Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN RESIKO GIZI

BURUK

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam

Program Studi Kebidanan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR

Oleh
Tutfah Razzak Fitriari
012013243004

PROFESI KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. 1
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4


2.1 Konsep Dasar Bayi .................................................................... 4
2.1.1 Definisi Bayi .................................................................... 4
2.1.2 Tumbuh Kembang Bayi ................................................... 4
2.1.3 Status Gizi ....................................................................... 7
2.1.4 Kebutuhan Nutrisi Bayi .................................................. 11
2.1.5 Masalah Nutrisi Pada Bayi ............................................. 13
2.2 Manajemen Askeb pada Anak dengan Gizi Buruk ................... 18

BAB 3 CASE STUDY .............................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 29


LAMPIRAN ............................................................................................. 30

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Bayi ................................................................. 6
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks ...... 10
Tabel 2.3 Kebutuhan Vitamin dan Mineral Bayi .................................................. 13
Tabel 2.4 Aspek yang dikaji pada Anamnesa ....................................................... 18
Tabel 2.5 Aspek yang dikaji pada pemeriksaan fisik anak resiko gizi buruk ......... 19
Tabel 2.6 Tindakan segera terhadap anak dengan resiko gizi buruk ...................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu negara bergantung pada Sumber Daya Manusia nya dalam

meningkatkan kualitas hidup di negara tersebut. Dengan begitu, kualitas SDM

di masa depan bergantung dengan kualitas tumbuh kembang anak masa kini.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah kualitas

dan kuantitas asupan nutrisi yang diterima oleh anak.

Keadaan nutrisi seorang anak dapat dinilai melalui status gizinya. Status

gizi merupakan parameter keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

untuk anak yang diindikasikan melalui berat badan atau tinggi badan anak.

Pada tahun 2018 tercatat angka gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia

mencapai angka 17,7%, dengan 3,9% balita memiliki status gizi buruk dan

sebesar 13,8% memiliki status gizi kurang. Sedangkan angka tersebut masih

melebihi target RPJMN tahun 2019 yaitu 17% (Riskesdas, 2018).

Beberapa penyebab kematian pada balita yang paling banyak ditemui di

seluruh dunia adalah persalinan prematur, komplikasi terkait persalinan seperti

asfiksia, serta infeksi saat lahir dan cacat lahir. Namun anak dengan malnutrisi

terutama tingkat akut memiliki resiko yang lebih besar terhadap kematian

dibandingkan dengan penyakit lainnya (WHO, 2020). Selain itu, anak dengan

gizi buruk cenderung lebih mudah untuk mengalami penyakit lainnya.

Penyabab gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi, seperti

protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

1
2

Sedangkan gizi buruk adalah manifestasi terparah dari proses kekurangan gizi

yang telah terjadi menahun. Salah satu akibat dari gizi buruk adalah stunting

yang menjadi salah satu masalh kesehatan terbesar di Indonesia.

Masalah peningkatan mutu gizi setiap warganya menjadi tanggungjawab

pemerintah. Namun tenaga medis juga dapat berperan dalam mencegah

masalah gizi bayi pada bayi dan balita, seperti melakukan penyuluhan

mengenai pemenuhan kebutuhan gizi anak serta melakukan pemeriksaan

pertumbuhan dan perkembangan anak.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada anak dengan gizi

buruk

b. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data pada Anak

dengan gizi buruk

2) Mahasiswa mampu melakuan interpretasi data pada Anak dengan

gizi buruk.

3) Mahasiswa dapat mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial

pada Anak dengan gizi buruk.

4) Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh dan

berkolaborasi pada kasus Anak dengan gizi buruk.

5) Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang sesuai dengan

pemecahan pada Anak dengan gizi buruk.


3

6) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada

Anak dengan gizi buruk.

1.3 Manfaat

1) Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh untuk melaksanakan asuhan

kebidanan secara langsung pada anak sehingga dapat digunakan sebagai

berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.

2) Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan

untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu

menjaga mutu pelayanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi

2.1.1 Definisi Bayi

Yaitu anak yang berusia 0-11 bulan. Pada masa ini terjadi adaptasi

terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi arah, dan berfungsinya organ-

organ. Masa bayi terbagi menjadi

1. Masa Neonatal dini (usia 0-7 hari)

2. Masa Neonatal lanjut (usia 8-28 hari)

3. Masa post Neonatal (usia 29 hari – 11 bulan)

Pada masa ini terjadi perkembangan sangat pesat pada fungsi tubuh

anak terutama pada sistem saraf. Anak akan sangat bergantung

pada orang tua sebagai unit pertama dalam pemenuhan

kebutuhannya (SDIDTK kemenkes, 2016)

Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir dnegan presentasi

belakang kepala pervaginam tanpa adanya komplikasi atau penyulit selama

persalinan dengan usia gestasi 37-40 minggu, berat badan 2500-4000 gram,

dan Apgar skor lebih dari 7 serta tanpa cacat bawaan.

2.1.2 Tumbuh Kembang Bayi

A. Pertumbuhan pada bayi

1. Berat badan

- kali BB lahir: 4-5 bulan

4
5

- kali BB lahir: 3 bulan

- kali BB lahir: 2 tahun

Rata-rata berat badan bayi saat lahir adala 3,5 kg. Kenaikan

berat badan per bulan pada tahun pertama, berkisar antara:

- 700-1000gr/bulan pada triwulan I

- 500-600 gram/bulan pada triwulan II

- 350-450 gram/bulan pada triwulan III

2. Panjang Badan

Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Pada

umur 1 tahun: 1,5x panjang badan lahir (75 cm).

3. Kepala

Ukuran lingkar kepala mengikuti perkembangan otak bayi.

Lingkar kepala waktu lahir rata-rata adalah 34-35 cm dan

lingkar kepala ini lebih besar dari pada lingkar dada. Pada

anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm,

umur 1 tahun 47 cm dan 2 tahun 49 cm

4. Gigi

Gigi pertama bayi tumbuh pada usia 5-9 bulan. Sebgaina

besar anak memiliki 6-8 gigi susu pada usia 1 tahun dan

diikuti 8 buah lagi pada usia 2 tahun.

5. Jaringan Lemak

Lemak menjadi salah satu penentu ukuran dan bentuk tubuh.

Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau


6

kurusnya seseorang. Pertumbuhan jaringan lemak melambat

sampai anak berumur 6 tahun (Soetjiningsih, 2013).

B. Perkembangan Bayi

Perkembangan bayi termasuk perkembangan kognitif,

bahasa, motorik, emosi dan perkembangan perilaku sebagai hasil

dari ineraksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan

perubahan yang bersifat progresif, terarah dan terpadu/koheren.

Berikut adalah perkembangan bayi berdasarkan umur :

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Bayi

Usia Perkembangan
- Belajar mengangkat kepala
- Belajar mengikuti objek dengan matanya
- Melihat kemuka orang dengan tersenyum
- Bereaksi terhadap suara/bunyi
- Mengenal ibunya dengan penglihatan,
0 – 3 bulan
penciuman, pendengaran dan
- kotak
- Menahan barang yang dipegangnya
- Mengoceh spontan atau bereaksi dengan
mengoceh
- Mengangkat kepala 90° dan mengangkat dada
dengan bertopang tangan
- Mulai belajar meraih benda-benda yang ada
dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya
- Menaruh benda-benda dimulutnya
3-6 bulan
- Berusaha memperluas lapangan pandangan
- Tertawa dan menjerit karena gembira bila
diajak bermain
- Mulai berusaha mencari benda-benda yang
hilang
- Dapat duduk tanpa dibantu
- Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
- Dapat merangkak meraih benda atau
mendekati seseorang
6-9 bulan - Memindahkan benda dari satu tangan ke
tangan yang lain
- Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari
telunjuk
- Bergembira dengan melempar benda-benda
7

- Mengeluarkan kata-kata tanpa arti


- Mengenal muka anggota keluarga dan takut
kepada orang lain/asing
- Mulai berpartisipasi dalam permainan
bertepuk tangan dan sembunyisembunyian
- Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
- Dapat berjalan dengan dituntun
- Menirukan suara
- Mengulang bunyi yang didengarnya
- Belajar menyatakan satu atau dua kata
9-12 bulan - Mengerti perintah sederhana atau larangan
- Memperlihatkan minat yang besar dalam
mengeksplorasi sekitarnya, ingin
- menyentuh apa saja dan memasukkan benda-
benda ke mulutnya
- Berpartisipasi dalam permainan
- Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta
sekelilingnya
12-18 bulan - Menyusun 2 atau 3 kotak
- Dapat mengatakan 5 sampai 10 kata
- Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
- Naik turun tangga
- Menyusun 6 kotak
- Menunjuk mata dan hidungnya
- Menyusun 2 kata
- Belajar makan sendiri
18-24 bulan - Menggambar garis di kertas atau pasir
- Mulai belajar mengontrol BAB dan BAK
- Menaruh minta pada apa yang dikerjakan oleh
orang yang lebih besar
- Memperlihatkan minta kapada anak lain dan
bermain-main dengan Mereka

2.1.3 Status Gizi

A. Pengertian gizi

Gizi adalah asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan diet

tubuh. Gizi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan bayi (Kemenkes, 2016). Gizi baik

adalah keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas fisik.

Kurang gizi dapat menyebabkan kekebalan tubuh berkurang,


8

peningkatan kerentanan terhadap penyakit, gangguan perkembangan

fisik dan mental, serta mengurangi produktivitas (WHO, 2013).

B. Pengertian Status Gizi

Menurut Cakrawati (2012) status gizi adalah keadaan tubuh yang

dihasilkan dari keseimbangan antara zat gizi yang diterima oleh

tubuh dengan penggunaanya.

Status gizi adalah faktor yang dipengaruhi langsung oleh asupan

gizi seperti jumlah dan jenis makanan serta kondisi infeksi.

Diartikan juga dengan keadaan fisik seseorang atau sekelompok

orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi ukuran-

ukuran gizi tertentu (Supariasa, et. Al, 2016).

Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh

seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi serta

penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2010).

C. Pengukuran Status Gizi

Pengukuran Antopometri umumnya digunakan untuk mengukur

defisiensi gizi seperti penurunan fungsi suatu jaringan terutama

keseimbangan protein, kekurangan gizi kronik, malnutrisi, dan

riwayat gizi lalu. Indeks antopometri adalah Berat badan menurut

umur (BB/U), Tinggi badan menurut umur (TB/U), Berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan atas menurut umur

(LLA/U), serta Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U)


9

(Depkes RI, 2010). Indikasi penggunaan variabel tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Umur

Umur memiliki peranan penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan dalam menentukan umur dapat berpengaruh pada

perbedaan interpretasi status gizi. Kesalahan yang paling sering

terjadi adalah kecenderungan memiliki angka yang mudah seperti 1

tahun, 1,5 tahun, atau 2 tahun. Ketentuannya adalah untuk 1 tahun

terhitung 12 bulan dan 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan

umur dalam bentuk bulan penuh, sehingga sisa umur dalam hari

tidak dihitung (Kementrian kesehatan RI, 2016).

2) Berat Badan

Berat badan adalah salah satu ukuran yang memberikan gambaran

tentang massa jaringan termasuk cairan tubuh. Berat badan juga

sangat peka terhadap perubahan kondisi tubuh baik karena penyakit

maupun penurunan konsumsi makanan. Penggunaan berat badan

pada pengukuran status gizi bersifat sementara karena hanya

menggunakan satu pengukuran pada satu waktu sehingga berat

badan kurang dapat menggambarkan perubahan status gizi dalam

jangka panjang (Kemenkes RI, 2011)

3) Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang

dilihat dari kurus kering dan kecil pendek. Dengan melihat tinggi

badan anak, sangat memungkinkan untuk melihat kondisi gizinya di


10

masa lalu, seperti keadaan berat badan lahir rendah. Kelemahan dari

pengukuran hanya dengan menggunakan tinggi badan adalah laju

tinggi manusia yang cenderung sangat lambat sehingga pengukuran

ini biasa dilakukan hanya 1 tahun sekali. Keadaan indeks ini

umumnya memberikan keadaan lingkungan yang tidak baik seperti

kemiskinan dan dari akibat tidak sehat yang menahun (Kemnekes

RI, 2011).

D. Klasifikasi Status Gizi

Menurut Departemen Kesehatan RI (2010) kategori dan ambang

batas status gizi anak adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks

Indeks Kategori Status gizi Ambang Batas (z-score)

Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD


Berat Badan menurut Umur
(BB/U) 0 – 60 Bulan Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih > 2SD

Sangat Pendek < -3 SD


Panjang Badan menurut Umur Pendek
-3 SD sampai dengan < -2 SD
(PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) 0 – 60 Normal
-2 SD sampai dengan 2 SD
Bulan
Tinggi > 2SD

Sangat Kurus < -3 SD


Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB) atau Berat Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Badan menurut Tinggi Badan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
(BB/TB) Umur 0 – 60 Bulan Gemuk
> 2 SD
11

Sangat Kurus < -3 SD


Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) 0 – 60 Bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) 5 – 18 Tahun Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 sampai dengan 2SD
Obesitas >2 SD

2.1.4 Kebutuhan Nutrisi Bayi

1. Gizi seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan

Nutrisi untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI

merupakan makanan yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat

memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan,

sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan

bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif

yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja. melalui PP

Nomor 33 tahun 2012, panduan mengenai pemberian ASI Eksklusif

menyebutkan bahwa pemberian ASI Eksklusif bagi Ibu adalah hingga

bayi berusia 6 bulan.

Manfaat Pemberian ASI Eksklusif pada bayi :

- ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi

- ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

- ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan

2. Gizi Seimbang untuk Bayi Usia 6-11 Bulan

Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan

perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik


12

mulai aktif, kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan

memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar

mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan

Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan sampai

bayi berusia 2 tahun.

Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain,

mula-mula dalam bentuk lumat, makananlembik dan selanjutnya

beralih ke makanan keluarga saat bayi berusia 1 tahun. Usia 6-9 bulan

bayi dapat diberikan ASI dengan makanan lumat. Kemudian pada usia

9-11 bulan bayi sudah dapat mulai diberikan makanan lembik.

3. Angka Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi

- Angka kebutuhan Energi (110 Kal/Kg BB/hari)

Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat,

protein, dan lemak.

- Angka kebutuhan Protein (1,27 gram/hari)

Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi

bila dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan

protein susu biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi

protein. Nilai gizi protein nabati didapatkan dari kacang-

kacangan.

- Angka kebutuhan lemak (31 gram pada usia 0-5 bulan & 36

gram paa usia 6-11 bulan)


13

Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida,

berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, isolator,

pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial.

- Angka Kebutuhan Vitamin dan Mineral

Tabel 2.3 Kebutuhan Vitamin dan Mineral Bayi

Umur Kalsium Fosfor Zat besi Vit. A Vit. C


(mg) (mg) (mg) (RE) (mg)
0-5 200 100 375 40
bulan
6-11 400 225 0,5 400 40
bulan

2.1.5 Masalah Nutrisi Pada Bayi

1. Kelebihan Nutrisi

Yaitu kondisi dengan kelebihan energi yang dikonsumsi dari

karbohidrat, lemak dan protein yang kemudian dirubah menjadi

jaringan lemak yang ditimbun di tempat tertentu. Seorang anak

dikatakan memiliki gizi lebih (BB/U) atau gemuk (IMT/U) apabila

hasil Z-score menunjukkan hasil > 2 SD.

a. Etiologi

Kelebihan nutrisi pada bayi dapat disebabkan di antaranya

adalah kebiasaan membeirkan makanan atau minuman setiap

kali bayi menangis dan pemberian makanan tinggi kalori di

usia dini.

b. Penanganan Kondisi Kelebihan gizi

1) Menurunkan berat badan sangat disarankan dengan

kolaborasi anak dan keluarga.


14

- Pola makanan anak tetap seimbang

- Cemilan anak diganti menjadi buah

- Diet kalori terbatas

- Dorongan untuk banyak bergerak (30-60 menit

dalam sehari)

- Besarnya dukungan moral

- Obat-obtan dihindari

- Hindari makanan cepat saji

- Apabila kondisi kelebihan gizi ini disertai

dengan komplikasi, maka rencanakan

kolaborasi dengan disiplin lain.

2) Diet untuk bayi

- Terapi tujuan memperlambat kecepatan

kenaikan berat badan

- Kebutuhan normal 110 kkal/kgBB/hari utk bayi

< 6 bulan

- Kebutuhan normal 90 kkal/kgBB/hari utk bayi

> 6 bulan

- Susu botol dikurangi dengan diselingi

memberikan air tawar

- Membiarkan bayi untuk lebih banyak bergerak

(tidak selalu digendong)

- ASI sampai 2 tahun


15

2. Kekurangan Nutrisi (Gizi Buruk)

Yaitu suatu kondisi anak dimana anak memiliki nilai Z-Score

anak di bawah < - 3 SD. Beberapa kekurangan zat gizi mikro

lainnya seperti kekurangan zat seng (Zn), vitamin B1, dan

asam folat sering dialami masyarakat di daerah tertentu yang

lebih kecil skalanya.(Maryam, 2016)

a. Etiologi

1) Penyebab langsung

Kurang gizi disebabkan ketidakseimbangan antara

asupan makanan (jumlah dan mutu), serat zat gizi tidak

dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya

gangguan penyerapan akibat adanya penyakit. Keduanya

merupakan faktor utama penyebab anak menderita

gizi buruk yang saling memengaruhi.

2) Penyebab Tidak Langsung

- Tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga,

kurang baiknya pola pengasuhan anak terutama

cara pemberian makanan kepada anak.

- Adanya budaya pantang makanan tertentu dalam

keluarga

- Anak yang tidak pernah atau jarang dipantau

pertumbuhan dan perkembangannya, serta sanitasi

rumah yang tidak bersih, menyebabkan anak rentan

terhadap penyakit infeksi.


16

b. Tanda dan Gejala

- Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng,

dan mudah terangsang. ada tahap lanjut anak

menjadi apatik, sopor atau koma

- Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang

terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah

dibandingkan dengan BB Baku. Penurunan BB ini

tidak mencolok atau mungkin tersamar bila dijumpai

edema.

- Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema,

baik derajat ringan maupun berat. Edema ini muncul

dini, pertama kali terjadi pada organ dalam, kemudian

muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada

stadium lanjut mungkin edema.

- Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang

menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek.

- Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah

anoreksia dan diare. Diare terdapat pada sebagian

besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya

mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas, atau

usus atrofi. Intoleransi laktosa juga bisa terjadi

- Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku,

serta mudah dicabut. Pada tahap lanjut, terlihat lebih


17

kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau

putih.

c. Diagnosa

Gizi buruk adalah manifestasi kekurangan gizi menahun

sehingga diagnosanya tidak dapat ditentukan hanya dengan

satu parameter saja dan harus menggunakan paramter

lainnya. Apabila bidan menemui anak dengan resiko gizi

buruk, makan bidan perlu berkolaborasi dengan disiplin lain

untuk menentukan tindakan segera.

d. Penanganan

1) Mencegah dan mengatasi Hipoglikemi

2) Mencegah dan mengatasi Hipotermi

3) Mencegah dan mengatasi Dehidrasi

4) Koreksi gangguan elektrolit

5) Mencegah dan mengatasi Infeksi

6) Mulai Pemberian makanan

- Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi

yaitu porsi kecil, sering, secara oral atau sonde,

energi 100 kkal/kgBB/hari.

- Jadwal pemberian makan sebanyak 3 kali

makanan utama dan 2 kali makanan selingan

- Pola hidangan sehari mengikuti pola makanan

seimbang yang terdiri atas sumber karbohidrat,

protein, vitamin dan mineral, serta air


18

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Anak Dengan Gizi Buruk

1. Pengkajian

a. Anamnesa

Pada tahap pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

Tabel 2.4 Aspek yang dikaji pada Anamnesa

No. Aspek yang dikaji Rasional


untuk mengidentifikasi anak agar tidak
terjadi kesalahan saat memberikan
1. Biodata
pelayanan (Nama anak, Usia, Almat,
Identitas orang tua)
Pada anak yang mengalami gizi buruk,
Keluhan yang sering ditemukan :
- pertumbuhan yang kurang
2. Keluhan - anak kurus atau berat badannya kurang
- anak tidak mau makan
- sering menderita penyakit berulang
- timbul bengkak pada kaki hingga
seluruh tubuh)
Komposisi Mengetahui jumlah anggota keluarga dan
3.
keluarga siapa yang merawat anak
Pendidikan dan Untuk mengukur tingkat pengetahuan
4. Pekerjaan Orang orang tua serta kondisi sosio ekonomi
tua dalam keluarga
Mengidentifikasi kultur dan kepercayaan
yang dimilii keluarga terutama yang
berhubungan dengan pemenuhan gizi pada
Riwayat keluarga termasuk anak. Seperti persepsi
5.
Psikososial keluarga mengenai penyakit yang dialami
anak. Dan mengidentifikasi kondisi tempat
tinggal anak dan pengaruhnya terhadap
kesehatannya
Imunisasi juga dapat dipakai sebagai
6. Riwayat Imunisasi umpan balik tentang perlindungan
pediatrik yang diberikan
Riwayat kesehatan disusun cerita yang
7. Riwayat Kesehatan kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
19

terdapat keluhan sampai ia dibawa


berobat dan alergi. Bila pasien telah
memperoleh pengobatan sebelumnya,
ditanyakan kapan berobat, kepada siapa,
serta obat apa saja yang diberikan dan
bagaimana hasil pengobatan tersebut.
Nutrisi :
Berapa kali anak makan dalam sehari dan
besar porsi. Macam makanan yang
diberikan

Eliminasi :
Pada BAK frekuensi normal dalam sehari
berkisar 4-7 kali atau setiap 2-3 jam
(Soetjiningsih,2013)
Pada BAB dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui frekuensi,jenis, warna,
8. Pola Fungsional
konsistensi (Marmi, 2018)

Istirahat
Pada usia 1 tahun biasanya balita hanya
tidur siang 1 kali saja dengan total jumlah
tidur berkisar antara 12-14 jam (Marmi,
2018)

Aktivitas
Aktivitas masa anak dapat ditunjukkan
dengan adanya respon terhadap rangsang
Data pertumbuhan dapat didapatkan dari
Riwayat Kartu Menuju Sehat (KMS) dan kartu
9. Pertumbuhan dan pemeriksaan kesehatan lainnya. Sedangkan
Perkembangan data perkembangan didapatkan melalui
Denver Test atau KPSP

b. Pemeriksaan Fisik

Tabel 2.5 Aspek yang dikaji pada pemeriksaan fisik anak resiko gizi
buruk
No. Aspek yang dikaji Rasional
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai
dengan penilaian keadaan umum pasien
yang mencakup : keadaan sakit,
1. Keadaan Umum kesadaran, status gizi (Pengukuran BB
dan PB). Dengan penilaian keadaan
keadaan umum ini akan dapat diperoleh
apakah pasien dalam keadaan distres
20

akut yang memerlukan pertolongan segera


ataukah pasien dalam keadaan yang
relatif stabil sehingga pertolongan dapat
diberikan setelah dilakukan pemeriksaan
fisis ysng lengkap
Pemeriksaan nadi, Suhu, dan Pernafasan
2. Tanda-tanda Vital
apakah dalam keadaan normal atau tidak.
Inspeksi :

Kepala:
Pasien dengan malnutrisi energi protein
dapat mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan
mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa
sakit

Mata :
Konjungtiva merah muda (Konjungtiva
pada anak anemia berwarna pucat)

Wajah :
Pada anak yang mengalami gizi buruk,
3. Pemeriksaan Fisik anak memiliki membulat dan sembab atau
terlihat seperti orang tuan

Abdomen :
Perut terlihat buncit pada anak yang
mengalami gizi buruk

Kulit :
adakah dermatosis, keadaan turgor kulit,
odema

Ekstremitas :
Apakah ada oedem sebagai tanda apakah
anak mengalami defisiensi protein, apakah
kuku pucat sebagai tanda anak mengalami
anemia
Dengan menggunakan SDIDTK dan
Pemeriksaan KMPE sebagai parameter perkembangan
4. Perkembangan kecerdasan kognitif anak. Karena anak
Anak dengan gizi buruk beresiko untuk
mengalami gangguan perkembangan.
21

2. Interpretasi Data dan Merumuskan Diagnosa/Masalah aktual

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis

dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat

didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan

Bayi…..bulan, Sehat/dengan……

3. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial

Merupakan kegiatan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan,

menunggu dan waspada, serta persiapan untuk segala sesuatau yang

terjadi pada bayi dengan resiko gizi buruk yang dirawat di rumah.

Diagnosa potensial yang mungkin dimiliki oleh Anak dengan gizi buruk

adalah :

1) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi tidak adekuat

2) gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

asupan kalori dan protein yang tidak adekuat

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

nutrisi,dehidrasi

4) Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi

4. Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi

Tabel 2.6 Tindakan segera terhadap anak dengan resiko gizi buruk

Diagnosa Tindakan
Nutrisi kurang dari 1) Beri edukasi mengenai asupan
22

kebuituhan tubuh makanan/minuman tinggi kalori /protein


berhubungan dengan 2) Timbang berat badan klien tiap hari
intake nutrisi tidak 3) Kolaborasi dengan tim medis untuk
adekuat pemberian obat/ vitamin/ nutrisi
4) Observasi pengawasan pemberian cairan
Gangguan 1) Ajarkan kepada orang tua tentang standar
pertumbuhan dan pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan perkembangan sesuai usia anak.
berhubungan 2) Lakukan pemberian makanan3 minuman
dengan asupan kalori sesuai program terapi diet pemulihan.
dan protein yang tidak 3) Lakukan pengukuran antropo-metrik
adekuat secara berkala.
4) Lakukan stimulasi tingkat perkembangan
sesuai dengan usia klien.
5) Lakukan rujukan ke lembaga pendukung
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(puskesmas/posyandu)
Kerusakan integritas 1) Anjurkan pada keluarga tentang
kulit berhubungan pentingnya merubah posisi sesering
dengan perubahan mungkin.
nutrisi, dehidrasi 2) Anjurkan keluarga lebih sering mengganti
pakaian anak bila basah atau kotor dan
kulit anak tetap kering.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk
pengobatan lebih lanjut.
Resiko infeksi 1) Tingkatkan intake nutrisi
berhubungan dengan 2) Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan
malnutrisi local
3) Dorong masukan cairan & Dorong
istirahat
Kurang pengetahuan 1) Tentukan tingkat pengetahuan dan
berhubungan dengan kesiapan untuk belajar.
kurang 2) Jelaskan tentang :
informasi tentang Nama penyakit anak
kondisi, prognosi dan Penyebab penyakit
kebutuhan nu trisi Akibat yang ditimbulkan
Pengobatan yang dilakukan

5. Rencana Asuhan Sesuai Kebutuhan

Suatu rencana asuhan diformulasi secara khusus untuk memnuhi

kebituhan anak dan keluarganya. Sedapat mungkin bidan melibatkan

mereka semua dalam rencana dan mengatur prioritas serta pilihan

mereka untuk setiap tindakan yang dilakukan. Hasil akhir atau tujuan
23

yang ingin dicapai disusun dengan istilah yang berpusat pada pasien

dan diprioritaskan dengan bekerja sama dengan keluarga.

1) Jelaskan hasil pemeriksaan

R/ untuk menginformasikan kepada ibu maupun keluarga

mengenai keadaan anak.

2) Lakukan Informed Consent kepada keluarga anak mengenai

tindakan yang akan dilakukan

R/ untuk mendapat persetujuan keluarga atas tindakan yang akan

dilakukan pada anak

3) Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan emosional anak

R/ mengukur berat dan tinggi badan anak untuk mengetahui

kesesuaian pertumbuhan anak, melakukan pemeriksaan SDIDTK

sesuai dengan usia, serta melakukan pemeriksaan kondisi

emosional anak dengan lembar KMPE.

4) Berikan HE mengenai kebutuhan pemenuhan nutrisi pada anak

R/ menjelaskan ibu jumalh kebutuhan energi atau kalori pada

anak agar ibu dapat memberikan asupan nutrisi yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhannya.

5) Berikan KIE mengenai tanda-tanda anak mengalami gizi buruk

dan cara untuk mencegahnya

R/ agar ibu dan keluarga dapat memberikan cukup gizi pada anak

dan mencegah terjadinya defisiensi nutrisi serta komplikasinya

6) Berikan dukungan dan motivasi kepada ibu dan keluarga


24

R/ untuk mendukung ibu secara psikologis dalam melakukan

perawatan pada anak terutama apabila anak beresiko untuk

mengalami gizi buruk.

7) Jadwalkan kunjungan ulang

R/ untuk memantau kondisi anak.

6. Implementasi Langsung untuk Memenuhi Kebutuahan

Tindakan atau implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian dilaksanakan oleh orang tua, keluarga, atau anggota

kesehatan yang lain.

7.Evaluasi

Mengevalusi keefektifan perawatan kesehatan yang diberikan,

mengolah kembali dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum

efektif melalui pelaksanaan di atas.


BAB III

CASE STUDY

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI 7 BULAN DENGAN RESIKO GIZI


BURUK

I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2020
Tempat Praktek : Bidan Tutfah Razzak F.
Pengkaji : Tutfah Razzak F.
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB

A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama bayi : By. V
Tanggal lahir : 8 Maret 2020
USIA : 7 bulan 1 minggu
Jenis kelamin: Perempuan
Identitas Ibu Ayah
Orang tua
Nama Ny. C Tn. K
Usia 20 Tahun 21 Tahun
Pekerjaan IRT Swasta
Agama Islam Islam
Pendidikan SMU SMU
Alamat Surabaya
2. Keluhan Utama
Anak tidak mau makan
3. Riwayat Penyakit
Keluarga : Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), TB(-)
4. Riwayat Psikoso dan budaya
Ibu tidak memiliki budaya tarak makan maupun tarak minum. Tempat
tinggal anak rutin melakukan program jentik dan penyuluhan kesehatan
setiap 2 minggu sekali oleh pihak puskesmas.

5. Riwayat Imunisasi
Bayi telah diberikan vaksin Hepatitis B (<24 jam), Pentabio, Polio

25
26

6. Riwayat Prenatal dan Perinatal


Jenis Tanggal Tempat Tanggal Kompli- Penol BBL Usia
persalinan persalinan Persalinan persalinan kasi ong Gest.
Normal 8 Maret BPS Pervaginam - Bidan P/ 39 mgg
2020 3500 gr/ 49 cm 2 hari
7. Pola Fungsional
Pola Nutrisi
ASI setiap 4-5 kali/hari disela dengan susu formula, bubur susu 2
kali/hari porsi mangkuk kecil
Pola Eliminasi
BAK : 5 kali sehari
BAB : 2 klai sehari, konsistensi lembek, warna kuning
Pola Aktifitas
Tidur ± 12-14 jam sehari
Personal Hygiene
Bayi dimandikan 2 kali sehari dengan air hangat

8. Riwayat Tumbuh Kembang


Kunjungan terakhir : 12 Juni 2020 (3 Bulan lalu)
Tempat pemeriksaan : PMB Tutfah Razzak F.
Panjang Badan : 60 cm
Berat Badan : 4,6 kg
Z scores : -2.8 (Kurus)
Score KPSP : 9 (Sesuai)

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum : Baik
Nadi : 140 x/menit Kesadaran :
Compos Mentis
Pernafasan : 25 x/menit Panjang Badan : 67 cm
Suhu : 36,9C Berat Badan : 6 kg
Status Gizi : -2,6 (kurus) Lingkar kepala : 45 cm
27

2. Pemeriksaan Fisik
Rambut : berwarna hitam, bersih, tidak berketombe
Wajah : tidak ada oedem
Mata : konjungtiva merah muda dan sclera putih
Mulut : lidah bersih, sariawan (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Kulit : tidak ikterus, dermatosis (-), oedem (-)
Abdomen : perut normal tidak buncit.
Kuku : bersih warna merah muda
Ekstremitas : tidak ada oedem (-/-)

3. Pemeriksaan Perkembangan
Skor KPSP : 9 (Sesuai)

C. Analisa
Diagnosa : By. usia 7 bulan kurus perkembangan normal

D. Penatalaksanaan
1) Menginformasikan kepada ibu maupun keluarga mengenai keadaan anak
bahwa anak dalam keadaan sehat.
E/ ibu mengerti serta ibu menanyakan hal-hal lain terkait kesehatan
anaknya.
2) Menjelaskan hasil pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak
pada keluarga. Bahwa perkembangan anak sesuai dengan usianya.
Sedangkan status gizi anak tergolong kurus dan beresiko mengalami
gizi buruk.
E/ Ibu mengerti dan bertanya mengenai cara untuk memperbaiki gizi
anaknya
3) Memberikan HE mengenai kebutuhan nutrisi. Menjelaskan pada ibu
kebutuhan energi atau kalori pada anak agar ibu dapat memberikan
asupan nutrisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhannya.
E/ ibu mengerti dan bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
nutrisi anak seperti makanan apa yang tidak boleh diberikan pada anak.
28

4) Memberikan KIE mengenai stimulasi perkembangan anak, baik untuk


pertanyaan yang masih belum bisa dilakukan anak saat ini maupun
untuk kunjunganberikutnya

E/ ibu mengerti dan dapat mengulang poin-poin yang telah disebutkan


bidan.

5) Berikan dukungan dan motivasi kepada ibu dan keluarga dalam


memberikan asuhan pada bayi
E/ Ibu terlihat senang
6) Berikan KIE mengenai tanda-tanda anak mengalami gizi buruk. Seperti
rambut mudah rontok, perut buncit, dan disertai dengan infeksi
berulang
E/ Ibu mengerti dan bertanya apa yang harus dilakukan untuk
mencegahnya dan apabila gejala tersebut muncul
7) Menjadwalkan kunjungan ulang 3 bulan lagi
E/ Ibu mengerti dan setuju untuk melakukan kunjungan ulang.
29

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S.(2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Indonesia.(2018). Hasil


Utama Riskesdas 2018. (Kepala Litbangkes : Diswanto). Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Cakrawati dan Mustika NH, Dewi. (2012). Bahan Pangan, Gizi ,Dan
Kesehatan. Bandung : Alfabeta.

Departemen Kesehatan RI(2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Hardinsyah dan Supariasa. (2016). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta:
ECG.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktoral
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi


Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI .

Lusiana El, S, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi dan Balita. [pdf] Sidoarjo: Indomedia Pustaka,
http://repo.unand.ac.id/26314/ (11 Oktober 2020)

Marmi K, R,. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak


Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryam S. (2016). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta selatan:


Salemba Medika.

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. (2013). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

The United Nations Inter-agency Group for Child Mortality Estimation


(UN IGME). (2020). Levels & Trends in Child Mortality. United Nation
Children’s Fund.
30

Lampiran Hasil Pemeriksaan KPSP By. V

Anda mungkin juga menyukai