RIDHA MAGHFIROTUNNISA
P27224017150
SARJANA TERAPAN BERLANJUT PROFESI BIDAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan
memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit
khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan
menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010).
Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox). Pada tahun 1778, Edward
Jenner, berhasil mengembangkan vaksin cacar dari virus cacar sapi atau cowpox. Sebelum
ditemukan vaksin cacar, penyakit ini sangat ditakuti masyarakat karena sangat mematikan,
bahkan penyakit ini sempatmenyebar ke seluruh dunia dan menelan banyak jiwa (Achmadi,
2006). Namun saat ini, kejadian penyakit cacar jarang ditemukan karena WHO telah berhasil
memberantasnya melalui program imunisasi. Tidak hanya cacar (smallpox), angka kejadian
penyakit-penyakit infeksi lain juga menurun dengan ditemukannya vaksin terhadap penyakit-
penyakit tersebut (Depkes, 2006). Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan,
menjadikan imunisasi sebagai program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu
alat pencegahan penyakit yang utama di dunia.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Tengah (2009), pencapaian UCI desa di Jawa
Tengah dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007
sebesar 83,64%, tahun 2008 meningkat menjadi 86,83% dan tahun 2009 meningkat kembali
menjadi 91,95%. Bila dibandingkan target SPM tahun 2010 sebesar 100%, pencapaian
desa/kelurahan UCI tahun 2009 belum mencapai target. Sedangkan, pencapaian program
imunisasi di Jawa Tengah sudah cukup tinggi bila dilihat dari cakupan jenis imunisasi,
dimana jumlah sasaran bayi pada tahun 2009 adalah 577.750. Sedang capaian masing-masing
jenis imunisasi adalah BCG (102,05%), DPT+HB 1 (100,89%), DPT+HB 3 (99,04%), Polio
4 (99,14%), Campak (96,59%).
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan dengan manajemen yang tepat pada bayi sehat
imunisasi BCG dan Polio 1.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai sumber yang
berhubungan dengan imunisasi BCG dan polio pada bayi sehat .
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap bayi sehat sesuai dengan hasil
pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan mendokumentasikan hasil tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan.
B. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi serta
memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam penanganan kepada
ibu hamil.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan menambah
pembelajaran pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
C. MANFAAT IMUNISASI
D. SASARAN IMUNISASI
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari
berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada
dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman
yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah
pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan
makrofag ini yang pertama kali a3kan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk
ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua
yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System
pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya.
System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA,
IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T,
dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel
memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah
masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan
proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang
menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-
benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif
terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba
guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau
virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya
mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
b. Imunisasi Polio
tahun.
Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian
imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi
di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)
2tetes Di teteskan ke
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
mulut.
0,5 cc Subkutan,
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan biasanya di lengan
kiri atas.
G. PEMBERIAN IMUNISASI
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.
I. JENIS-JENIS VAKSIN
Ada beberapa jenis vaksin di antaranya meliputi :
c) Kontra indikasi
1. Uji Tuberculin > 5 mm
2. Sedang menderita HIV
3. Gizi buruk
4. Demam tinggi
5. Infeksi kulit luas
6. Pernah menderita TBC
d) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam. Setelah 1-2
minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat
suntikan yang akan berubah menjadi pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal
ini tidak perlu pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan
jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau
pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta tidak menimbulkan demam.
Reaksi ini normal dan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan
sendirinya.
2. Vaksin DPT
Vaksin DPT adalah vaksin yang terdiri dari Toksoid Difteri (menyebabkan
penyakit pernafasan), Bakteri pertusis (penyebab batuk rejan) dan tetanus toksoid
(menyebabkan penyakit system saraf yang disebut Lockjaw). Difteri disebabkan oleh
bakteri yang menular melalui batuk atau bersin. Jika tidak didiagnosa dan ditangani
dengan benar dapat menimbulkan komplikasi serius yang dihasilkan bakteri. Pertusis
atau batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular melalui kontak personal, batuk
atau bersin. Pertusis paling berat berdampak pada anak kurang dari 1 tahun. Tetanus
disebabkan oleh Bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit. Anak-anak
dapat terkena Dan dapat disimpan pada suhu 2-8˚C.
a) Indikasi
Untuk memberikan kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode Bayi Baru Lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, untuk yang kedua komponen
pertusis harus dihindarkan dan untuk meneruskan imunisasi dapat diberiakan DT.
d) Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada
tempat penyuntikan dapat diberikan analgetik-antipiretik sebanyak 10 mg/kg BB.
Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas yang terjadi
24 jam setelah imunisasi.
3. Vaksin TT
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung Tetanus Toksoid yang telah dimurnikan
dan telah terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimersosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. 1 dosis 0,5 ml mengandung potensi sedikitnya 40 unit.
Dipergunakn untuk mencegah tetanus pada Bayi Baru Lahir dengan mengimunisasi
WUS atau ibu hamil. Vaksin TT akan rusak bila kena panas atau apabila dibekukan.
a) Indikasi
Untuk memberikan kekebalan simultan tehadap tetanus
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT
d) Efek samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang
gejala demam.
4. Vaksin DT
Vaksin ini merupakan vaksin yang mengandung Toksoid Difteri dan Tetanus yang
telah dimurnikan.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama DT
d) Efek samping
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara dan kadang-kadang gejala demam.
5. Vaksin POLIO
Vaksin oral POLIO hidup adalah vaksin POLIO trivalent yang terdiri dari suspensi
virus Poliomielitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam
biakan jaringan ginjal kera dan di stabilkan dengan sucrose. Kemasan sebanyak 1 cc
atau 2 cc dalam flakon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin.
Penyimpanan vaksin POLIO dalam suhu 2-8˚C stabil dalam waktu 6 minggu. Vaksin
POLIO oral sangat mudah dan cepat rusak bila terkena panas dibandingkan dengan
vaksin lainnya.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis
c) Kontraindikasi
1. Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian POLIO pada anak yang sedang sakit. Namun,
jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat
di berikan setelah sembuh.
2. Pasien yang mendapat imunosupresan
d) Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping.
6. Vaksin CAMPAK
Bibit penyakit yang menyebabkan CAMPAK adalah virus Measles. Vaksin
CAMPAK merupakan vaksin hidup yang dilemahkan. Kemasan dalam flakon
berbentuk gumpalan-gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc
pelarut aquabidest. Setiap dosis vaksin CAMPAK 0,5 ml mengandung kurang lebih
1000 infektive unit virus strain. Vaksin CAMPAK mudah rusak oleh panas , vaksin
kering tidak akan rusak pada pembekuan. Vaksin CAMPAK disimpan pada suhu 2-
8˚C .
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit CAMPAK
c) Kontraindikasi
1. Individu yang mengidap penyakit immunodeficiency atau individu yang
diduga menderita gangguam respon immune karena leukemia dan limfoma.
2. Infeksi akut disertai demam, sedang mendapat terapy immunosupresif, alergi
protein telur, kanamisin dan eritromisin.
7. Vaksin HEPATITIS B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah di inactivasikan dan
bersifat non infectious berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
( Hansenula) Polymorpha menggunakan teknologi DNA recombinan. Imunisasi
Hepatitis B perlu diberikan sedini mungkin setelah lahir.
Depkes RI tahun 2005 memberikan vaksin monovalen (uniject) saat lahir dilanjutkan
dengan vaksin kombinasi DPT HB Combo pada umur 2,3 dan 4 bulan. Penyimpanan
vaksin pada suhu 2-8˚C dan jangan sampai beku.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B.
b) Cara Pemberian dan Dosis
1. Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi
homogeny
2. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada anterolateral
paha.
3. Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval waktu
minimal 4 minggu.
c) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat yang disertai
kejang.
8. Vaksin DPT/HB
Vaksin mengandung DPT berupa toksoid difteri, tetanus toksoid yang dimurnikan
serta pertusis yang inaktivasi dan vaksin Hepatitis B yang merupakan subunit vaksin
virus yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non infectious.
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan
Hepatitis B.
d) Efek Samping
1. Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti demam, pembengkakkan dan
atau kemerahan pada tempat penyuntikan.
2. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, irritabilitas yang
biasanya terjadi dalam 24 jam setelah penyuntikan.
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DENGAN MENGUNAKAN VAKSIN
DPT/HB COMBO
UMUR VAKSIN TEMPAT
Bayi Lahir di Rumah Rumah
0 bulan HB0 Posyandu
1 bulan BCG,Polio 1 Posyandu
2 bulan DPT/HB C 1, Polio 2 Posyandu
3 bulan DPT/HB C 2, Polio 3 Posyandu
4 bulan DPT/HB C 3, Polio 4 Posyandu
9 bulan Campak Posyandu
BAYI LAHIR di RUMAH SAKIT dan BIDAN PRAKTEK SWASTA
UMUR VAKSIN TEMPAT
0 bulan HB0, BCG,Polio 1 RS atau BPS
2 bulan DPT/HB C 1, Polio 2 RS atau BPS
3 bulan DPT/HB C 2, Polio 3 RS atau BPS
4 bulan DPT/HB C 3, Polio 4 RS atau BPS
9 bulan Campak RS atau BPS
Sumber :
I. Data Subjektif
Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 09.55 WIB
1. Identitas
Bayi
a. Nama : An. A
b. Umur : 1-1-2021 (1 bulan 4 hari)
c. Jenis kelamin : Laki-laki
Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Tn. J Nama : Ny. A
Umur : 26 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Katelan Alamat : Katelan
2. Alasan datang/ keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa tanggal 10 Februari 2021 merupakan jadwal imunisasi anaknya.
3. Riwayat Kelahiran
a. Tanggal lahir : 6 Januari 2021
b. Jenis kelamin : laki-laki
c. Penolong : bidan
d. BBl : 2900 gram
PB : 48 cm
LK : 33 cm
e. Komplikasi : tidak ada
f. Laktasi : ibu mengatakan menyusui anaknya dengan ASI ekslusif
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya tidak sedang menderita penyakit menurun(diabetes,
buta warna, dll) atau penyakit sistemik (jantung, asma, dll) dan menular
( hepatitis, AIDS, dll).
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah memiliki riwayat penyakit
menurun(diabetes, buta warna, dll) atau penyakit sistemik (jantung, asma, dll)
dan menular ( hepatitis, AIDS, dll).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga baik dari pihak ibu ataupun suami tidak memiliki
riwayat penyakit menurun(diabetes, buta warna, dll) atau penyakit sistemik
(jantung, asma, dll) dan menular ( hepatitis, AIDS, dll).
5. Riwayat imunisasi
Jenis Pemberian ke/ Tanggal Pemberian Keterangan
Imunisasi
1 2 3 4
Hb0 6-1-2021
IV. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Februari 2021 Jam : 10.15 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa anaknya dalam keadaan sehat
dengan hasil pemeriksaan :
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36ºC
Respirasi : 50x/menit
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan merasa senang.
2. Memberikan KIE tentang efek samping, tujuan, dan cara mengatasi efek samping
dari imunisasi BCG dan polio 1
Evaluasi : Ibu telah mengetahui dan paham efek samping, tujuan, dan cara
mengatasi efek samping dari imunisasi BCG dan polio 1.
3. Melakukan persiapan alat dan bahan imunisasi IPV yaitu spuit 0,05 cc, vaksin
BCG dan polio 1, handschoen, alcohol swap.
Evaluasi : telah dilakukan persiapan alat dan bahan untuk imunisasi BCG
dan polio 1
4. Menempatkan bayi pada posisi yang nyaman.
Evaluasi : bayi telah ditempatkan pada posisi yang nyaman.
5. Memberikan imunisasi BCG dengan dosis 0,05 cc dengan cara IC pada 1/3 antero
lateral lengan atas sesuai SOP.
Evaluasi : telah dilakukan imunisasi BCG dengan dosis 0,05 cc dengan cara
IC pada 1/3 antero lateral lengan atas sesuai SOP.
6. Memberikan imunisasi polio secara oral sebanyak 2 tetes
Evaluasi : telah diberikan imunisasi polio secara oral sebanyak 2 tetes
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada saat anak berusia 2
bulan untuk melaksanakan imunisasi DPT Hb Hib 1 dan polio 2 yaitu pada
tanggal 10 Maret 2021.
Evaluasi : ibu paham dan bersedia datang pada kunjungan ulang untuk
melaksanakan imunisasi DPT Hb Hib 1 dan polio 2
8. Mendokumentasikan hasil tindakan pada buku KIA dan buku registrasi imunisasi.
Evaluasi : telah dilakukan pendokumentasian pada buku KIA dan buku
register imunisasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis mencoba menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara
praktek dengan teori manajemen asuhan kebidanan bayi sehat dengan imunisasi yang diterapkan
pada An. A usia 1 bulan 4 hari
1. Data subjektif
Pada langkah awal dilakukan pengkajian data secara subyektif di sampaikan oleh ibu An.
A usia 1 bulan 4 hari bahwa hari senin 10 Februari 2021 merupakan jadwal imunisasi
anaknya. Pada pengkajian data subjektif tidak ditemukan kesenjangan dikarenakan klien
kooperatif saat dilakukan pemeriksaan, sehingga pada pengumpulan data secara subyektif
terasa lebih mudah. Kemudian pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara langsung pada
klien yang dilakukan oleh tenaga kesehatan juga berlangsung dengan benar karena klien
sangat mendukung untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Data objektif
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara langsung pada klien yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan meliputi pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, nadi, suhu, respirasi dan
head to toe. Dalam pemeriksaan tersebut didapatkan hasil yaitu keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, nadi 100x/menit, suhu 360C, 50x/menit, dan pada head to toe tidak
ditemukan kelainan apapun. Sehingga berdasarkan data tersebut bayi sehat dan tidak terdapat
kontraindikasi untuk dilakukan imunisasi BCG. Pengkajian data objektif berlangsung
dengan benar karena klien sangat mendukung untuk dilakukan pemeriksaan.
3. Analisis data
Pada Analisis penulis menyimpulkan bahwa diantara data subjektif dan data obyektif
tidak terjadi kesenjangan karena dari kedua data tersebut bersangkutan seperti dari data
subyektif “ibu mengatakan bahwa hari ini merupakan jadwal anaknya untuk menerima
imunisasi BCG”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang didapat
“Asuhan Kebidanan pada By. An. A Usia 1 bulan dengan Imunisasi BCG.
4. Penatalaksanaan
Merencanakan tindakan selanjutnya untuk memberikan asuhan kebidanan. Pada langkah
ini tidak ada kesenjangan karena rencana asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan kasus
yang ada. Dalam penatalaksanaan langkah pemberian vaksin baik BCG tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek. Dalam teori disebutkan pemberian pmberian vaksin
BCG dengan dosis 0,05 cc dan disuntikkan secara Intracutan dan langkah ini telah dilakukan
dalam praktek. Setelah mendapatkan penjelasan dari bidan, ibu dapat mengerti dan merasa
senang dengan saran yang telah diberikan, kemudian pelayanan yang diberikan yaitu
menganjurkan ibu untuk kembali jika ada keluhan dan kunjungan ulang pada bulan depan.
Pada evaluasi tidak terdapat kesenjangan karena ibu dapat mengerti dan merasa puas dengan
asuhan yang diberikan.
Kesimpulan :Maka dalam pembahasan yang penulis susun secara urut dalam Pendokumentasian
SOAP tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori yang dibuat.
BAB V
PENUTUP
Pada tahap akhir pembuatan Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Bayi Sehat dengan
Imunisasi BCG Pada An. A Usia 1 bulan 4 hari di Puskesmas Tange, Sragen, penulis dapat
menuliskan kesimpulan dan beberapa saran untuk lebih meningkatkan Asuhan Kebidanan
khususnya pada bayi sehat dengan imunisasi.
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan Kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi BCG dalam
pengkajian dan analisa data ditemukan diagnosa yaitu bayi sehat akan diimunisasi BCG. Dari
data tersebut penulis melakukan tindakan diantaranya yaitu:
7. Mendokumentasikan tindakan
Dalam Asuhan Kebidanan ini peran serta dan kerjasama yang baik antara keluarga (ibu
pasien) dengan petugas kesehatan sangat diperlukan supaya tujuan Asuhan Kebidanan dapat
tercapai dengan baik.
B. Saran
1. Bagi instansi kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga meningkatkan
kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
2. Bagi instansi pendidikan
a. Mampu meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat membantu mahasiswa
dalam meningkatkan di bidang teori dan praktek mengenai bayi sehat.
b. Mampu memperhatikan kualitas dan pendidikan dengan tetap membimbing dan
mengarahkan mahasiswa dengan membekali keterampilan yang cukup dan juga
ditunjang sarana yang memadai dari lahan praktek yang sudah menerapkan asuhan
kebidanan secara komprehensif mengenai bayi sehat.
c. Sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya
mengenai bayi sehat.
3. Bagi mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan dan melakukan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir
secara mandiri sesuai dengan teori yang didapatkan selama perkuliahan berlangsung
untuk menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai dengan standar
yang ada.
b. Mahasiswa sebagai calon bidan harus dapat mengantisipasi kemungkinan masalah
yang akan ditimbulkan dalam melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi sehat,
mendokumentasikan semua tindakan dan perkembangan yang terjadi pada bayi
sehat serta bertindak sistematis dan berkesinambungan dalam malakukan Asuhan
Kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA