Anda di halaman 1dari 12

Imunisasi Pada Anak dan Remaja

Hajeng Wulandari1, Adinda Chika Anindita2, Aleyda Zahratunany Insanitaqwa2


1
Divisi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya/RS Dr. Saiful Anwar, Malang
2
Pendidikan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang
Abstrak

Imunisasi merupakan salah satu upaya prioritas Kementerian Kesehatan RI yang


diselenggarakan sejak 1956 untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang dilakukan
sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk menurunkan angka kematian
anak. Sebagai pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I), imunisasi adalah upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit dengan vaksin. Vaksin adalah antigen yang diberikan
kepada individu untuk menimbulkan imunitas spesifik. Vaksin dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu vaksin hidup dilemahkan dan vaksin inaktif. Tujuan program vaksinasi di
Indonesia terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Program imunisasi di Indonesia terdiri
atas imunisasi wajib (imunisasi rutin, khusus dan tambahan) dan imunisasi pilihan. Adapun
jadwal vaksinasi pada anak dan remaja di Indonesia mengikuti rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia tahun 2020. Bila melewati jadwal rekomendasi tersebut, dapat dilakukan
catch-up immunization. Dalam kegiatan imunisasi, proses penyimpanan dan penyuntikan
harus diperhatikan sehingga dapat memberikan efek vaksinasi yang maksimal. Setelah
imunisasi, KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dapat terjadi secara serius dan non-
serius dan harus dilaporkan serta ditindaklanjuti sesuai dengan alur yang berlaku di
Indonesia. Tenaga medis sebagai pelaksana memegang peranan penting dalam
keberhasilan program imunisasi sehingga harus memahami hal ini dengan baik.
Kata Kunci: Imunisasi, Vaksin, Anak, Remaja, KIPI

Immunization for Children and Adolescents


Hajeng Wulandari1, Adinda Chika Anindita2, Aleyda Zahratunany Insanitaqwa2
1
Growth Development and Social Pediatric Division, Pediatric Department, Faculty of Medicine
Universitas Brawijaya/ RS Dr. Saiful Anwar General Hospital, Malang
2
Medical Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya, Malang
Abstract
Immunization is one of the priority programs of Indonesian Ministry of Health which has been
held since 1956 to prevent infectious diseases as a concrete commitment to reduce child
mortality. As the prevention of transmission of several immunization-preventable diseases,
immunization is an effort to increase the immunity actively to a disease with vaccines.
Vaccines are antigens that are given to individuals to induce specific immunity. Vaccines can
be divided into two types: live attenuated vaccines and inactivated vaccines. The objectives
of vaccination program in Indonesia consist of general and specific objectives. The
immunization programs in Indonesia include mandatory immunizations (routine, special, and
additional immunizations) and optional immunizations. The schedule for immunization in
children and adolescents in Indonesia follows the recommendations of the Indonesian
Pediatrician Association in 2020. If the recommended schedule is passed, catch-up
immunization may be carried out. In this program, proper vaccine storage and handling
practices are important to provide maximum protection from vaccine-preventable diseases.
After immunization, adverse events can occur seriously and non-seriously and must be
reported and followed up in order to provide better immunization services. Health care
workers as the executors play an important role in this program so they should understand
this topic as well.
Keywords: Immunization, Vaccine, Child, Adolescent, Adverse Event

Pendahuluan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan


Penyakit menular merupakan salah dan kontak dengan petugas. Namun,
satu beban pada pembangunan bidang masih ada pemahaman yang berbeda di
kesehatan di Indonesia saat ini. Imunisasi masyarakat mengenai imunisasi sehingga
merupakan salah satu tindakan banyak bayi dan balita yang tidak
pencegahan penyebaran penyakit infeksi mendapatkan pelayanan imunisasi.
yang terbukti cost-effective.1 Menurut Alasan yang disampaikan orang tua
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 mengenai hal tersebut antara lain karena
tahun 2009, imunisasi merupakan salah takut anaknya panas, tempat imunisasi
satu upaya prioritas Kementerian jauh, serta sibuk. Oleh karena itu, kita
Kesehatan untuk mencegah terjadinya sebagai tenaga kesehatan harus memiliki
penyakit menular yang dilakukan sebagai wawasan yang cukup luas mengenai
salah satu bentuk nyata komitmen vaksinasi sehingga dapat mengedukasi
pemerintah untuk menurunkan angka dan memotivasi orangtua dengan baik dan
kematian anak.2 benar.2
Imunisasi telah diselenggarakan di Dari uraian di atas, penulis membuat
Indonesia sejak 1956. Mulai tahun 1977, referat mengenai pelayanan imunisasi di
kegiatan imunisasi diperluas menjadi Indonesia sehingga memberikan wawasan
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) bagi tenaga medis agar mampu
dalam rangka pencegahan penularan memahami dan memberikan pelayanan
terhadap beberapa Penyakit yang Dapat imunisasi terhadap anak dan remaja yang
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), antara baik dan benar.
lain Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Hepatitis B, Polio, Meningitis, Definisi Imunisasi, Vaksinasi, Anak dan
Pneumonia dan Campak. Hasil survei Remaja
Riskesdas tahun 2013 didapatkan bahwa Imunisasi berasal dari kata “imun” yang
sebanyak 69,2% anak usia 12-23 bulan berarti kebal atau resisten. Imunisasi
memiliki imunisasi lengkap, 32,1% adalah upaya untuk menimbulkan atau
memiliki imunisasi tidak lengkap meningkatkan kekebalan seseorang
sedangkan 8,7% tidak pernah secara aktif terhadap suatu penyakit
2
diimunisasi. sehingga bila suatu saat terpajan dengan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
teknologi membawa program imunisasi ke hanya mengalami sakit ringan. Vaksin
dalam penyelenggaraan pelayanan yang adalah antigen berupa mikroorganisme
bermutu dan efisien. Kemajuan tersebut yang telah mati, masih hidup namun
dapat berupa penemuan vaksin baru dilemahkan, masih utuh atau bagian dari
(Rotavirus, Japanese Encephalitis, dan mikroorganisme, yang telah diolah, berupa
lain-lain). Perkembangan teknologi lain toksin mikroorganisme yang telah diolah
adalah menggabungkan beberapa jenis menjadi toksoid, atau protein rekombinan
vaksin sebagai vaksin kombinasi yang yang bila diberikan kepada seseorang
terbukti dapat meningkatkan cakupan akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit infeksi atau bakteri yang dilemahkan sehingga
tertentu.2 tidak boleh diberikan pada kondisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan defisiensi imun. Contoh vaksin jenis ini
Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014 adalah vaksin virus (campak, mumps,
tentang Upaya Kesehatan Anak, anak rubella, polio, yellow fever, cacar air) dan
adalah seseorang yang sampai berusia 18 vaksin bakteri (BCG dan tifoid oral).2
tahun, termasuk anak yang masih dalam Vaksin inaktif berasal dari bakteri atau
kandungan. Sementara remaja adalah virus yang ditumbuhkan pada media kultur
kelompok usia 10-18 tahun.3 Sedangkan lalu diinaktifkan dan hanya sebagian
menurut WHO, batasan usia anak adalah struktur bakteri atau virus (fraksional) yang
sejak anak di dalam kandungan hingga dimanfaatkan sebagai vaksin. Vaksin jenis
usia 19 tahun sedangkan remaja adalah ini selalu membutuhkan dosis ulang.
penduduk dalam rentang usia 10-19 Contoh vaksin jenis ini adalah vaksin virus
tahun.4,5 inaktif utuh (influenza, polio, rabies,
hepatitis A), virus inaktif fraksional sub-unit
Tujuan Vaksinasi (hepatitis B, influenza, acellular pertussis,
Tujuan program imunisasi menurut tifoid injeksi), virus inaktif fraksional
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor toksoid (DT, botulinum), virus inaktif
12 Tahun 2017 terdiri atas tujuan umum fraksional polisakarida murni
dan tujuan khusus. Tujuan umum (pneumococcal, meningococcal, Hib),
imunisasi adalah menurunkan angka virus inaktif fraksional polisakarida
kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat konjugasi (Hib dan pneumococcal), dan
PD3I. Tujuan khusus imunisasi adalah bakteri inaktif utuh (whole pertussis, tifoid,
tercapainya cakupan imunisasi dasar kolera, pes).2
lengkap (IDL) pada bayi sesuai target Berdasarkan sensitivitasnya terhadap
RPJMN; tercapainya Universal Child suhu, vaksin dibagi menjadi 2 jenis: vaksin
Immunization (UCI) atau prosentasi yang sensitif terhadap beku dan vaksin
minimal 80% bayi yang mendapat IDL di yang sensitif terhadap panas. Vaksin yang
suatu desa atau kelurahan; tercapainya sensitif terhadap beku misalnya vaksin DT,
target imunisasi lanjutan pada anak TT, Td, Hepatitis B, dan DPT/HB/Hib
berusia di bawah dua tahun, anak usia harus disimpan pada suhu 2-8oC.
sekolah dasar dan wanita usia subur; Sedangkan vaksin yang sensitif terhadap
tercapainya reduksi, eliminasi dan panas misalnya vaksin campak, polio, dan
eradikasi penyakit yang dapat dicegah BCG harus disimpan pada suhu -15
dengan imunisasi; tercapainya hingga -25oC.2
perlindungan optimal kepada masyarakat
yang akan bepergian ke daerah endemis Respon Imun Terhadap Vaksin
penyakit tertentu; dan terselenggaranya Imunitas tubuh dapat tercapai secara
pemberian imunisasi yang aman serta aktif maupun pasif. Imunisasi merupakan
pengelolaan limbah medis (safety injection salah satu cara mendapatkan kekebalan
practice and waste disposal secara aktif.2 Setelah vaksin masuk ke
management).1 dalam tubuh, antigen yang ada di dalam
vaksin ditangkap oleh sel dendritik.
Klasifikasi Vaksin Kemudian antigen dibawa ke limfonodi
Vaksin dapat dibagi menjadi 2 macam, dan dipresentasikan oleh molekul MHC
yaitu vaksin hidup dilemahkan atau live kepada sel T melalui T cell receptor
attenuated dan vaksin inaktif. Vaksin hidup (TCR). Antigen vaksin yang larut juga
dilemahkan merupakan derivat dari virus akan berikatan dengan B cell receptor
(BCR). Sel T dan aktivasi BCR akan berusia 1 tahun yang wajib mendapatkan
merangsang sel B di limfonodi sehingga imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari:
terjadi proses maturasi respon antibodi 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis
untuk meningkatkan afinitas antibodi dan DPT-Hib-Hepatitis B, 4 dosis polio, dan 1
merangsang isotipe antibodi yang dosis campak.7 Imunisasi lanjutan
berbeda. Produksi sel plasma umur merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
pendek (short-lived) yang aktif mempertahankan tingkat kekebalan atau
melepaskan antibodi spesifik terhadap untuk memperpanjang masa
protein vaksin menyebabkan peningkatan perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan
level antibodi serum yang cepat dalam 2 pada anak usia di bawah dua tahun, anak
minggu. Sel B memori juga diproduksi usia SD, dan wanita usia subur (15-49
sehingga memediasi memori imun. Sel tahun).1 Pada usia 18 bulan, dibutuhkan
plasma umur panjang (long-lived) dapat imunisasi lanjutan DPT-Hb-Hib, polio, dan
terus memproduksi antibodi selama MR. Ketika sekolah dasar, imunisasi
beberapa dekade di sumsum tulang.6 lanjutan yang dibutuhkan adalah vaksinasi
campak dan DT pada siswa kelas 1 dan
Penyelenggaraan Vaksinasi di vaksinasi Td pada siswa kelas 2 dan 3
Indonesia dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Di Indonesia, program imunisasi terdiri Sekolah (BIAS).7 Imunisasi lanjutan pada
atas imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. wanita usia subur terdiri atas imunisasi
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang terhadap penyakit tetanus dan difteri.1
diwajibkan oleh pemerintah dalam rangka Imunisasi tambahan diberikan pada
melindungi individu dan orang sekitar dari kelompok umur tertentu yang paling
penyakit menular tertentu. Sedangkan berisiko terkena penyakit sesuai kajian
imunisasi pilihan adalah imunisasi yang epidemiologis pada periode waktu tertentu
diberikan sesuai dengan kebutuhan untuk untuk melengkapi imunisasi dasar
1
melindungi seseorang dari penyakit dan/atau lanjutan. Yang termasuk dalam
menular tertentu, seperti vaksin MMR, kegiatan imunisasi tambahan adalah
Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza, Backlog fighting, Crash program, PIN
Pneumokokus, Rotavirus, Japanese (Pekan Imunisasi Nasional), Sub-PIN,
Ensefalitis, demam berdarah dan HPV.2 Catch up Campaign campak dan
Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi Imunisasi dalam Penanganan KLB
rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi (Outbreak Response Immunization/ORI).2
khusus. Imunisasi rutin merupakan
kegiatan imunisasi yang dilaksanakan Jadwal Vaksinasi di Indonesia
secara terus-menerus sesuai jadwal. Pada tahun 2020, Ikatan Dokter Anak
Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar Indonesia (IDAI) membuat rekomendasi
dan imunisasi lanjutan.2 Imunisasi dasar jadwal vaksinasi pada anak usia 0-18
diperuntukkan pada setiap bayi sebelum tahun seperti pada Tabel 1.8
Tabel 1. Jadwal vaksinasi pada anak usia 0-18 tahun menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) tahun 2020.8

diberikan secara intramuskular atau


Jenis vaksin subkutan dalam dengan dosis 0,5 ml di
a. Hepatitis B (HB) paha kiri.2 Vaksin polio 0 (nol) sebaiknya
Vaksin HB merupakan vaksin virus diberikan segera setelah lahir. Selanjutnya
rekombinan yang inaktif. Vaksin ini bOPV atau IPV diberikan bersama DTwP
diberikan dengan dosis 0,5 ml secara atau DTaP di bulan ke-2, 3 dan 4
intramuskular dan sebaiknya pada kelahiran sebagai imunisasi primer dan
anterolateral paha.2 Vaksin ini sebaiknya bulan ke-18 sebagai booster. Vaksin IPV
diberikan pada bayi segera setelah lahir minimal diberikan 2 kali sebelum berumur
sebelum berumur 24 jam.1 Imunisasi HB 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.8
selanjutnya diberikan bersama DTwP atau Vaksin OPV disimpan pada suhu -15oC
DTaP pada bulan ke 2,3 dan 4 sebagai hingga -25oC pada freezer. Sedangkan
imunisasi primer dan bulan ke-18 sebagai vaksin IPV disimpan pada suhu 2-8 oC
booster.8 Vaksin ini disimpan pada suhu 2- pada cold room atau vaccine refrigerator.1
8oC pada cold room atau vaccine
refrigerator. Namun di puskesmas, vaksin c. BCG
HB disimpan di suhu ruang dan terlindung Vaksin BCG merupakan vaksin beku
dari sinar matahari langsung.1 kering yang mengandung Mycobacterium
bovis yang hidup dilemahkan (Bacillus
b. Polio Calmette Guerin atau BCG, strain paris).
Vaksin polio terdiri atas vaksin polio Vaksin ini diberikan dengan dosis 0,05 ml
oral (OPV) dan inactive polio vaccine sebanyak 1 kali secara intrakutan di
(IPV). OPV trivalen terdiri atas suspensi insersio muskulus deltoideus lengan
virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain kanan atas.2 Vaksin BCG sebaiknya
Sabin) yang sudah dilemahkan. Vaksin diberikan sesegera mungkin setelah lahir
OPV diberikan secara oral (melalui mulut) sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila bayi
dengan 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 berusia 3 bulan atau lebih, vaksin BCG
kali pemberian dengan interval setiap dapat diberikan bila uji tuberkulin negatif.8
dosis minimal 4 minggu. Vaksin IPV dapat
Vaksin ini disimpan pada suhu 2-8oC pada merupakan vaksin inaktif yang
cold room atau vaccine refrigerator.1 direkomendasikan pada semua anak
sehat 2 bulan – 5 tahun dan anak <2
d. DPT-Hb-Hib, DT dan Td tahun. Pemberian PCV minimal umur 6
Vaksin DPT-HB-Hib merupakan vaksin minggu.1 Vaksin pneumokokus diberikan
inaktif yang dapat mencegah difteri, dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular
tetanus, pertusis, hepatitis B, dan infeksi (di paha anterolateral pada bayi dan
Haemophilus influenza tipe B. Vaksin ini deltoid anak-anak) pada umur 2, 4, dan 6
diberikan dengan dosis 0,5 ml secara bulan dengan booster pada umur 12 – 15
intramuskular pada anterolateral paha bulan.8 Vaksin ini disimpan pada suhu 2-
atas untuk bayi dan lengan kanan untuk 8oC pada cold room atau vaccine
anak-anak.2 Vaksin ini diberikan mulai refrigerator.1
umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau
DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur f. Rotavirus
2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster Terdapat dua jenis Vaksin Rotavirus
pertama diberikan pada umur 18 bulan (RV) yang ada di Indonesia, yaitu RV
dan berikutnya pada umur 5 – 7 tahun monovalen dan pentavalen. Vaksin
pada program Bulan Imunisasi Anak monovalen oral berasal dari human RV
Sekolah (BIAS) kelas 1. Umur 7 tahun vaccine RIX yang bersifat live attenuated
atau lebih menggunakan vaksin Td atau yang berasal dari human RV/galur 89-12.
Tdap. Booster berikutnya pada usia 10-18 Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2
tahun atau pada program BIAS kelas 5. kali, dosis pertama dimulai umur 6 minggu
Booster Td diberikan setiap 10 tahun.8 dan dosis kedua dengan interval minimal 4
Vaksin DT dan Td mengandung toksoid minggu. Vaksin ini harus selesai pada
tetanus dan toksoid difteri murni yang umur 24 minggu.1 Dosis yang diberikan
terabsorbsi ke dalam alumunium fosfat. sebanyak 1 mL per oral.9 Vaksin
Kedua vaksin ini diberikan secara pentavalen oral merupakan kombinasi dari
intramuskular atau subkutan dalam strain yang diisolasi dari manusia dan
dengan dosis 0,5 ml pada lengan kiri atas. bovine yang bersifat live attenuated.1
Namun, vaksin DT dianjurkan untuk anak Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3
usia di bawah 8 tahun sedangkan vaksin kali, dosis pertama 6-12 minggu
Td dianjurkan untuk anak usia 7 tahun ke sedangkan dosis kedua dan ketiga
atas.2 Vaksin DPT-HB-Hib dan DT dengan interval 4 sampai 10 minggu.
disimpan pada suhu 2-8oC pada cold room Vaksin ini harus selesai pada umur 32
atau vaccine refrigerator.1 minggu.8 Dosis yang diberikan sebanyak 2
ml. Vaksin ini disimpan pada suhu 2-8oC
e. Pneumokokus (PCV) pada cold room atau vaccine refrigerator.1
Vaksin pneumokokus mencegah
penyakit akibat infeksi bakteri g. Influenza
Streptococcus pneumonia atau kuman Vaksin influenza mengandung virus
pneumokokus. Terdapat dua macam yang inaktif dan terdiri atas antigen dari
vaksin, yaitu vaksin pneumokokus dua subtipe virus: influenza A dan satu
polisakarida (Pneumococcal sub tipe virus influenza B. Subtipe
Polysacharide Vaccine/PPV) dan vaksin direkomendasikan oleh WHO setiap tahun
pneumokokus konjugasi (Pneumococcal berdasarkan surveilans epidemiologi
Conjugate Vaccine/PCV). PPV merupakan seluruh dunia. Vaksin ini disimpan dalam
vaksin inaktif yang diberikan pada anak vaccine refrigerator pada suhu 2-8oC dan
usia >2 tahun. Sedangkan PCV tidak boleh dibekukan. Vaksin influenza
diberikan dengan dosis 0,25 ml untuk (campak), Mumps (gondongan) dan
anak <2 tahun dan 0,5 ml untuk anak >2 Rubela. Vaksin harus digunakan dalam
tahun secara intramuskular (di otot deltoid waktu 1 (satu) jam setelah dicampur
pada anak-anak dan anterolateral paha dengan pelarutnya karena setelah
pada bayi).1 Vaksin influenza diberikan dicampur vaksin sangat tidak stabil dan
mulai umur 6 bulan dan diulang setiap cepat kehilangan potensinya pada
tahun. Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun, temperatur kamar. Dosis yang diberikan
vaksin diberikan 2 dosis dengan interval adalah 0,5 ml secara intramuskular atau
minimal 4 minggu. Pada usia 9 tahun ke subkutan dalam.1
atas, imunisasi dilakukan sebanyak 1 Vaksin MR diberikan pada umur 9
dosis.8 bulan. Bila sampai umur 12 bulan belum
mendapat vaksin MR, dapat diberikan
h. Japanese encephalitis (JE) MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau
Vaksin JE merupakan vaksin hidup MMR. Umur 5 – 7 tahun berikan MR
yang dilemahkan yang diberikan dengan (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR.8
dosis 1 ml secara subkutan pada hari ke
0, 7 dan ke 28. Untuk anak 1-3 tahun, j. Varisela
dosis yang diberikan masing-masing 0,5 Kandungan vaksin varisela adalah
ml dengan jadwal yang sama.1 Vaksin JE virus hidup varisela-zoster yang
dapat diberikan mulai umur 9 bulan di dilemahkan yang terdapat dalam bentuk
daerah endemis atau yang akan bubuk kering. Dosis yang diberikan adalah
bepergian ke daerah endemis. Untuk 0,5 ml, dosis tunggal, secara subkutan di
perlindungan jangka panjang, dapat triceps lengan atas bagian anterolateral.
diberikan booster 1-2 tahun kemudian.8 Vaksin dapat diberikan bersama dengan
Vaksin ini disimpan pada suhu 2-8oC pada vaksin MMR (MMR/V). Penyimpanan pada
cold room atau vaccine refrigerator.1 suhu 2°C - 8°C.1 Berdasarkan dalam
i. MR/MMR jadwal imunisasi tahun 2020, imunisasi
Vaksin MR adalah vaksin hidup yang varisela diberikan mulai umur 12 – 18
dilemahkan (live attenuated) berupa bulan. Pada umur 1 – 12 tahun diberikan 2
serbuk kering dengan pelarut. Pemberian dosis dengan interval 6 minggu sampai 3
imunisasi MR dapat melindungi anak dari bulan. Pada umur 13 tahun atau lebih
kecacatan dan kematian akibat diberikan 2 dosis dengan interval 4 sampai
pneumonia, diare, kerusakan otak, 6 minggu.8
ketulian, kebutaan dan penyakit jantung
bawaan. Dosis vaksin MR adalah 0,5 ml k. Hepatitis A
diberikan secara subkutan pada lengan Vaksin dibuat dari virus yang
kiri bagian luar. Penyimpanan pada suhu dimatikan (inactivated vaccine). Dosis
2°C - 8°C. Pada vaksin MR, vaksin hanya yang diberikan adalah 0,5 ml secara intra
boleh dilarutkan dengan pelarut yang muskular di vastus lateralis (usia sampai 2
disediakan dari produsen yang sama. tahun) atau deltoid lengan atas (anak >2
Vaksin yang telah dilarutkan harus segera tahun). Vaksin ini disimpan dalam Vaccine
digunakan paling lambat sampai 6 jam Refrigerator dengan suhu 2°C - 8°C dan
setelah dilarutkan.9 jangan dibekukan.1 Berdasarkan jadwal
Vaksin MMR merupakan vaksin kering imunisasi tahun 2020, diberikan mulai
yang mengandung virus hidup, harus umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan setelah
disimpan pada suhu 2°C - 8°C atau lebih 6 bulan sampai 18 bulan kemudian.8
dingin dan terlindung dari cahaya.
Bertujuan untuk mencegah Measles l. Human Papillomavirus (HPV)
Terdapat dua jenis vaksin HPV, yaitu vaccines baru dengan nama CYD dengue
vaksin bivalen (tipe 16 dan 18) dan vaksin vaccine. Vaksin Dengue terdiri dari powder
quadrivalen (tipe 6, 11, 16 dan 18) untuk dan pelarut, dengan dosis yang diberikan
mencegah kanker leher rahim yang adalah 0,5 ml secara subkutan pada
disebabkan oleh HPV tipe 16/18 pada lengan. Penyimpanan pada suhu 2°C -
wanita. Penyimpanan pada suhu 2°C - 8°C pada cold room atau vaccine
8°C pada cold room atau vaccine refrigerator.1 Berdasarkan jadwal imunisasi
refrigerator. Imunisasi vaksin HPV tahun 2020, vaksin dengue diberikan pada
diperuntukkan pada anak perempuan anak umur 9 – 16 tahun dengan jadwal
sejak usia >9 tahun. Dosis yang diberikan 0,6,12 bulan dengan seropositif dengue
adalah 0,5 ml secara intra muskular pada yang dibuktikan adanya riwayat pernah
daerah deltoid.1 Berdasarkan jadwal dirawat dengan diagnosis dengue
imuniasi tahun 2020, imunisasi HPV (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji
diberikan pada anak perempuan umur 9 – serologis IgM/IgG antidengue positif) atau
14 tahun 2 kali dengan jarak 6 – 15 bulan dibuktikan dengan pemeriksaan serologi
(atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). IgG anti dengue positif.8 WHO
Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali merekomendasikan pemberian vaksin
dengan jadwal 0,1,6 bulan (vaksin bivalen) dengue sebagai pencegahan penyakit
atau 0,2,6 bulan (vaksin quadrivalen).8 dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 pada usia 9
– 16 tahun yang tinggal pada daerah
m. Tifoid endemis. Batas usia 9 tahun dipilih
Vaksin tifoid dibuat dari kuman berdasarkan faktor keamanan.11
Salmonella typhi hidup yang dilemahkan.
Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml secara o. TT
intramuskular atau subkutan pada daerah Vaksin TT digunakan sebagai
deltoid atau paha. Penyimpanan pada Perlindungan terhadap tetanus
suhu 2°C - 8°C dan jangan dibekukan.1 Di neonatorum pada wanita usia subur.
Indonesia, tersedia 2 jenis vaksin tifoid Penyimpanan vaksin pada suhu 2°C - 8°C.
yaitu vaksin suntikan (polisakarida) dan Dosis yang digunakan adalah 0,5 ml
oral. Vaksin capsular Vi polysaccharide secara intra muskular atau subkutan
yaitu Typhim Vi (Pasteur Merieux) dalam.2
diberikan pada umur > 2 tahun, dan
ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Tifoid Tabel 2. Imunisasi Lanjutan pada Wanita
Usia Subur (WUS).1
oral Ty21a yaitu Vivotif (Berna) diberikan
pada umur > 6 tahun, dikemas dalam 3
dosis dengan interval selang sehari (hari
1,3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan
setiap 3-5 tahun. Berdasarkan jadwal
imunisasi tahun 2017 & 2020, imunisasi
tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2
tahun dan diulang setiap 3 tahun.8,10

n. Dengue
Vaksin Dengue adalah jenis virus dari
group Flavivirus yang mempunya 4 sero
tipe, yaitu Dengue1, Dengue2, Dengue3 p. Covid-19
dan Dengue4. Saat ini yang sudah sampai IDAI merekomendasikan dilakukan
fase 3 adalah Live attenuated recombinant percepatan vaksinasi Covid-19 pada anak
menggunakan vaksin Covid-19 inactivated Apabila imunisasi DPT terlambat
buatan Sinovac, karena sudah tersedia di diberikan, berapa pun interval
Indonesia dan sudah ada uji klinis fase 1 keterlambatannya, jangan mengulang dari
dan 2 yang hasilnya aman dan awal, tetapi lanjutkan imunisasi sesuai
serokonversi tinggi. Penyimpanan vaksin jadwal. Bila anak belum pernah
pada cold chain dengan suhu 2°C - 8°C. diimunisasi dasar pada usia <12 bulan,
Imunisasi dimulai untuk umur 12 – 17 lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar
tahun dengan pertimbangan diantaranya baik jumlah maupun intervalnya. Bila
adalah Jumlah subjek uji klinis memadai, pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun
tingginya mobilitas dan kemungkinan ke-4, pemberian ke-5 paling cepat
berkerumun di luar rumah, serta mampu diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila
menyatakan keluhan KIPI bila ada. Dosis pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun,
yang digunakan adalah 0,5 ml secara intra pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.13
muskular di otot deltoid lengan atas, d. Vaksin Polio
diberikan 2 kali dengan jarak 1 bulan. Apabila imunisasi polio terlambat
Untuk anak umur 3 - 11 tahun menunggu diberikan, jangan mengulang
hasil kajian untuk menilai keamanan dan pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan
dosis dengan jumlah subjek yang dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli
memadai.12 berapa pun interval keterlambatan dari
pemberian sebelumnya.13
Catch-Up Immunization e. Vaksin MMR
Catch-up immunization atau imunisasi Bila imunisasi ulangan (booster)
kejar didefinisikan sebagai setiap belum diberikan setelah usia 6 tahun,
imunisasi yang diberikan setelah usia berikan vaksin MMR kapan saja saat
yang direkomendasikan. Rencana untuk bertemu. Pada prinsipnya, berikan
catch-up harus berbasis dokumen tertulis imunisasi MMR 2 kali.13
status imunisasi anak bila memungkinkan. f. Vaksin HiB
Berikut merupakan cara pelaksanaan Apabila anak datang pada usia 1-5
Imunisasi Kejar berdasarkan IDAI tahun tahun, HiB hanya diberikan 1 kali . Anak di
201513 : atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan
a. Vaksin Hepatitis B karena penyakit ini hanya menyerang
Apabila anak belum pernah mendapat anak dibawah usia 5 tahun.13
imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia g. Vaksin Pneumokokus
bisa mendapat serial imunisasi kapan saja Anak usia <12 bulan diberikan 2-3
saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan dosis sesuai dengan guideline tanpa
tanpa harus memeriksa kadar anti mengulang dosis yang tertinggal. Anak
hepatitis B.13 usia 1-2 tahun, diberikan 2 dosis. Anak
b. Vaksin BCG usia 2-5 tahun berisiko tinggi diberikan
Jika anak belum diberikan vaksin BCG juga 2 dosi. 13
dan masih berumur <12 bulan, maka tetap h. Vaksin Rotavirus
diberikan dengan syarat apabila diberikan Apabila bayi belum diimunisasi pada
pada umur >3 bulan, sebaiknya dilakukan usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu
uji tuberkulin terlebih dahulu. Jika umur diberikan karena belum ada studi
anak sudah >12 bulan, maka tidak keamanannya.13
dianjurkan untuk diberikan vaksinasi i. Vaksin Influenza
BCG.13 Pada anak berusia <8 tahun, untuk
c. Vaksin DPT pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis
dengan interval minimal 4-6 minggu,
sedangkan bila anak berusia >8 tahun, Tabel 3. Penyimpanan Vaksin.2
maka dosis pertama cukup 1 dosis saja.13
j. Vaksin Varisela
Apabila terlambat, berikan kapan pun
saat pasien datang, karena imunisasi ini
bisa diberikan sampai dewasa.13
k. Vaksin Hepatitis A & Tifoid
Vaksin ini diberikan pada anak diatas KIPI
2 tahun. Imunisasi hepatitis A diberikan Seiring dengan cakupan Imunisasi
sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 yang tinggi maka penggunaan vaksin juga
bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia meningkat dan sebagai akibatnya kejadian
>2 tahun, dengan ulangan setiap 3 berupa reaksi simpang yang diduga
tahun.13 berhubungan dengan Imunisasi juga
meningkat. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi) adalah kejadian medik yang
Prosedur Pemberian Vaksin berhubungan dengan imunisasi. KIPI
a. Penyuntikan yang Aman dibagi menjadi KIPI serius dan non-serius.
Alat suntik yang bisa digunakan untuk KIPI serius merupakan setiap kejadian
menyuntikkan vaksin adalah sebagai medis setelah Imunisasi yang
berikut : menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan
● Alat suntik auto-disable (AD): alat kematian serta yang menimbulkan
suntik yang setelah satu kali keresahan di masyarakat. KIPI non-serius
digunakan secara otomatis menjadi atau ringan merupakan kejadian medis
rusak dan tidak dapat digunakan yang terjadi setelah Imunisasi dan tidak
lagi.2 menimbulkan risiko potensial pada
● Prefilled injection device (PID): alat kesehatan si penerima. KIPI dapat dibagi
suntik yang hanya bisa digunakan menjadi 5, yaitu1 :
sekali pakai dan telah berisi vaksin 1. Vaccine product-related reaction
dosis tunggal dari pabriknya. Alat 2. Vaccine quality defect-related
suntik ini digunakan terutama untuk reaction
hepatitis B pada bayi baru lahir.2 3. Immunization error-related reaction
● Syringe sekali buang (disposable): 4. Immunization anxiety-related
tidak direkomendasikan untuk reaction
suntikan dalam imunisasi karena 5. Coincidental event
risiko penggunaan kembali syringe
disposable menyebabkan risiko Apabila ditemukan kasus KIPI, perlu
infeksi yang tinggi.2 dilakukan pemantauan KIPI yang terdiri
b. Cara Penyimpanan dari penemuan, pelacakan, analisis
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan
tinggi sejak diterima sampai didistribusikan evaluasi. Untuk pelaporan KIPI, pertama
ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu masyarakat akan melaporkan adanya KIPI
disimpan pada suhu yang telah ditetapkan ke Puskesmas, UPS atau RS. Kemudian
seperti pada tabel 3. Selain itu, pemakaian UPS akan melaporkan ke Puskesmas,
vaksin harus memperhatikan beberapa sementara Puskesmas dan RS akan
hal, seperti keterpaparan vaksin terhadap melaporkan ke Dinas Kesehatan
panas, masa kadaluwarsa vaksin, waktu Kabupaten/Kota. Untuk kasus KIPI serius
penerimaan vaksin (first in first out/FIFO), maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan pemakaian vaksin sisa.2 akan melakukan konfirmasi kebenaran
kasus KIPI serius tersebut, bila ternyata Hindari membuat pernyataan yang
benar maka akan melaporkan ke Dinas terlalu dini tentang penyebab dari
Kesehatan Provinsi. Kemudian bila perlu kejadian sebelum pelacakan
dilakukan investigasi, maka Dinas lengkap karena dapat merusak
Kesehatan Provinsi akan berkoordinasi kepercayaan masyarakat.1
dengan Komda PP KIPI dan Balai POM c. Perbaikan mutu pelayanan :
Provinsi serta melaporkan kedalam Setelah didapatkan kesimpulan
website keamanan vaksin untuk dilakukan penyebab dari hasil investigasi
kajian oleh komite independen (KOMDA KIPI maka dilakukan tindak lanjut
dan atau KOMNAS PP KIPI).1 perbaikan.1
Tabel 4. Kurun Waktu Pelaporan KIPI Kesimpulan
Serius.1 Imunisasi adalah upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit sehingga bila
Untuk kasus KIPI dengan reaksi yang
suatu saat terpajan dengan penyakit
ringan, seperti reaksi lokal, demam, dan
tersebut tidak akan sakit atau hanya
gejala-gejala sistemis yang dapat sembuh
mengalami sakit ringan. Di Indonesia,
sendiri, tidak perlu dilaporkan. Reaksi lokal
program imunisasi terdiri atas imunisasi
yang berat (seperti pembengkakan hingga
wajib dan imunisasi pilihan. Seiring
ke sendi yang paling dekat; nyeri;
dengan cakupan Imunisasi yang tinggi
kemerahan pembengkakan lebih dari 3
maka penggunaan vaksin juga meningkat
hari; atau membutuhkan perawatan di
dan sebagai akibatnya kejadian berupa
rumah sakit), terutama jika ditemukan
reaksi simpang yang diduga berhubungan
kasus berkelompok sebaiknya dilaporkan.
dengan Imunisasi juga meningkat atau
Kejadian reaksi lokal yang mengalami
biasa disebut sebagai KIPI. Apabila
peningkatan frekuensi, walaupun tidak
ditemukan kasus KIPI, perlu dilakukan
berat, juga sebaiknya dilaporkan. Kasus
pemantauan KIPI yang terdiri dari
ini bisa menjadi pertanda kesalahan
penemuan, pelacakan, analisis kejadian,
program atau menjadi masalah untuk
tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
batch vaksin tertentu. Jika ada keraguan
apakah suatu kasus harus dilaporkan atau
Daftar Pustaka
tidak, sebaiknya dilaporkan, agar
1. Kementerian Kesehatan Republik
mendapat umpan balik positif apabila
Indonesia. Peraturan Menteri
kasus tersebut dilaporkan.2
Kesehatan Republik Indonesia
Tindak lanjut KIPI terdiri dari
Nomor 12 Tahun 2017 tentang
pengobatan, komunikasi, dan perbaikan
Penyelenggaraan Imunisasi. 2017.
mutu pelayanan.1
2. Hadianti, DN, et al. Buku Ajar
a. Pengobatan : dengan adanya data
Imunisasi. Jakarta : Pusat
KIPI dokter Puskesmas dapat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
memberikan pengobatan segera.
Kesehatan. 2015.
Apabila KIPI tergolong serius harus
3. Kementerian Kesehatan Republik
segera dirujuk untuk pemeriksaan
Indonesia. Peraturan Menteri
lebih lanjut dan pemberian
1 Kesehatan Republik Indoensia
pengobatan segera.
Nomor 25 tahun 2014 tentang
b. Komunikasi : Kepercayaan
Upaya Kesehatan Anak. 2014.
merupakan kunci utama
4. Kementerian Kesehatan Republik
komunikasi pada setiap tingkat.
Indonesia. Infodatin: Kondisi
Pencapaian Program Kesehatan munisasi/melengkapimengejar-
Anak Indonesia. Jakarta : imunisasi
Kementerian Kesehatan RI, 2014.
5. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Infodatin:Situasi
Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI, 2014.
6. A guide to vaccinology: from basic
principles to new developments.
Pollard, AJ and Bijker, EM.
Oxford : Nature Reviews, 2021,
Vol. 21.
7. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Infodatin: Situasi dan
Analisis Imunisasi. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014.
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18
Tahun Menurut Rekomendasi IDAI
Tahun 2020. 2020.
9. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Petunjuk Teknis
Kampanye Imunisasi Measles
Rubella (MR). Jakarta : Direktorat
Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. 2017.
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18
Tahun Menurut Rekomendasi IDAI
Tahun 2020. 2017.
11. Hartono G. Jadwal Imunisasi Anak
Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia
2017. Sari Pediatri.
2017;18(5):417-422.
12. IDAI. Rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia Terkait Pemberian
Vaksin Covid-19 Pada Anak Dan
Remaja. 2021.
13. IDAI. Melengkapi Mengejar
Imunisasi. Diunduh pada 9 Juni
2021. 2015. Available at :
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/i

Anda mungkin juga menyukai