Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN

PADA NEONATUS

“JEJAS PERSALINAN PADA BBL”

Disusun oleh :

KELOMPOK 8

1. Nabilah Intan Kurnia (P3.73.24.2.18.064)


2. Nadya Putri N (P3.73.24.2.18.065)
3. Yulia Eka Pratiwi (P3.73.24.2.18.0)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

II B

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayat-Nya
yang dilimpahkan kepada kita sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Asuhan
Kebidanan pada Neonatus dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus. Dalam penyusunan dan
penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan dan menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangannya. Oleh
karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun. Namun, besar
harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bekasi, Maret 2020

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Pengertian jejas persalinan...................................................................................................2
1.1 Caput succsedaneum..........................................................................................................2
1.2 Cephal Hematoma..............................................................................................................2
1.3 Trauma Flaksus Brachialis.................................................................................................5
1.4 Fraktur klavikula................................................................................................................8
1.5 Fraktur Humerus.................................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN...................................................................................................................12
B. SARAN...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat dihindarin atau tidak
dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi selama kelahiran dan persalinan.1
Trauma lahir adalah trauma pada bayi diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma
lahir digunakan untuk menunjukan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan
maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat
dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai
akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali,
atau dapat terjadi meskipun telah mendapatkan perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten
dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap prang tua yang acuh tak acuh.
Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, transfuse intrauteri,
pengambilan contoh darah vena kepala atau resusitasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari caput suksedaneum?
2. Apa penjelasan dari cephalhematoma?
3. Apa penjelasan dari trauma pada flexus brachlalis?
4. Apa penjelasan dari fraktur klavukula dan fraktur humerus ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian dari caput suksedaneum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari cephalhematoma.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari trauma pada flexus brachlalis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari klavikula dan fraktur humerus.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian jejas persalinan

Jejas persalinan adalah trauma pada bayi yang diakibatkan oleh proses persalinan.
Selanjutanya marilah belajar tentang macam-macam jejas persalinan.

1.1 Caput succsedaneum


a. Pengertian Caput Succedaneum
Caput Succedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena
oedem yang disebabkan tekanan jalan lahir pada kepala (Depkes RI, 171 : 1977).

b. Penyebab Caput Succedaneum


Caput Succedaneum timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe
disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravasa. Benjolan kaput berisi
cairan serum dan sedikit bercampur darah (AH. Markum, 1991 :267).

c. tanda-tanda Caput Succedaneum


Secara klinis, benjolan ditemukan di daerah presentasi lahir, pada perabaan teraba
benjolan lunak, berbatas tidak tegas, tidak berfluktuasi tetapi bersifat edema
tekan. Benjolan terletak di luar periosteum hingga dapat melampaui sutura. Kulit
pada permukaaan benjolan sering berwarna kemerahan atau ungu dan kadang-
kadang ditemukan adanya bercak petekie atau ekimosis. Caput Succedaneum
dapat terlihat segera setelah bayi lahir (AH. Markum, 1991).

d. Penatalaksanaan Caput Succedaneum


Ukuran dan letak Caput Succedaneum dicatat dan area yang terkena diamati
sampai pembengkakan menghilang. Biasanya sekitar 3 hari dan tidak dibutuhkan
pengobatan. Tetapi orang tua harus diingatkan bahwa kondisi tersebut adalah
relatif umum dan sementara. Jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan
indikasi fototerapi untuk hiperbilirubinemia (Persis Mary Hamilton, 1995).

1.2 Cephal Hematoma


1. Pengertian Cephal Hematoma
Cephalohematoma adalah pendarahan yang terjadi pada lapisan di selaput
otak yang menyebabkan terperangkapnya darah pada lapisan tersebut.
Cephalohematoma menimbulkan pembengkakan akibat darah menumpuk di
periosteum. Kondisi ini terjadi pada bayi akibat terganggunya jalan lahir.
Kelainan ini agak lama menghilangnya sekitar 1-3 bulan.
2
Cephalohematoma terjadi pada 2% dari kelahiran. Cephalohematoma
terjadi di lapisan otak bayi yaitu periosteum. Periosteum merupakan lapisan
tebal yang mencakup seluruh permukaan lapisan otak.

2. Penyebab Cephal Hematoma


Kondisi utama hematoma adalah disebabkan oleh adanya trauma pada bagian
kepala. Penyebab utama dari munculnya pembengkakan tersebut antara lain:
a. Persalinan cunam
Persalinan cunam atau ekstraksi cunam adalah cara dalam membantu
persalinan dengan alat cunam. Penarikan yang kuat dapat memicu terjadinya
cephalohematoma pada pembuluh darah di lapisan otak bayi baru lahir.
b. Persalinan Vacum
Persalinan vacum dilakukan pada proses persalinan yang sulit pada posisi
kepala sehingga diperlukan alat vacum untuk menarik bayi keluar.
c. Persalinan pertama
Persalinan pertama juga berdampak pada terjadinya cephalohematoma
karena trauma jalan lahir antara kepala dan tulang pelvis.
d. Persalinan Lama
Persalinan yang berlangsung lama di luar waktu persalinan dapat beresiko
cephalohematoma.
e. Kepala Bayi yang besar

3
Ukuran lingkar kepala bayi yang besar atau macrocephaly juga dapat
beresiko meningkatkan terjadinya cephalohematoma karena adanya
penekanan saat memasuki lingkar pelvis.
f. Bayi Besar
Ukuran bayi dengan berat badan lahir yang besar juga memicu terjadinya
cephalohematoma akibat penekanan selama jalan lahir.
g. Kelahiran sungsang

3. Gejala Cephal Hematoma


Gejala cephalohematoma menimbulkan kelainan pada bentuk kepala
bayi. Gejala mulai muncul sekitar 6 hingga 8 jam setelah lahir dan biasanya
hilang sebelum 24 jam atau minggu berikutnya. Gejala yang ditemukan antara
lain:
a. Adanya fluktuasi atau pelunakan pada daerah kepala saat palpasi
b. Adanya pembengkakan yang terbatas tidak sampai melewati sutura
c. Lokasi pembengkakan menetap dan batas yang jelas
d. Kepala tampak bengkak dcan berwsarna merah
e. Kulit kepala tampak berwarna kemerahan akibat terisi darah
f. Benjolan dapat membesar hingga hari ketiga
g. Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak
h. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

4. Komplikasi Cephal Hematoma


Cephalohematoma dapat menimbulkan komplikasi apabila tidak
diperhatikan dengan segera meskipun dapat hilang dengan sendirinya. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi antara lain`: Infeksi, Ikterusm, dan Fraktur tulang
tengkorak.
Perbedaan cephalohematoma dengan kaput suksedaneum adalah lain
halnya dengan cephalohematoma, kaput suksedanum juga merupakan
pembengkakan atau benjolan, tetapi ini terjadi akibat adanya penumpukan getah
bening akibat tekanan pada bagian kepala saat jalan lahir. Pada kaput

4
suksedaneum, pembengkakan dapat melewati sutura dengan batas yang tidak
jelas. Benjolan akan menghilang perlahan selama 3 minggu.

5. Tatalaksana Cephal Hematoma


Tatalaksana cepahlohematoma dapat dilakukan melalui konsultasi dokter
sehingga ibu dapat mengenai tata cara terbaik pada bayi. Sebenarnya
cephalohematoma tidak memerlukan penanganan khusus karena kondisi ini
dapat menghilang sekitar 2 hingga 6 minggu bergantung ukuran benjolan.
Intinya ibu perlu mengetahui perbedaan antara cepahlohematoma dan kaput
suksedaneum melalui diagnosa dokter.
Cephalohematoma tanpa fraktur hanya perlu menunggu penurunan
ukuran benjolan, pemberian vitamin K juga perlu. Pada daerah benjolan perlu
dijaga higienitas dan kebersihannya guna mencegah infeksi berulang dan tidak
boleh melakukan massage luka/benjolan cephal hematoma.
Apabila ditemukan adanya fraktur yang menimbulkan
cephalohematoma, maka kondisi ini perlu ditangani di rumah sakit untuk
mencegah komplikasi lebih serius. Pemeriksaan laboratorium seperti
hematokrit, X-ray kepala, foto toraks, dan observasi ketat perlu dilakukan agar
mencegah perburukan kondisi. Selama penanganan tersebut dimohon kepada
ibu untuk selalu menjaga kebersihan baik diri sendiri atau lingkungan agar
mencegah infeksi pada bayi. Selama proses penyembuhan dianjurkan untuk
konsultasi kembali ke dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan bayi.

1.3 Trauma Flaksus Brachialis

a. Pengertian Trauma Flaksus Brakialis


Fleksus brakialis adalah Sebuah jaringan saraf tulang belakang yang
berasal dari belakang leher, meluas melalui aksila (ketiak), dan menimbulkan
saraf untuk ekstremitas atas. Pleksus brakialis dibentuk oleh penyatuan bagian
dari kelima melalui saraf servikal kedelapan dan saraf dada pertama, yang
semuanya berasal dari sumsum tulang belakang.

5
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu, lengan
lengan bawah, atas dan tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri,
kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan kelumpuhan ekstremitas atas. Meskipun
cedera bisa terjadi kapan saja, banyak cedera pleksus brakialis terjadi selama
kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi dampak selama proses persalinan,
menyebabkan saraf pleksus brakialis untuk meregang atau robek.

Trauma pada pleksus brakialis yang dapat menyebabkan paralisis lengan


atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim
paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Trauma pleksus brakialis sering terjadi
pada penarikan lateral yang dipaksakan pada kepala dan leher, selama persalinan
bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas
kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.

b. Tanda dan Gejala pada Trauma Flaksus Brakialis

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakialis palsi adalah sebagai
berikut:

1. Gangguan motorik pada lengan atas


2. Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
3. Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung
4. Refleks moro negative
5. Refleks meraih dengan tangan tidak ada

c. Komplikasi trauma fleksus brakhialis


1. Kontraksi otot yang abnormal (kontraktur)atau pengencangan otot-otot,
yang mungkin menjadi permanen pada bahu, siku atau pergelangan tangan.
2. Permanen, parsial, atau total hilangnya fungsi saraf yang terkena,
menyebabkan kelumpuhan lengan atau kelemahan lengan.

6
d. Penanganan terhadap trauma fleksus brakhialis
Upaya ini dilakukan antara lain dengan cara :
1. Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan
pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2
minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti
program mobilisasi atau latihan.
2. Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90
derajat, siku fleksi 90 derajat disertai supine lengan bawah dan
pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi
3. Beri penguat atau bidai selama 1 – 2 minggu pertama kehidupannya dengan
cara meletakkan tangan bayi yang lumpuh disebelah kepalanya.
4. Rujuk ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani.
Penatalaksanaan dengan bentuk kuratif atau pengobatan.
Pengobatan tergantung pada lokasi dan jenis cedera pada pleksus brakialis
dan mungkin termasuk terapi okupasi dan fisik dan dalam beberapa kasus,
pembedahan. Beberapa cedera pleksus brakialis menyembuhkan sendiri.
Anak-anak dapat pulih atau sembuh dengan 3 sampai 4 bulan.
Prognosis juga tergantung pada lokasi dan jenis cedera pleksus
brakialis menentukan prognosis. Untuk luka avulsion dan pecah tidak ada
potensi untuk pemulihan kecuali rekoneksi bedah dilakukan pada waktu
yang tepat. Untuk cedera neuroma dan neurapraxia potensi untuk
pemulihan bervariasi. Kebanyakan pasien dengan cedera neurapraxia
sembuh secara spontan dengan kembali 90-100% fungsi.
Penanganan lesi pleksus brachialis efektif bila cepat terdeteksi atau
dimulai pada usia antara 3 sampai 6 bulan. Ada dua terapi utama untuk lesi
pleksus brachialis yaitu :
1. latihan fisik melalui fisioterapi (occupational therapy)
2. Penanganan bedah

Penanganan awal penderita lesi plekus brachialis pada bayi lebih


difokuskan pada mempertahankan pergerakan seluruh sendi disamping
terapi fisik sebagai antisipasi bila tidak terjadi perbaikan spontan dari
fungsi saraf. Perbaikan spontan terjadi pada umumnya pada sebagian besar
kasus dengan terapi fisik sebagai satu-satunya penanganan. Ada atau
tidaknya fungsi motorik pada 2 sampai 6 bulan pertama merupakan acuan
dibutuhkannya penanganan bedah. Graft bedah mikro untuk komponen
utama pleksus brachialis dapat dilakukan pada kasus-kasus avulsi akar
saraf atau ruptur yang tidak mengalami perbaikan.
7
Penanganan sekunder dapat dilakukan pada pasien bayi sampai
orang dewasa. Prosedur ini lebih umum dilakukan daripada bedah mikro
dan dapat juga dilakukan sebagai kelanjutan bedah mikro. Penanganan
bedah ini meliputi soft-tissue release, osteotomi, dan transfer tendo (Dr.
Kumar Kadiyala).
Semua graft saraf yang dibuat pada operasi diimobilisasi selama 2
sampai 6 minggu. Rehabilitasi sempurna diharapkan mulai setelah 6
minggu. Kemudian dilanjutkan dengan fisoterapi setelah 6 minggu dan
follow up setiap 3 bulan.

1.4 Fraktur klavikula

a. Pengertian Fraktur Klavikula


Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi
pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula.

b. Penyebab Fraktur Klavikula


Penyebab Fraktur Klavikula adalah :
1) Trauma (benturan)
2) Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama
3) Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia

c. Tanda-Tanda Fraktur Klavikula


Tanda-tanda fraktur Klavikula adalah :
1) Klavikula membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang
thorax. Maka bila klavikula patah, pasien akan terlihat dalam posisi
melindungi-bahu jatuh ke bawah dan mengimobilisasi lengan untuk
menghindari gerakan bahu.
2) Perubahan warna jaringan yang terkena
3) Deformitas postur tubuh/ bengkak
4) Abnormal mobilitas / kurangnya gerakan
5) Menangis merintih ketika tulang digerakkan
6) Penatalaksanaan Fraktur Klavikula

8
d. Penanganan Fraktur Klavikula adalah :
1) Dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi bahu (gips
klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat
digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan
mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak
harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi
terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris.
2) Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal
klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani
dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai
dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang
harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi internal.

1.5 Fraktur Humerus


1. Pengertian Fraktur Humerus
Fraktur humerus adalah patahnya tulang humerus akibat pada persalinan
letak kepala atau sungsang dengan lengan menumbung ke atas. Fraktur humerus
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.

2. Penyebab Frkatur Humerus


Kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi kepala / sungsang
dengan lengan menbumbung ke atas, pada kelahiran presentasi kepala dapat pula di
temukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang
humerus oleh tulang pelvis. Namun demikian kasus ini terjadi juga pada persalinan
secara seksio sesarea, meskipun sangat jarang. Secara khusus, dalam kasus distosia
bahu, presentasi sungsang, posisi kaki pertama, kehamilan kembar, dan makrosomia
janin yang juga merupakan indikasi sesar, risiko cedera janin meningkat. Fraktur
humerus merupakan fraktur tulang panjang kedua yang sering pada neonatal.

9
3. Tanda Dan Gejala Fraktur Humerus
a. Lengan yang cedera berkurang gerakannya atau tidak dapat digerakkan
b. Menghilangnya reflex moro atau reflex moro asimetris
c. Bayi menangis pada gerakan pasif
d. Letak fraktur biasanya di daerah difasis
e. Terabanya deformitas dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa sakit

4. Diagnosis
Diagnosis pasti adalah dengan melakukan palpasi untuk menemukan letak fraktur
dcan melakukan foto rontgen.

5. Penanganan Fraktur Humerus


a. Rujuk ke dokter spesialis anak – bedah, sebelumnya mengurangi
gerakan/imobilisasi dan memasang spalk
b. Reduksi dan Pemasangan gips:
1) Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang terkena dan dada dari
ketiak sampai siku.
2) Balut lengan atas sampai dada dengan kasa pembalut
3) Fleksikan siku 90 derajat dan balut dengan kasa pembalut lain, balut lengan
atas menyilang dinding perut. Yakinkan bahwa tali pusat tidak tertutup
kasa pembalut.

10
4) Imobilisasi lengan selama 2-4 minggu
c. Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpeng
tindih ringan dengan deformitas, umumnya akan baik
d. Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang
yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang
yang normal.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jejas persalinan adalah trauma pada bayi yang diakibatkan oleh proses persalinan.
Selanjutanya marilah belajar tentang macam-macam jejas persalinan.
a. Caput Succedaneum
Caput Succedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena oedem
yang disebabkan tekanan jalan lahir pada kepala (Depkes RI, 171 : 1977).
b. Cephal Hematoma
Cephalohematoma adalah pendarahan yang terjadi pada lapisan di selaput otak yang
menyebabkan terperangkapnya darah pada lapisan tersebut. Cephalohematoma
menimbulkan pembengkakan akibat darah menumpuk di periosteum. Kondisi ini terjadi
pada bayi akibat terganggunya jalan lahir. Kelainan ini agak lama menghilangnya sekitar
1-3 bulan.
c. Trauma Flaksus Brakialis
Fleksus brakialis adalah Sebuah jaringan saraf tulang belakang yang berasal dari
belakang leher, meluas melalui aksila (ketiak), dan menimbulkan saraf untuk ekstremitas
atas.
d. Fraktur Klavikula
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau
proksimal klavikula.
e. Fraktur Humerus
Fraktur humerus adalah patahnya tulang humerus akibat pada persalinan letak kepala atau
sungsang dengan lengan menumbung ke atas. Fraktur humerus disebabkan oleh benturan
atau trauma langsung maupun tidak langsung.

B. SARAN

12
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada neonatus sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswa di fakultas ilmu kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alifah R. Pemeriksaan Fisik dan temuan pada Neonatus, Bayi, Anak Balita dan
Prasekolah.Kebidanan; Teori dan Asuhan. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2018. p.
534-62.

Surjono A, Suradi R, A.M D, M SK, Indarso F, Dasatjipta G, et al. Buku Panduan Manajemen
Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar Kosim
MS, Surjono A, Setyowireni D, editors. Jakarta. : IDAI, MNH, JHPIEGO, Depkes RI; 2005.

Chung HY, Chung JY, Lee DG, Yang JD, Baik BS, Hwang SG, et al. Surgical treatment of
ossified cephalhematoma. Journal of Craniofacial Surgery. 2004;15(5):774-9.

Turan C, Kaskin G, Yurtseven a, Saz EU. A rare cause of neonatal humeral fractures in pediatric
emergency department: Cesarean Delivery. J Pediatr Emerg Intensive Care Med. 2018;5:82-5.

13

Anda mungkin juga menyukai