Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala kelimpahan rahmat-Nya kami dapat menyusun tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal Dan Neonatal. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas pembangunan
bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang
menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan
prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di
negara kita.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di
indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa yang
merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada
multipara. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus
korialis langka vaskularisasi, dan edematus, janin biasanya meninggal , akan tetapi
vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus gambaran
yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. (Sarwono,2008)
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia,Afrika, dan Amerika Latin
dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan
1:200 atau 2000 kehamilan. Di negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan.
Soejoenos dkk. (1967) melaporkan 1:85 kehamilan; RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta 1: 31 persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A.Siregar (Medan) tahun 1982:
11-16 per 1000 kehamilan; soetomo (Surabaya): 1:80 persalinan; Djamhoer
Martaadisoebrata (Bandung): 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih
sering pada umur reproduktif (15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi dengan
meningkatnya paritas kemungkinan penderita mola akan lebih besar. (Pudjiastuti,
2012)
1
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan kebidanan yang
komprehensif terhadap pasien mola hidatidosa serta mampu memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa dan
didokumentasikan dalam bentuk Langkah Varney dan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu dengan mola hidatidosa.
b. Mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa pada ibu
dengan mola hidatidosa.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial serta tindakan
segera pada ibu dengan mola hidatidosa.
d. Mampu memberikan intervensi yang tepat pada ibu dengan mola hidatidosa.
e. Mampu mengimplementasikan tindakan sesuai standar asuhan berdasarkan
intervensi yang diberikan.
f. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah
sel sperma.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan
respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi
kaya nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan
baik sehingga embrio kelaparan, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas
terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada
awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin,
dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi
yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan
molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetik yang dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti
klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada
primipara pun dapat terjadi kehamilan molahidatidosa.
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu,
keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
4
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin
tidak sempurna.
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan
penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau
virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam
suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000
Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang
molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa
mungkin terdapat masalah oosit primer .
5
Mudigah mati pada kehamilan tiga sampai lima minggu, karena terjadi
gangguan peredaran darah, sehingga terjadi penemuan cairan dalam jaringan
masenkim dari villi dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
b. Teori Neoplasma dari park
Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi
abnormal pula, dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga timbul
gelembung, hal ini menyebabkan peredaran gangguan peredaran darah dan
kematian mudigah.
Diagnosa banding dari kehamilan mola hidatidosa antara lain: kehamilan ganda,
hidramnion atau abortus, Kehamilan dengan mioma.
Pemeriksaan Diagnosis :
1. Anamnesa / keluhan
a. Terdapat gejala hamil muda
b. Kadang kala ada tanda toxemia gravidarum
c. Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua
atau kecoklatan.
d. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan
seharusnya.
e. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu ada).
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Muka dan kadang kadang badan kelihatan pucat kekuning kuningan
yang disebut muka mola (mola face) atau muka terlihat pucat.
b. Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
Palpasi
a. Uterus membesar tidak seuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.
b. Tidak teraba bagian bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
6
c. Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan
fundus uteri turun lalu naik karena terkumpulnya darah baru.
d. Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi
tiroktoksikosis.
Auskultasi
a. Tidak terdengar DJJ
b. Terdengar bising dan bunyi khas
3. Periksa Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, seerta
evaluasi keadaan servik.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Reaksi Kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan
biasa kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada
molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
b. Uji Sonde
Sonde dimasukan secara pelan pelan dan hati hati kedalam serviks
kanalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
c. Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang tulang janin pada kehamilan 3 4 bulan.
d. USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti
sarang tawon.
VI. Komplikasi
a. Perdarahan hebat sampai syok
b. Perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan anemia
c. Infeksi sekunder
d. Perforasi karena keganasan dan tindakan
e. Menjadi ganas (PTG), mola distruens atau karsinoma
7
VII. Penanganan Mola Hidatidosa
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan .Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Perbaikan Keadaan Umum
Perbaikan keadaan umum pada pasien molahidatidosa, yaitu :
a. Koreksi dehidrasi.
b. Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk
memperbaiki syok.
c. Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai
protokol penanganannya.
d. Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikelola dengan konsultasi ke bagian
penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
a. Kuretase (suction curetase)
1) Definisi
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada didalam rahim .
2) Faktor Resiko
a) Usia ibu yang lanjut
b) Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
c) Riwayat infertilitas
d) Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
e) Berbagai macam infeksi
f) Paparan dengan berbagai macam zat kimia
g) Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
h) Kelainan kromosom
3) Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun
dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual,
dilanjutkan dengan kuretase.
a) Sondage, menentukan posisi ukuran uterus.
8
b) Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 900
untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan
tersebut.
c) Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar
yang bisa masuk.
d) Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari
maupun kuret.
4) Risiko Yang Mungkin Terjadi
a) Perdarahan
b) Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau
lubang di dinding rahim.
c) Gangguan haid
d) Infeksi
5) Persiapan Sebelum Oprasi
a) Informed consend
b) Puasa
c) Cek darah, darah harus tersedia dan sudah dilakukan crossmatching.
6) Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa
a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila jaringan mola sudah
keluar sepontan .
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian .
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang
infus dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 % .
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .
e) Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.
7) Teknik Suction Curetase
a) Dilatasi seviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat di masukkan.
b) Pilihlah kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam
kanalis servikalis.
9
c) Serviks dipegang dengan tenakulum
d) Menjelang dilakukan suction curetase, oksitosin disuntikkan ataun
secara drip sehingga suction akan selalu diikuti dengan makin kecilnya
uterus
e) Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk
mengikuti turunnya fundus uteri dan merasakan bahwa tidak teerjadi
perforasi karena kanula.
f) Setelah suction kuretase, ikuti dengan kuret tajam dan besar sehingga
dapat dijamin kebersihannya.
b. Histerektomi
1) Syarat melakukan histerektomi adalah:
a) Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia
anak cukup.
b) Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan
jiwa penderita
c) Resisten teerhadap obat kemoterapi.
d) Dugaan perforasi pada mola destruen
e) Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
f) Dugaan sulitnya melakukan pengawasan ikutan
2) Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan:
a) Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)
b) Segera setelah suction curetase berakhir
c) Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan khusus
3) Tekhnik Operasi
Teknik operasi sampai saat ini belum dijumpai secara utuh
diberbagai pustaka. Oleh karena itu,kami menganjurkan teknik operasi
sebagai berikut:
a) Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat
mengurangi mestastase saat operasi berlangsung.
10
b) Lakukan langkah histerektomi dengan mencari dulu pembuluh darah
yang besar dipotong dan diikat sehingga tidak terlalu banyak
menimbulkan perdarahan.
c) Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga tercecernya sel
trofoblas dari uterus segera mengalami denaturasi dan dapat
mengalami kemungkinan hidup untuk mestastase
d) Jika dapat dilakukan, serviks dijahit sehingga kanalis servikalis tertutup
dan mengurangi kemungkinan tercecernya sel trofoblas saat operasi
berlangsung.
e) Mestastase durante operationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi
drip (belum umum diIndonesia) tetapi kami anjurkan dan evaluasi
hasilnya.
4) Filosofi Operasi Pada Histerektomi
a) Trauma yang terjadi haruslah minimal
b) Lindungi organ penting pelvis dari trauma, yaitu : ureter, pembuluh
darah dan Vesika urinaria .
c) Kurangi komplikasi operasi, infeksi, perdarahan, dan trauma organ
pelvis atau kenali secepatnya bila terjadi trauma untuk segera
melakukan rekontruksi
d) Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump
e) Upayakan agar tidak terjadi komplikasi pascaoperasi
Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia,
tindakan operasi dengan hilangnya darah minimal sangat penting karena
darah adalah RED (Rare, Expensive, Dangerous).
Dianjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis
kemoterapi sehingga dapat memperkecil aktivitas sel-sel trofoblas ganas
yang kebetulan dapat masuk ke pembuluh darah atau tercecer pada
vagina, untuk tumbuh dan berkembang.
11
3. Pemeriksaan tindak lanjut
Tujuan utama tindakan lanjut adalah deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien
molahidatidosa meliputi:
a. Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, sekurang-kurangnya satu
tahun.
b. Ukur kadar hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan
pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
c. Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang
meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya
terapi.
d. Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran
pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1
tahun.
e. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.
f. Karena itu, tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas
persisten.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN VARNEY
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal/jam : 6 Maret 2012 /12.15 WIB
A. Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. O Tn. J
Umur : 24 tahun 30 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Tolaki / Indonesia Tolaki / Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT SWASTA
Alamat : Jl.B.Dahlia no.5 Jl.B. Dahlia no.5
B. Data Subjektif
1. Alasan datang/dirawat
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar darah sedikit-sedikit, merasa pusing, penglihatannya
kunang-kunang, dan sering muntah.
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
13
Lama : 7 hari
Sifat darah : Cair, bergumpal
Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah
Menikah ke :I
Lama Menikah : 4 tahun
Usia menikah pertama kali : 24 tahun
5. Riwayat obstetrik
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama
6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun
7. Riwayat kehamilan sekarang
BB Sebelum hamil : 50 kg
Keterangan Trimester I Trimester II Trimester III
ANC/di 3x dibidan
Keluhan Mual, muntah
Pesan nakes Makan sedikit
tapi sering
Imunisasi TT Belum di
imunisasi
Tablet FE 30 tablet
diminum habis
Kenaikan BB 2 kg
Gerakan Belum ada
Janin
14
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
1) Riwayat penyakit sebelum hamil
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu yang tinggal satu rumah tidak ada
yang mempunyai penyakit menular seperti TBC , hepatitis.
Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun keluarga suami tidak ada
yang mempunyai keturunan kembar.
15
9. Pola pemenuhan kebutuhan
Sebelum hamil Saat hamil
a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3 kali/hari 3 kali/hari
Jenis : Nasi, Lauk Nasi, lauk
Porsi : 1 piring 1 piring
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Minum
Frekuensi : 4-5 kali/hari 4 kali/hari
Jenis : Air putih, teh Air putih
Porsi : 1 gelas 1 gelas
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 kali/hari 1 kali/hari
Warna : Kuning Kuning
Konsistensi : Lembek Lembek
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5 kali/hari 5kali/hari
Warna : Kuning jernih Kuning jernih
Konsisten : Cair Cair
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
c. Istirahat
Tidur siang
Lama : 1 jam/hari 1 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
16
Tidur malam
Lama : 6 jam/hari 6 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2 kali/hari 2 kali/hari
Ganti pakaian : 3 kali/ hari 3 kali/hari
Gosok gigi : 2 kali/ hari 2 kali/hari
Keramas : 2 kali/minggu 2 kali/minggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 2x/minggu 1 x/minggu
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
f. Pola aktivitas
Ibu mengatakan hanya melakukan kegiatan rumah tangga saja
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
17
Status emosional : Kooperatif
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 37 C
BB : 57 kg
TB : 154 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris, rambut hitam, tidak ada masa, kulit kepala bersih,
tidak nyeri tekan.
Wajah : simetris, tampak cemas, tidak ada bekas luka operasi, tidak
ada odema, tidak ada cloasma.
Mata : simetris, konjungtiva agak pucat, sklera tidak kuning.
Hidung : tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak stomatitis.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe, dan
vena jugularis.
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada,
Payudara : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada masa, areola
hiperpigmentasi.
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah pusat, bagian fundus
teraba bulat dan lebar.
Leopold II : Tidak teraba ballotment,
Leopold III : Belum teraba
Leopold IV : Belum teraba
Osborn test :-
Pemeriksaan Mc. Donald
TFU : 20 cm
18
TBJ : (20 -12)X155 = 1240
Auskultasi Djj : Tidak terdengar denyut jantung
Ekstremitas Atas : Simetris, tidak sianosis, kuku tidak pucat, tidak
odema.
Ektremitas Bawah : Simetris, tidak odema, kuku tidak pucat, reflek patela
+
Genetalia luar : tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak
odema, terdapat pengeluaran darah pervaginam.
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : HB : 10 gr %
USG : Terlihat bayangan badai salju atau gumpalan seperti buah anggur dan
tidak terlihat adanya janin.
19
B. Masalah
Ibu cemas dan khawatir dengan kehamilannya
Data Dasar
Data sujektif
- Ibu mengatakan cemas dan khawatir dengan kehamilannya
Data objektif
- Ibu terlihat cemas dan khawatir
V. PERENCANAAN
Tanggal : 6 Maret 2012 Pukul :12.35 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan saat ini
2. Jelaskan pada ibu tentang fisiologi kehamilan TM II
3. Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan
4. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
5. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dengan gizi seimbang
6. Beritahu ibu untuk memeriksakan keadaannya lebih lanjut
7. Memberi dukungan psikologi pada ibu
8. Beri terapi obat
9. Lakukan rujukan
20
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 6 Maret 2012 Pukul : 12.40 WIB
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu, TD : 110/80 mmHg,
N:80x/menit,R : 22x/menit, S: 37,2C, TFU : 3 jari di bawah pusat, Djj tidak
terdengar, dan kondisi ibu dan janinnya kurang baik.
2. Menjelaskan pada ibu tentang kehamilan fisiologis TM II, yaitu bengkak pada
kaki, keputihan yang tidak berbau, diare (tanpa adanya darah pada tinja, dan
demam), sulit BAB, tidak ada pengeluaran darah dari jalan lahir selama
kehamilan kecuali ibu sudah aa tanda-tanda persalinan.
3. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya kehamilan, seperti mual muntah secara
berlebihan, perdarahan pervaginam, bengkak pada muka dan tangan dsertai
dengan penglihatan kabur, pusing berlebihan.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu dengan tidur 7-8 jam/hari.
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang yaitu
makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, roti, ubi, dll), protein hewani dan
nabati (ikan, telur, daging, dll), vitamin (sayur dan buah), mineral (air putih dan
susu) dan minum air putih 7-8 gelas/hari.
6. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya lebih lanjut ke dokter/ ke
rumah sakit, agar ibu dapat memastikan kehamilannya.
7. Memberi dukungan psikologi pada ibu, bahwa hasil pemeriksaan ini belum tentu
sepenuhnya benar, oleh karena itu ibu harus segera ke dokter untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
8. Memberikan terapi obat :
a. FE 1x1
b. B6 1x1
9. Melakukan rujukan
21
VII. EVALUASI
Tanggal : 5 Maret 2012 Pukul : 12.48 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Ibu sudah mengetahui tentang kehamilan fisiologis TM II, terlihat ibu bisa
mengulangi perkataan bidan.
3. Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan, terlihat ibu dapat menjawab
pertanyaan dari bidan.
4. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.
5. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
6. Ibu bersedia untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
7. Ibu masih terlihat cemas.
8. Telah diberikan terapi obat pada ibu.
9. Telah dilakukan rujukan.
22
MANAJEMEN SOAP
I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Istri/Suami
Ibu Suami
Nama : Ny. O Tn. J
Umur : 24 tahun 30 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Tolaki / Indonesia Tolaki / Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT SWASTA
Alamat : Jl.B.Dahlia no.5 Jl.B. Dahlia no.5
B. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
C. Keluhan Utama
Ibu mengaku hamil 4 minggu 2 hari, mengeluh keluar darah seperti ati ayam dari
jalan lahir, ada gelembung seperti telur ikan, darah membasahi 1 pembalut per
hari, ibu mengaku mengalami perdarahan 10 hari.
D. Riwayat Haid
Ibu mengatakan pertama kali mendapatkan haid pada saat usia kehamilan 14
tahun, siklusnya teratur, lamanya 7 hari, banyaknya darah biasa dan tidak ada
keluhan nyeri haid.
E. Riwayat Kehamilan Sekarang
1. Jumlah kehamilan: Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, tidak
pernah mengalami keguguran (G1P0A0)
2. HPHT : 18 Februari 2013
3. TP : 25 November 2013
4. Pemeriksaan Kehamilan: Ibu mengatakan telah memeriksakan kehamilannya
3 kali ke Bidan, 4 hari yang lalu.
5. Keluhan selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil sering pusing.
23
F. Riwayat Kesehatan/Penyakit yang di derita sekarang dan dulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru,
penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit DM, penyakit tiroid, Epilepsi, Hipertensi,
Asma dan penyakit lainnya.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
1. Status Perkawinan: Ibu mengatakan ini pernikahannya yang pertama, lama
menikah 1 tahun. Usia ibu saat menikah 20 tahun dan usia suami saat
menikah 29 tahun.
2. Riwayat KB: Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnnya.
III. ASESSMENT/DIAGNOSA
Ny. O, 24 Tahun, G1P0A0 umur kehamilan 8 minggu 2 hari, keadaan
umum lemah dengan Mola hidatidosa.
24
IV. PLANING
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan saat ini
b. Jelaskan pada ibu tentang fisiologi kehamilan TM II
c. Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan
d. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
e. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dengan gizi seimbang
f. Beritahu ibu untuk memeriksakan keadaannya lebih lanjut
g. Memberi dukungan psikologi pada ibu
h. Beri terapi obat
i. Lakukan rujukan
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hamil mola ialah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari fili korialis disertai
dengan degenerasi hidrofik, uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia
gestasi tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti
rangkaian buah anggur. Sampai saat ini penyebab mola tidak diketahui namun
faktor-faktor yang dapat menyebabkan mola antara lain faktor umum.
Kehamilan dengan mola dapat menimbulkan komplikasi antara lain
perdarahan syok infeksi sekunder, perforasi dan keganasan (Chorio
Carcinoma). Oleh karena itu perlu diwaspadai mengingat kehamilan ibu terbanyak
disebabkan perdarahan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
26
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho. Taufan. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
27