Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SEHAT DENGAN IMUNISASI BCG DAN POLIO 1


PADA AN. A UMUR 1 BULAN 4 HARI
DI PUSKESMAS TANGEN
SRAGEN

RIDHA MAGHFIROTUNNISA
P27224017150
SARJANA TERAPAN BERLANJUT PROFESI BIDAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
Tahun 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan
memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit
khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan
menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010).
Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox). Pada tahun 1778, Edward
Jenner, berhasil mengembangkan vaksin cacar dari virus cacar sapi atau cowpox. Sebelum
ditemukan vaksin cacar, penyakit ini sangat ditakuti masyarakat karena sangat mematikan,
bahkan penyakit ini sempatmenyebar ke seluruh dunia dan menelan banyak jiwa (Achmadi,
2006). Namun saat ini, kejadian penyakit cacar jarang ditemukan karena WHO telah berhasil
memberantasnya melalui program imunisasi. Tidak hanya cacar (smallpox), angka kejadian
penyakit-penyakit infeksi lain juga menurun dengan ditemukannya vaksin terhadap penyakit-
penyakit tersebut (Depkes, 2006). Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan,
menjadikan imunisasi sebagai program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu
alat pencegahan penyakit yang utama di dunia.

Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan (Achmadi, 2006).


Imunisasi bayi dan anak dipandang sebagai perlambang kedokteran pencegahan dan
pelayanan kesehatan. Angka cakupan imunisasi sering dipakai sebagai indikator pencapaian
pelayanan kesehatan (Marimbi, 2010). Pada tahun 1974, WHO mencanangkan Expanded
Programme on Immunization (EPI) atau Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam
rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I), yaitu dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi pada anak-anak di seluruh
belahan dunia. Hasil dari program EPI ini cukup memuaskan, dimana terjadi peningkatan
angka cakupan imunisasi dunia dari 5% menjadi 80% (Ali, 2003). Di Indonesia, PPI mulai
diselenggarakan tahun 1977 dan berfokus pada campak, tuberkulosis, difteri, tetanus,
pertusis, polio. Sementara imunisasi hepatitis B dimasukkan terakhir karena vaksin hepatitis
B baru tersedia pada tahun 1980-an (Depkes, 2005). Salah satu indikator keberhasilan
program imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI). Pencapaian UCI
merupakan gambaran cakupan imunisasi pada bayi (0-11 bulan) secara nasional hingga ke
tingkat pedesaan. WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi adalah 90%
di tingkat nasional dan 80% di semua kabupaten. Pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai
target UCI, dimana paling sedikit 80% bayi di setiap desa telah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap sebelum berumur satu tahun (Depkes, 2005). Persentase desa/kelurahan UCI di
Indonesia, selama 6 tahun terakhir belum menunjukkan perkembangan yang bermakna.
Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 76,23%. Capaian tahun 2009
hanya sebesar 69,76% desa/kelurahan UCI di Indonesia, lebih rendah dibandingkan tahun
2008 sebesar 74,02%. Angka tersebut juga masih di bawah target UCI tahun 2009 sebesar
98% dan standar pelayanan minimal yang menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada
tahun 2010 untuk setiap kabupaten/kota (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Tengah (2009), pencapaian UCI desa di Jawa
Tengah dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007
sebesar 83,64%, tahun 2008 meningkat menjadi 86,83% dan tahun 2009 meningkat kembali
menjadi 91,95%. Bila dibandingkan target SPM tahun 2010 sebesar 100%, pencapaian
desa/kelurahan UCI tahun 2009 belum mencapai target. Sedangkan, pencapaian program
imunisasi di Jawa Tengah sudah cukup tinggi bila dilihat dari cakupan jenis imunisasi,
dimana jumlah sasaran bayi pada tahun 2009 adalah 577.750. Sedang capaian masing-masing
jenis imunisasi adalah BCG (102,05%), DPT+HB 1 (100,89%), DPT+HB 3 (99,04%), Polio
4 (99,14%), Campak (96,59%).

A. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Kebidanan dengan manajemen yang tepat pada bayi sehat
imunisasi BCG dan Polio 1.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai sumber yang
berhubungan dengan imunisasi BCG dan polio pada bayi sehat .
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap bayi sehat sesuai dengan hasil
pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan mendokumentasikan hasil tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan.
B. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi serta
memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam penanganan kepada
ibu hamil.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan menambah
pembelajaran pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR IMUNISASI

A. PENGERTIAN

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2008).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau
imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang
individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan
mencegah infeksi (Schwartz,2004)
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan
pemberian bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau
diinaktifkan (Wahab,2000)
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga
memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi (Hinchliff, 1999).
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus
dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak.
B. TUJUAN

Secara umum tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010, p5)


1. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.
2. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
3. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
4. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan Mortalitas (angka
kematian) pada balita

C. MANFAAT IMUNISASI

1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit.


Dengan memberikan imunisasi pada anak sejak dini diharapkan kesehatan anak akan
tetap terjaga hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan juga dewasa.
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit menular.
Memberikan imunisasi pada anak sejak dini berarti telah menambah jumlah anak yang
memiliki kekebalan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit.
3. Meningkatkan kesehatan nasional.
Manfaat imunisasi bagi anak dan bayi selain dapat menghindarkan dari penyakit
menular juga dapat meningkatkan kesehatan anak dalam taraf nasional. Sehingga
anak-anak akan merasa aman karena terbebas dari penyakit-penyakit berbahaya yang
bisa menular.

D. SASARAN IMUNISASI

Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:


 Semua anak di bawah usia 1 tahun
 Anak-anak lain yang belummendapa timunisasi lengkap
 Anak usia sekolah (imunisasi booster/ ulangan)
 Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.
E. JENIS IMUNISASI

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari
berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada
dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman
yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah
pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan
makrofag ini yang pertama kali a3kan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk
ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua
yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System
pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya.
System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA,
IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T,
dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel
memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah
masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan
proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.

1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang
menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-
benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif
terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :

a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba
guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau
virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya
mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imonogenitas antigen.

2. Imunisasi pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan


melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam tubuh
yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan
beberapa imunisasi yang dianjurkan diantaranya:

a. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


diphteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman
diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat
sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ – organ tubuh
membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu
pemberian imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu.
Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT
mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan
nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis
hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
enchefalopati, dan syok.

b. Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi Polio
adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan
interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral.
c. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis yang


kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi
hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan.
Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.

tahun.

d. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP: Purified
Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin tersebut
dapat dikonjugasi dengan protein – protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP – T),
Toxoid diphteri (PRP – D atau PRP – CR 50), atau dengan kuman
monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP – T dilakukan
dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP – OMPC
dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian boosternya dapat
diberkan pada usia 18 bulan.

F. CARA DAN WAKTU PEMBERIAAN IMUNISASI

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian
imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi
di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

Dosis Selang Umur Cara Pemberian


Pemberian
Vaksin Waktu Pemberiaa
Imunisasi
Pemberiaan n

0,05 Intrakutan tepat di


BCG 1 kali cc 0-11 bulan insersio muskulus
deltoideus kanan.

DPT 3 kali 0,5 cc 4 minggu 2-11 bulan Intramuskular.

2tetes Di teteskan ke
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
mulut.
0,5 cc Subkutan,
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan biasanya di lengan
kiri atas.

Hepatitis 0,5 cc Intrmuskular pada


3 kali 4 minggu 0-11 bulan
B paha bagian luar.

TT 3 kali 0,5 cc Intramuskulus

G. PEMBERIAN IMUNISASI

Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.

1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.


a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya,
c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi
(informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi,
manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya),
pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari
pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya
pencegahan penyakit. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk
memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat member vaksin virus hidup
c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti
sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin
d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti
pertusis.

H. SKRINING DAN PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG

Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas kesadaran


social, emosional, intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga di bentuk pada masa dini
sehingga setiap kelainan/penyimpanan sekeci lapapun, apabila tidak ditangani dengan
baik akan mengurangi kualitas perkembangan.
 Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS).
 Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hambatan, gangguan atau masalah dalam
perkembangan anak menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )
 Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development
Screening Test).
Franken bung (1901) melalui DDST (Denver Development Sreening Test),
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan
anak balita meliputi:
1. Personal Sosial (kepribadian/tingkahlaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungan .
2. Fine Motor Adaptive (Gerakanmotorikhalus)
Askep yang berhubungan dengan kemampuan anak mengatasi sesuatu ,melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuhnya saja dan dilakukan otak kecil,
terdapat memerlukan koordinasi yang cermat misalnya kemampuannya.
3. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
4. Gross Motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh dan sikap tubuh.
Beberapa milestone pokok yang harus diketahui dalam mengetahui, tanpa
perkembangan seseorang anak (milestone perkembangan anak adalah tingkat
perkembangan yang harus di capai anak pada umur tertentu.

I. JENIS-JENIS VAKSIN
Ada beberapa jenis vaksin di antaranya meliputi :

1.   Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)


a)   Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis

b)  Cara pemberian dan dosis

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan


dengan menggunakan alat-alat suntik steril dan menggunakan cairan pelarut
(NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
2. Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
3. Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada insersio
musculus deltoideus
4. Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan rusak bila
terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan, biasanya terbuat dari bahan
yang berwarna gelap untuk menghindari cahaya karena cahaya atau panas
dapat merusak vaksin BCG sedangkan  pembekuan tidak merusak vaksin BCG.
Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc dan 2 cc.

c)  Kontra indikasi
1. Uji Tuberculin > 5 mm
2. Sedang menderita HIV
3. Gizi buruk
4. Demam tinggi
5. Infeksi kulit luas
6. Pernah menderita TBC
d)   Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam. Setelah 1-2
minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat
suntikan yang akan berubah menjadi pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal
ini tidak perlu pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan
jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau
pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta tidak menimbulkan demam.
Reaksi ini normal dan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan
sendirinya.

2.   Vaksin DPT
Vaksin DPT adalah vaksin yang terdiri dari Toksoid Difteri (menyebabkan
penyakit pernafasan), Bakteri pertusis (penyebab batuk rejan) dan tetanus toksoid
(menyebabkan penyakit system saraf yang disebut Lockjaw). Difteri disebabkan oleh
bakteri yang menular melalui batuk atau bersin. Jika tidak didiagnosa dan ditangani
dengan benar dapat menimbulkan komplikasi serius yang dihasilkan bakteri. Pertusis
atau batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular melalui kontak personal, batuk
atau bersin. Pertusis paling berat berdampak pada anak kurang dari 1 tahun. Tetanus
disebabkan oleh Bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit. Anak-anak
dapat terkena Dan dapat disimpan pada suhu 2-8˚C.

a)   Indikasi
Untuk memberikan kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.

b)   Cara Pemberian dan Dosis


1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen. Disuntikkan secara intramuscular dengan dosis pemberian
0,5 ml sebanyak 3x.
2. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan
dengan interval 4 minggu.

c)   Kontraindikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode Bayi Baru Lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, untuk yang kedua komponen
pertusis harus dihindarkan dan untuk meneruskan imunisasi dapat diberiakan DT.

d)  Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada
tempat penyuntikan dapat diberikan analgetik-antipiretik sebanyak 10 mg/kg BB.
Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas yang terjadi
24 jam setelah imunisasi.

3.   Vaksin TT
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung Tetanus Toksoid yang telah dimurnikan
dan telah terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimersosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. 1 dosis 0,5 ml mengandung potensi sedikitnya 40 unit.
Dipergunakn untuk mencegah tetanus pada Bayi Baru Lahir dengan mengimunisasi
WUS atau ibu hamil. Vaksin TT akan rusak bila kena panas atau apabila dibekukan.

a)   Indikasi
Untuk memberikan kekebalan simultan tehadap tetanus

b)   Cara pemberian dan dosis


1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense
menjadi homogen.
2. Disuntikkan secara intramuscular atau subcutan dalam(45˚) dengan dosis 0,5
ml. Dianjurkan untuk anak usia 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau lebih
diberikan vaksin DT.

c)   Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT

d)  Efek samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang
gejala demam.

4.   Vaksin DT
Vaksin ini merupakan vaksin yang mengandung Toksoid Difteri dan Tetanus yang
telah dimurnikan.

a)   Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus

b)   Cara Pemberian dan dosis


1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogeny.
2. Disuntikkan secara intramuscular atau Subcutan dalam dengan dosis
pemberian 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia 8 tahun atau lebih.

c)   Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama DT

d)  Efek samping
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara dan kadang-kadang gejala demam.

5.   Vaksin POLIO
Vaksin oral POLIO hidup adalah vaksin POLIO trivalent yang terdiri dari suspensi
virus Poliomielitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam
biakan jaringan ginjal kera dan di stabilkan dengan sucrose. Kemasan sebanyak 1 cc
atau 2 cc dalam flakon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin.
Penyimpanan vaksin POLIO dalam suhu 2-8˚C stabil dalam waktu 6 minggu. Vaksin
POLIO oral sangat mudah dan cepat rusak bila terkena panas dibandingkan dengan
vaksin lainnya.
a)   Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis

b)  Cara pemberian dan dosis


1. Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung dari botol
tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan interval waktu minimal 4
minggu
2. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

c)   Kontraindikasi
1. Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian POLIO pada anak yang sedang sakit. Namun,
jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat
di berikan setelah sembuh.
2. Pasien yang mendapat imunosupresan

d)   Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping.

6.   Vaksin CAMPAK
Bibit penyakit yang menyebabkan CAMPAK adalah virus Measles. Vaksin
CAMPAK merupakan vaksin hidup yang dilemahkan. Kemasan dalam flakon
berbentuk gumpalan-gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc
pelarut aquabidest. Setiap dosis vaksin CAMPAK 0,5 ml mengandung kurang lebih
1000 infektive unit virus strain. Vaksin CAMPAK mudah rusak oleh panas , vaksin
kering tidak akan rusak pada pembekuan. Vaksin CAMPAK disimpan pada suhu 2-
8˚C .

a)   Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit CAMPAK

b)   Cara Pemberian dan Dosis


1. Sebelum disuntikkan vaksin CAMPAK terlebih dahulu harus dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml.
2. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara Subcutan dengan sudut 45˚ pada
lengan kiri atas.
3. Pada usia 9-11 bulan dan ulangan (boster) dalam usia 6-7 tahun (kelas 1 SD).

c)   Kontraindikasi
1. Individu yang mengidap penyakit immunodeficiency atau individu yang
diduga menderita gangguam respon immune karena leukemia dan limfoma.
2. Infeksi akut disertai demam, sedang mendapat terapy immunosupresif, alergi
protein telur, kanamisin dan eritromisin.

d)   Efek samping


Anak-anak mungkin panas selama 1-3 hari setelah 1 minggu penyuntikan,
kadang-kadang disertai kemerahan seperti penderita CAMPAK ringan dan hal ini
harus diberitahukan kepada ibu agar jika 1 minggu setelah penyuntikan panasnya
tinggi supaya diberi ¼ tablet antipiretik dan beri keyakinan bahwa bila anaknya
terkena penyakit CAMPAK akibatnya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan
efek samping vaksinasi CAMPAK.

7.   Vaksin HEPATITIS B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah di inactivasikan dan
bersifat non infectious berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
( Hansenula) Polymorpha menggunakan teknologi DNA recombinan. Imunisasi
Hepatitis B perlu diberikan sedini mungkin setelah lahir.

Depkes RI tahun 2005 memberikan vaksin monovalen (uniject)  saat lahir dilanjutkan
dengan vaksin kombinasi DPT HB Combo pada umur 2,3 dan 4 bulan. Penyimpanan
vaksin pada suhu 2-8˚C dan jangan sampai beku.

a)   Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B.
b)   Cara Pemberian dan Dosis
1. Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi
homogeny
2. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada anterolateral
paha.
3. Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval waktu
minimal 4 minggu.

c)   Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat yang disertai
kejang.

d)   Efek Samping


1. Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakkan disekitar  tempat
bekas penyuntikan.
2. Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak pada saluran
cerna
3. Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.

8.   Vaksin DPT/HB
Vaksin mengandung DPT berupa toksoid difteri, tetanus toksoid yang dimurnikan
serta pertusis yang inaktivasi dan vaksin Hepatitis B yang merupakan subunit vaksin
virus yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non infectious.

a)   Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan
Hepatitis B.

b)   Cara Pemberian dan Dosis


Pemberian secara IM dengan dosis 0,5 ml sebanyak 3x pemberian. Dosis pertama
pada usia 2 bulan dan selanjutnya dengan interval 4 minggu.
c)   Kontraindikasi
1. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode Bayi Baru Lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak
yang mengalami gejala-gejala parah pada pemberian pertama, komponen
pertusis harus dihindarkan pada pemberian kedua.
2. Infeksi berat yang disertai kejang.

d)  Efek Samping
1. Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti demam, pembengkakkan dan
atau kemerahan pada tempat penyuntikan.
2. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, irritabilitas yang
biasanya terjadi dalam 24 jam setelah penyuntikan.

 
 
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DENGAN MENGUNAKAN  VAKSIN
DPT/HB COMBO
 
UMUR VAKSIN TEMPAT
Bayi Lahir di Rumah Rumah
0 bulan HB0 Posyandu
1 bulan BCG,Polio 1 Posyandu
2 bulan DPT/HB C 1, Polio 2 Posyandu
3 bulan DPT/HB C 2, Polio 3 Posyandu
4 bulan DPT/HB C 3, Polio 4 Posyandu
9 bulan Campak Posyandu
 
 
 
 
 
BAYI LAHIR di RUMAH SAKIT dan BIDAN PRAKTEK SWASTA
UMUR VAKSIN TEMPAT
0 bulan HB0, BCG,Polio 1 RS atau BPS
2 bulan DPT/HB C 1, Polio 2 RS atau BPS
3 bulan DPT/HB C 2, Polio 3 RS atau BPS
4 bulan DPT/HB C 3, Polio 4 RS atau BPS
9 bulan Campak RS atau BPS
Sumber            :

1. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksanaan Imunisasi Puskesmas Kerjasama Dirjen PP dan PL


serta Pusdiklat SDM Kesehatan Depkes RI Tahun 2006.
2. Pedoman Teknis Vaksin dan Cold Chain, Direktorat Jenderal PPM dan PL Departemen
Kesehatan RI Tahun 2002.
3. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, 2007.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SEHAT DENGAN IMUNISASI BCG DAN POLIO 1


PADA AN. A UMUR 1 BULAN 4 HARI
DI PUSKESMAS TANGEN
SRAGEN

No./ Kode Ketrampilan :


Tempat Praktik : Puskesmas Tangen
No Register : 000851
Tanggal/jam : Rabu, 10 Februari 2021/ 09.50 WIB
Oleh : Ridha Maghfirotunnisa

I. Data Subjektif
Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 09.55 WIB
1. Identitas
Bayi
a. Nama : An. A
b. Umur : 1-1-2021 (1 bulan 4 hari)
c. Jenis kelamin : Laki-laki
Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Tn. J Nama : Ny. A
Umur : 26 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Katelan Alamat : Katelan
2. Alasan datang/ keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa tanggal 10 Februari 2021 merupakan jadwal imunisasi anaknya.
3. Riwayat Kelahiran
a. Tanggal lahir : 6 Januari 2021
b. Jenis kelamin : laki-laki
c. Penolong : bidan
d. BBl : 2900 gram
PB : 48 cm
LK : 33 cm
e. Komplikasi : tidak ada
f. Laktasi : ibu mengatakan menyusui anaknya dengan ASI ekslusif
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya tidak sedang menderita penyakit menurun(diabetes,
buta warna, dll) atau penyakit sistemik (jantung, asma, dll) dan menular
( hepatitis, AIDS, dll).
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah memiliki riwayat penyakit
menurun(diabetes, buta warna, dll) atau penyakit sistemik (jantung, asma, dll)
dan menular ( hepatitis, AIDS, dll).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga baik dari pihak ibu ataupun suami tidak memiliki
riwayat penyakit menurun(diabetes, buta warna, dll) atau penyakit sistemik
(jantung, asma, dll) dan menular ( hepatitis, AIDS, dll).
5. Riwayat imunisasi
Jenis Pemberian ke/ Tanggal Pemberian Keterangan
Imunisasi
1 2 3 4
Hb0 6-1-2021

6. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Frekuensi : ±12x/hari
Jenis : ASI
Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
b. Eliminasi
1.) BAB
Keluhan : tidak ada
Frekuensi : ± 2x/hari
Warna : kuning keemasan
Konsistensi: lembek
2.) BAK
Keluhan : tidak ada
Frekuensi : ± 8x/hari
Warna : kuning jernih
c. Hygiene
1.) Ibu mengatakan bayinya dimandikan setiap hari 2 kali (pagi dan sore)
ganti pakaian 2 kali sehari atau saat pakaian kotor/basah.
2.) Ibu mengatakan bayinya selalu bersih
d. Aktivitas
Ibu mengatakan bayi menangis, tidur, dan bergerak aktif saat terjaga.
7. Data Sosial Budaya
a. Pandangan keluarga terhadap kesehatan
Ibu mengatakan keluarganya peduli atas kesehatan yang dibuktikan dengan
apabila sakit ibu langsung memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan ibu
rutin memberikan imunisasi kepada anaknya.
b. Keadaan Lingkungan
Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, bersih, letak rumah berdekatan
dengan orang lain.
c. Pengasuhan Anak
Ibu mengatakan yang mengasuh anaknya adalah dirinya sendiri dan suami.
8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
- memahami dan mendengar suara yang ditujukan kepadanya. Hal ini dapat
dilihat dari gerak refleks yang dia lakukan dengan cara memoncongkan
mulutnya ketika merespons saat diajak berbicara
- Mata bayi pada tahap ini normal terlihat seperti belum fokus dan kadang
terlihat seperti juling.
- Bayi mengeluarkan suara..O..O
- Bayi bisa menggenggam tangan Bunda dengan erat
- Bayi bisa terenyum

II. Data Objektif


Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 10.00 WIB
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital :
Suhu : 36ºC
Respirasi : 50x/ menit
Nadi : 100x/menit
d. Berat badan :4500 gram
e. Panjang badan : 64 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Mesocephal, simetris, tidak ada pembengkakan dan pencekungan pada kepala.
b. Mata
Simetris, tidak ada infeksi, sklera tidak ikterik.
c. Hidung
Simetris, tidak ada secret, tidak ada nafas cuping hidung.
d. Mulut
Bibir lembab, simetris, tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis, lidah
bersih.
e. Telinga
Simetris, daun telinga sejajar dengan mata , bersih, bayi dapat memberikan
reflek jika diberi rangsangan.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid, vena jugularis, serta
limfe, dan gerakan aktif.
g. Dada
Tidak ada retraksi dinding dada.
h. Payudara
Simetris, terdapat puting susu.
i. Abdomen
Tidak tampak benjolan abnormal, bising usus normal.
j. Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada sidaktila atau polidaktil, gerakan aktif
Bawah : simetris, tidak ada sidaktila atau polidaktil, gerakan aktif
k. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
l. Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
m. Punggung
Tidak ada spina bifida
n. Kulit
Tidak ada pustule, bersih
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

III. Analisis Data


Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 10.10 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Bayi An. A usia 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1
B. Masalah
Tidak Ada

IV. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 10.15 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa anaknya dalam keadaan sehat
dengan hasil pemeriksaan :
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36ºC
Respirasi : 50x/menit
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan merasa senang.
2. Memberikan KIE tentang efek samping, tujuan, dan cara mengatasi efek samping
dari imunisasi BCG dan polio 1
Evaluasi : Ibu telah mengetahui dan paham efek samping, tujuan, dan cara
mengatasi efek samping dari imunisasi BCG dan polio 1.
3. Melakukan persiapan alat dan bahan imunisasi IPV yaitu spuit 0,05 cc, vaksin
BCG dan polio 1, handschoen, alcohol swap.
Evaluasi : telah dilakukan persiapan alat dan bahan untuk imunisasi BCG
dan polio 1
4. Menempatkan bayi pada posisi yang nyaman.
Evaluasi : bayi telah ditempatkan pada posisi yang nyaman.
5. Memberikan imunisasi BCG dengan dosis 0,05 cc dengan cara IC pada 1/3 antero
lateral lengan atas sesuai SOP.
Evaluasi : telah dilakukan imunisasi BCG dengan dosis 0,05 cc dengan cara
IC pada 1/3 antero lateral lengan atas sesuai SOP.
6. Memberikan imunisasi polio secara oral sebanyak 2 tetes
Evaluasi : telah diberikan imunisasi polio secara oral sebanyak 2 tetes
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada saat anak berusia 2
bulan untuk melaksanakan imunisasi DPT Hb Hib 1 dan polio 2 yaitu pada
tanggal 10 Maret 2021.
Evaluasi : ibu paham dan bersedia datang pada kunjungan ulang untuk
melaksanakan imunisasi DPT Hb Hib 1 dan polio 2
8. Mendokumentasikan hasil tindakan pada buku KIA dan buku registrasi imunisasi.
Evaluasi : telah dilakukan pendokumentasian pada buku KIA dan buku
register imunisasi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mencoba menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara
praktek dengan teori manajemen asuhan kebidanan bayi sehat dengan imunisasi yang diterapkan
pada An. A usia 1 bulan 4 hari

Pembahasan yang dibuat hanya untuk mempermudah pembaca, penulis mengelompokkan


sesuai dengan langkah – langkah SOAP yang meliputi :data subyektif dan obyektif, analisis
(diagnosa dan masalah), dan penatalaksanaan.

1. Data subjektif

Pada langkah awal dilakukan pengkajian data secara subyektif di sampaikan oleh ibu An.
A usia 1 bulan 4 hari bahwa hari senin 10 Februari 2021 merupakan jadwal imunisasi
anaknya. Pada pengkajian data subjektif tidak ditemukan kesenjangan dikarenakan klien
kooperatif saat dilakukan pemeriksaan, sehingga pada pengumpulan data secara subyektif
terasa lebih mudah. Kemudian pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara langsung pada
klien yang dilakukan oleh tenaga kesehatan juga berlangsung dengan benar karena klien
sangat mendukung untuk dilakukan pemeriksaan.

2. Data objektif
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara langsung pada klien yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan meliputi pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, nadi, suhu, respirasi dan
head to toe. Dalam pemeriksaan tersebut didapatkan hasil yaitu keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, nadi 100x/menit, suhu 360C, 50x/menit, dan pada head to toe tidak
ditemukan kelainan apapun. Sehingga berdasarkan data tersebut bayi sehat dan tidak terdapat
kontraindikasi untuk dilakukan imunisasi BCG. Pengkajian data objektif berlangsung
dengan benar karena klien sangat mendukung untuk dilakukan pemeriksaan.
3. Analisis data
Pada Analisis penulis menyimpulkan bahwa diantara data subjektif dan data obyektif
tidak terjadi kesenjangan karena dari kedua data tersebut bersangkutan seperti dari data
subyektif “ibu mengatakan bahwa hari ini merupakan jadwal anaknya untuk menerima
imunisasi BCG”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang didapat
“Asuhan Kebidanan pada By. An. A Usia 1 bulan dengan Imunisasi BCG.

4. Penatalaksanaan
Merencanakan tindakan selanjutnya untuk memberikan asuhan kebidanan. Pada langkah
ini tidak ada kesenjangan karena rencana asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan kasus
yang ada. Dalam penatalaksanaan langkah pemberian vaksin baik BCG tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek. Dalam teori disebutkan pemberian pmberian vaksin
BCG dengan dosis 0,05 cc dan disuntikkan secara Intracutan dan langkah ini telah dilakukan
dalam praktek. Setelah mendapatkan penjelasan dari bidan, ibu dapat mengerti dan merasa
senang dengan saran yang telah diberikan, kemudian pelayanan yang diberikan yaitu
menganjurkan ibu untuk kembali jika ada keluhan dan kunjungan ulang pada bulan depan.
Pada evaluasi tidak terdapat kesenjangan karena ibu dapat mengerti dan merasa puas dengan
asuhan yang diberikan.

Kesimpulan :Maka dalam pembahasan yang penulis susun secara urut dalam Pendokumentasian
SOAP tidak terdapat  kesenjangan antara kasus dan teori yang dibuat.

BAB V

PENUTUP

Pada tahap akhir pembuatan Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Bayi Sehat dengan
Imunisasi BCG Pada An. A Usia 1 bulan 4 hari di Puskesmas Tange, Sragen, penulis dapat
menuliskan kesimpulan dan beberapa saran untuk lebih meningkatkan Asuhan Kebidanan
khususnya pada bayi sehat dengan imunisasi.
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan Kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi BCG dalam
pengkajian dan analisa data ditemukan diagnosa yaitu bayi sehat akan diimunisasi BCG. Dari
data tersebut penulis melakukan tindakan diantaranya yaitu:

1. Melakukan pemeriksaan pada bayi


2. Memberitahu hasil pemeriksaan
3. Memberikan KIE tentang efek samping, tujuan imunisasi
4. Menempatkan bayi pada posisi nyaman
5. Memberi imunisasi BCG dengan dosis 0,05 cc dengan cara IC
sesuai SOP
6. Memberitahu ibu kunjungan ulang pada tanggal 12 Maret 2021

7. Mendokumentasikan tindakan

Dalam Asuhan Kebidanan ini peran serta dan kerjasama yang baik antara keluarga (ibu
pasien) dengan petugas kesehatan sangat diperlukan supaya tujuan Asuhan Kebidanan dapat
tercapai dengan baik.

B. Saran
1. Bagi instansi kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga meningkatkan
kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
2. Bagi instansi pendidikan
a. Mampu meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat membantu mahasiswa
dalam meningkatkan di bidang teori dan praktek mengenai bayi sehat.
b. Mampu memperhatikan kualitas dan pendidikan dengan tetap membimbing dan
mengarahkan mahasiswa dengan membekali keterampilan yang cukup dan juga
ditunjang sarana yang memadai dari lahan praktek yang sudah menerapkan asuhan
kebidanan secara komprehensif mengenai bayi sehat.
c. Sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya
mengenai bayi sehat.
3. Bagi mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan dan melakukan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir
secara mandiri sesuai dengan teori yang didapatkan selama perkuliahan berlangsung
untuk menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai dengan standar
yang ada.
b. Mahasiswa sebagai calon bidan harus dapat mengantisipasi kemungkinan masalah
yang akan ditimbulkan dalam melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi sehat,
mendokumentasikan semua tindakan dan perkembangan yang terjadi pada bayi
sehat serta bertindak sistematis dan berkesinambungan dalam malakukan Asuhan
Kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.


Jakarta : Salemba Medika
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC
Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta : EGC
Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC
Umar, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?.Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
Wahab,samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai