Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH IMUNISASI PADA BAYI DAN ANAK

Oleh :
Elincia
NIM : 2214315401048

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdullah, segala puja dan puji marilah senantiasa saya ucapkan atas limpahan
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
kepada kami.
Sholawat bersamaan dengan salam juga mari hadiahkan kepada baginda nabi kita
Muhammad SAW. Semoga kita, orang tua kita, nenek dan kakek kita, guru-guru dan orang
terdekat kita mendapat syafaat Beliau di Yaumil Mahsyar kelak. Amin ya Rabbal 'Alamin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,Balita dan Anak Prasekolah dan judul makalah ini adalah
"imunisasi pada bayi dan balita".
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Budhi Hariyanti ,SST.,M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliahAsuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,Balita dan Anak Prasekolah, dan
kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga
selesai.
Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan saya juga
sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan pertimbangan
perbaikan makalah ini.

Malang,Selasa 24 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................
.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Pengertian Imunisasi.............................................................................................6
B. Macam – macam Imunisasi..................................................................................6
C. Kontra Indikasi Imunisasi....................................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan masyarakat yang paling
efektif untuk mengurangi penyakit dan kematian dalam masyarakat. Kementrian
Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam
upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak (Rahma, 2019). Imunisasi merupakan
salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD31) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih
bayihingga remaja tetapi juga orang dewasa, maka dengan dilakukannya pemberian
imunisasi dasar lengkap diharapkan kejadian penyakit menular dapat diminimalkan
(Fitriani, Susanti and NM, 2018).
Berdasarkan data dari WHO Unicef pada tahun 2018 ditemukan jumlah kelahiran
hidup di dunia adalah sebanyak 139.677.000 dari total populasi sebanyak
7.586.000.000 bayi, yang selamat sebanyak 135.636.000. Dari populasi tersebut
jumlah kasus difteri sebanyak 16.651.000, pertussis 153.631.000, polio 104.000,
tetanus 15.103.000 Dari data tersebut, populasi target yang di vaksinasi adalah BCG
89%, DPT 1 90%, DPT 2 90%.DPT 3 86%, Hep B 42%, Hib 3 72%, pol 3 85%
artinya target vaksinasi belum mencapai 100% .(sangadah, 2020) persentase imunisasi
menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah pada saat ini di Indonesia adalah
untuk BCG (86.9%), HB-0 (83.1%), Campak (77.3%), polio4 (67.6%), dan terendah
DPTHB3 (61,3%) (Riskesdas, 2018). Sementara di Sulawesi Selatan cakupan
imunisasi tertinggi dengan (64.0%), di Kota Makassar sendiri cakupan imunisasi
sebesar (26,0%), rata-rata cakupan OPV bulan Januari-Mei 2020 di setiap kabupaten
mengalami penurunan sekitar 25-30% dari cakupan di bulan Mei 2019, (Kementerian
Kesehatan RI., 2020).
Pemerintah telah melakukan upaya agar kelengkapan imunisasi dasar pada bayi
0-12 bulan tercapai yaitu dengan mencukupi kebutuhan logistic vaksin sebagai bahan
penunjang dengan cara pemberian secara gratisatau tidak dipungut biaya dengan
harapan masyarakat tidak keberatan memberikan imunisasi pada bayinya (Mustika,
Dew and Prasetyaningati, 2019). Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada
waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi
diberikan mulai lahir sampai awal masa kanakkanak. Melakukan imunisasi pada bayi
merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya (Mulyani, Shafira and
Haris, 2018).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi status imunisasi. Faktor tersebut
diadopsi dari konsep Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2010) diantaranya faktor
predisposisi (faktor ibu), faktor pemungkin (fakto fasilitas kesehatan) dan faktor
pendorong atau penguat (faktor petugas kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan
masyarakat) (Hudhah and Hidajah, 2018). Salah satu keberhasilan program imunisasi
di Indonesia dipengaruhi oleh peran dan pengetahuan ibu (Abdul Razak, Armaijin and

4
Rahmawati permana, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh F. Abdul
Razak., dkk di Puskesmas Gambesi Kota Ternate pada tahun 2020 didapatkan
sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap
dalam kategori cukup yaitu sebanyak 48 ibu (65,8%), kategori kurang yaitu 15 ibu
(20,5%) dan sebagian kecil ibu yang memiliki pengetahuan yang baik yaitu 10 ibu
(13,7%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh S. Mulyani., dkk (2018) diperoleh
gambaran sebanyak (22,7%) responden memiliki pengetahuan rendah, (46,4%)
responden memiliki pengetahuan sedang, dan (30,9%) responden memiliki
pengetahuan tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Imunisasi?
2. Apa saja macam – macam Imunisasi?
3. Apa Kontra Indikasi Imunisasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Imunisasi.
2. Mengetahui macam – macam Imunisasi
3. Mengetahui Kontra Indikasi Imunisasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan masyarakat yang paling
efektif untuk mengurangi penyakit dan kematian dalam masyarakat. Kementrian
Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam
upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak (Rahma, 2019). Imunisasi merupakan
salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD31) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih bayi
hingga remaja tetapi juga orang dewasa, maka dengan dilakukannya pemberian
imunisasi dasar lengkap diharapkan kejadian penyakit menular dapat diminimalkan
(Fitriani, Susanti and NM, 2018).
B. Macam – macam Imunisasi
1. Vaksin hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus hepatitis B. Ini
mengandung potongan virus tidak aktif yang memicu kekebalan tubuh untuk
menghasilkan perlindungan terhadap hepatitis B.
Jadwal imunisasi hepatitis B pada bayi pertama kali 24 jam setelah lahir. Namun,
jika bayi lahir dengan berat badan di atas 2 kg, pemberian vaksin ditunda sampai
usianya mencapai 1 bulan.
2. Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah vaksin untuk mencegah infeksi tuberkulosis (TB).
Mengandung bakteri Mycobacterium bovis lemah, yang merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk melawan bakteri penyebab TB.
Jadwal imunisasi selanjutnya adalah vaksin BCG yang diberikan sebelum bayi
menginjak 2 bulan. Namun, jadwal terbarunya yaitu sesaat setelah lahir atau
sebelum bayi menginjak 1 bulan.
3. Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus)
Ini merupakan vaksin kombinasi yang bisa memberi perlindungan terhadap tiga
penyakit berbahaya, seperti:

6
a) Difteri adalah infeksi serius pada tenggorokan yang bisa menyumbat saluran
dan menyebabkan masalah pernapasan.
b) Tetanus adalah penyakit saraf yang terjadi akibat bakteri penghasil toksin
yang mengkontaminasi luka.
c) Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit pernapasan yang bisa menyebabkan
batuk parah pada anak.
Jenis vaksin anak ini diberikan sebanyak 3 dosis berturut-turut. Jadwal
imunisasinya saat berusia Si Kecil berusia 2, 3, dan 4 bulan.
4. Vaksin polio
Vaksin polio adalah imunisasi untuk mencegah infeksi virus polio. Kegunaannya
memberikan perlindungan terhadap penyakit polio yang dapat menyebabkan
kelumpuhan dan gangguan sistem saraf.
Pemberian jadwal imunisasi polio dilakukan sebanyak 4 kali. Dosisnya saat bayi
masih berusia 0–1 bulan. Kemudian, lanjut saat usianya menginjak 2, 3, dan 4
bulan berturut-turut.
5. Vaksin Hib
Vaksin mampu mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe b (Hib) yang
menyebabkan meningitis pada anak di bawah 5 tahun. Bakteri juga memicu
infeksi telinga, paru-paru, darah, kulit, maupun persendian.
Pemberian imunisasi HiB biasanya dikombinasikan dengan hepatitis B dan DPT.
pemeriannya saat Si Kecil berusia 2, 3, dan 4 bulan. Jenis vaksinnya disebut
dengan DPT-HB-Hib.
6. Vaksin MMR (measles, mumps, dan rubella)
Vaksin MMR adalah vaksin campak, gondongan, dan rubella. Ini memberikan
perlindungan akibat virus campak dan rubella.
Jadwal imunisasi pertamanya adalah saat Si Kecil menginjak 12–15 bulan. Anak
pada masa prasekolah yang belum mendapat dosis pertama MMR harus diberi
satu dosis vaksin.
C. Kontaindikasi Imunisasi
Pada dasarnya, sedikit sekali kondisi yang menyebabkan imunisasi harus ditunda.
Pilek, batuk, suhu sedikit meningkat, bukan halangan untuk imunisasi.
a) Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yg hebat yg merupakan kontraindikasi
mutlak thd dosis vaksis berikutnya

7
 Reaksi berlebihan spt suhu tinggi > 38° C dg kejang, penurunan
kesadaran, shock atau reaksi anafilaktik lainnya stlh imunisasi DPT1
mrup kontraindikasi utk pemberian DPT2 atau DPT3.
 Riwayat kejang demam dan panas > 38° C merupakan kontraindikasi
pemberian DPT1 dan Campak.
b) Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan
gejala AIDS, sedangkan vaksin lainnya sebaiknya diberikan.
c) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi
yang sakit, jangan berikan imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi jika
bayinya sudah sehat.
 Kondisi dimana imunisasi tidak dapat diberikan:
a) Sakit berat dan akut; Demam tinggi;
b) Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
c) Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi
steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vakain hidup. (polio oral, MMR,
BCG, cacar air).Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza
 Beberapa kondisi di bawah ini bukan halangan untuk Imunisasi:
a) Gangguan saluran napas atas atau gangguan saluran cernaringan
b) Riwayat efek samping imunisasi dalam keluarga.
c) Riwayat kejang dalam keluarga.
d) Riwayat kejang demam
e) Riwayat penyakit infeksi terdahulu
f) Kontak dengan penderita suatu penyakit infeksi
 Kelainan saraf menetap seperti palai serebral, sindrom Down
a) Eksim dan kelainan lokal di kulit Penyakit kronis (jantung, paru, penyakit
metabolik)
b) Terapi antibiotika; terapi steroid topikal (terapi lokal, kulit, mata)
c) Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir
d) Berat lahir rendah Ibu si anak sedang hamil Usia anak melebihi usia
rekomendasi imunisasi
1. Bahaya jika Imunisasi terlambat
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cakupan
imunisasi dasar lengkap pada bayi telah turun drastis selama tahun 2020–2021.

8
Bahkan, terdapat lebih dari 1,7 juta bayi yang belum memperoleh imunisasi dasar
pada periode 2019–2021. Padahal, pemberian imunisasi yang terlambat atau bahkan
tidak diberikan sama sekali justru berisiko memengaruhi kesehatan si kecil.
Dampak dari keterlambatan imunisasi yang paling signifikan adalah dapat
meningkatkan risiko berbagai penyakit yang bisa berujung fatal. Pasalnya, sistem
imun tubuh anak masih belum terbentuk sempurna sehingga lebih berisiko terinfeksi
oleh virus atau bakteri patogen, terutama jika tidak mendapatkan imunisasi sesuai
dengan jadwal.
Misalnya, berdasarkan rekomendasi jadwal imunisasi dasar lengkap dari IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia), anak yang sudah memasuki usia 9 bulan disarankan
untuk mendapatkan imunisasi MMR (measles/campak, mumps/gondongan, dan
rubella). Namun, apabila anak sudah berusia lebih dari 9 bulan dan masih belum
mendapatkan imunisasi MMR, maka ia lebih berisiko terinfeksi penyakit campak,
gondongan, dan rubella.
2. Apa yang Harus Dilakukan jika Anak Terlambat Imunisasi?
Lantas, apa yang harus dilakukan jika anak terlambat imunisasi? Langkah utama
yang dapat dilakukan apabila anak terlambat imunisasi adalah berkonsultasi dengan
dokter sesegera mungkin. Umumnya, dokter akan menyarankan imunisasi susulan
pada si kecil.
Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua imunisasi susulan dapat langsung
diberikan pada anak. Misalnya, jika melewatkan jadwal imunisasi BCG, dokter akan
menyarankan si kecil untuk melakukan tes mantoux terlebih dahulu. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui apakah si kecil sudah pernah terpapar dengan bakteri penyebab
tuberkulosis (TB).
Imunisasi BCG dapat diberikan jika tes mantoux menunjukkan hasil negatif.
Namun, apabila menunjukkan hasil positif, dokter akan memulai pengobatan TB
untuk menangani kondisi si kecil.

9
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan memberikan vaksin untuk


meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit. Maka dari itu,
imunisasi ini penting dilakukan untuk anak-anak, terlebih karena mereka masih
memiliki sistem imun tubuh yang belum terbentuk sempurna.

Selain itu, pemberian imunisasi anak juga dapat dilakukan sebagai upaya
mengendalikan penularan wabah penyakit pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan
vaksinasi telah terbukti dapat mencegah serta mengurangi angka kecacatan, kesakitan,
serta kematian akibat suatu penyakit dalam jangka panjang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 2023. Pentingnya Imunisasi Dasar


Lengkap untuk Anak Indonesia.

IDAI. Diakses pada 2023. Imunisasi Penting untuk Mencegah Penyakit Berbahaya.

IDAI. Diakses pada 2023. Apakah Vaksin Aman Bagi Anak?

IDAI. Diakses pada 2023. Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya.

IDAI. Diakses pada 2023. Jadwal Imunisasi Anak IDAI 2023.

Ruqaiyah, 2021. “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Dasar


Pada Bayi 0-12 Bulan”. Puskesmas Jumpandang Baru Makassar

11

Anda mungkin juga menyukai