Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Asuhan Kebidanan Bayi,
Balita dan Prasekolah (Bd. 7006)

Oleh:

Neti Septiana
P07124522020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

”Asuhan kebidanan Holistik Pada Bayi, Balita Dan Prasekolah Di PMB Tri
Rahayu S”

Disusun Oleh :

Neti Septiana
P07124522020

Pembimbing Klinik

(Nurmala Widya Absari. Amd. Keb) (…………………………….)


NIP.

Pembimbing Akademik

Mina Yumei Santi, SST., M.Kes) (…………………………….)


NIP. 198003042008012014

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Nanik Setiyawati, SST, Bdn, M. Kes


NIP. 198010282006042002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul Asuhan Kebidanan Holistik pada Bayi, Balita dan
Prasekolah. Penulisan Laporan Pendahuluan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik pada Bayi, Balita dan Prasekolah pada Program Studi Pendidikan Profesi
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan Pendahuluan ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan praktik,
2. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan
praktik,
3. Nanik Setiyawati, SST, Bdn. M. Kes selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan yang telah mendukung dalam seluruh proses praktik
4. Mina Yumei Santi, S.ST., M.Kes selaku pembimbing akademik.
5. Nurmala Widya Absari. Amd., Keb, selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama praktik asuhan kebidanan
holistik pada remaja dan pranikah.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan pendahuluan ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan pendahuluan ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta, Oktober 2022


Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I TINJAUAN TEORI


A. imunisasi ........................................................................................... 1
B. Pertumbuhan dan perkembangan ...................................................... 10
BAB II TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
Tinjauan Asuhan Kebidanan................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 25

iv
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Imunisasi
1. Definisi
Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen yang berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih
utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat
lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
2. Tujuan Imunisasi
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit.
Program imunisasi di Indonesia menurut Permenkes RI (2017) memiliki
tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Sedangkan
tujuan khususnya yaitu:
a. Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai
target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional)
(tahun 2019 target RPJMN yaitu 93%)

1
b. Tercapainya Universal Child Immunization/UCI (Presentase minimal
80% bayi yang mendapat IDL disuatu desa/keluraha) diseluruh
desa/kelurahan
c. Tercapainnya target imunisasi lanjutan pada anak umur dibawah dua
tahun dan pada anak usia sekolah dasar serta Wanita Usia Subur (WUS)
d. Rercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
e. Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang akan
berpergian ke daerah edemis penyakit tertentu
f. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal management).
2. Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian
b. Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong
penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangun negara.3
3. Jenis Imunisasi
Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat untuk itu sebelum
pemberian imunisasi diperlukan skrining untuk menilai kondisi sasaran.
Program skrining sasaran meliputi :

2
a. Kondisi sasaran
b. Jenis dan manfaat vaksin yang diberikan
c. Akibat bila tidak diimunisasi
d. Kemungkinan KIPI dan upaya yang harus dilakukan
e. Jadwal imunisasi berikutnya
Imunisasi program terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan dan
imunisasi khusus :
a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksana secara terus
menurus dan berkesinambungan yang terdiri dari imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.
Imunisasi dasar
1) Hepatitis B
Deskripsi :
Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat
non-infecious, berasal dari HbsAg.
Cara pemberian dan dosis :
Dosisi 0,5 ml atau 1 buah HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya
anterolateral pada paha. Pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama
usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1
bulan)
Kontra indikasi :
Penderita infeksi berat yang disertai kejang
Efek samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di
sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah 2 hari.
Penanganan efek samping :
a) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI)
b) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

3
c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg BB 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
2) Vaksin BCG
Deskripis :
Vaksin BCG adalah vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis
Cara pemberian dan dosis :
Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali, disuntikan secara
intrakutan di daerah lengan kanan atas
Efek samping :
2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul
bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi
ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan
dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10 mm
Penangan efek samping :
a) Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan
cairan antiseptik
b) Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin
membesar anjurkan orangtua membawa bayi ke tenanga
kesehatan
3) Vaksin DPT-HB-HIB
Deskripisi :
Vaksin DPT-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi Haemophilus
influenzae tipe b secara simultan.
Cara pemberian dan dosis :

4
Vaksin harus disuntikan secara intramuskular pada anterolateral
pada atas, satu dosis anak adalah 0,5 ml
Kontra indikasi :
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan
saraf serius.
Efek samping :
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri dan kemerehan pada
lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar
kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi,
irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi
dalam 24 jam setelah pemberian
Penanganan efek samping :
a) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI atau sari buah)
b) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg BB 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
f) Jika reaksi memberat dan menetap bawa ke dokter
4) Vaksin Polio Oral/ Oral Polio Vaccine (OPV)
Deskripsi :
Vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis
tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis
Cara pemberian dan dosis :
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Kontra indikasi :

5
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit
Efek samping :
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa.
Apabila muntah dalam 30 menit segera diberikan dosis ulang.
Penanganan efek samping :
Orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun
5) Vaksin IPV (Inactive Polio Vaccine)
Deskripsi :
Bentuk suspensi injeksi
Indikasi :
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada
individu dimana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
Cara pemberian dan dosis :
a) Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml
b) Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus
diberikan pada interval satu atau dua bulan
c) Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2
suntikan berturut-turut dengan interval satu atu dua bulan
Efek samping :
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan : nyeri, kemerahan, indurasi
dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan
dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
Penanganan efek samping :
a) Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI)
b) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

6
c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg BB 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
6) Vaksin Campak
Deskripsi :
Vaksin virus hidup yang dilemahkan
Indikasi :
Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
Cara pemberian dan dosis :
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolaternal pada, pada usia 9-11 bulan.
Kontra indikasi :
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,
limfoma
Efek samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi.
Penanganan efek samping :
a) Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI atau sari buah)
b) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg BB 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
f) Jika reaksi memberat dan menetap bawa ke dokter.
b. Imunisasi lanjutan

7
Imunisasi lanjutan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjamin
terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan
wanita usia subur (WUS).
1) Imunisasi lanjutan untuk anak baduta
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang
masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar
yaitu dengan diberikan 1 dosis DPT-HB-Hib pada usia 18 bulan
dan 1 dosis campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal
dari pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didaptkan apabila anak
tersebut telah mendaptkan imunisasi dasar secara lengkap.
2) Imunisasi anak sekolah
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia SD diberikan
pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang
diintegrasikan dengan kegiatan UKS. Imunisasi yang diberikan
adalah imunisasi campak, tetanus, dan difteri. Imunisasi ini
diberikan pada kelas 1 (campak dan DT), kelas 2 (Td), dan kelas 5
(Td).
Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan di sekolah
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan kader
kesehatan sekolah dengan minimal dilakukan pemeriksaan status
gizi (tinggi badan dan berat badan), pemeriksaan gigi, tajam
penglihatan, dan tajam pendengaran.
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah bertujuan untuk
mendeteksi dini risiko penyakit pada anak sekolah agar dapat
ditindaklanjuti secara dini, meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal, sehingga dapat menunjang
proses belajar mereka dan pada akhirnya menciptakan anak usia
sekolah yang sehat dan berprestasi.
Hasil dari pelayanan kesehatan di sekolah juga dapat
dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi UKS bagi

8
puskesmas, sekolah dan Tim Pembina UKS (TP UKS) agar
pelaksanaan peningkatan kesehatan anak sekolah dapat lebih tepat
sasaran dan tujuan.
c. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti
persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan
menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian
luar biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksana secara terus menurus
dan berkesinambungan yang terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan.
4. Jadwal Pemberian Imunisasi
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
Jenis Interval minimal setelah
Umur
Imunisasi Imunisasi dasar

DPT- 12 bulan dari DPT-HB-


18 HB-Hib Hib 3
bulan 1 bulan dari Campak dosis
Campak
pertama
Catatan :
a) Pemberian imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak
dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
b) Baduta yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan imunisasi
lanjutan DPT-Hb-Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan

Kelas 1 SD Campak Agustus


DT November

Kelas 2 SD Td November

Kelas 5 SD Td November

9
Catatan :
Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5
5. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
KIPI adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisas.
Kejadian ini berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi
vaksin, reaksi kecemasan, atau hubungan kausal yang tidak dapat
ditentukan.
Definisi KIPI berdasarkan penyebab menurut WHO (2014):
1) Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin.
Contoh :Trombositopenia pasca pemberian vaksin campak
2) Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
Contoh : Kegagalan pabrik vaksin untuk menginaktivasi secara komplit
suatu lot vaksin IPV yang menyebabkan polio paralitik
3) Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur imunisasi
Contoh : transmisi infeksi melalui vial multidosis yang terkontaminasi
4) Reaksi KIPI akibat kecamasan karena takut disuntik
Contoh : Vasovagal syncope pada seorang dewasa muda setelah
imunisasi
5) Kejadian koinsiden
Contoh : demam setelah imunisasi (hubungan sementara dan parasit
malaria yang diisolasi dari darah).

B. Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Pertumbuhanadalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat
(Kemenkes R.I, 2012).

10
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh Sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan Panjang dan berat
(Kemenkes RI, 2016).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh menjadi
lebih kompleks dan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, Bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian, ini sesuai denga nisi peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2014 pasal 1 ayat6
(Permenkes, 2014).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus bicara serta
sosialisasi dan kemandirian. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ
yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromaskuler,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Kemenkes, 2016)
2. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa
ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalahsebaga berikut:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan, setiap
pertumbuhan dan perkembangan.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahapan sebelumnya
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

11
Anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya
serta kepandaiannya. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka
perkembangan pun demikian terjadi peningkatan baik memori, daya nalar
dan lain-lain.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh, terjadi menurut 2 hukum yang tetap
yaitu sebagai berikut :
1) Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah kepala, kemudian menuju
kea rah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal).

2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)


lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Misalnya, anak mampu membuat lingkaran dulu sebelum
membuat kotak.
3. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling memerlukan
perhatian dan menentukan kualitas seseorang dimasa mendatang adalah
pada anak, karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak sudah dimulai sejak
dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian
anak menurut WHO yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun.
Pada dasarnya dalam kehidupan manusia mengalami berbagai tahapan
tumbuh kembangnya dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu.
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak.
Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai
berikut:

12
a. Masa prenatal atau masa intrauterine (masa janin dalam kandungan).
Masa prenatal terbagi menjadi 3 yaitu :
1) Masa zigot / mudigah : sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu
2) Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
3) Masa janin/fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Pada masa janin ada 2 periode
a) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester II
b) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
b. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan).
Masa bayi terbagi menjadi dua yaitu :
1) Masa neonatal yaitu usia 0-28 hari, terbagi menjadi neonatal dini
(perinatal) 0-7 hari dan neonatal 8 hari – 28 hari
2) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari – 12 buan.
c. Masa balita dan prasekolah usia 1-6 tahun
Masa balita dan prasekolah terbagi menjadi :
1) Masa balita : mulai 12-60 bulan dan
2) Masa Prasekolah : mulai 60-72 bulan
Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara flexibel dan
berkesinambungan. Misalnya pencapaian kemampuan tumbuh kembang
pada masa bayi, tidak selalu dicapai pada usia 1 tahun secara persis, tetapi
dapat dicapai lebih awal.
Berikut ini pencapaian atau ciri-ciri tumbuh dan kembang secara
normal pada masa prenatal, neonatal, bayi, toddler dan pra sekolah.
a. Masa prenatal
Periode terpenting pada masa prenatal adalah trimester I kehamilan.
Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan
dua periode, yaitu :
1) Masa embrio

13
Masa embrio dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan
delapan minggu. Pada masa ini ovum yang telah dibuahi dengan
cepat menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi dengan cepat
untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.
2) Masa fetus
Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 bulan sampai kelahiran.
Masa fetus ini terbagi menjadi dua yaitu masa fetus dini (usia 9
minggu sampai trimester dua), dimana terjadi percepatan
pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna dan alat tubuh
mulai berfungsi. Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester
akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan tetap berlangsung cepat
disertai perkembangan fungsi-fungsi. Pada 9 bulan masa
kehamilan, kebutuhan bayi bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh
karena itu Kesehatan ibu sangat penting dijaga dan perlu dihindari
factor-faktor risiko terjadinya kelainan bawaan atau gangguan
penyakit pada janin yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangannya.
b. Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat
lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisaran antara 3000-
3500 gram, tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram.
Pada sepuluh hari pertama biasanya terjadi penurunan berat badan 10%
dari berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami
kenaikan.
c. Masa Bayi 1-12 bulan)
Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara
cepat. Umur 5 bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1
tahun sudah 3x berat badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang
badannya pada 1 tahun sudah satu setengah kali panjang badan saat
lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama,

14
pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu
pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu
gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola
mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan
benda, senyum naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih
sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa
ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur
telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh
ke kiri kanan saat telungkup.

Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari


posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-
benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa
lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda,
sebaliknya akan cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan.

Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi
telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia
sembilan bulan anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu
duduk sendiri tanpa bantuan. Bila dibantu berdiri, anak berusaha untuk
melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari
lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan
menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuat cemas (stranger
anxiety) demikian juga perpisahan dengan ibunya.

Pada usia 9 bulansampai dengan 1 tahun, anak mampu


melambaikan tangan, bermain bola, memukul-mukul mainan, dan
memberikan benda yang dipegang bila diminta.Anak suka sekali
bermain ci-luk-ba.

15
Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan
yang menjadi dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri.
Kegagalan memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat
menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan masalah sosialisasi
pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang
mesra antara ibu (orang tua) dan anak

d. Masa Toddler (1-3 tahun)

Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada
masa bayi tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak
sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing
dan berotot, dan anak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri
tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia
enambelas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi
masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi karena dalam
beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya.

Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding


masa sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya.
Anak lebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa
yang diperbuat orang. Mungkin ia akan mengaduk-aduk tempat
sampah, laci, lemari pakaian, membongkar mainan, dan lain-lain.
Benda-benda yang membahayakan hendaknya disimpan di tempat yang
lebih aman.Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya,
menyusun dua kata dan mengulang kata-kata baru.

Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat


keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap
miliknya. Bila anak menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering
ia akan merebutnya karena dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai
benda mati yang dapat dipukul, dicubit atau ditarik rambutnya apabila
menjengkelkan hatinya. Anak kadang-kadang juga berperilaku menolak

16
apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya (self defense), misalnya
menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang tuanya dan
akan memilih sendiri pakaian yang disukainya.

e. Masa Prasekolah

Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak


kelihatan lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak
mampu naik turun tangga tanpa bantuan, demikian juga berdiri dengan
satu kaki secara bergantian atau melompat sudah mampu dilakukan.
Anak mulai berkembang superegonya (suara hati) yaitu merasa bersalah
bila ada tindakannya yang keliru.

Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal
disekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan
inisiatif anak, akan membuat anak merasa bersalah. Anak belum
mampu membedakan hal yang abstrak dan konkret sehingga orang tua
sering menganggap anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud
demikian. Anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan
dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku
orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah
laku orang dewasa disekitarnya.

Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar


menggambar, menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda.
Orang tua perlu mulai mempersiapkan anak untuk masuk sekolah.
Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang bijaksana, perawatan
kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-orang
disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Pola pertumbuhan dan perkembangan anak umumnya merupakan
interaksi banyak factor yang saling mempengaruhi. Soetjiningsih (2012),

17
menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal .
a. Faktor internal (dari dalam)
1) Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhirproses pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Perbedaan ras, etnik atau bangsa Tinggi badan orang Eropa akan
berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa lainnya, sehingga
postur tubuh tiap bangsa berlainan
3) Keluarga Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk
atau perawakan pendek
4) Umur Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap
yang mengalami pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya.
5) Jenis kelamin Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih
dahulu dibanding laki-laki.
6) Kelainan kromosom Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan,
misalnya Down’s sindroma.
7) Pengaruh hormon Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa
pranatal yaitu saat janin berumur 4 bulan yang mana saat tersebut
terjadi pertumbuhan cepat. Hormon yang berpengaruh terutama
hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar
tiroksin yang berguna untuk metabolisma, maturasi tulang, gigi dan
otak.
b. Faktor eksternal (dari luar)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu pranatal, natal, dan pasca natal.
1) Faktor prenatal (selama kehamilan).
Faktor lingkungan prenatal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin,
terutama trimester akhirkehamilan.

18
b) Mekanis. Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan kongenital misalnya club foot.
c) Toksin, zat kimia. Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi antara lain obat antikanker, rokok,
alkohol beserta logam berat lainnya.
d) Kelainan endokrin. Hormon-hormon yang mungkin berperan
pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin,
hormon plasenta, peptidapeptida lainnya dengan aktivitas mirip
insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami
defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi
mental, cacat bawaan dan lain-lain.
e) Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu
dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali,
atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang
laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
f) Infeksi Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin.
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah
TORCH, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Pra Sekolah 48 sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio,
influenza dan lain-lain
g) Kelainan imunologi
h) Psikologis ibu
2) Faktor natal/persalinan
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko terjadinya
kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca Natal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan

19
kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio
ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan.
(Setiyani, Astuti, dkk., 2016).
C.

20
BAB II

TINJAUAN KEBIDANAN

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : nama perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada
kesamaan nama dengan klien lain
Umur : untuk mengetahui apakah dalam kategori usia masa
menstruasi
Pendidikan : Pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan
pasien.
Pekerjaan : Untuk mengetahui kegiatan rutinitas pasien yang
mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi
Alamat : Untuk mengetahui pasien tinggal di mana, menjaga
kemungkinan bila ada pasien yang namnya sama
agar dapat dipastikan pasien yang mana yang hendak
ditolong untuk kunjungan pasien.
2. Keluhan utama
Apa yang diarasakan pasien pada saat itu dan yang membuat pasien
merasa ingin memeriksakan keadaannya.
3. Riwayat menstruasi
Haid : usia menarche lama haid, siklus haid, , pengeluaran darah
4. Riwayat Kesehatan Pasien
Ditanyakan mengenai riwayat kesehatan ibu yang terdahulu
terutama untuk penyakit – penyakit ginekologi seperti radang
panggul, endometriosis, tumor ovarium, tumor uterus dsb.
Ditanyakan pada ibu mengenai penyakit yang pernah atau sedang
diderita terutama penyakit yang menular (TBC,HIV), menurun
(DM,Hipertensi), berbahaya (Kanker).

21
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga terutama :
a) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular (TBC, hepatitis).
b) Penyakit keluarga yang dapat diturunkan (jantung, asma).
c) Keturunan hasil kembar.
Informasi ini sangat penting untuk melihat kemungkinan yang
dapat terjadi pada ibu dan mengupayakan pencegahan dan
penanggulangannya.
6. Pola kebiasaan
a) Nutrisi :
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur– sayuran dan buah–buahan.
b) Personal Hygiene :
Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia,
mencegah terjadinya infeksi.
c) Eliminasi :
BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak
terdapat endapan ataupun busa.BAB 1x/hari konsistensi
lembek dan berwarna khas.
d) Istirahat :
Ibu minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk
menjaga kesehtan ibu.
e) Aktivitas
Aktifitas pasien merupakan salah satu faktor yang mungkin bisa
menyababkan timbulnya masalah pada keadaan pasien

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik

22
Kesadaran : Composmentis
Tensi normal : 90 / 60 mmHg – 140 / 90 mmHg
Nadi normal : 80 – 100x / menit
Suhu normal : 36,5 o C – 37 o C
Nafas normal : 18-25x/menit
2. Pemeriksaan antopmetri
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar lengan
3. Pemeriksaan khusus
a) Muka : Muka tidak sembab dan tidak pucat.
b) Mata : Bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva normal
warna merah muda (Romauli, 2011).
c) Mulut/bibir : Pada mulut dilihat warna bibir, integritas jaringan
(lembab, kering atau pecah-pecah (Sulistyawati, 2013).
d) Leher : Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena
jugularis (Romauli, 2011).
e) Dada : Bentuk dada simetris, pernafasan teratur, tidak ada
retraksi intercostae, tidak ada wheezing dan ronchi (Marmi,
2011).
f) Abdomen : biasanya mengeluh nyeri atau kram pada perut
yang terkadang menjalar ke daerah punggung yang terjadi
pada saat menstruasi
g) Punggung : Tidak skoliosis, lordosis, kifosis.
h) Ekstremitas : Tidak odema, tidak ada kelainan.
C. Identifikasi Masalah atau Diagnosa Potensial
Diagnosa Nn “X” usia Y dengan......
Diagnosa bisa diambil dari kesimpulan data subjektif dan data objektif
yang telah diperoleh dari pemeriksaan
D. Mengantisipasi Masalah Potensial

23
Masalah yang dapat timbul dari diagnosa dan sebagai bidan harus
mempertimbangkan upaya pencegahan.
E. Menentukan Kebutuhan Segera
Kebutuhan yang segera diberikan adalah : Kolaborasi dengan dokter
spesialis obstetri dan gynekologi apabila masalah dibutuhkan
pemeriksaan yang lebih lanjut dan komprehensif.
F. Menyusun Rencana Tindakan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut,
apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah
psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap klien tersebut harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan
Kesehatan
Rencana yang diberikan pada dismenorea primer adalah :
1) Konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual
2) Medikamentos meliputi pemberian kalsium antagonis, anti
prostaglandin, pemberian progestin atau pil oral
3) Suportif meliputi pemberian Vit E/B6 dan neurogenic
Sedangkan rencana tindakan untuk dismenorea sekunder
dilakukan rujukan pada dokter SpOG atau Rumah Sakit.
G. Melakukan Perencanaan
Langkah ini dilakukan oleh seluruh bidan atau sebagian oleh wanita
tersebut jika belum ditugaskan oleh orang lain tetapi bidan memikul
tanggung jawab tentang pelaksanaannya.

H. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

24
dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau
penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada
klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai
dengan kondisi klien/pasien. Menurut Kemenkes RI (2017), evaluasi
ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

25
DAFTAR PUSTAKA

Adzaniyah Isyani R, Chatraina Umbul W. 2013. Faktor yang Mempengaruhi


Kelengkapan Imunisasi Dasar di Keluharan Krembangan Utara. Jurnal Berkala
Epdiemiologi, Vol 2 No 1 hlm 59-70
Depkes RI. 2012. Sistem Kesehatan Nasional: http://www.depkes.go.id
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2018. Secara
Keseluruhan Cakupan Imunisasi Campak dan Rubella Capai 87,33 Persen.
http://p2p.kemkes.go.id/secara-keseluruhan-cakupan-imunisasi-campak-dan-
rubella-capai-8733-persen/
Dr. Dwi Lingga Utama. Imunisasi dan KIPI. Komda KIPI:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8f39bebf23435e7e38e0ba
7aab19a2b4.pdf
Dythia Novianty, Firsta Nodia. 2018. Komnas KIPI Catatkan MR Fase 1 Hanya
255 Kasus. Suara.com.
Harmasdiani, R. 2015. Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Ktidakpatuhan
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak Bawah Dua Tahun. Jurnal
Epidemiologi Vol 3 No.3
IDAI.2020. Jadwal Imunisasi anak umur 0-18 tahun, Rekomendasi Ikatan Dokter
Indonesia (IDAI).Tahun 2020.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Petunjuk Teknis Kampanye
Imunisasi Measles Rubella (MR). Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI
Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. (Kemenkes RI).
Kemenkes RI. Buku Ajar Imunisasi. (Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan, 2014).
Https://Www.Kemkes.Go.Id/. Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap, Ini
Rinciannya. Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/View/18043000011/Berikan-
Anak-Imunisasi-Rutin-Lengkap-Ini-Rinciannya.Html.

26
Kemenkes RI. 2018. Imunisasi MR Penting Diberikan Untuk Melindungi Anak.
PP.1-2
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Bakti Husada
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Permenkes RI Nomor 12 Tahun
2017 tentang Penyelenggaran Imunisasi. Jakarta
Soetjaningsih. Tumbuh Kembang Anak. (Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2016).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang
Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Gangguan Tumbuh Kembang
Anak.
Kemenkes RI. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap
Darurat COVID-19 Bagi Tenaga Kesehatan. (Kemenkes RI, Dirjen Kesehatan
Masyarakat, 2020).
Kemenkes RI. 2021. Petunjuk Teknis Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Balita. Kementrian Kesehatan RI
Makamban, Yuliana. 2014. Faktor yang Berhubungan Cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makasar.UNHAS
Makasar
McGee, P. 2015. Measles, Mumps and Rubella, Divers Equal Heal Care. No
10(3), pp. 123-5
Rafidah, Erni Yuliastuti.2020. Persepsi dan Dukungan Keluarga Terhadap
Pemberian Imunisasi Measles Rubella (MR).Jurnal Bidan Cerdas.Vol.2. No.2

Setiyani, Astuti, dkk. 2016. Modul Asuhan Kebidanan Neonatal, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah. Kebayoran Baru Jakarta Selatan : Modul Bahan Ajar Cetak
Kebidanan

WHO. 2017. Pedomanan Kampanye Imunisasi Campak & Rubella (MR) Untuk
Guru dan Kader. PP 1-4

27

Anda mungkin juga menyukai