Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

“SISA PLASENTA”

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


kenaikan pangkat/ golongan

NUR WIJAYANTI, A.Md. Keb


NIP. 19770125 200701 2 007

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BAGELEN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan


rahmat dan karunia-Nya Penulis masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat guna melengkapi
salah satu syarat untuk kenaikan pangkat/ golongan. Tidak lupa saya
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari


kesempurnaaan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Akhir kata, penulis berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat


bagi pembaca dan teman-teman. Masukan dan saran dari pembaca
sekalian sangat penulis harapkan demi kelengkapan makalah ini.

Purworejo, November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar
yang terjadi dalam bidang kesehatan. Persalinan merupakan hal yang
sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah
melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk
mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut
adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu.
Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh
terhambatnya kelahiran plasenta lebih dari 30 menit. Hal ini di
akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam uterus
ibu karena perlekatan yang begitu erat.
Seperti yang telah dijelakan diatas, salah satu penyebab
kematian ibu adalah retensio sisa plasenta. Retensi sisa plasenta
merupakan tertinggalnya suatu bagian dari plasenta dalam rongga
uterus. Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif. Keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan post partum. Kesan yang tidak lengkap
pada plasenta atau sebagian selaput plasenta yang telah lahir serta
adanya perdarahan yang terjadi segera merupakan tanda masih
adanya sisa plasenta yang tertinggal di dalam rongga uterus. Bila
terjadi perdarahan post partum, pastikan penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah retensi sisa plasenta maka plasenta yang
tertinggal harus dikeluarkan secara manual atau dilakukan kuretase
disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika secara intravena
atau oral.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sisa plasenta?
2. Apa etiologi dan patofisiologi dari sisa placenta?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan sisa
placenta?
4. Apa penyebab dan faktor yang berhubungan dengan terjadinya
sisa plasenta?
5. Bagaimana gejala yang terjadi pada sisa plasenta?
6. Bagaimana diagnosa dan pencegahab pada sisa plasenta?
7. Apa sajakah komplikasi dan pencegahan sisa plasenta?
8. Bagaimana penatalaksanaan sisa plasenta?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sisa plasenta
2. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi dari sisa placenta
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan
sisa placenta
4. Untuk mengetahui penyebab dan faktor yang berhubungan dengan
terjadinya sisa plasenta
5. Untuk mengetahui gejala yang terjadi pada sisa plasenta
6. Untuk mengetahui diagnosa dan pencegahab pada sisa plasenta
7. Untuk mengetahui komplikasi dan pencegahan sisa plasenta
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan sisa plasenta
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta
dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer
atau perdarahan post partum sekunder Potongan-potongan plasenta
yang ketinggalan tanpa diketahui (Ilmu Kesehatan Reproduksi:
Obstetri Patologi,2003). Rest plasenta adalah tertinggalnya sisa
plasenta dan membrannya dalam cavum uteri (Saifuddin, A.B, 2002).
Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus
yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau
perdarahan post partum sekunder (Alhamsyah, 2008).

B. Etiologi
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam
rongga rahim dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau
perdarahan postpartum lambat (biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca
persalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta
ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir
dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat
gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang
berulang atau langsung terus dan berasal dari rongga rahim.
Perdarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok. Penilaian
klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
plasenta lahir.
Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau
terdapat keragauan sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya
sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan tangan, kuret atau
alat bantu diagnostic yaitu ultrsonografi. Pada umumnya perdarahan
dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik
dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga
rahim.

C. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.
Kontraksi dan retraksi otot-otot terus menyelesaikan proses ini pada
akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi,
melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi
yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan
kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan
mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan
plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka
plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding
uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan
desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan
plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus
berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan.
Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot
ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan
menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah
membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.
Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

1. Fase laten
Ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat
plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih
tipis.
2. Fase kontraksi
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat
(dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan plasenta
Fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari
dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk
antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta
disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot
uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang
mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya
sobek di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran
Dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun,
daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah
terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa
perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat,
bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan
oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi
pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari
tempat implantasinya.

Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran


darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya
semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta
yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang
keluar lebih panjang.
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka
tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta
meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-
kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan
inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi
terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara
spontan. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan
dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada
tali pusat.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta :


1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks;
kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; serta
pembentukan constriction ring.
2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau
plasenta previa dan adanya plasenta akreta.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari
uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik
yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks
kontraksi dan menahan plasenta.

E. Penyebab Rest Plasenta


1. Pengeluaran plasenta tidak hati-hati
2. Salah pimpinan kala III, terlalu terburu-buru untuk mempercepat
lahirnya plasenta.
F. Tinjauan Faktor Yang Berhubungan Dengan Rest Plasenta
1. Umur ibu
Usia ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (>
35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi
kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun,
dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan
segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril,
mental dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan
sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi
reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar.
Perdarahan post partum yang mengakibatkan kematian
maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah
20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum
meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2006 :
23).

2. Paritas Ibu
Perdarahan  post partum semakin meningkat pada wanita
yang telah melahirkan tiga anak atau lebih, dimana uterus yang
telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efesien
pada semua kala persalinan. Uterus pada saat persalinan, setelah
kelahiran plasenta sukar untuk berkontraksi dan beretraksi kembali
sehingga pembuluh darah maternal pada dinding uterus akan tetap
terbuka. Hal inilah yang dapat meningkatkan insidensi perdarahan
postpartum (Wiknjosastro, 2006 : 23).
Jika  kehamilan  “terlalu muda,  terlalu tua, terlalu banyak
dan terlalu dekat (4 terlalu)”  dapat meningkatkan risiko berbahaya
pada proses reproduksi karena kehamilan yang terlalu sering dan
terlalu dekat menyebabkan intake (masukan) makanan atau gizi
menjadi rendah. Ketika tuntunan dan beban fisik terlalu tinggi
mengakibatkan wanita tidak mempunyai  waktu untuk
mengembalikan kekuatan diri dari tuntutan gizi, juga anak yang
telah dilahirkan perlu mendapat perhatian yang optimal dari kedua
orangtuanya sehingga perlu sekali untuk mengatur kapan
sebaiknya waktu yang tepat untuk hamil (Saifuddin, 2002 : 7).
3. Status Anemia dalam kehamilan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)
dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro , 2002). Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar
haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2002).
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel
darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma
sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah
sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin
19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai
sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2006). Secara
fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan
kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Kurang gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diit
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid
dan lain-lain
e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus,
malaria dan lain-lain

G. Gejala Klinik Akibat Rest Plasenta


Gejala klinik yang sering di rasakan pada pasien dengan rest
plasenta yaitu sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih
lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja
pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
Gejala kliniknya antaralain:
1. Tertinggalnya sebagian plasenta (rest plasenta)
2. Keadaan umum lemah
3. Peningkatan denyut nadi
4. Tekanan darah menurun
5. Pernafasan cepat
6. Gangguan kesadaran (Syok)
7. Pasien pusing dan gelisah
8. Tampak sisa plasenta yang belum keluar

H. Diagnosa Rest Plasenta


Diagnosa rest plasenta dapat di tegakkan berdasarkan:
1. Anamnese 
2. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
3. Palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
4. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
a. Sisa plasenta atau selaput ketuban
b. Robekan Rahim
c. Plasenta suksenturiata
5. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises
yang pecah
6. Pemeriksaan laboratorium : Hb, Hematokrit
7. Pemeriksaan USG

I. Komplikasi Rest Plasenta (Manuaba, I. B. G, 2008)


1. Sumber infeksi dan perdarahan potensial
2. Memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan
3. Terjadi plasenta polip
4. Degenerasi korio karsinoma   
5. Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah

J. Pencegahan Rest Plasenta (Manuaba, I. B.G, 2008)


Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan
tindakan utama, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan
mengurangi komplikasi upaya preventif dapat dilakukan dengan :
1. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam
kehamilan.
2. Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara tepat
3. Meningkatkan usaha penerimaan KB pada wanita yanng telah
memiliki banyak anak.
4. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang
mengalami perdarahan post partum.
5. Memberikan uterotonika segera setelah persalinan bayi, kelahiran
plasenta dipercepat.

K. Penanganan Rest Plasenta


Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan boleh
melakukan pengeluaran sisa plasenta secara manual dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus)
2. Kosongkan kandung kemih
3. Memakai sarung tangan steril
4. Desinfeksi genetalia eksterna
5. Lakukan periksa dalam, keluarkan selaput ketuban dan bekuan
darah yang masih tertinggal
6. Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan
dimasukkan secara obstetri sampai servik lakukan eksplorasi di
dalam cavum uteri untuk mengeluarkan sisa plasenta, lakukan
pengeluaran plasenta.
7. Lakukan masase uterus
8. Setelah plasenta keluar semua, diberikan injeksi uterotonika
9. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
10. Antibiotika ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3x1 gram
oral dikombinasikan dngan metronidazol 1 gr suppositoria
dilanjutkan     dengan 3x500 mg oral
11. Bila kadar Hb <8g % diberikan transfusi darah. Bila kadar Hb >8g
%, berikan Sulfaferosus 600 mg/hari selama 10 hari
12. Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan
13. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan
14. Jika ada perdarahan hebat, ikuti langkah-langkah pelaksanaan
atonia uteri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sisa plasenta adalah salah satu penyebab perdarahan post
partum sekunder yaitu dengan tanda gejala perdarahan terus–
menerus dan banyak darah setelah 24 jam serta perdarahan yang
berkepanjangan, Tinggi fundus uteri tidak berkurang. Salah satu
penyebab utama pada kasus perdarahan postpartum oleh sebab sisa
plasenta dan selaput ketuban yaitu perlekatan yang abnormal,
plasenta akreta dan perkreta dan tidak ada kelainan perlekatan seperti
plasenta suksenturiata. Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan perdarahan post partum
oleh sebab sisa plasenta langkah pertama yaitu memasang infus RL,
bertujuan untuk mengganti cairan yang telah hilang akibat perdarahan
dan menghindari terjadinya syok hipovolemik. Melakukan masase
uterus untuk merangsang kontraksi dan mengeluarkan gumpalan
darah dalam uterus, melakukan kuretase upaya ini dapat dilakukan
dengan baik dan berhasil dalam praktek dilapangan.

B. Saran
Sebagai bidan kita harus mengetahui apa saja tanda-tanda
yang terjadi pada pasien yang mengalami sisa plasenta. Bidan juga
harus memiliki kompetensi untuk memberikan penatalaksanaan yang
tepat pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/133308500/Definisi-Sisa-Plasenta#scribd

Here Candy. 2013. Ibu Post Partu Retensio Sisa Plasenta, (Online),
(http://www.scribd.com/doc/135710757/Askep-Ibu-Post-Partum-Retensi-
Sisa-Plasenta,

http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQ
FjAA&url=http%3A%2F%2Fjogjalib.com%2Ffile
%2Ffe9fc289c3ff0af142b6d3bead98a923.pdf&ei=9pkLVeOaI8aWuATRgI
HIBg&usg=AFQjCNFKaXLLrNYglqBJTr_cvYqxcbjdoQ&bvm=bv.88528373
,d.c2E,

Anda mungkin juga menyukai