Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN


GINEKOLOGI

“TUMOR JINAK OVARIUM”

Oleh :

TUTFAH RAZZAK FITRIARI

012013243004

PROGRAM PROFESI KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan yang masih sering terjadi di kalangan wanita adalah
masalah kesehatan reproduksi. Dimana salah satunya adalah gangguan pada ovarium.
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi.
Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan
dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium,
sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.

Di Indonesia sendiri, kasus baru kanker ovarium di Indonesia mencapai 13.310 kasus
setiap tahunnya. Jumlah ini mewakili 4,3% dari total kasus kanker baru dan menempati
urutan ke sepuluh kasus kanker baru terbanyak. Sedangkan jika diurutkan dalam kategori
kanker yang diderita oleh wanita, kanker ovarium menempati urutan ketiga kanker
terbanyak setelah kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia. Sedangkan tingkat
kematiannya, tiap tahun diperkirakan terdapat 7.842 wanita yang meninggal akibat
kanker ovarium, mewakili 4,34% kematian akibat kanker. Kematian akibat kanker
ovarium menempati urutan No. 8 terbanyak di Indonesia (Globocan, 2018).

Umumnya tumor pada ovarium merupakan jenis tumor jinak, namun akan beresiko
menjadi ganas apabila tidak segera diberikan tatalaksana yang sesuai. Selain itu salah
satu faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya tumor ovarium adalah pola atau gaya
hidup seseorang yang buruk, seperti asupan nutrisi yang tidak terkontrol. Maka dari itu
bidan diharapkan untuk dapat memberikan asuhan yang sesuai bagi pasien baik untuk
mencegah terjadinya tumor maupun pencegahan agar tumor yang sudah ada tidak
tumbuh menjadi ganas.

2.2.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Tumor jinak Ovarium

b. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data pada Tumor jinak Ovarium


2) Mahasiswa mampu melakuan interpretasi data pada Tumor jinak Ovarium.

3) Mahasiswa dapat mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial pada Tumor

jinak Ovarium.

4) Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh dan berkolaborasi

mengenai masalah Tumor jinak Ovarium.

5) Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang sesuai dengan pemecahan

pada Tumor jinak Ovarium.

6) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada Tumor

jinak Ovarium

2.2.3 Manfaat

1) Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh untuk melaksanakan asuhan kebidanan

secara langsung pada anak sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam

melaksanakan tugas sebagai bidan.

2) Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih

meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu

pelayanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tumor Jinak Ovarium

2.1.1 Definisi Tumor Jinak Ovariaum

Menurut Depkes RI (2011), Tumor ovarium adalah suatu tumor, baik berukuran kecil
ataupun besar, cycstic maupun padat, jinak ataupun ganas. Tumor Jinak Ovarium
adalah neoplasma yang tumbuh di ovarium dan tidak metastase (National Cancer
Institute, 2020).

2.1.2 Klasifikasi Tumor Jinak Ovarium

Tumor jinak ovarium terbagi menjadi 2 yaitu tumor jinak kistik dan tumor jinak padat
(Benson dan Pernoll, 2013).

A. Tumor Jinak Kistik


Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non-neoplastik. Kista ini merupakan kista yang fungsional, karena kista
corpus luteum yang berasal dari sel telur biasanya terjadi bersamaan dengan
siklus menstruasi normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan
pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang telah siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan
hilang saat menstruasi (Nugroho, 2012).
Oleh karena itu tumor kistik dari ovarium yang jinak ini dibagi dalam
golongan yaitu non-neoplastik (fungsional) dan neoplastik.
1. Kista Ovarium non-neoplastik (fungsional)
Kista ini merupakan kista yang dipengaruhi oleh hormon, umumnya hanya
dijumpai pada wanita usia subur dan akan hilang spontan setelah 1-2 siklus
menstruasi. Kista ini dapat berupa kista folikular, kista corpus luteum atau
kista teka lutein dan juga kista ini tidak perlu membutuhkan tindakan operasi
(Rasjidi dkk, 2010)
a) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista. Paling sering terjadi pada wanita muda yang
masih menstruasi dan merupakan kista yang paling lazim dijumpai
didalam ovarium normal (Benson dan Pernoll, 2013). Cairan di dalam
kista jernih dan mengandung estrogen, oleh sebab itu jenis kista ini
sering mengganggu siklus haid seperti misalnya menyebabkan interval
antar menstruasi yang sangat pendek atau sangat panjang. Kista folikel
ini lambat laun mengacil dan menghilang spontan dalam waktu < 60
hari dan jarang sekali terjadi komplikasi torsi, ruptur, atau perdarahan
intraperitoneal. Kista yang terus membesar atau menetap >60 hari
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Benson dan Pernoll, 2013).
b) Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil
dan menjadi korpus albikans, terkadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum pesisten). Perdarahan yang sering
terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista. Berisi cairan yang
berwarna coklat karena darah tua. ista lutein umumnya lebih besar
daripada kista folikuler.
disebut kista korpus luteum jika berukuran ≥3 cm dan kadang
kadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm (ratarata 4 cm). Korpus
luteum hemoragik biasanya menyebabkan rasa sakit setempat dan
nyeri tekan (terutama pada pemeriksaan panggul) dan rasa sakit paling
sering terjadi pada 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir. Kista
ini aktif secara hormonal, mengahasilkan estrogen dan progesteron,
oleh karena itu gejala yang timbul terdiri atas gangguan menstruasi,
nyeri pelvis unilateral dan massa adneksa yang nyeri tekan (Benson
dan Pernoll, 2013).
c) Kista Teka Lutein
Kista teka lutein adalah tumor fungsional ovarium yang
disebabkan oleh kehamilan dan peningkatan kadar atau kepekaan
terhadap Hcg. Kista teka lutein dapat timbul pada pasien mola
hidatidosa atau koriokarsinoma atau sebagai respon terhadap ovulasi
yang diinduksi menotropin (pergonal) dan Hcg. Kista teka lutein diisi
oleh cairan berwarna kekuning-kuningan. Kista teka lutein tidak
pernah mencapai ukuran yang besar.
Kista teka lutein sering dijumpai bersaman dengan:
- penyakit trofoblastik kehamilan (misalnya mola
hidatidosa dan kariokarsinoma)
- kehamilan ganda atau kehamilan dengan penyulit
diabetes melitus atau sensitasi Rh
- penyakit ovarium polikistik (Sindrom Stein Leventhal)
dan pemeberian zat perangsang ovulasi misalnya
klomifen atau terapi Hcg.
Gejala-gejala yang timbul biasanya minimal (rasa penuh atau
menekan pada pelvis) serta tidak banyak keluhan yang ditimbulkan
oleh kista ini. Pada umumnya tidak diperlukan tindakan bedah untuk
menangani kista ini karena kista ini dapat menghilang secar spontan
setelah evakuasi mola, terapi kariokarsinoma dan penghentian
stimulasi ovulasi dan klomifen (Gant dan Cunningham, 2011;
Prawirohardjo, 2014; Benson dan Pernoll, 2013)
2. Kista Ovarium neoplastik atau poliferatif
Kista neoplastik ini pada umumnya harus dioperasi, namun hal itupun
tergantung pada ukuran dan sifatnya. Berikut di bawah ini adalah kista yang
termasuk dalam kista neoplastik.
a) Kistoma ovarii simplex
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata
dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi
besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwana
kuning
b) Kistoma ovarii serosum
Tumor serosa unilokuler ini mula-mula berisi cairan tipis
kekuningan dan mempunyai kapsul fibrosa yang licin halus kemudian
menjadi multilokuler dan timbul pertumbuhan 26 papiler pada
permukaan dalam dan luar
Secara histologis tumor serosa terdiri atas sel-sel epitel bersilia
menyerupai tuba falopi (sel kuboid atau kolumner rendah). Seringkali
terdapat massa keras berkapur, kecil menyerupai pasir, tajam dalam
tumor. Tumor ini berdiferensiasi baik pada wanita yang lebih muda
sedangkan lesi anaplastik lebih lazim pada pasien lebih tua (Benson
dan Pernoll, 2013). Ciri-ciri dari kista ovarii serosum adalh sebagai
berikut:
- Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun
- Ukuran kista berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih kecil
dari rata-rata ukuran kistadenoma musinosum
- Kista ini berisi cairan serosa, jernih kekuningan
- Pada kondisi tertentu penderita akan mengeluhkan rasa tidak
nyaman di dalam pelvis, pembesaran perut, dan gejala seperti
asites (Prawirohardjo, 2014)
- Sebagian besar tumor serosa asimptomatik dan ditemukan secara
tidak sengaja saat pemeriksaan panggul rutin dan Gejala yang
kadang timbul adalah rasa penuh di panggul atau distensi
abdomen terutama pada pasien yang memiliki tumor sangat besar
(Gant dan Cunningham, 2011)
Kista jenis ini dapat menjadi ganas apabila diserta dengan tanda-tanda
berikut :
- proliferasi berlebihan dan stratifikasi sel yang luas
- pola yang rumit dengan peningkatan unsur kelenjar
- komposisi cadangan stroma pada sel epitel
- anaplasia ditandai oleh sel imatur, variasi ukuran dan bentuk sel
serta inti sel dengan sejumlah anak inti, banyak sel tidak
berdifereniasi dan banyak gambaran miotik
- invasi stroma atau kapsul oleh unsur kelenjar dengan
pembentukan kista intralokuler (Benson dan Pernoll, 2013).
c) Kistoma ovarii musinosum
Tumor musinosum ini merupakan tumor dengan ukuran
terbesar dari tumor dalam tubuh manusia. Tumor ini juga asimtomatik
dan sebagian besar pasien hanya merasakan pertambahan berat badan
atau rasa penuh di perut. Tumor musinosum berdinding licin halus
dengan kapsul liat seperti perkamen, cairan musinosum juga tampak
berwarna kebiruan didalam kapsul yang didndingnya tegang.
Penyebaran sel-sel musinosum ke dalam peritonrum dapat
menyebabkan
Meskipun jinak keadaaan ini merupakan komplikasi yang
sangat serius yang menyebabkan distensi dan obstruksi usus multipel.
Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun
dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.
Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan/atau inanisi. Pada
kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, danpertumbuhan
papiler. Tempat-tempat tersebut perluditeliti dengan seksama oleh
karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas (Prawirohardjo,
2014).
d) Kistoma dermoid
Kista dermoid atau teratoma matang ini timbul pada perempuan
berusia 30 tahun kebawah. Digolongkan menurut jenis jaringan yang
dominan dan konfigurasi secara makroskopis (padat dan kistik). Kista
dermoid jarang mencapai ukuran yang besar, tetapi kadang-kadang
bercampur dengan kistadenoma ovarii musinosum sehingga
diameternya akan semakin besar. Ciri-ciri kista jenis ini adalah sebagai
berikut :
- Kista dermoid mempunyai dinding berwarna putih keabu-abuan
dan relatif tebal, berisi cairan kental dan berminyak.
- kista dermoid tidak menimbulkan keluhan apapun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan
rutin
- Rasa penuh dan berat didalam perut hanya dirasakan apabila
ukuran tumor cukup besar
Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi, ruptur, perdarahan,
dan transformasi ganas. Torsi dapat terjadi dengan keluhan nyeri perut
yang biasa (Prawirohardjo, 2014;Benson dan Pernol, 2013).
e) Kista Endometriod
Kista ini terbentuk akibat adanya jaringan endometrium di luar
kavum uteri dan miometrium. Kista endometriosis disebut juga sebagai
kista cokelat (chocolate cyst) karena dimana kandungan dari kista ini
berisi darah tua seperti coklat. Kista ini lebih sering ditemukan pada
usia muda (25-40 tahun) dan gejala serta tanda yang paling umum
didapatkan adalah dismenorea (makin lama makin berat), dispareunia,
polip dan hipermenorea dan infertilitas, umumnya berhubungan
dengan siklus. Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan
licin;pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai
lapisan epitel endometrium. Ukuran kista membesar saat menstruasi
dan umummnya mengalami regresi atau asimtomatik pada saat hamil
atau menopause serta tidak ada hubungannya dengan endometriosis
ovarium (Rasjidi dkk, 2010).
B. Tumor Jinak Padat (solid)
a) Fibroma ovarii
Sejauh ini fibroma merupakan tumor yang paling sering terihat pada
kategori ini dan fibroma cenderung lebih besar dibanding tumor lain.
Fibroma biasanya tidak aktif secara hormonal dan biasanya ditemukan pada
pemeriksaan rutin panggul sebagai massa adneksa yang kokoh. Ciri-ciri
dari fibroma adalah sebagai berikut:
- Fibroma timbul secara bilateral pada 2-10% kasus dan ukuran rata-
rata tumor ini adalah 6 cm
- Konsistensi tumor adalah kenyal, padat dengan permukaan yang
halus dan rata
- Tumor ini paling umum terlihat pada pasien berumur 40-60 tahun
- Secara makroskopis, tumor dalam kelompok ini khas unilateral,
putih keabuan, berkapsul, bulat, berlobus, yang jarang berdiameter
>10 cm (Prawirohardjo, 2014).
b) Tumor brener
Tumor ini mempunyai karakteristik histopatologi yang berbeda karena
tersusun dari sarang-sarang atau kolon epitel di dalam jaringan fibromatosa.
Ciri-ciri dari tumor Brener adalah sebagai berikut:
- Tumor brenner terjadi pada wanita berumur 40-50 tahun
- Tumor ini biasanya kecil (dapat mencapai 20 cm) dan unilateral
- Secara makroskopis, tumor Brenner merupakan neoplasma padat,
halus licin berwarna putih abu-abu
- Pada irisan tumor tampak homogen dan abu-abu hingga sedikit
kekuningan dengan ruang-ruang kistik kecil
- Sel-sel epitel ini mempunyai inti seperti biji kopi akibat lekukan
(Benson dan Pernoll, 2013).

2.1.3 Patogenesis Tumor Jinak Ovarium

Hingga saat ini mekanisme pembentukan kista masih belum jelas diketahui.
Beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium hipothalamus. Hal ini dikarenakan ovarium dapat
berfungsi secara normal tergantung pada hormon yang dihasilkan dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Diduga juga adanya hubungan dengan proses angiogenesis yang mempengaruhi
berbagai proses patologik ovarium, termasuk pembentukan kista folikuler, sindrom
ovarium polikistik, sindrom hiperstimulasi ovarium dan neoplasma ovarium jinak
maupun ganas. Vascular endothelial growth factor merupakan mediator utama dan
merupakan faktor dalam pertumbuhan neoplasma ovarium.

2.1.4 Faktor Resiko Tumor Ovarium

Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berhubungan. Beberapa faktor resiko yang terjadinya kista ovarium adalah sebagai
berikut :

a. Faktor Usia
Kista sering terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi, keganasan kista
ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarache dan usia diatas 45 tahun
(Manuaba, 2010)
b. Faktor Genetik
Resiko wanita terkena kista ovaium adalah sebesar 1,6%. Apabila sesorang
wanita memiliki anggota keluarga yang mengidap kista, resikonya akan
meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009).
Dalam tubuh kita ada terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu
protoonkogen, protoonkogen ini bisa berubah menjadi onkogen karena faktor
pemicu seperti pola hidup yang kurang sehat sehingga dapat memicu timbulnya
sel kanker
c. Faktor Reproduksi
Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi, menstruasi di usia
dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih muda (<12 tahun)
merupakan faktor resiko berkembangnya kista ovarium. Siklus haid yang tidak
teratur juga merupakan faktor resiko terjadinya kista ovarium (Manuaba, 2010).
d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang
ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang diuretik. Kista fungsional dapat
terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin atau sensitivitas terhadap
hormon gonadotropin yang berlebihan (Wiknjosastro, 2007)
e. Faktor Lingkungan
Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu mengkonsumsi
tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, zat tambahan pada
makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat berbahaya lainnya, stress dan
kurang aktifitas atau olahraga bisa memicu terjadinya suatu penyakit (Bustam,
2007).

2.1.5 Gejala Klinis Tumor Ovarium

Menurut Manuaba (2009) keluhan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :

- Pembesaran Tumor,
Tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan pemeriksaan rutin. Tumor
dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap belum berbahaya kecuali bila dijumpai
pada ibu yang menopause atau setelah menopause. Besarnya tumor dapat
menimbulkan gangguan berkemih dan buang air besar terasa berat dibagian
bawah perut ibu, dan teraba tumor di perut
- Gejala gangguan hormonal
Indung telur merupakan sumber hormon wanita yang paling utama sehingga
bila terjadi pertumbuan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon.
Gangguan hormon selalu berhubungan dengan pola menstruasi yang
menyebabkan gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi kerena tumor
mengeluarkan hormon
- Gejala klinis yang terjadi oleh karena komplikasi tumor
Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksi kista ovarium (dengan gejala
demam, perut sakit tegang dan nyeri lepas, penderit tampak sakit). Mengalami
torsi pada tangkai (dengan gejala perut mendadak sakit tidak tertahan dan
keadaan umum penderita cukup baik kecuali sakitnya).

Sedangkan menurut Anolis (2011), gejala tumor ovarium dapat berupa :

- Menstruasi datangnya terlambat yang sering disertai timbulnya rasa yang sangat
nyeri
- Serangan nyeri tajam yang muncul mendadak pada perut bagian bawah
- Tumbuhnya rambut pada bagian wajah dan bagian tubuh lainnya
- Pembengkakan pada tungkai bawah yang biasanya tidak disertai adannya rasa
sakit
- Gangguan kencing dan sukar buang air besar

2.1.6 Pemeriksaan dan Deteksi Dini

keberadaan kista sudah dapat dideteksi secara dini, yaitu dengan melalui tiga cara
menurut Setiati (2009), yaitu:

1. Pemeriksaan secara berkala dan teratur, minimal setahun sekali


Jika pada pemeriksaan pertama kista yang tidak terlalu besar ditemukan, dengan
batasan 5 sentimeter, maka harus dilakukan follow up setiap tiga bulan sekali.
2. Pemeriksaan dengan Ultrasonograffy (USG)
Terkadang meskipun dengan alat bantu USG, jenis kista tidak dapat dibedakan
secara pasti. Oleh karena itu, diperlukan juga pemeriksaan anamnesis untuk
menanyakan riwayat penyakitnya, seperti bagaimana menstruasinya, apakah ada
nyeri atau tidak, sebagainya
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
Kista yang mengarah pada kanker memang dapat diperkirakan melalui USG
karena gambaran tertentu dapat terlihat, misalnya dinding yang menebal atau
tidak beraturan. Selain itu, pemeriksaan tumor marker juga dapat dilakukan
meskipun pemeriksaan ini tidak spesifik. Jika ditemukan kista berdiameter lebih
dari 5 cm atau kurang dan hasil USG menunjukkan kecurigaan kearah kanker dan
tumor marker tinggi, maka dilakukan antisipasi pemeriksaan ke arah kanker.
2.1.7 Tampilan Mikroskopis Tumor Ovarium Jinas dan Ganas

Jinak Ganas
Unilateral Bilateral
Kapsul utuh Kapsul pecah
Bebas dari perlekatan Ada perlengketan dengan organ sekitarnya
Permukaan licin Pertumbuhan abnormal di permukaan
tumor
Tidak ada asites Asites hemoragik
Peritoneum licin Ada metastasis di peritoneum
Seluruh permukaan tumor viabel Ada bagina-bagian yang nekrotik dan
berdarah
Tumor kistik Padat atau kistik dengan bagian-bagian
padat
Permukaan dalam kista licin Terdapat pertumbuhan papiler intra kista
Bentuk Tumor seragan Bentuk tumor bermacam-macam
Sumber:Buku Acuan Nasional Onkologi dan Ginekologi, 2010

2.1.8 Perawatan dan Pengobatan


Menurut Anolis (2011), perawatan dan pengobatan tumor ovarium adalah sebagai
berikut:
1) Perawatan
a. Terapi konservatif yaitu dengan melakukan observasi karena mayoritas
kista adalah kista fisiologis yang akan menghilang dengan sendirinya. Jadi
tidak perlu operasi karena tidak berkembang dan tidak mengarah keganasan
b. Terapi bedah, diindikasikan bila kista tidak menghilang dalam beberapa
kali obervasi atau bahkan semakin besar, kista yang ditemukan pada wanita
menopause, kista yang menimbulkan perdarahan dapat menyebabkan nyeri
yang luar biasa.
2) Pengobatan
Pengobatan tergantung pada tipe dan ukuran kista serta usia penderita.
Untuk kista folikel, kista ini tidak perlu diobati karena akan sembuh dengan
sendirinya dalam waktu 1-3 bulan, tetapi harus tetap harus konsultasi pada
dokter. Untuk kista lutein golongan granulose lutein, yang sering terjadi pada
wanita hamil, akan sembuh secara perlahan-lahan pada masa kehamilan
trimester ketiga, sehingga jarang dilakukan operasi, sedangkan untuk golongan
teka lutein, maka akan menghilang secara spontan jika faktor penyebabnya
telah dihilangkan (Setiati, 2009).
Polycystic ovary syndrome (PCOS) yang menetap atau persisten,
operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.Untuk kista fungsional, dapat
digunakan pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista.
Penggunaan pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
Konsep terapi Ovarium dapat dilihat dari bagan berikut :
2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi Pasca KB
2.2.1 Pengkajian Data
Data Subyektif
1) Identitas Ibu dan Suami
R/ dikaji untuk mengetahui informasi mengenai pasien agar tidak terjadi
kekeliruan ketika memberikan asuhan. Wanita usia subur atau usia reproduksi
beresiko mengalami tumor ovarium dan resiko keganasan meningkat pada
wanita usia > 45 tahun (Manuaba, 2010)
2) Keluhan Utama
R/ klien akan mengeluh adanya nyeri saat menstruasi, nyeri pada saat
berhubungan badan, nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki,
nyeri saat buang air kecil dan atau buang air besar, dan siklus menstruasi tidak
teratur sampai terkadang jumlah darah keluar banyak
3) Riwayat Menstruasi
R/ untuk mengetahui siklus haid, lama, dan banyaknya darah haid serta ada
tidaknya nyeri pada saat menstruasi. klien akan mengeluh adanya nyeri saat
menstruasi dan siklus haid yang tidak teratur atau datang terlambat juga dapat
menjadi salah satu gejala adanya tumor ovarium (Anolis, 2011, Manuaba, 2009)
4) Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
R/ Resiko wanita terkena kista ovaium adalah sebesar 1,6%. Apabila sesorang
wanita memiliki anggota keluarga yang mengidap kista, resikonya akan
meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009).
5) Riwayat Obstetri
R/ untuk mengetahui kondisi dan riwayat kehamilan, persalinan, nifas hingga
penggunaan KB untuk deteksi dini komplikasi dan adanya penyulit selama
proses tersebut. Salah satu jenis kista yaitu kista Teka lutein merupakan tumor
fungsional ovarium yang disebabkan oleh peningkatan kadar atau kepekaan
terhadap hormon Hcg dan dapat timbul pada pasien mola hidatidosa atau
koriokarsinoma. Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena
ketidakseimbangan sistem hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama
di usia > 35 tahun (Padila, 2015)
6) Riwayat Kontrasepsi
R/ KB hormonal dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor ovarium terutama
yang mempengaruhi hormon estrogen (Nagell, 2008).
7) Pola Fungsional Kesehatan
- Nutrisi
R/ untuk mengetahui pola makan ibu dan menilai pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada ibu. Nutrisi dan asupan gizi dapat mempengaruhi ovarium
dan salah satunya adalah kadar hormon estrogen sepeeti misalnya
konsumsi makanan tinggi kalori secara berlebihan.
- Aktifitas dan Istirahat
R/ untuk mengetahui pola aktivitas dan waktu yang digunakan wanita
untuk beristirahat. Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan
terganggu aktivitas dan istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.
- Pola Eliminasi
R/ salah satu gejala tumor ovarium adalah klien mengalami keluhan
seperti nyeri saat BAK dan BAB.
- Personal Hygiene
R/ dikaji untuk menilai kebersihan klien terutama pada alat
reproduksinya.
- Seksual
R/ untuk mengetahui adanya keluhan saat melakukan hubungan seksual
yaitu merasakan nyeri saat berhubungan seksual (Nugroho, 2010)
8) Riwayat Psikososial
R/ Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus
asa, menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013). Selain itu dapat
pula dikaji kebudayaan dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga dan
responnya terhadap penyakit tersebut, misal meminum jamu-jamuan.
Data Objektif
1) Keadaan umum
Baik atau kurang baik
2) TTV
R/ untuk mengetahui kondisi kesehatan klien
TD : 100-120/80-100 mmHg
RR : 12-20x / menit
Nadi : 60-100 kali/ menit
Suhu : 36,5’C – 37,5’C. demam menandakan adanya infeksi.
3) Pemeriksaan Antopometri
- Melakukan penghitungan IMT sehingga bidan dapat mennetukan asuhan
edukasi nutrisi yang sesuai dengan sttaus gizi ibu. IMT normal berkisar
pada 18-25,0 (menurut Kemenkes RI) dan 18,5-24,9 (menurut WHO).
Berat badan yang terlalu tinggi bisa disebabkan oleh kadar estrogen
yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
4) Pemeriksaan Fisik
- Wajah : pucat atau tidak pucat, konjungtiva merah muda
- Dada : adanya diagnosa kanker payudara merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya tumor ovarium
- Abdomen : teraba tumor di abdomen (bentuk kista padat), bergerak,
terasa nyeri atau tidak nyeri. Nyeri tekan saat palpasi pada perut bagian
bawah, rasa tidak nyaman perut bagian bawah
- Genitalia : Melihat letak tumor apakah melekat dengan uterus, melihat
serviks dilakukan biopsi atau PAP smear. Perdarahan vagina dapat
terjadi akibat trauma abdomen dengan keluhan trauma rasa nyeri
mendadak. Massa pada rongga pelvis. Pada tumor jinak cenderung kistik
dan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan
- Rektal : memberikan konfirmasi jelas tentang keberdaan tumor
(Manuaba, 2010)
5) Pemeriksaan Penunjang
a. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor.
b. Ultrasonografi
USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat
(kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan
dindingdinding yang tipis/tegas/licin dan di tepi belakang kista nampak
bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat
bersifat unilokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa).
Kadang-kadang terlihat bintikbintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista.
c. Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor
d. CT scan
Dengan menggunakan CT scan kista ovarium akan di dapatkan massa
kistik berdinding tipis yang memberikan penyengatan kontras pada
dindingnya.
e. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan
dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan
produk darah
f. CA-125
Dokter juga memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut
CA125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur,
meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125
biasanya dilakukan pada perempuan yang beresiko terjadi proses
keganasan.

2.2.2 Interpretasi Data dan Diagnosa


Remaja/WUS/lansia dengan tumor ovarium

2.2.3 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial


terdapat kemungkinan bahwa tumor jinak ovarium akan mengalami proses menjadi
ganas. Komplikasi yang dapat terjadi pada tumor jinak ovarium menururt Wiknjosastro
(2008) adalah :
- Perdarahan intra-tumor
- Torsio atau perputaran tangkai
- Terjadi infeksi pada tumor
- Robekan diding kista
- Degenarasi ganas kista ovarium
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan dan Tindakan Segera
Kebutuhan segera pada pasien dengan tumor jinak ovarium adalah berkolaborasi
dengan dokter untuk memastikan karakteristik tumor dan menentukan tindakan yang
tepat sebagai terapi terhafap tumor

2.2.5 Rencana Asuhan Sesuai Kebutuhan


Suatu rencana asuhan diformulasi secara khusus untuk memenuhi kebutuhan klien.
Sedapat mungkin bidan melibatkan mereka semua dalam rencana dan mengatur
prioritas serta pilihan mereka untuk setiap tindakan yang dilakukan. Hasil akhir atau
tujuan yang ingin dicapai disusun dengan istilah yang berpusat pada pasien dan
diprioritaskan dengan bekerja sama dengan keluarga.
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ klien dan kleuarga berhak untuk mengetahui kondisinya
2) Berikan KIE mengenai kebutuhan pemenuhan nutrisi, Hygiene, dan
kebutuhan aktifitas pada pasangan usiang subur
R/ Agar klie dapat menjaga pola / gaya hidup yang sekiranya dapat
memperbaiki kondisi tubuh terutama sistem hormonal klien
3) Observasi Kondisi Ibu
R/ mencegah terjadinya komplikasi
4) Berkolaborasi dengan dokter spesialis untuk menentukan tatalaksana yang
tepat
R/ jika tumor kurang dari sama dengan 5 cm maka bisa dilakukan observasi
dalam 3-6 bulan karena cenderung dapat regresi spontan. Apabila ukuran
tumor > 5 cm atau mengalami pembesaran maka bisa dilakukan
laparoskopi/laparotomi

2.2.6 Penatalaksanaan Tindakan


Tindakan atau implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilaksanakan oleh orang tua, keluarga, atau anggota kesehatan yang lain.

2.2.7 Evaluasi
Mengevalusi keefektifan perawatan kesehatan yang diberikan, mengolah kembali
dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif melalui pelaksanaan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Anolis, A. (2011). 17 Penyakit Wanita yang Paling Mematikan. Buana Pustaka.


Yogjakarta
Benson, Ralph C dan Martin L. Pernol. (2013). Buku saku Obstetri & Ginekologi.
Jakarta: EGC.
Gant, Norman F dan F. Gary Cunningham. (2010). Dasar-dasar Ginekologi &
Obstetri. Jakarta: EGC.
Global Camcer Observatory. (2018). International Agency for Research on Cancer.
[online]. diperoleh dari
: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-
sheets.pdf
Manuaba, Suryasaputra, dkk. (2010). Buku Ajar Ginekolgi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nugroho, Taufan. (2012). Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Padila.(2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kandungan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rasjidi, Imam. dkk. (2010) Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta: EGC.
Reeder, Martin, & Koniak-Griffin. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan.
Wanita, Bayi & Keluarga Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
University of Colorado. (2020). Benign Ovarian Tumors. [online]. Diperoleh dari:
https://cancer.coloradowomenshealth.com [13 Desember 2020]
Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,

Anda mungkin juga menyukai