan setidaknya sekali dalam kehidupannya (Qomariyah,
2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan satu dari 20
remaja putri di dunia menderita keputihan yang berupa cairan berwarna putih
susu, kekuningan dan kehijauan disertai rasa gatal, panas dan rasa perih saat
berkemih pada setiap tahunnya. Menurut survey demografi kasus keputihan
terdapat 200 kasus, sekitar 95 kasus yang mengalami gejala keputihan dengan
rasa gatal (Depkes RI, 2011).

Badan Pusat Statistik Indonesia menyatakan bahwa tahun 2012 dari 43,3
juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual,
yang merupakan penyebab terjadinya keputihan. Wanita di Dunia pada tahun
2013 pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan wanita Eropa pada

2
tahun 2013 mengalami keputihan sekitar 25% (Rembang, 2013). Gejala
keputihan juga dialami oleh wanita yang belum menikah atau remaja putri
yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8% (Setiani, 2015). Departemen
Kesehatan Indonesia menyatakan kejadian keputihan banyak dialami oleh
para remaja putri usia produktif, angka kejadian keputihan di Indonesia
memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lain (Depkes
RI, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Somia Gul menyatakan salah satu


penyebab dari keputihan adalah kebersihan diri yang buruk (Gul et al, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Sahin Sevil juga menyatakan frekuensi infeksi
genitalia lebih besar (38,1%) pada mereka yang membersihkan area genitalia
dengan salah dan sekitar (35,1%) pada mereka yang membersihkan area
genitalia dengan benar (Sevil et al, 2013). Pada penelitian Mokodongan tahun
2015 menyatakan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki risiko tinggi
akan mengalami keputihan patologis sekitar 52%. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Fitria tahun 2017 bahwa pengetahuan dapat memberikan
pengaruh positif terhadap pencegahan kejadian keputihan pada remaja putri.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada remaja menggunakan pola pikir manajemen kebidanan
serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus Nn. K remaja
usia 18 tahun dengan keputihan
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus Nn. K
remaja usia 18 tahun dengan Keputihan
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin
terjadi pada kasus Nn. K remaja usia 18 tahun dengan keputihan

3
d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada kasus Nn. K
remaja usia 18 tahun dengan keputihan
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada
kasus Nn. K remaja usia 18 tahun dengan keputihan
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus
Nn. K remaja usia 18 tahun dengan keputihan
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus Nn.
K remaja usia 18 tahun dengan keputihan
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus Nn. K remaja
usia 18 tahun dengan keputihan

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan yang berkaitan dengan keputihan.

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara
langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada kasus Keputihan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
yang akan diberikan pada kasus Keputihan pada Remaja.
b. Bagi PMB Tri Rahayu Cangkringan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan
konseling, informasi dan edukasi (KIE) tentang Keputihan
c. Bagi Remaja
Laporan komprehensif ini diharapkan menambah pengetahuan tentang
keputihan sehingga remaja dapat mengetahui faktor penyebab dan
penanganan Keputihan.

4
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Nn. K usia 18 tahun datang ke PMB Tri Rahayu Cangkringan pada tanggal 26
Agustus 2022 datang dengan keluhan keputihan sudah 4 hari. Nn. K merasa
cemas dan terganggu. Nn. K mendapatkan menstruasi pertama kali pada usia
12 tahun, siklus menstruasi 28-30 hari lamanya 6-7 hari, ganti pembalut 2-3x
sehari. Aktivitas sehari-hari Nn. K adalah belajar dan membantu orang tua
dirumah. Nn.k pola istirahat Nn. K adalah malam Nn. K tidur 6-8 jam pada
malam hari, siang hari kadang tidur dan kadang tidak. Nn. K mengatakan
ketika membersihkan vagina dari arah belakang ke depan.

Dari data objektif didapatkan bahwa keadaan umum baik, kesadaran


composmentis, TD 100/60 mmHg, Nadi 83x/Menit, Suhu 36,5 oC, Respirasi
20 kali / Menit. Berat badan 45 kg, Tinggi badan 154 cm, IMT 18,9 kg/m 2,
Lila 24 cm.

B. Kajian Teori
1. Teori Remaja
a) Definisi
Remaja adalah perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan
psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan
budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun
dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Menurut WHO remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10 –
19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak
muda (youth) untuk mereka yang berusia 15 -24 tahun. Ini kemudian
disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang

5
mencakup usia 10- 24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN
disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia 10-24 tahun
(Marmi 2013).
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegocangan taraf
mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Selain
itu remaja juga dapat didefinisikan dengan mereka yang telah
meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan
dan menuju masa pembentukan tanggung jawab (Hurlock dalam
Marmi, 2013).
Remaja atau adolescence , berasal dari bahasa latin adolescere
yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud
adalah bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan
social dan psikologis (Marmi, 2013).
Maka setelah memahami dari beberapa teori diatas yang dimaksud
dengan masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju kemasa dewasa, dengan ditandai individu telah
mengalami perkembangan-perkembangan atau pertumbuhan-
pertumbuhan yang sangat pesat di segala bidang, yang meliputi dari
perubahan fisik yang menunjukkan kematangan organ reproduksi serta
optimalnya fungsional organ-organ lainnya. Selanjutnya
perkembangan kognitif yang menunjukkan cara gaya berfikir remaja,
serta pertumbuhan sosial emosional remaja. dan seluruh
perkembangan-perkembangan lainnya yang dialami sebagai masa
persiapan untuk memasuki masa dewasa. Untuk memasuki tahapan
dewasa, perkembangan remaja banyak faktor-faktor yang harus
diperhatikan selama pertubuhannya diantaranya: hubungan 5 dengan
orang tuanya, hubungan dengan teman sebayanya, hubungan dengan
kondisi lingkungannya, serta pengetahuan kognitifnya.

6
b) Tahun-tahun masa remaja
Batasan usia masa remaja menurut Hurlock, Awal masa remaja
berlangsung dari mulai umur 13-16 tahun atau 17 tahun, dan akhir
masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,
yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja
merupakan periode yang sangat singkat.4 Menurut Santrock, Awal
masa remaja dimulai pada usia 10-12 tahun, dan berakir pada usia 21-
22 tahun. (Santrock, 2003).
Secara umumpara tokoh-tokoh psikologi, remaja dibagi menjadi
tiga fase batasan umur, yaitu :
a) Fase remaja awal dalam rentang usia 12-15 tahun.
b) Fase remaja madya dalam rentan usia 15-18 tahun.
c) Fase remaja akhir dalam rentan usia 18-21 tahun.
Maka dengan demikian dapat diketahui dari bagian-bagian usia
pada remaja yang dapat dijelaskan sebagai berikut, usia 12-15
tahun termasuk bagian remaja awal, usia 15- 18 tahun bagian
remaja tengah, dan remaja akhir pada usia 18-21 tahun. Dengan
mengetahui bagian-bagian usia remaja kita akan lebih mudah
mengetahui remaja tersebut kedalam bagiannya, apakah termasuk
remaja awal atau remaja tengah dan remaja akhir.
c) Ciri-ciri remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan, pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan yang sangat pesat yakni baik secara fisik,
maupun psikologis, ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa
remaja ini diantaranya:
1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada remaja awal
yang dikenal sebagai masa strong dan masa stress. Peningkatan
emosional ini merupaknan hasil dari perubahan fisik terutama
hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada
dalam kondisi baru, yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada

7
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada remaja
misalnya mereka di harapkan untuk tidak lagi bertingkah 6 seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan tanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring dengan
berjalannya waktu, dan akan Nampak jelas pada remaja akhir yang
dalam hal ini biasanya remaja sedang duduk di masa sekolah.
2) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak
yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubhan fisik
yang terjadi secara cepat baik perubahan internal maupun eksternal.
Perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi. Sedangkan perubahan eksternal seperti tinggi badan,
berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap
konsep diri remaja.
3) Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantiakan dengan hal menarik
yang baru dan lebih menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya
tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada
hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan
dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhungan dengan hanya
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan
lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada
masa kanak kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati
masa dewasa.
5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi, tetapi disisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta

8
meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab tersebut.

Sedangkan menurut Hurlock, seperti halnya dengan semua periode-


periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut seperti:

1) Masa remaja sebagai periode yang penting. Yaitu perubahan-


perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak
langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan. Disini masa kanak-kanak
dianggap belum dapat sebagai orang dewasa. Status remja tidak
jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai dengan dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan. Yaitu perubahan pada
emosi perubahan tubuh, minat dan Pengaruh (menjadi remaja yang
dewasa dan mandiri) perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta
keinginan akan kebebasan.
4) Masa remaja sebagai periode mencari Identitas. Diri yang di cari
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
Pengaruhannya dalam masyarakat.
5) Masa remaja sebagai periode usia yang menimbulkan ketakutan.
Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berprilaku yang
kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua yang
menjadi takut.
6) Masa remaja sebagai periode masa yang tidak realistik. Remaj
cendrung memandang kehidupan dari kacamta berwarna merah
jambu, melihat dirinya sendirian orang lain sebagaimana yang di
inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.

9
7) Masa remaja sebagai periode Ambang masa dewasa. Remaja
mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha
meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam
meberikan kesan bahwa mereka hamper atau sudah dewasaa, yaitu
dengan merokok, minum-minuman keras menggunakan obat-
obatan.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan ciri-ciri remaja menurut


para tokoh diatas, maka penulis dapat menjelaskan mengenai ciri-ciri
remaja dengan uraian sebagai berikut. Remaja mempunyai ciri-ciri
sebagai periode yang penting untuk perkembangan selanjutnya.
Remaja akan merasakan masa sebagai masa peralihan yang ditandai
dengan gaya hidup yang berbeda dari masa sebelumnya. Remaja akan
melewati masa perubahan yang semula belum mandiri remaja akan
cenderung lebih mandiri. Remaja akan melewati masa pencarian
identitas untuk menjelaskan tentang siapa dirinya. Ciri-ciri remaja
selanjutnya yakni masa ketakutan disini remaja akan sulit diatur atau
lebih sering berprilaku kuranng baik. Remaja akan melewati masa
tidak realistic dimana orang lain dianggap tidak sebagaimana dengan
yang diinginkan dan yang terakir yakni ciri sebagai ambang masa
dewasa yang ditandai remaja masih kebingungan dengan kebiasaan-
kebisaan pada masa sebelumnya. Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut
maka kita akan lebih mengetahui dari perkembangan-perkembangan
remaja.

d) Tugas-tugas masa remaja


Perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan
sikap sikap dan perilaku-perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas pda
perkembangan masa remaja menurut Elizabet B.Hurlock adalah
sebagai berikut:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya

10
2) Mampu menerima dan memahami pengaruh seks usia dewasa
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian emosional
5) Mencapai kemandirian ekonomi
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan pengaruh sebagai anggota masyarakat.
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.

Hal senada juga di kemukakan tentang tugas-tugas remaja oleh


pikunas dalam William kay, yaitu bahwa tugas perkembangan remaja
adalah memperoleh kematangan moral, untuk membimbing
perilakunya. Kematangan remaja belumlah sempurna, jika tidak
memiliki kematangan moral yang dapat di terima secara universal.
Selanjutnya, William kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan
remaja itu sebagai berkut:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut beragaman kualitasnya.


2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
3) Mengembangkan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual
maupun kelompok.
4) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
5) Dll.

11
2. Teori keputihan
a) Definisi keputihan
Keputihan atau flour albust adalah kondisi vagina saat
mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah yang disebabkan
oleh kuman. Terkadang, keputihan dapat menimbulkan rasa gatal, bau
tidak enak dan warna hijau. Factor hormonal, kebersihan dan suasana
pH vagina ikut memengaruhi munculnya gejala keputihan. Keputihan
sebenarnya tidak perlu diobati. Namun, jika dirasa mulai mengganggu,
seperti munculnya rasa gatal dan nyeri, sebaiknya keputihan harus
benar-benar diwaspadai dan tidak boleh dianggap remeh. Sebab,
gangguan ini dapat menimbulkan kemandulan dan kanker (Sunyoto,
2014).
Keputihan adalah keluarnya sekret atau cairan dari vagina. Secret
tersebut sangat bervariasi, mulai dari kadar kekentalan, warna, hingga
aromanya (Anurogo dan Ari,2011).
b) Etiologi keputihan
Etiologi keputihan atau flour albus sangat beragam jenisnya.
Dalam keadaan normal terdapat sejumlah secret yang memiliki fungsi
melindungi vagina dari berbagai macam infeksi. Etiologi keputihan
tergantung jenisnya, yang bersifat fisiologi memiliki etiologi yang
berbeda dengan keputihan yang bersifat patologis (Winkjosastro,
2009).
Keputihan fisiologi adalah keputihan dengan cairan berwarna
putih, tidak menimbulkan bau dan jika pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan adanya kelainan (Eny, 2011). Keputihan yang bersifat
fisiologis merupakan respon normal tubuh yang biasanya keluar
sebelum, saat dan sesudah masa siklus haid. Keputihan yang bersifat
fisiologi merupakan salah satu proses normal dari tubuh yang menjaga
keasaman pH wanita.
Keputihan terbagi menjadi dua jenis yaitu bersifat fisiologis dan
Patologis.

12
1) Keputihan fisiologis
Keputihan normal biasanya terjadi dan menjelang dan
sesudah menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami
setress berat, sedang hamil, atau mengalami kelelahan. Adapun
cairan yang berwarna bening, jernih dan tidak berbau (Bahari,
2012).
Jenis keputihan ini biasanya terjadi pada saat masa subur, serta
saat sesudah dan sebelum menstruasi. Biasanya saat kondisi-
kondisi tersebut sering terdapat lender yang berlebih, itu adalah hal
normal dan biasanya tidak menyebabkan rasa gatal serta tidak
berbau. Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan
normal memiliki ciri-ciri :
(a) Cairan keputihan encer
(b) Cairan yang keluar berwarna krem atau bening
(c) Cairan yang keluar tidak berbau
(d) Tidak menyebabkan gatal
(e) Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit.
2) Keputihan patologis
Merupakan cairan esdukat dan cairan ini mengandung
banyak leukosit. Esdukat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap
adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi prakanker dan
neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina
sepertijamur candida albikan, parasite tricomonas, E. Coli,
Stapylococus, Treponema pallidum, kondiloma aquiminata dan
herpes serta luka didaerah vagina, benda asing dan tidak asing
yang masuk ke vagina dan kelainan serviks (Sibangairang, dkk,
2010).
Keputihan jenis patologis disebut sebagai keputihan tidak
normal. Jenis keputihan ini sudah termasuk jenis keputihan
penyakit. Keputihan patologis dapat menyebabkan berbagai efek

13
dan hal ini akan sangat mengganggu bagi Kesehatan wanita pada
umumnya dan khususnya Kesehatan daerah kewanitaan.
Keputihan patologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(a) Cairan bersifat kental
(b) Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu, atau
berwarna kuning atau sampai kehijauan.
(c) Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal
(d) Cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap
(e) Biasanya menyisakan bercak-bercak yang terlihat pada celana
dalam wanita
(f) Jumlah cairan yang keluar sangat banyak.
c) Penyebab keputihan
Penyebab keputihan dapat secara normal dipengaruhi oleh hormon
tertentu (Clayton, 2008).
Ada berbagai penyebab keputihan antara lain :
1) Faktor kebersihan yang kurang baik
2) Setress
3) Penggunaan obat-obatan

Keputihan dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyebab


berikut ini merupakan Sebagian penyebab keputihan yang dialami
wanita Indonesia :

1) Menggunakan WC umum yang kotor, sehingga rawan terinfeksi


bakteri, virus, jamur dan sebagainya.
2) Ketika selesai buang air kecil, hanya membasuh organ intim
dengan tissue saja, dan tidak membilasnya menggunakan air.
3) Menggunakan pakaian dalam yang ketat, apalagi terbuat dari bahan
sintetis.
4) Melakukan cara pembilasan vagina dengan arah yang salah,
umumnya melakukan dari arah anus ke vagina, yang benar dari
vagina ke anus.

14
5) Kurangnya menjaga kebersihan organ intim
6) Melakukan pertukaran pemakaian handuk/celana dalam dengan
orang lain.
7) Mengalami setress dan kelelahan
8) Tidak sering mengganti pembalut saat menstruasi.
9) Sering menggaruk-garuk pada daerah organ intim.
10) Tinggal dilingkungan yang kotor.
11) Mandi dengan berendam air hangat. Jamur penyebab keputihan
suka tinggal pada daerah yang hangat.
12) Sering berganti pasangan seksual.
13) Memakai pembalut/pantyliner yang tidak berkualitas (terbuat dari
bahan daur ulang dan mengandung pemutih).

Keputihan juga dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan parasit:

1) Jamur monila dan candidas


Bercirikan memiliki warna putih seperti susu, cairannya sangat
kental, sangat berbau tidak sedap dan menimbulkan rasa gatal pada
sekitar daerah vagina. Hal ini dapat menyebabkan vagina
mengalami radang atau kemerahan. Biasanya hal ini juga dipicu
oleh adanya penyakit kencing manis, penggunaan pil KB, serta
tubuh yang memiliki daya tahan tubuh rendah.
2) Parasit Trichomonas Vaginalis
Terjadi dan ditularkan melalui hubungan seks, bibir kloset atau
oleh perlengkapan mandi. Memiliki ciri, cairan yang keluar sangat
kental, memiliki warna kuning atau hijau, berbuih dan berbau anyir.
Keputihan akibat parasite tidak menimbulkan gatal, tapi jika
ditekan vagina akan terasa sakit.
3) Bakteri gardenela
Keputihan akibat infeksi bakteri ini memiliki ciri berwarna
keabuan, sedikit encer, memiliki bau amis dan berbuih. Keputihan
jenis ini dapat menimbulkan rasa gatal yang mengganggu.

15
d) Gejala keputihan
Menurut Wijayanti (2009) gejala keputihan adalah sebagai berikut :
Keputihan normal :
1) Cairan yang keluar encer
2) Berwarna bening, kadang agak putih dan tidak berbau atau tidak
menyengat.
3) Tidak gatal dan hadir dalam jumlah yang sedikit.

Keputihan tidak normal biasanya merupakan tanda atau gejala adanya


infeksi pada organ kewanitaan, gejalanya seperti berikut :

1) Cairan yang keluar bersifat sangat kental, lengket


2) Berwarna putih susu, kuning, hijau atau keabu-abuan
3) Terasa gatal disertai bau tidak sedap
4) Jumlah banyak dan meninggalkan bercak pada celana dalam.

Cairan yang keluar

e) Penatalaksanaan Keputihan
Dalam penatalaksanaan keputihan ada beberapa hal yang bisa
dilakukan diantaranya melalui pencegahan dan pengobatan yang
diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi berulang pada penderita
keputihan (Eny, 2011).
Apabila keputihan yang dialami adalah yang fisiologi maka tidak
perlu pengobatan, cukup hanya dengan meningkatkan kebersihan
bagian organ kewanitaan. Beda halnya jika yang terjadi adalah
keputihan yang patologi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan terdekat, tujuannya menentukan letak bagian yang
sakit, apa penyebab spesifiknya dan dari mana keputihan itu berasal.
Pemeriksaan dengan menggunakan anamnesis yang tepat, pemeriksaan
laboratorium, serta pemeriksaan fisik genetalia akan sangat membantu
dalam memperjelas dan menentukan kebijakan penatalaksanaan

16
berdasarkan gejala tersebut. Terapi farmakologi dan terapi
nonfarmakologi sangat baik untuk pencegahan keputihan.
Terapi farmakologi berupa pemberian obat-obat, umumnya diberikan
untuk menimalisir keluhan terkait keputihan sesuai dengan
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, ada beberapa Tindakan
pengobatan modern yang bida dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1) Obat-obatan
Berikut ini adalah berbagai jenis obat yang bisa digunakan guna
mengatasi keputihan :
(a) Asiklovir digunakan untuk mengobati keputihan yang
disebabkan oleh virus herpes.
(b) Podofilin 25% digunakan untuk mengobati keputihan yang
disebabkan oleh kondiloma.
(c) Larutan asam trikloro 40-50% atau salep asam salsilat 20-4-%
digunakan dengan cara dioleskan.
(d) Metronidazole digunakan untuk mengobati keputihan yang
disebabkan oleh bakteri Trichomonas dan Gardnerella).
(e) Nystatin, mikonidazole, klotrimazol dan fluconazole digunakan
untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh jamur
Candida albikan.
2) Larutan Antiseptik
Larutan antiseptic digunakan untuk membilas cairan keputihan
yang keluar dari vagina. Akan tetapi, larutan ini hanya berfungsi
membersihkan. Sebab, larutan tersebut tidak bisa membunuh
penyebab infeksi ataupun menyembuhkan keputihan yang
diakibatkannya oleh penyebab lainnya.
3) Hormone Estrogen
Hormone estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet atau
krim. Pemberian hormone ini dilakukan terhadap penderita yang
sudah memasuki menopause atau usia lanjut.
4) Operasi kecil

17
Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah
tumor jinak, misalnya popiloma.
5) Pembedahan, Radioterapi atau Kemoterapi
Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan
adalahkanker serviks atau kanker kandungan lainnya. Selain itu,
metode pengobatan ini juga dilakukan dengan mengacu pada
stadium kankernya. (Bahari, 2012).
Sedangkan menurut Koronek dan Muhammad dalam Putriani (2012)
terapi non farmakologi lebih dituntut pada perilaku hidup sehat dari
individu tersebut, seperti:
1) Menerapkan pola hidup sehat yaitu mengkonsumsi makanan
bergizi, olahraga yang rutin, serta istirahat yang cukup.
2) Selalu menjaga kebersihan organ kewanitaan, dapat dilakukan
dengan menjaga agar vagina tetap kering, tidak lembab, biasakan
membersihkan tangan sebelum meyentuh vagina, dan biasakan
untuk membilas dengan menggunakan pembersih yang tidak
menganggu pH pada daerah vagina.
3) Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar setiap BAK
dan BAB. Ditekankan pada kebiasaan setelah BAB yaitu bersihkan
dengan air dengan arah yang benar untuk mencegah penyebaran
bakteri dari anus masuk ke vagina.
4) Ketika menggunakan pembalut atau pantyliner sebaiknya tidak
digunakan untuk waktu yang lama supaya tidak ada
mikroorganisme yang tidak baik berkembang disana.
5) Memperhatikan pakaian yang digunakan, terutama penggunaan
celana dalam serta celana panjang. Gunakanlah celana yang
memiliki bahan menyerap keringat dan sebisa mungkin
mengurangi pemakaian celana yang ketat.
6) Kurangi untuk kegiatan yang membuat kita letih dan berkeringat
berlebihan atau jika sudah melakukan kegiatan tersebut atau

18
pakaian dalam kondisi basah, segera mandi dan bersihkan tubuh
khususnya daerah kemaluan.
f) Konsep Dasar Vulva Hygiene
Pengetahuan dan sikap yang baik terkait personal hygiene sangat
penting bagi kehidupan setiap individu. Manfaat yang bisa didapatkan
kemudian tentunya berdampak pada kesehatan seseorang, misalnya
vulva hygiene dan hubungannya dengan keputihan (IBI, 2006). Vulva
hygiene merupakan suatu langkah untuk tetap menjaga kesehatan
organ reproduksi. Memperhatikan vulva hygiene memiliki banyak
tujuan yang baik diantaranya menjaga kebersihan diri, mencegah
infeksi berlanjut pada vagina serta meningkatkan kepercayaan diri
seseorang. Menurut Wijayanti (2009), tindakan vulva hygiene yang
baik dan benar :
1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina
2) Membasuh vagina dengan air bersih. Ketika membersihkan vagina
sebaiknya diperhatikan air yang kita gunakan, sebaiknya gunakan
air yang mengalir, jangan menggunakan air yang ditampung
apalagi di tempat umum.
3) Apabila membersihkan vagina sebaiknya jangan menggunakan
sabun yang memiliki efek wewangian yang berlebih, cukup
bersihkan bagian luar dan basuh dengan air sampai bersih. Selain
itu ketika mengeringkan cukup dikeringkan jangan sampai
digosok-gosok. Usahakan tidak menggunakan handuk orang lain
(tidak diganti).
4) Apabila menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum
menggunakan WC duduk sebaiknya dipastikan bersih terlebih
dahulu (di-flushing) baru kemudian di gunakan.
5) Apabila sedang haid dan dipermukaan pembalut ditemukan
gumpalan darah sebaiknya sesegera mungkin 25 mengganti
pembalut, karena dapat menjadi tempat perkembangan bagi bakteri

19
dan jamur. Penggunaan pembalut sebaiknya diganti minimal 1 hari
sebanyak 3 kali.
6) Mencukur rambut pubis secara berkala untuk mencegah
kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.

Keseluruhan tindakan vulva hygiene ini dapat dilaksanakan dengan


baik apabila diimbangi dengan adanya kesadaran atau perhatian dari
seorang remaja, tentunya dengan dibekali dengan pengetahuan yang
baik.

20
BAB III
PEMBAHASAN

A. Data subyektif
Berdasarkan data subyektif pada kasus Nn. K usia 18 tahun datang ke
PMB secara mandiri dengan keluhan keputihan. Menurut prawiroharjo, umur
17-20 tahun adalah masa remaja akhir / late adolescence.

Nn. K mengatakan saat ini sedang mengalami keputihan sudah 4 hari


sehingga mengganggu aktifitasnya. Nn. K mengatakan keputihan yang dialami
berwarna bening, encer dan tidak berbau. Menurut Eny (2011) Keputihan
fisiologis adalah keputihan dengan cairan berwarna putih, tidak menimbulkan
bau dan jika pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya kelainan.

Nn. K mengatakan menarch pada usia 12 tahun. sekarang Nn K


mengatakan saat ini belum menstruasi dan akan menjelang menstruasi , Nn K
mengatakan memiliki siklus menstruasi 28 hari, mens pada bulan lalu pada
tanggal 29 Juli 2022, lama menstruasi biasanya 6-7 hari. Nn. K mengatakan
biasnya mengganti pembalut 2-3 x sehari.

Nn. K mengatakan membersihkan vagina dari arah belakang ke depan.


Yang benar yaitu biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar setiap
BAK dan BAB. Ditekankan pada kebiasaan setelah BAB yaitu bersihkan
dengan air dengan arah yang benar untuk mencegah penyebaran bakteri dari
anus masuk ke vagina.

B. Data Objektif
Berdasarkan data objektif yang melalui hasil pemeriksaan fisik keadaan umum
didapatkan bahwa keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 100/60
mmHg, Nadi 83x/Menit, Suhu tubuh: 36,5 o
C, BB : 45 kg dan TB 154 cm,
IMT : 18,9 dan Lila 24 cm. salah satu indikator yang digunakan untuk melihat
status gizi dengan cara mengukur lingkar lengan atas. Normalnya Lila pada
remaja putri adalah >23,5 cm. Lila Nn. K adalah 24 cm dalam kategori normal.

1
C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh pada kasus ini
dapat ditegakkan bahwa ibu mengalami keputihan normal.
Diagnosa : Nn. K umur 18 tahun dengan keputihan normal. Tidak ada
dilakukan tes laboraturium. Penegakkan diagnose dapat ditegakkan dengan
anamnesis secara lengkap. Keluhan yang ditimbulkan adalah keputihan normal.
Masalah : pasien merasakan keputihan dan merasa terganggu. Keputihan
fisiologis adalah keputihan dengan cairan berwarna putih, tidak menimbulkan
bau dan jika pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya kelainan. (Eny,
2011). Keputihan yang bersifat fisiologis merupakan respon normal tubuh yang
biasanya keluar sebelum, saat dan sesudah masa siklus haid. Keputihan yang
bersifat fisiologis merupakan salah satu proses normal dari tubuh yang menjaga
keasaman pH wanita.
Kebutuhan : KIE keputihan fisiologis, personal hygine, penyebab keputihan,
cara mengatasi keputihan.

D. Penatalaksanaan
Tatalaksana yang dilakukan pada Nn. K yaitu memberitahu hasil
pemeriksaan bahwa Nn. K mengalami gangguan menstruasi yang disebut
denga keputihan fisiologis. Nn. K saat ini sedang mengalami keputihan
sehingga mengganggu aktifitasnya. Nn. K mengatakan keputihan yang dialami
berwarna bening, encer dan tidak berbau. Menurut Eny (2011) Keputihan
fisiologis adalah keputihan dengan cairan berwarna putih, tidak menimbulkan
bau dan jika pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya kelainan.
Menjelaskan mengenai cara mengatasi keputihan yaitu dengan cara
memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan genetalia, membersihkan
bab/bak dari arah depan ke belakang lalu keringkan sebelum menggunakan
celana dalam. Jika keputihan banyak seperti saat ini gantilah pakaian dalam
jika sangat mengganggu, tidak dianjurkan menggunakan pantyliner, tidak
dianjurkan memakai pembersih vagina. Memberikan KIE penyebab yang
mempengaruhi keputihan itu sendiri adalah tentang pola kehidupan sehari-hari,

2
pola nutrisi, pola kebersihan alat kewanitaan. Dalam penatalaksanaan
keputihan ada beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya melalui
pencegahan dan pengobatan yang diharapkan dapat mencegah terjadinya
infeksi berulang pada penderita keputihan (Eny, 2011). Apabila keputihan yang
dialami adalah yang fisiologi maka tidak perlu pengobatan, cukup hanya
dengan meningkatkan kebersihan bagian organ kewanitaan.

3
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada kasus keputihan fisiologis. Asuhan kebidanan yang
diberikan pada Nn K di PMB Tri Rahayu berjalan sesuai teori.

1. Mahasiswa sudah mampu melakukan pengkajian data secara subjektif dan


objektif pada Nn. K. Berdasarkan data yang subjektif dan objektif yang
diperoleh, menunjukkan bahwa Nn. K diduga mengalami Keputihan
fisiologi.
2. Mahasiswa sudah mampu menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
berdasarkan data subjektif dan objektitif pada Nn. K. Setelah mengkaji
data subjektif dan objektif didapatkan diagnosa bahwa Nn. K mengalami
keputihan fisiologis dan merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan
yang diperlukan untuk Nn. K dalam mengatasi masalah yaitu KIE
mengenai penyebab keputihan, cara mengatasi keputihan.
3. Mahasiswa sudah dapat menentukan diagnosa potensial dan masalah
potensial, berdasarkan hasil pengkajian data pada Nn.K dengan keputihan
fisiologi. Dalama kasus Nn. K tidak ditemukan diagnosa potensial dan
masalah potensial.
4. Mahasiswa sudah dapat melakukan antisipasi kebutuhan dan tindakan
segera berdasarkan diagnosa potensial dan diagnosa potensial yang telah
ditetapkan pada kasus Nn. K dengan dismenorea. Pada kasus Nn. K tidak
diperlukan antisipasi kebutuhan segera dan tindakan segera.
5. Mahasiswa sudah dapat melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan
berdasarkan Analisa kebidanan, diagnosa kebidanan, diagnose potensial,
dan masalah kebidanan yang telah ditetapkan pada kasus Nn. K dengan
keputihan fisiologis. Pada kasus Nn. K perencanaan yang dilakukan
meliputi : memberitahu hasil pemeriksaan, memberikan KIE mengenai

4
penyebab keputihan dan cara mengatasi keputihan fisiologis dengan cara
personal hygine yang benar, membersihkan bagian kewanitaan dari arah
depan ke belakang.
6. Masasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asihan
yang disusun pada kasus Nn. K asuhan bebidanan yang diberikan sesuai
dengan perencanaan yang telah di buat.
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi berdasarkan penatalaksanaan yang
telah dilakukan.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam ilmu dan teori tentang
Keputihan , sehingga dapat mengambil tindakan secara lebih cepat dan
tepat. Selain itu mahasiswa diharapkan dapat mengkaji setiap informasi
yang dapat menunjang analisa dengan rinci.
2. Bagi PMB Tri Rahayu Cangkringan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan
konseling, informasi dan edukasi (KIE) tentang Keputihan

5
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, dkk, (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan


Patologis Siswi SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara, Unnes Journal
of Public Health.6(1)2017

Hurlock, Elizabeth B. (2011).Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta : Erlangga.

Kartono, K 2006.Psikologi wanita Mengenal Gadis Remaja Dan Wanita Dewasa.


Jilid I. Bandung: Mandar Maju

Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan


Wanita.Jakarta: Salemba Medika
Marmi.2013.Kesehatan Reproduksi.Ypgyakarta: Pustaka Pelajar

Maysaroh, Siti, Ana Mariza. (2021). Pengetahuan Tentang Keputihan Pada


Remaja Putri. Jurnal Kebidanan. Vol 7, No 1, 104-108
Lusiana, Novita. (2018). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputihan Pada
Remaja Putri Di SMAN 11 Pekanbaru Tahun 2018. Mentara ilmu. Vol XIII
MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Pitriani Risa,(2014). Perawatan vagina, Kesehatan lingkungan dan pendapatan
keluarga dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Jurnal Ilmu Kebidanan,
Volume II, Nomor 2, Hal. 72-77.

Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2009.
Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kandungan. Ketiga. Vol. 2. Jakarta: Bina Pustaka
Saewono Prawirohardjo; 2014.

6
PRODI PEN DIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES
YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJIII/304 Yogyakarta 55143
Telp(0274)374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. K DENGAN


KEPUTIHAN FISIOLOGI DI BPM TRI RAHAYU
CANGKRINGAN

No Register :-
Nama pengkaji : Neti Septiana
Tempat Pengkajian : PMB Tri Rahayu Cangkringan
Waktu pengkakjian : 26 Agustus 2022

S Nn. K umur 18 tahun datang ke BPM Tri Rahayu Cangkringan dengan


keluhan keputihan sehingga menyebabkan aktifitasnya terganggu.

O 2. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi normal : 100/60 mmHg
Nadi normal : 83 x/ menit
Suhu normal : 36,5 o C
Nafas normal : 20 / menit
3. Pemeriksaan Antopmetri
Berat badan : 45 Kg
Tinggi badan : 154 Cm
IMT : 18,9
Lingkar lengan : 24 cm

7
4. Pemeriksaan Fisik Khusus
b. Kepala
1) Rambut : Hitam, lurus, bersih, tidak rontok
2) Kepala : Simetris, bersih, tidak teraba benjolan
c. Wajah
1) Pucat : Tidak tampak Pucat
2) Cemas : iya
3) Kebersihan : Bersih
d. Mata
1) Bentuk : Simetris
2) Sklera : Putih
3) Konjungtiva : Merah muda
d. Hidung
1) Bentuk : Simetris
2) Kebersihan : Bersih
3) Polip : Tidak ada
4) Serumen : Tidak ada
e. Telinga
1) Bentuk : Simetris
2) Kebersihan : Bersih
3) Serumen : Tidak ada
4) Nyeri tekan : Tidak ada
f. Mulut
1) Stomatitis : Tidak ada
2) Gusi : Tidak berdarah
3) Gigi : Tidak caries
g. Leher
1) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
2) Kelenjar Limfe: Tidak ada pembesaran
3) Vena jogularis : Tidak ada pembesaran
h. Dada : Tidak dilakukan

8
i. Abdomen
1) Bentuk : Simetris
2) Bekas Luka : Tidak ada
3) Massa /tumor : Tidak Ada
4) Turgor Kulit : Tidak Ada
5) Nyeri Tekan : terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah
j. Genetalia : Tidak dilakukan
k. Ekstrimitas :
1) Oedem : Tidak Ada
2) Varices : Tidak Ada
3) Reflek Patella : +/+
4) Kuku : Pendek dan bersih

A Nn. K umur 18 tahun dengan keputihan fisiologi

P 1. Memberitahu Nn. K dan keluarga terutama orang tua dalam


pendampingan Nn.K. bahwa Nn. K dalam keadaan baik dan mengalami
Keputihan fisiologi.
Nn. K dan orang tua mendengarkan penjelasan petugas tetapi Nn. K
masih merasa cemas dengan keadaannya.
2. Menjelaskan kepada Nn. K dan orang tua tentang keputihan yang
dirasakan yaitu Nn. K mengalami keputihan fisiologis.akan tetapi hal ini
normal karena keputihan yang dialami tidak gatal, tidak berwarna
kuning atau kehijauan dan tidak merasakan panas pada saat BAK.
Nn. K dan orang tua mengerti tentang keputihan yang dirasakannya
merupakan hal yang normal. Nn. K meminta saran untuk terapi obat
maupun cara yang dapat dilakukan supaya mengurangi keputihan yang
dialami.
3. Menjelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan keputihan yaitu faktor
psikis dan fisik seperti kelelahan, kecemasan, setress, personal hygine

9
yang tidak benar. Nn. K dan orang tua mengerti dan akan menghindari
hal-hal yang menimbulkan keputihan berlebihan. Nn. K mengerti
penjelasan yang diberikan.
4. Menjelaskan mengenai cara mengatasi keputihan yaitu dengan cara
memberikan KIE tentang cara menjaga keebersihan genetalia,
membersihkan bab/bak dari arah depan ke belakang lalu keringkan
sebelum menggunakan celana dalam. Jika keputihan banyak seperti saat
ini gantilah pakaian dalam jika sangat mengganggu, tidak dianjurkan
menggunakan pantyliner, tidak dianjurkan memakai pembersih vagina.
Memberikan KIE penyebab yang mempengaruhi keputihan itu sendiri
adalah tentang pola kehidupan sehari-hari, pola nutrisi, pola kebersihan
alat kewanitaan. Nn. K dan orang tua mengerti dan akan memulai
menerapkan cara pencegahan untuk menyembuhkan atau mengurangi
keputihan yang dialami.
5. Mendiskusikan kunjungan ulang jika diperlukan. Nn. K bersedia
melakukan Kunjungan Ulang
6. Melakukan pendokumentasi. Telah dilakukan pendokumentasian

10
11

Anda mungkin juga menyukai