(Rawat Gabung)
Disusun oleh:
KELOMPOK 5
KELAS 2B
JURUSAN KEBIDANAN
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT atas berkat dan rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita kami yang berjudul
“Konsep Asuhan Anticipatory Guidence (Rawat Gabung)” tepat pada waktu. Penyusunan
makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagi pihak sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Namun tidak lepas dari semua itu kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini baik dari segi
bahasa, atau aspek lainnya. Oleh karena itu diharapkan kepada pembaca agar memberikan
kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Manfaat dan Pelaksanaan Rawat Gabung...................................................................6
2.2 Sasaran dan Syarat Rawat Gabung..............................................................................9
2.3 Kontra Indikasi Rawat Gabung.................................................................................10
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung............................11
2.5 Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung..............................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iv
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010).
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang ibu dengan bayi
yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologis dan fisiologis. Ikatan ibu dan
anak dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi
kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai
minggu berikut-berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan
satu sama lain (Marmi, 2009).
Pemberian ASI eksklusif setelah lahir secara langsung bayi akan mengalami kontak
kulit dengan ibunya. Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar
ibu dan bayi terjalin proses lekat. Kontak mata, orang tua dan bayi akan mempunyai
banyak waktu untuk saling memandang, bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat
untuk dapat melihat pada orang tuanya. Mendengar dan merespon suara antara orang tua
dan bayinya sangat penting misalnya bila tangisan bayi pertama membuat mereka yakin
bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Aroma setiap anak memiliki aroma yang unik dan
bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (mahardika cahyaningrum, 2013) tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment dalam kategori cukup adalah
sebanyak 29 responden (61,7%) dan kategori kurang sebanyak 14 responden (29,8%).
Maka dari itu perlu diberikan edukasi kepada ibu postpartum tentang efek positif dari
bounding attachment dengan memfasilitasi adanya rawat gabung. Penelitian Klaus dan
Kennel, menyatakan bahwa para ibu yang diberikan waktu lebih banyak untuk
mengadakan kontak dengan anaknya untuk selanjutnya akan mempunyai kedekatan yang
lebih intensif. Seperti adanya saling kepercayaan antara ibu dan bayi. Karena itu
sangatlah penting untuk memfasilitasi dengan adanya rawat gabung.
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa manfaat dan pelaksanaan dalam rawat gabung?
2. Apa sasaran dan syarat rawat gabung?
3. Apa saja kontra indikasi dalam rawat gabung?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung?
5. Bagaimana model pengaturan ruangan rawat gabung?
1.3 Manfaat
1. Mengetahui manfaat dan pelaksanaan dalam rawat gabung.
2. Mengetahui sasaran dan syarat rawat gabung.
3. Mengetahui kontra indikasi dalam rawat gabung.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung.
5. Memahami model pengaturan ruangan rawat gabung.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
D. Manfaat Rawat Gabung
1. Bagi Ibu
a. Aspek psikologi
1) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant mother
bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
2) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya.
3) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat
memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan
memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya. Ibu
juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
b. Aspek fisik
1) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan
terjadi kontraksi rahim yang baik.
2) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat
mobilisasi.
2. Bagi Bayi
a. Aspek psikologis
1) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
2) Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya pada diri anak.
b. Aspek fisik
1) Bayi segera mendapatkan colostrom atau ASI jolong yang dapat
memberikan kekebalan/antibody
2) Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
3) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
4) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
5) Alergi terhadap susu buatan berkurang
8
3. Bagi Keluarga
a. Aspek Psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support
pada ibu untuk member ASI pada bayi.
b. Aspek Ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak
menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
4. Bagi Petugas
a. Aspek Psikologis
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat
melakukan pekerjaan lainnya.
b. Aspek Fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil
oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan.
E. Pelaksanaan
1. Di poliklinik kebidanan
a. Penyuluhan tentang ASI
b. Memutar film
c. Melayani konsultasi masalah ibu dan anak
2. Kamar persiapan
a. Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua
ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen
laktasi sejak mereka berada di poliklinik.
b. Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS
dimana ia akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar,
poster, brosur dsb untuk membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan
ini tidak boleh terdapat botol susu, dot atau kempengan apalagi iklan susu
formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu menyusui.
3. Kamar Persalinan
a. Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan
benar. Serta menyusui segera setelah lahir.
b. Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada
puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera
memproduksi ASI
9
4. Kamar perawatan
a. Bayi diletakkan dekat dengan ibunya
b. Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal
c. Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara
d. Mencatat keadaan bayi sehari-hari
e. KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara
memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare
f. Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus
10
2.3 Kontra Indikasi Rawat Gabung
1. Pihak Ibu
a. Fungsi kardio respiratorik yang tidak baik Pasien penyakit jantung kelas II
dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik.
Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui.
b. Eklampsia dan preeclampsia berat. Keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh
obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun
sehigga ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan
pada bayi.
c. Penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan.
Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada
sepsis keadan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui.
d. Karsinoma payudara Pasien dengan karsinoma harus dicegah jangan sampai
ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui
ditakutkan adanya sel- sel karsinoma yang terminum sibayi.
e. Psikosis Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis.
Meskipun pada dasarnya ibu saying pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan
penderita psikosis membuat cedera pada bayi.
2. Pihak Bayi
a. Bayi kejang Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak
memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi
menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk
menyusui.
b. Bayi yang sakit berat Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit
lain yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak mungkin menyusu dan
dirawat gabung.
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus. Selama observasi rawat
gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik tentu dapat dirawat
gabung. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.
11
d. Very Low Birth Weight. Berat badan lahir sangat rendah Refleks menghisap dan
refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak mungkin menyusu dan
dirawat gabung.
e. Cacat Bawaan Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan
bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan
kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskisis, palatoskhisis bahkan
labiognatopalatoskhisis masih memungkinkan untuk menyusui.
f. Kelainan metabolic dimana bayi tidak dapat menerima ASI.
12
a. Memisahkan bayi dari ibunya
b. Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan
membuat ibu salah sangka dan menganggap susu formula sama
baiknya bahkan lebih baik dari ASI.
4. Faktor dalam diri ibu sendiri.
a. Keadaan gizi
b. Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui.
c. Keadaan emosional
d. Keadaan payudara
1. Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya ( model perawatan kelas )
2. Empat sampai lima orang ibu dalam satu kamar dengan bayi pada kamar lain
bersebelahan, dan bayi dapat ditarik keluar dari kamarnya tanpa si ibu perlu
meninggalkan tempat tidurnya
3. model di mana ibu dan bayi tidur diatas tempat tidur / kasur yang sama.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu
dapat menyusui anaknya. Jenis rawat Gabung adalah rawat gabung continue dan
partial. Manfaat rawat gabung bagi bayi, ibu, petugas, keluarga dari segi fisik dan
psikologis. Sasaran rawat gabung antara lain adalah bayi lahir normal, jika lahir
dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek
hisap baik dan tidak ada tanda infeksi. Kontra indikasi rawat gabung ditinjau dari ibu
dan bayi. Dalam rawat gabung suami dan keluarga dapat membantu ibu dalam
menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu akan
mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati
yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya.
3.2 Saran
Diharapkan partisipan/ ibu post partum dapat memberikan ASI setiap saat dan
sesering mungkin dan bidan dapat meningkatkan sosialisasi rawat gabung sejak masa
kehamilan. Sehingga dapat terwujudnya tujuan dan manfaat dari rawat gabung.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
iv