Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP ASUHAN ANTICIPATORY GUIDENCE

(Rawat Gabung)

Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita

Disusun oleh:

KELOMPOK 5

1. Ade Wulandari (NIM:P3.73.24.2.18.041)


2. Ajeng Noviyani (NIM:P3.73.24.2.18.043)
3. Devitrah Ananda (NIM:P3.73.24.2.18.047)

KELAS 2B

PRODI D-III KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT atas berkat dan rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita kami yang berjudul
“Konsep Asuhan Anticipatory Guidence (Rawat Gabung)” tepat pada waktu. Penyusunan
makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagi pihak sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Namun tidak lepas dari semua itu kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini baik dari segi
bahasa, atau aspek lainnya. Oleh karena itu diharapkan kepada pembaca agar memberikan
kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki makalah ini.

Bekasi, 12 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Manfaat dan Pelaksanaan Rawat Gabung...................................................................6
2.2 Sasaran dan Syarat Rawat Gabung..............................................................................9
2.3 Kontra Indikasi Rawat Gabung.................................................................................10
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung............................11
2.5 Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung..............................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iv

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010).
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang ibu dengan bayi
yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologis dan fisiologis. Ikatan ibu dan
anak dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi
kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai
minggu berikut-berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan
satu sama lain (Marmi, 2009).
Pemberian ASI eksklusif setelah lahir secara langsung bayi akan mengalami kontak
kulit dengan ibunya. Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar
ibu dan bayi terjalin proses lekat. Kontak mata, orang tua dan bayi akan mempunyai
banyak waktu untuk saling memandang, bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat
untuk dapat melihat pada orang tuanya. Mendengar dan merespon suara antara orang tua
dan bayinya sangat penting misalnya bila tangisan bayi pertama membuat mereka yakin
bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Aroma setiap anak memiliki aroma yang unik dan
bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (mahardika cahyaningrum, 2013) tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment dalam kategori cukup adalah
sebanyak 29 responden (61,7%) dan kategori kurang sebanyak 14 responden (29,8%).
Maka dari itu perlu diberikan edukasi kepada ibu postpartum tentang efek positif dari
bounding attachment dengan memfasilitasi adanya rawat gabung. Penelitian Klaus dan
Kennel, menyatakan bahwa para ibu yang diberikan waktu lebih banyak untuk
mengadakan kontak dengan anaknya untuk selanjutnya akan mempunyai kedekatan yang
lebih intensif. Seperti adanya saling kepercayaan antara ibu dan bayi. Karena itu
sangatlah penting untuk memfasilitasi dengan adanya rawat gabung.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa manfaat dan pelaksanaan dalam rawat gabung?
2. Apa sasaran dan syarat rawat gabung?
3. Apa saja kontra indikasi dalam rawat gabung?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung?
5. Bagaimana model pengaturan ruangan rawat gabung?
1.3 Manfaat
1. Mengetahui manfaat dan pelaksanaan dalam rawat gabung.
2. Mengetahui sasaran dan syarat rawat gabung.
3. Mengetahui kontra indikasi dalam rawat gabung.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung.
5. Memahami model pengaturan ruangan rawat gabung.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manfaat dan Pelaksanaan Rawat Gabung

A. Pengertian Rawat Gabung


Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat
yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui
anaknya.
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya, hal ini merupakan waktu yang baik bagi
ibu dan bayi saling berhubungan dan dapat memberikan kesempatan bagi keduanya untuk
pemberian ASI.
B. Jenis Rawat Gabung
Jenis Rawat Gabung adalah :
1. Rawat Gabung continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.
2. Rawat Gabung parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam
seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar
bayi.
C. Tujuan Rawat Gabung
1. Memberikan bantuan emosional :
a. Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya pada bayi.
b. Memberikan kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mendapatkan
pengalaman dalam merawat bayi.
2. Penggunaan ASI :
a. Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapat colostrom/ASI
b. Produksi ASI akan semakin banyak jika diberikan sesering mungkin.
3. Pencegahan infeksi
Mencegah terjadinya infeksi silang
4. Pendidikan kesehatan
a. Dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan pada ibu.
b. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi.

7
D. Manfaat Rawat Gabung
1. Bagi Ibu
a. Aspek psikologi
1) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant mother
bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
2) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya.
3) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat
memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan
memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya. Ibu
juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
b. Aspek fisik
1) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan
terjadi kontraksi rahim yang baik.
2) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat
mobilisasi.
2. Bagi Bayi
a. Aspek psikologis
1) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
2) Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya pada diri anak.
b. Aspek fisik
1) Bayi segera mendapatkan colostrom atau ASI jolong yang dapat
memberikan kekebalan/antibody
2) Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
3) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
4) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
5) Alergi terhadap susu buatan berkurang

8
3. Bagi Keluarga
a. Aspek Psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support
pada ibu untuk member ASI pada bayi.
b. Aspek Ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak
menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
4. Bagi Petugas
a. Aspek Psikologis
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat
melakukan pekerjaan lainnya.
b. Aspek Fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil
oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan.
E. Pelaksanaan
1. Di poliklinik kebidanan
a. Penyuluhan tentang ASI
b. Memutar film
c. Melayani konsultasi masalah ibu dan anak
2. Kamar persiapan
a. Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua
ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen
laktasi sejak mereka berada di poliklinik.
b. Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS
dimana ia akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar,
poster, brosur dsb untuk membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan
ini tidak boleh terdapat botol susu, dot atau kempengan apalagi iklan susu
formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu menyusui.
3. Kamar Persalinan
a. Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan
benar. Serta menyusui segera setelah lahir.
b. Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada
puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera
memproduksi ASI

9
4. Kamar perawatan
a. Bayi diletakkan dekat dengan ibunya
b. Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal
c. Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara
d. Mencatat keadaan bayi sehari-hari
e. KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara
memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare
f. Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus

2.2 Sasaran dan Syarat Rawat Gabung


Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin dikamar bersalin dan memulai
perawatan pascapersalinan. Meskipun demikian penyuluhan tentang manfaat dan
pentingnya rawat gabung sudah dimulai sejak ibu pertama kali memeriksakan
kehamilannya di poliklinik asuhan antenatal yang ada di puskesmas atau tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung.
Bayi dan ibu yang dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat kriteria berikut :
1. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
2. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat,
reflex menghisap baik, tidak ada infeksi dan sebagainya.
3. Bayi yang dilahirkan dengan section secaria dengan anestesi umum, rawat gabung
dilakukan segera setelah ibu dan bayinya sadar penuh bayi tidak ngantuk misalnya
empat sampai enam jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun
mungkin ibu masih mendapat infus.
4. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama nilai APGAR minimal 7.
5. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
6. Berat lahir 2000 – 2500 gram atau lebih.
7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
8. Bayi dan ibu sehat.

10
2.3 Kontra Indikasi Rawat Gabung

Menurut Prawirohardjo 1999 adalah :

1. Pihak Ibu
a. Fungsi kardio respiratorik yang tidak baik Pasien penyakit jantung kelas II
dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik.
Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui.
b. Eklampsia dan preeclampsia berat. Keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh
obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun
sehigga ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan
pada bayi.
c. Penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan.
Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada
sepsis keadan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui.
d. Karsinoma payudara Pasien dengan karsinoma harus dicegah jangan sampai
ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui
ditakutkan adanya sel- sel karsinoma yang terminum sibayi.
e. Psikosis Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis.
Meskipun pada dasarnya ibu saying pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan
penderita psikosis membuat cedera pada bayi.
2. Pihak Bayi
a. Bayi kejang Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak
memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi
menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk
menyusui.
b. Bayi yang sakit berat Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit
lain yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak mungkin menyusu dan
dirawat gabung.
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus. Selama observasi rawat
gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik tentu dapat dirawat
gabung. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.

11
d. Very Low Birth Weight. Berat badan lahir sangat rendah Refleks menghisap dan
refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak mungkin menyusu dan
dirawat gabung.
e. Cacat Bawaan Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan
bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan
kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskisis, palatoskhisis bahkan
labiognatopalatoskhisis masih memungkinkan untuk menyusui.
f. Kelainan metabolic dimana bayi tidak dapat menerima ASI.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung

Keberhasilan rooming in (rawat gabung) yang mendukung peningkatan


penggunaan ASI dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1. Peranan sosial budaya
Kemajuan teknologi perkembangan industri dan pengaruh kebudayaan
barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat, seperti
memberi susu formula dianggap modern karena memberikan ibu
kedudukan yang sama dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan
mengendornya payudara membuat ibu-ibu enggan menyusui bayinya.
(Setyawati, 2016)
2. Faktor ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja diluar rumah karena status atau memang
dirinya dibutuhkan. Pada sebagian kasus lainnya ibu bekerja diluar rumah
hanya semata karena tekanan ekonomi dimana penghasilan suami
dirasakan belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Dengan bekerja
diluar rumah ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya.
Dengan demikian frekwensi penyusuan akan berkurang dan akan
menyebabkan produksi menurun. Keadaan ini selanjutnya akan
mendorong ibu untuk menghentikan pemberian ASI. (Setyawati, 2016)
3. Peranan tata laksana rumah sakit/rumah bersalin.
Peranan tata laksana rumah sakit/rumah bersalin sangat penting
mengingat kini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tata laksana rumah sakit yang tidak
menunjang keberhasilan menyusui harus dihindari, seperti:

12
a. Memisahkan bayi dari ibunya
b. Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan
membuat ibu salah sangka dan menganggap susu formula sama
baiknya bahkan lebih baik dari ASI.
4. Faktor dalam diri ibu sendiri.
a. Keadaan gizi
b. Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui.
c. Keadaan emosional
d. Keadaan payudara

2.5 Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung

1. Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya ( model perawatan kelas )
2. Empat sampai lima orang ibu dalam satu kamar dengan bayi pada kamar lain
bersebelahan, dan bayi dapat ditarik keluar dari kamarnya tanpa si ibu perlu
meninggalkan tempat tidurnya
3. model di mana ibu dan bayi tidur diatas tempat tidur / kasur yang sama.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu
dapat menyusui anaknya. Jenis rawat Gabung adalah rawat gabung continue dan
partial. Manfaat rawat gabung bagi bayi, ibu, petugas, keluarga dari segi fisik dan
psikologis. Sasaran rawat gabung antara lain adalah bayi lahir normal, jika lahir
dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek
hisap baik dan tidak ada tanda infeksi. Kontra indikasi rawat gabung ditinjau dari ibu
dan bayi. Dalam rawat gabung suami dan keluarga dapat membantu ibu dalam
menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu akan
mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati
yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya.

3.2 Saran
Diharapkan partisipan/ ibu post partum dapat memberikan ASI setiap saat dan
sesering mungkin dan bidan dapat meningkatkan sosialisasi rawat gabung sejak masa
kehamilan. Sehingga dapat terwujudnya tujuan dan manfaat dari rawat gabung.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/rawat-gabung.html diakses tanggal 5 februari 2020


pukul 23.09

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/rawat-gabung diakses tanggal 9 februari 2020 pukul


15.45

Mappiwali, Asrul. 2008. RawatGabung (Rooming In). Makassar: FK


UNHAS.AsuhanNeonatusBayidanAnakBalita. Makassar: YAPMA.

Setyawati, A. (2016). Perilaku Ibu Postpartum Saat Pelaksanaan Rawat Gabung Di


Rumah Sakit Bersalin Muhammadiyah Cirebon. Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran Bandung

iv

Anda mungkin juga menyukai