Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN DENGAN

PEMBERIAN IMUNISASI DPT BOOSTER KEPADA BAYI NY. H


DENGAN METODE INJEKSI INTRA MUSKULAR (IM) DI PMB D
TAHUN 2022

Disusun oleh :
Balqis Putri Mulyani
8121183

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Asuhan dasar
keterampilan Kebidanan dengan pemberian imunisasi DPT Booster pada bayi
Ny. H dengan metode injeksi Intara Muskular di PMB D ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat hasil pelaksanaan praktik klinik program studi
Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tonika Tohri, S. Kp., M. Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.

2. Erni Hernawati, S.S.T., M.M., M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali
3. Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr. Keb selaku Penanggung Jawab Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kebidanan Institu Kesehatan Rajawali
4. Dewi Herawati Amd, Keb.,S.K.M. Selaku pembimbing praktik di PMB Dewi
Herawati yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan laporan
selama pelaksanaan praktik klinik

5. Lia Kamila,S.S.T., M.Keb selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan


memberikan bimbingan dan membantu dalam penyusunan laporan
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
menulis dengan lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikn manfaat.
Aamiin.

Bandung, 15 Juni 2022


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari
penyakit. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Apabila kelak terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena
system imun tubuh mempunyai sistem memori daya ingat, ketika vaksin
masuk ke dalam tubuh maka dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai pengalaman
(Butarbutar, 2018).

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu


tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, meningitis,
polio dan campak. Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang
diberikan pada anak sebelum berusia 1 tahun yang terdiri dari imunisasi
HB 0, imunisasi BCG, imunisasi DPT-HB-HIB, imunisasi polio, imunisasi
IPV dan imunisasi campak (Kemenkes RI, 2018). Imunisasi dasar lengkap
dapat melindungi anak dari wabah penyakit, kecacatan dan kematian.
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Kusumawati, 2017).

Tujuan umum program imunisasi dasar adalah turunnya angka


kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi akibat PD3I sedangkan tujuan
khusus dari program imunisasi dasar adalah tercapainya cakupan imunisasi
dasar lengkap ( Sarri, 2018).

Menurut data WHO (World Health Organitation) sekitar 194


negara maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin
pada bayi dan balitanya. Negara maju dengan tingkat gizi dan lingkungan
yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya, karena
terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah
penyebaran ke anak sekitarnya. Setiap tahun sekitar 85-95% bayi di
negara-negara maju tersebut mendapat imunisasi rutin, sedangkan sisanya
belum terjangkau imunisasi karena menderita penyakit tertentu, sulitnya
akses terhadap layanan imunisasi, hambatan jarak, geografis, keamanan,
sosial ekonomi dan lain-lain (Hartati, 2019). Sebanyak 65 negara dari 194
anggota WHO, memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Pneumonia dan Meningitis (DPT-HBHIB) di bawah target
global 90% (Kemenkes RI, 2015).

Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan cakupan imunisasi


DPT-HB-HIB 3 tingkat nasional sebesar 61,3 %. Adapun di provinsi
Sumatera Barat cakupan imunisasi DPTHB-HIB 3 sebesar 60,2 %
(Litbangkes RI, 2018). Kota Padang cakupan imunisasi DPT-HB-HIB 3
sebesar 89,93% dan tidak mencapai target nasional sebesar 92,5%. Setiap
tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (Hartati, 2019).

Pada kurun waktu 2015-2019, Indonesia berada di urutan dua


negara dengan kejadian difteri terbesar di dunia yaitu 3.203 kasus setelah
India (18.350) kasus. Profil Kesehatan Kota Padang pada tahun 2018
terdapat dua bayi yang meninggal karena imunisasi DPT-HB-HIB
cakupannya yang rendah. 3 Sedangkan jumlah kasus penyakit pada balita
akibat tidak lengkapnya imunisasi DPT-HB-HIB dasar yaitu difteri
sebanyak 14 kasus, Hepatitis B sebanyak 171 kasus, dan penumonia
sebanyak 3.967 kasus. Sedangkan jumlah kasus penyakit balita di Lubuk
Buaya ditemukan Hepatitis B sebanyak 14 kasus dan pneumonia sebanyak
76 kasus.

Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009


dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai
dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat
dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 (Kemenkes
RI.2017). Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan
prioritas utama, dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau
balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak lainnya, karena
terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi
penyebaran infeksi

DPT-HB-HIB sebenarnya bukan vaksin baru. Dahulu adalah


vaksin DPT, kemudian ditambah preparatnya dengan vaksin Hepatitis B,
menjadi preparat vaksin DPT- HB Combo. Dengan kejadian angka
pneumonia menjadi salah satu penyebab tingginya kesakitan dan kematian
bayi dan balita, maka preparat DPT/HB ditambah dengan Hib. Vaksinasi
DPT-HB-HIB diberikan sebanyak 4 kali, yaitu 3 kali selama bayi (usia 0-1
tahun) dan 1 kali pada usia 18 – 36 bulan sebagai booster / ulangan
(Munawaroh, 2016).

Vaksin DPT-HB-HIB merupakan vaksin DPT-HB ditambah HIB


yang digabung dalam satu kemasan untuk mengurangi jumlah suntikan
pada bayi dan dapat mencegah lima 4 penyakit sekaligus yaitu difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis (Ermawati, 2017).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan standar asuhan keterampilan dasar
kebidanan dengan pemberian imunisasi DPT Booster pada bayi Ny. H
dengan metode Intra Muskular (IM) tahun 2022

2.2.1 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian masalah
pemberian imunisasi DPT Booster

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa masalah pemberian


imunisasi DPT Booster

c. Mahasiswa mampu menentukan perencanaan masalah


pemberian imunisasi DPT Booster

d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi masalah pemberian


imunisasi DPT Booster

1.3 Manfaat
a. Manfaat teoritis
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman secara langsung dalam penerapan ilmu yang diperoleh dan
menambah wawasan dalam melakukan pemberian imunisasi pada bayi
dan balita.

b. Manfaat Praktis
Menambah pengalaman dan kemampuan bagi penulis dalam
memberikan asuhan dasar keterampilan kebidanan secara komprehensif
pada bayi dan balita dalam pemberian imunisasi dasar lengkap.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Imunisai
1.1.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12, 2017).

1.1.2 Tujuan Imunisasi


Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan
terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut
Permenkes RI (2017), program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya,
tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai
target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal
Child Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang
mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan
tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
1.1.3 Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah
dengan menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :
a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan
bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman.
c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Proverawati, 2010 : 5-6).
1.1.4 Jenis Penyelenggaraan Imunisasi
Program Imunisasi program adalah Imunisasi yang diwajibkan
kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi program
terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus
(Permenkes RI 12, 2017).
a. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus menerus dan berkesinambungan yang terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan (Permenkes RI 12, 2017).
1) Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan
kepada bayi sebelum berusia satu tahun. Pada kondisi ini,
diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara
optimal. Setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan untuk
mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis
Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio
tetes, dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes RI, 2018).
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta,
anak usia sekolah, dan wanita usia subur (Permenkes RI 12,
2017).
a) Imunisasi Lanjutan Pada Anak Baduta Imunisasi lanjutan
merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan imunisasi dasar yaitu dengan diberikan 1
dosis DPT-HB-Hib pada usia 18 bulan dan 1 dosis
campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal dari
pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapatkan apabila
anak tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap (Kemenkes RI, 2018).
b) Imunisasi Anak Sekolah Imunisasi lanjutan yang diberikan
pada anak usia SD diberikan pada kegiatan Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan kegiatan UKS. Imunisasi yang diberikan adalah
imunisasi campak, tetanus, dan difteri. Imunisasi ini
diberikan pada kelas 1 (campak dan DT), kelas 2 (Td), dan
kelas 5 (Td) (Kemenkes RI, 2018).
c) Imunisasi Pada Wanita Usia Subur Imunisasi yang
diberikan pada wanita usia subur adalah imunisasi tetanus
toksoid difteri (Td) yang berada pada kelompok usia 15-39
tahun baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil
(Kemenkes RI, 2018).
b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu
yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko
terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu (Kemenkes RI, 2018).
c. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang
dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu
seperti persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan 15 kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit
tertentu (Kemenkes RI, 2018).

1.1.5 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan (2014), dijelaskan bahwa terdapat
beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu sebagai
berikut :
a. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa disebut juga batuk darah yang
ditularkan melalui pernafasan dan melalui bersin atau batuk.
Gejala awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat
badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari, gejala
selanjutnya yaitu batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin
batuk darah, sedangkan gejala lain timbul tergantung pada organ
yang diserang. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit
TBC adalah kelemahan dan kematian.
b. Difteri
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae yang ditularkan melalui kontak fisik
dan pernafasan. Gejala yang timbul berupa radang tenggorokan,
hilang nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebirubiruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi yang
dapat diakibatkan dari penyakit difteri adalah gangguan pernafasan
yang berakibat kematian.
c. Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan
melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin.
Gejala yang timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam,
batuk ringan yang lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan
batuk yang cepat dan keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan
dari penyakit pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat
menyebabkan kematian.
d. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin dan ditularkan
melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala
awal yang timbul berupa kaku otot pada rahang, disertai kaku pada
leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.
Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah
lahir dan gejala berikutnya berupa kejang yang hebat dan tumbuh
menjadi kaku. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit
tetanus adalah patah tulang akibat kejang, Pneumonia, infeksi lain
yang dapat menimbulkan kematian
1.2 Injeksi Intra Muskular
Injeksi intramuskuler (IM) adalah pemberian obat/ cairan dengan cara
dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Pada orang dewasa tempat
yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah seperempat
bagian atas luar otot gluteus maximus, sedangkan pada bayi, tempat
penyuntikan dibatasi sebaiknya paling banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah
gluteal dan 2 ml di daerah deltoid.

Tujuanya adalah agar absorsi obat dapat lebih cepat. Rute intramuscular
(IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute subcutan
(SC), karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan
jaringan berkurang ketika obat memasuki otot dalam, tetapi bila tidak hati-
hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke 11 pembuluh darah.

1.2.1 Tempat Injeksi Intramuskular


a. Otot Vastus Lateralis
Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang baik adalah
tempat injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak dan bayi. Otot
terletak dibagian lateral anterior paha dan pada orang dewasa
membentang sepanjang satu tangan di atas lutut sampai sepanjang satu
tangan di bawah trokanter femur. Sepertiga tengah otot merupakan
tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai ke garis tengah sisi luar paha.
b. Otot Ventrogluteal
Otot ventrogluteal meliputi gluteus medius dan minimus.
c. Otot Dorsogluteus
Otot orsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan untuk
injeksi IM. Insersi jarum yang tidak disengaja ke dalam saraf siatik
dapat menyebabkan paralisis permanen atau sebagian pada tungkai
yang bersangkutan. Pembuluh darah utama dan tulang juga dekat
tempat injeksi. Pada klien yang jaringannya kendur, tempat injeksi
sulit ditemukan.
d. Otot Deltoid Pada orang dewasa, bayi dan anak, otot deltoid belum
berkembang baik. Saraf radialis, ulnaris dan arteri brakialis terdapat di
dalam lengan atas di sepanjang humerus. Perawat jarang menggunakan
daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat diakses
karena ada balutan, gips, atau obstruksi lain (Kozier, Barbara & Erb,
Glenora dkk, 2009)
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 9 Juni 2022 Pukul 09.00 WIB


Tempat Pengkajian :
PMB D
No Register :

Oleh : Balqis Putri Mulyani

I. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama : By. E

Umur : 19 bulan

Jenis Kelamin Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Cikemang Rt 02/05

2. Alasan kunjungan Ibu ingin imunisasi DPT lanjutan


II. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda Vital

 BB : 12 kg
 PB : 85 cm

 N : 80x/menit

 R : 22x/menit

 Suhu : 36,5

3. Riwyat Kesehatan Klien

 Dada : Simetris

 Ekstremitas : Normal

 Genitalia : Normal

 Kepala : Hitam , lurus bersih,


tidak rontok

 Wajah : tidak pucat,

 Mata : Konjungtiva merah muda dan Sclera putih


 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis

 Perut : tidak ada nyeri tekan


 Pelvis : Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
5. Pola Fungsional Kesehatan

 Nutrisi : Pola makan 3 kali sehari, porsi 1 piring dengan


nasi lauk dan sayur, tidak ada pantangan makanan atau alergi. Pola
minum 5-6 gelas/ hari dengan 1 gelas sedang, jenis minuman air
mineral, teh dan minuman berasa lainnya.
 Eliminasi : frekuensi BAK 4-5 kali/hari, berwarna
kuning jernih, tidak ada keluhan. Frekuensi BAB 1 kali/hari
warna kecoklatan.
 Istirahat : Lama tidur 7-8 jam malam hari
 Aktivitas : Bermain
 Hygiene : Mandi 2x/ hari, ganti baju 2- 3x/hari
II. ANALISIS

Bayi E usia 19 bulan dengan imunisai DPT Booster

III. PENATALAKSAAN

1. Memberitahu ibu bayi bahwa pasien saat ini bayi dalam keadaan
normal ibu mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu akan dilakukannya suntik Imunisasi DPT di
bagian 1/3 tangan kanan bayi
3. Menyiapkan Vaksin DPT dan menyedot vaksin menggunakan Spuit 0,5
cc dan menyiapkan alcohol swab. Telah dilakukan.
4. Memberitahu ibu bayi untuk menyiapkan posisi bayi yang nyaman
dengan tangan bayi menghadap ke arah tenaga kesehatan. Ibu
mengerti dan sudah dilakukan
5. Melakukan informed concent dan memberitahu ibu efek samping dari
suntik imunisasi seperti demam, lebam/bengkak di daerah
penyuntikan. Ibu mengerti
6. Memberitahu ibu untuk segera memberikan bayi obat penurun panas
(paracetamol) dengan dosis 3x1 sendok makan
7. Melakukan pendokumentasian
Mahasiswa,

Balqis Putri Mulyani


NPM : 8121183
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pada bab ini penulis mengambil simpulan dan saran setelah

melakukan asuhan dasar keterampilan kebidanan pada By. E umur 19

bulan dengan imunisasi DPT Booster, yaitu sebagai berikut :

1. Pada pengkajian pada kasus By. E umur 19 bulan dengan data Objektif

yaitu Normal tidak ada kelainan BB: 12 kg, PB : 85 cm, R : 22x/menit,

S : 36,8oC.

2. Pada interpretasi data didapat diagnosa By. E umur 19 bulan dengan

Imunisasi DPT Booster

3. Pada kasus By. E harus selalu dilakukan antisipasi karena untuk

mencegah terjadinya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

4. Pada kasus ini, perencanaan yang diberikan sesuai dengan keadaan By. E

yang meliputi penjelasan pada ibu bayi tentang keadaannya, anjurkan

bayi istirahat cukup dan memberikan obat penurun panas dengan dosis

3x1 sendok makan.

5. Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.

5.1 SARAN
Pada akhir pembuatan laporan, penulis mengharapkan semua tenaga
kesehatan terutama bidan dapat terus meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan mengenai Imunisasi Dasar lengkap dalam kebidanan
keperawatan sehingga dapat memberiksan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan bayi.

Anda mungkin juga menyukai