Anda di halaman 1dari 9

Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)

1. 1. ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS Astri Cahyani (P 272 240 12 132) Claudia


Fembi P.K. (P 272 240 12 134) Desy Karunia P. (P 272 240 12 135) Dian Ratnasari (P
272 240 12 136) Dyah Ayu K.S. (P 272 240 12 137) Eka Oktaverah (P 272 240 12 138)
Dosen Pembimping : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLTEKKES KEMENKES
SURAKARTA REGULER / SMT 4
2. 2. PENDAHULUAN • Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan
yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. • Asuhan kebidanan di komunitas adalah
pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi juga
melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu nifas. Asuhan ini
merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.
3. 3. Standar Pelayanan Minimal Asuhan Postnatal • Alat Alat yang digunakan untuk
melakukan pemeriksaan harus steril dan bersih • Tempat Di Rumah Bidan : 1. Ruang
periksa mempunyai luas minimal 2x3 meter 2. Setiap bangunan pelayanan minimal
mempunyai ruang periksa, ruang administrasi / kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang
tunggu dan kamar mandi / WC masing- masing 1 buah 3. Semua ruangan mempunyai
ventilasi dan penerangan Di Rumah Pasien : Sesuai dengan keadaan rumah pasien,
diusahakan ruangan yang digunakan pasien bersih dan nyaman
4. 4. Lanj. ... • Standar Pelayanan 1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir 2. Standar 14 :
Penanganan pada 2 Jam Pertama Setelah Persalinan 3. Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu
dan Bayi pada Masa Nifas
5. 5. Standar 13 Perawatan Bayi Baru Lahir • Tujuan Menilai kondisi bayi baru lahir dan
membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikimia, dan infeksi. •
Pernyataan Standar Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermia.
6. 6. • Prasyarat 1. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk mendampingi
persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera. 2. Bidan sudah
terlatih dan terampil untuk : i. Memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan
menggunakan skor Apgar. ii. Menolong bayi untuk memulai terjadinya pernafasan dan
melakukan resusitasi bayi baru lahir iii. Mengenal tanda – tanda hipotermi dan dapat
melakukan tindakan yang tepat untuk mencegah dan menangani hipotermi. iv.
Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir. v. Mengenali tanda – tanda hipoglikemia dan
melakukan penatalaksanaan yang tepat jika hipoglikeia terjadi.
7. 7. 3. Tersedianya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan aman bagi
bayi baru lahir , seperti air bersih, sabun , 2 handuk atau kain hangat yang bersih ( satu
untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk menyelimuti bayi), gunting steril/ DTT untuk
memotong tali pusat, 2 klem steril / DTT, benang steril/DTT ( atau klem ) untuk
mengikat tali pusat, sarung tangan bersih/DTT, termometer bersih/DTT, bola karet
penghisap atau penghisap DeLee yang di DTT, timbangan bayi dan pita pengukur yang
bersih. 4. Obat salep mata: tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% 5. Kartu Ibu, Kartu Bayi
dan buku KIA 6. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang
efektif.
8. 8. • Hasil yang diharapkan 1. Bayi baru lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat segera
menerima perawatan yang tepat 2. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat
dan dapat bernapas dengan baik 3. Penurunan angka kejadian hipotermi
9. 9. • Proses Bidan harus : 1. Menggunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum menangani
bayi baru lahir. 2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat ( ruangan harus hangat untuk
mencegah hiportermia pada bayi baru lahir). 3. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi ,
letakkan diperut ibu, dan segera keringkan bayi . Dengan handuk bersih yang hangat
setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk baru yang
bersih dan hangat. ( Riset menunjukkkan bahwa 90% bayi baru lahir mengalami
perubahan dari kehidupan intrauteriin menjadi ekstrauterine dengan pengeringan dan
stimulasi. Penghisapan lendir rutin tidak perlu dan mungkin membahayakan ).
10. 10. 4. Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas/ menangis sebelum
menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menangis atau tidak bernafas spontan, hisap
mulut dan hidung bayi secara hati – hati menggunakan bola karet penghisap atau
penghisap DeLee yang di DTT. 5. Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan
walaupun sudah dilakukan pengeringan, stimulasi atau penghisapan lendir dengan hati –
hati, mulai lakukan resusitasi bayi baru lahir untuk menangani asfiksia ( lihat standart 24
). 6. Jika bayi menangis atau bernafas, lakukan pemeriksaan nilai APGAR pada menit
pertama setelah lahir. 7. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusatnya di klem di dua
tempat menggunakan klem steril/DTT, lalu potong diantara kedua klem dengan gunting
tajam steril/DTT. ( ikuti langkah penataksanaan aktif persalinan kala tiga, standar 11).
11. 11. 8. Pasang benang /klem tali pusat 9. Bayi harus tetap diselimuti dengan baik, anjurkan
ibu untuk memeluk bayinya dan segera mulai menyusui. ( Riset menunjukkan pemberian
ASI dini penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga
merupakan cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu tubuh bayi pada saat lahir.
Pastikan, jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimuti bayi dengan handuk yang bersih
dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas). 10.
Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum dengan
menggunakan skor APGAR. 11. Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi
setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil.
12. 12. 12. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan termometer yang
diletakkan diketiak ( Jangan masukkan termometer ke anus bayi, hal ini merupakan
prosedur yang tidak perlu dan dapat membahayakan bayi). Bila suhu bayi kurang dari
36°C atau jika tubuh atau kaki bayi teraba dingin, maka segera lakukan penghangatan
tubuh bayi. Amati suhu tubuh bayi setiap jam sampai suhunya normal dan stabil. 13.
Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan adanya kelainan.
Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi
tidak kedinginan, ibu hendaknya menyaksikan pemeriksaan tersebut. 14. Timbang bayi
dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar bayi tidak mengalami hipotermi. 15.
Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi pada timbangan yang dingin
akan menyebabkan kehilangan panas. Berat yang tercatat kemudian dapat disesuaikan
dengan mengurangi jumlah berat handuk/kain tersebut.
13. 13. 16. Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik, pastikan bahwa
kepala bayi tertutup dan berikan bayi kembali untuk dipeluk ibu. Hal ini merupakan cara
yang sangat baik untuk mencegah hipotermi. 17. Cuci tangan lagi dengan sabun, air dan
handuk yang bersih. Dalam waktu satu jam setelah kelahiran, berikan salep/obat tetes
mata pada mata bayi baru lahir, untuk mencegah oftalia neonatorum: salep mata
tetrasiklin 1%, larutan Perak Nitrat 1% dan Eritromisin 0.5%. Biarkan obatnya tetap
dimata bayi, jangan dibersihkan salep/obat tetes mata yang berada disekitar mata. 18. Jika
bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui. Riset menunjukan bahwa
memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran adalah penting
untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kolustrum, ASI pertama, penting karena
mengandung zat kekebalan untuk pencegahan infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir.
Pemberian ASI dini akan mencegah/ menangani hipoglikemia pada bayi baru lahir.
14. 14. 19. Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini tidak perlu dan
mungkin membahayakan. 20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi sebelum
memandikannya , tunggu lebih lama jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan
suhu tubuh bayi sebelum memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus antara 36-
37°C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan hangat.
Mandikan bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk besih, hangat dan
kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan. 21. Kenakan baju yang
bersih dan selimuti bayi dengan handuh/kain yang hangat dan bersih.
15. 15. 22. Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan mekonium dalam 24 jam
pertama kehidupannya, catat waktu pengeluaran urine dan mekonium. Mintalah ibu
memperhatikannya bila persalinan berlangsung dirumah. Bila dalam 24 jam bayi tidak
mengeluarkan urine dan mekonium, segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit. 23.
Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan cermat dan
lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu bayi. 24. Rujuk segera ke puskesmas atau
rumah sakit yang tepat jika ditemukan kelainan dari normal.
16. 16. INGAT !!! • Jaga agar bayi tetap hangat • Jika bayi tidak bernafas atau menangis
spontan setelah pengeringan dan stimulasi, bersihkan jalan nafas bayi dengan hati – hati
mengunakan penghisap DeLee atau bola karet penghisap yang sudah di DTT, jika bayi
tetap tidak dapat bernafas dengan teratur atau menangis, mulai langkah resusitasi bayi
baru lahir ( standart 24 ). • Berikan ASI secepatnya, dalam waktu satu jam pertama
setelah lahir. • Berikan salep/obat tetes mata pada kedua mata bayi untuk mencegah
oftalmia neonatorum dalam waktu satu jam setelah kelahiran.
17. 17. • Rujuk segera bila dalam 24 jam pertama bayi tidak mengeluarkan urine dan
mekonium. • Tindakan yang tidak dianjurkan dan akibat yang ditimbulkannya: a)
Menepuk bokong menyebabkan Trauma dan melukai b) menekan rongga dada
menyebabkan fraktur, pneumotoraks, gawat nafas, dan kematian c) Menekan paha ke
perut menyebabkan bayi Ruptura hati / limpa, perdarahan Mendilatasi sfingterani (Robek
atau luka pada sfingter) d) Kompres diingin / panas menyebabkan hipotermi, luka bakar
e) Meniupkan oksigen atau udara dingin ke muka atau tubuh bayi menyebabkan
hipotermi.
18. 18. Standart 14 Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan • Tujuan :
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala
empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan
sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan
mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. • Pernyataan Standar Bidan
melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam
setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
19. 19. • Prasyarat 1. Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam sesudah
persalinan dari jika mungkin bayi tetap bersama ibu. 2. Bidan terlatih dan terampil dalam
memberikan perawatan untuk ibu dan bayi segera setelah persalinan, termasuk
keterampilan pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat. 3. Ibu didukung /
dianjurkan untuk menyusui dengan ASI dan memberikan kolustrum. 4. Tersedia alat
perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan yaitu air bersih, sabun dan handuk
bersih, handuk / kain bersih untuk menyelimuti bayi, pembalut wanita yang bersih,
pakaian kering dan bersih untuk ibu, sarung atau kain kering dan bersih untuk alas ibu,
kain / selimut yang kering untuk menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter air
raksa, stetoskop dan termometer.
20. 20. 5. Tersedianya obat – obatan oksitosika, obat lain yang diperlukan dan tempat
penyimpangan yang memadai. 6. Adanya sarana pencatatan: partograf, Kartu Ibu, Kartu
Bayi, Buku KIA 7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetri dan
keggawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif.
21. 21. • HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Komplikasi segera dideteksi dan dirujuk 2.
Penurunan kejadian infeksi nifas dan neonatal 3. Penurunan kematian akibat perdarahan
postpartum primer 4. Pemberian ASI dimulai dalam 2 jam pertama sesudah persalinan
22. 22. • Proses Bidan harus : 1. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan
perawatan pada ibu dan bayi baru lahiir. Menggunakan sarung tangan bersih pada saat
melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh. 2. Mendiskusikan semua pelayanan
yang diberikan untuk ibu dan bayi dengan ibu, suami dan keluarganya. 3. Segera setelah
lahir ,nilai keadaan bayi ,letakkan diperut ibu ,dan segera keringkan bayi dengan handuk
bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih
dan hangat. Bila bayi bernafas / menangis tanpa kesulitan , dukung ibu untuk memeluk
bayinya ( lihat standart 13 ).
23. 23. 4. Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali selama 2 jam pertama
setelah persalinan . Bidan berada bersama ibu dan melakukan pemeriksaan ini, jagan
pernah meninggalkan iibu sendirian sampai paling sedikit 2 jam setelah persalinan dan
kondisi ibu stabil. Lakukan penatalaksanaan yang tepat persiapkan rujukan jika
diperlukan. a. Melakukan penilaian dan masase fundus uteri setiap 15 menit selama satu
jam pertama setelah persalinan , kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua
persalinan. Pada saat melakukan masase uterus, perhatikan berapa banyyak darah yang
keluar dari vagina. Jika fundus tidak terraba keras, terus lakukan masase pada daerah
fundus agar berkontraksi . periksa jumlah perdarahan yang keluar dari vagina. Periksa
perinieum ibu apakah membengkak, hematoma, dan berdarah dari tempatnya perlukaan
yang ssudah dijahit setiap kali memeriksa perdarahan funddus dan vagina.
24. 24. b. Jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 21.
Berbahaya jika terlambat bertindak. c. Periksa tekanan darah dan nadi ibu setiap 15 menit
selama 1 Jam pertama setelah persalian, dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua setelah
persalinan ( jika tekanan darah ibu naik, lihat standar 17 ). d. Lakukan palpasi kandung
kemih ibu 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan dan kemudian setiap 30
menit selama satu jam kedua setelah persalinan. Bila kandung kemih penuh dan
meregang mintalah ibu untuk b.a.k jangan memasang kateter kecuali ibu tidak bisa
melakukanya sendiri. ( retensi urine dapat menyebabkan perdarahan uterus). Mintalah ibu
untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama sesudah melahirkan.
25. 25. • e. Periksa suhu tubuh ibu beberapa saat setelah persalinan dan sekali lagi satu jam
setelah persalinan. Jika suhu tubuh ibu > 38°C , minta ibu untuk minum 1 liter cairan ,
jika suhunya tetap > 38°C segera rujuk ibu ke pusat rujukan terdekat ( Jika mungkin mual
berikan IV RL dan berikan ibu 1 gr amokxilin dan ampisilin per oral )
26. 26. 5. Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui. ( lihat standar 10 & 13). Atur posisi
bayi agar dapat melekat dan menghisap dengan benar. ( Semua ibu membutuhkan
pertolongan untuk mengatur posisi bayi, baik untuk ibu yang baru pertama kali menyusui
maupun ibu yang sudah pernah menyusui). 6. Penggunaan gurita atau stagen harus
ditunda hingga 2 jam setelah melahirkan. Kontraksi uterus dan jumlah perdarahan harus
dinilai dan jika ibu mengenakan gurita atau stagen hal ini sulit untuk dilakukan.
27. 27. 7. Bila bayi tidak memperlihatkan tanda – tanda kehidupan setelah dilakukan
resisutasi, maka beritahu orang tua bayi apa yang terjadi. Berikan penjelasan secara
sederhana dan jujur. Biarkan mereka melihat atau memeluk bayii mereka. Beritahulah
dengan bijaksana dan penuh perhatian , biarkan orang tua melakukan upacara untuk bayi
yang meninggal sesuai dengan adat istiadat dan kepercayaan mereka. Setelah orang tua
bayi mulai tenang , bantulah mereka dan perlakukan bayi dengan baik dan penuh
pengertian terhadap kesedihan merreka. 8. Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan
mengganti pakaian. Ingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan menganti
kain pembalut secara teratur, berikan penjelasan perubahan – perubahan yang terjadi
paskah persalinan.
28. 28. 9. Catat semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan seksama pada partograf,
kartu ibu, dan kartu bayi. 10. Sebelum meninggalkan ibu , bahaslah semua bahaya
potensial dan tanda – tandanya dengan suami dan keluarga. 11. Pastikan bahwa ibu dan
keluarganya mengetahui bagaimana dan kapan harus meminta pertolongan. 12. Jangan
meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan baik dan semua cataatan
lengkap. Jika ada hal yang mengkhawatirkan pada ibu atau janin,lakukan rujukan
puskesmas atau rumah sakit.
29. 29. Ingat !!! • Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat dan tetap berada bersama ibunya •
Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir dan tidak melewati satu jam setelah
persalinan • Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi
dari infeksi • Periksa perdarahan, perineum, tanda-tanda vital, uterus, dan kandung kemih
secara teratur • Jika dilakukan episiotomi maka periksa luka episiotomi secara teratur
30. 30. Standart 15 Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas • Tujuan Memberikan
pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan
penyuluhan ASI eksklusif • Pernyataan Standar Bidan memberikan pelayanan selama
masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam
setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan
tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan BBL pemberian ASI, imunisasi dan
KB.
31. 31. • Prasyarat 1. Sistem yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan
pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah
persalinan, baik dirumah, puskesmas atau rumah sakit. 2. Bidan telah dilatih dan terampil
dalam : Perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi dengan cara yang benar
Membantu ibu untuk memberikan ASI Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada
ibu dan bayi pada masa nifas Penyuluhan dan pelayanan KB/penjarangan kelahiran
3. Bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama dengan juru imunisasi
di puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat
32. 32. 4. Tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat pembuangan
benda tajam yang memadai 5. Tersedianya tablet besi dan asam folat 6. Tersedia
alat/perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan, yaitu sabun, air bersih, dan
handuk bersih, sarung tangan bersih/DTT 7. Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu
bayi, kartu KIA 8. Sistem rujukan untuk perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu dan
bayi baru lahir berjalan dengan baik.
33. 33. • HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Komplikasi pada masa nifas segera dirujuk
untuk penanganan yang tepat 2. Mendorong pemberian ASI eksklusif 3. Mendorong
penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk menghindari
kebiasaan yang merugikan 4. Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi 5.
Masyarakat semakin menyadari pentingnya penjarangan kelahiran 6. Meningkatkan
imunisasi pada bayi
34. 34. • PROSES Bidan harus : 1. Pada kunjungan rumah, menyapa ibu dan suami /
keluarga nya denagn ramah 2. Menanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada
masalah atau kekhawatiran tentang ibu dan bayinya. 3. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah memeriksa ibu dan bayi. 4. Memakai sarung tangan DTT/ bersih bila melakukan
kontak dengan darah atau cairan tubuh
35. 35. 5. Periksa tanda – tanda vital ibu ( Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah ). Periksa
payudara ibu, amati bila puting retak, dan tanda – tanda atau gejala – gejala saluran ASI
yang tersumbat atau infeksi payudara. Periksa involusi uterus ( Pengecilan uterus sekitar
2 cm / hari selama 8 hari pertama ). Periksa lockea, yang ada pada hari ketiga seharusnya
mulai berkurang dan berwarna coklat, dan pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang
dan berwarna coklat, dan pada hari ke-8 - 10 menjadi sedikit dan berwarna merah muda.
Jika ada kelainan segera rujuk. ( Lihat daftar bahaya dan tanda – tandanya di akhir
standar ini ) jika dicurigai sepsis puerpuralis gunakan ( Standar 23 ). Untuk penanganan
perdarahan pasca persalinan gunakan ( Standar 22 ). 6. Tanyakan apakah ibu meminum
tablet sesuai ketentuan ( Sampai 42 hari setelah melahirkan), dan apakah persediaannya
cukup.
36. 36. 7. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perrdarahan berat selama
proses persalinan periksakkan Hb pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya makan makanan
yang bergizi dan berikan tablet tambah darah. 8. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri, memakai pembalut bersih, makanan bergizi ,
istirahat cukup dan cara merawat bayi. 9. Cucilah tangan, lalu periksa bayi. Periksalah
tali pusat pada setiap kali kunjungan ( paling sedikit pada hari ke- tiga , minggu kedua,
dan minggu ke-enam ). Tali pusat harus tetap kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya
membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi. Misalnya : minyak atau bahan lain. Jika ada
kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk.
37. 37. 10. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan kepada ibu pemberian ASI, misalnya
bayi tidak mau menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis, berapa kali buang air kecil, dan
bentuk fesesnya. 11. Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada ikterus atau tidak. Ikterus
pada hari ketiga postpartum adalah ikterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan.
Namun, bila ikterus terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja, dan bayi malas untuk menyusu
dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera dirujuk ke Rumah sakit. 12. Bicarakan
pemebrian ASI dan bila mungkin perhatikan apakah bayi menyusu dengan baik ( Amati
apakah adda kesulitan atau masalah ).
38. 38. 13. Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI ekkslusif sedikit 4 sampai 6
bulan. Bicarakan bahaya pemberian unsur tambahan ( Susu formula, air atau makanan
lain ) sebelum bayi berumur 4 bulan 14. Bicarakan tentang KB dan kapan senggama
dapat dimulai. Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan kehadiran suaminya. 15. Catat
dengan tepat semua yang ditemukan. 16. Jika ada hal - hal yang tidak normal, segeralah
merujuk ibu dan / atau bayi ke puskesmas / rumah sakit. 17. Jika ibu atau bayi meninggal,
penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan standar kabupaten/propinsi/nasional.
39. 39. • HASIL PENELITIAN MEMBUKTIKAN 1. Memberikan makanan lain selain
kolustrum atau ASI membahayakan bayi. 2. Ibu yang baru bersalin harus menggunakan
pembalut yang bersih atau kain yang bersih yang telah dijemur. Menjemur kain di bawah
sinar matahari dapat mengurangi bahaya. 3. Menggunakan minyak atau bahan – bahan
lain untuk tali pusat bayi adalah berbahaya
40. 40. INGAT !!!!! • Masa nifas merupakan kesempatan baik untuk memberikan
penyuluhan KB / penjarangan kelahiran, tetapi hal ini harus disampaikan dengan hati–
hati , ramah dan peka terhadap adat istiadat. • Ibu dan bayi dalam masa nifas mudah
terinfeksi , karena itu kebersihan diri, makanan bergizi dan istirahat cukup sangatlah
penting. • Kelainan yang memerlukan rujukan harus mendapat perhatian dengan cepat
dan tepat • Kesehatan generasi berikut dimulai dengan perawatan yang baik bagi anak
perempuan sejak bayi. • Kelemahan pada massa nifas merupakan gejala anemia.
41. 41. • BAHAYA DAN TANDA - TANDANYA PADA BAYINYA 1. Kegagalan
menyusu yang terjadi secara berkala 2. Tidak buang air kecil beberapa kali sehari (
kurang dari 6 – 8 kali sehari ) 3. Bayi kuning 4. Muntah atau diare 5. Merah , bengkak
atau keluarnya cairan dan tali pusat 6. Demam > 37,5°C
42. 42. • BAHAYA DAN TANDA – TANDANYA PADA IBU 1. Perdarahan berat pada
vagina 2. Perdarahan berwarna merah segar atau pengeluaran bekuan darah 3. Lochea
yang berbau busuk 4. Nyeri pada perut atau pelvis 5. Pusing atau lemas yang berlebihan
6. Suhu tubuh ibu > 38°C 7. Tekanan darah yang meningkat 8. Ibu mengalami kesulitan
atau nyeri pada saat b.a.k atau pada saat pergerakan usus 9. Tanda – tanda mastitis:
bagian yang kemerahan , bagian yang panas , gurat – gurat kemerahan pada penyebab 10.
Terdapat masalah mengenal makan dan tidur
43. 43. Ingat !!! • Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat dan tetap berada bersama ibunya •
Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir dan tidak melewati satu jam setelah
persalinan • Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi
dari infeksi • Periksa perdarahan, perineum, tanda-tanda vital, uterus, dan kandung kemih
secara teratur • Jika dilakukan episiotomi maka periksa luka episiotomi secara teratur
44. 44. Prinsip Kunjungan Rumah Masa Nifas Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa
nifas di rumah meliputi: 1. Asuhan postpartum di rumah berfokus pada pengkajian,
penyuluhan dan konseling 2. Pemberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga
dilakukan dalam suasana rileks dan kekeluargaan. 3. Perencanaan kunjungan rumah 4.
Keamanan
45. 45. Jadwal Kunjungan Di Rumah • Kunjungan dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu
dalam masa nifas • Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan,
pendeteksian, dan penanganan masalah yang terjadi pada masa nifas. • Dimana hal ini
dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik,
melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan
pelayanan keluarga berencana.
46. 46. Perencanaan Kunjungan Rumah a) Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu
tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah b) Pastikan keluarga telah
mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu c) kunjungan bidan ke rumah
telah direncanakan bersama anggota keluarga. d) Menjelaskan maksud dan tujuan
kunjungan.
47. 47. Asuhan Postnatal di Rumah • Asuhan post partum di rumah difokuskan pada
pengkajian, penyuluhan dan konseling. • Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah
bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang respek dan
kekeluargaan.
48. 48. Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu: 1.
Memberikan konseling kebersihan Diri 2. Menganjurkan untuk Istirahat cukup 3.
Konseling untuk senam nifas 4. Konseling gizi ibu nifas 5. Konseling Perawatan
Payudara 6. Konseling mengenai hubungan suami-istri 7. Konseling Keluarga Berencana
(KB)
49. 49. Kunjungan ke I ( Di Pelayanan Kesehatan) a) Dilakukan pada 6-8 jam setelah ibu
melahirkan b) Cegah dan deteksi adanya perdarahan c) Lakukan konseling untuk
mencegah perdarahan d) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi, motivasi Inisiasi Dini
serta jaga bayi dari keadaan hipotermi
50. 50. Kunjungan ke II (Di Rumah) a) Kunjungan ke dua pada ibu nifas dilakukan enam hari
setelah persalinan. b) Bertujuan untuk memastikan involusi berjalan normal, tanda-tanda
infeksi dan perdarahan. c) Nutrisi dan istirahat adequate. d) ASI optimal; bidan
mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyatukan mulut bayi
dengan puting susu, merubah-rubah posisi, mengetahui cara memeras ASI dengan tangan
seperlunya, atau dengan metode-metode untuk mencegah nyeri puting dan perawatan
puting.
51. 51. Lanj. ..... e) Perdarahan; bidan mengkaji warna dan jumlah perdarahan, adakah tanda-
tanda yang berlebihan, yaitu nadi cepat, suhu naik dan uterus tidak keras. Kaji pasien
apakah bisa masase uterus dan ajari pasien bagaimana caranya masase uterus yang benar
agar uterus dapet mengeras. Periksa pembalut untuk memastikan tidak ada darah
berlebihan. f) Involusi uterus; bidan mengkaji invoolusi uterus dan beri pasien penjelasan
mengenai involusi uterus. g) Pembahasan tentang kelahiran; kaji perasaan ibu dan adakah
pertanyaan tentang proses tersebut. h) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan
batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan
rangsangan. i) Bidan memberi pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya baik bagi ibu
maupun bayi dan rencana menghadapi keadaan darurat.
52. 52. Kunjungan ke III (Di Rumah) a) Dilakukan dua minggu setelah ibu melahirkan b)
Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi c) Mengevaluasi
kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan d) Eratkan
hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan
53. 53. Kunjungan ke IV (Di Rumah) a) Kunjungan akhir pada ibu nifas, dilakukan pada
minggu ke enam setelah ibu melahirkan b) Melakukan evaluasi normalitas puerperium c)
Identifikasi kebutuhan ibu terutama mengenai kontrasepsi d) Ketrampilan membesarkan
dan membina anak e) Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu f) Pengetahuan tentang
gizi terutama untuk anak g) Rencana untuk pemeriksaan ulang bayi serta imunisasi
54. 54. POST PARTUM GROUP A. Definisi Kelompok post partum merupakan salah satu
bentuk kelompok atau organisasi kecil dari ibu nifas, yang bertujuan untuk mendeteksi,
mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul selama masa nifas.
Sebaiknya pembentukan kelompok ibu nifas dilakukan pada minggu pertama masa nifas,
yaitu setelah melakukan kunjungan pertama, sehingga upaya deteksi dini, mencegah, dan
mengatasi permasalahan pada masa nifas dapat dilakukan sesegera mungkin serta
kesejahteraan ibu dan bayi bisa terwujud.
55. 55. Tahapan atau langkah-langkah dalam pembentukan kelompok ibu nifas : 1. Kenali
program-program yang ada untuk ibu nifas. Program untuk ibu nifas yang diberlakukan
antara lain adalah kunjungan pada ibu nifas dan neonates, pemberian ASI eksklusif,
pemberian tablet tambah darah, dan pemberian tablet vitamin A
56. 56. 2. Kumpulkan Data Adapun data yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok ibu
nifas meliputi jumlah ibu nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat, permasalahan-
permasalahan pada masa nifas dan bayi, sumber daya masyarakat, serta penentu
kebijakan. 3. Lakukan pendekatan (mengatur strategi) Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai atau kepercayaan, patuh kepada
orang yang dianggap sebagai contoh, maka pendekatan dengan keluarga ibu, tokoh
masyarakat, tokoh agama, kepala desa, dan kader sebagai pengambil keputusan dan
penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas
57. 57. 4. Buat Perencanaan Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang telah
terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang
dan tujuan dari pembentukan kelompok post partum. Perencanaan meliputi kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam pembentukan kelompok post partum, tempat dan waktu,
anggaran, serta peserta.
58. 58. 5. Pelaksanaan Lakukan diskusi sampai terbentuk susunan organisasi ibu nifas
(kelompok postpartum). Kemudian buat rencana tindak lanjut. 6. Evaluasi Evaluasi
dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir
daripembentukan kelompok postpartum benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta
nifas berjalan normal

Anda mungkin juga menyukai