Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI , BALITA DAN


ANAK PRASEKOLAH

Jejas Persalinan

Kelompok 2
Disusun Oleh :

Anita Sari

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA
TAHUN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah


SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Jejas Persalinan”.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu hingga
makalah ini dapat terselesaikan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai
berbagai perkembangan organ reproduksi yang dilalui wanita dari masa ke
masa.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang kami yakini di luar batas kemampuan kami.
Maka dari itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Bogor, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................1
C. TUJUAN...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2-11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN.......................................................................................................12
B. SARAN...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang


dapat dihindarin atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin
bayi selama kelahiran dan persalinan. Trauma lahir adalah trauma pada bayi
diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan
untuk menunjukan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan
maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang
tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran.
Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik
yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi
meskipun telah mendapatkan perawatan kebidanan yang terampil dan
kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap
prang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma
akibat amniosentesis, transfuse intrauteri, pengambilan contoh darah vena
kepala atau resusitasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari caput suksedaneum?
2. Apa penjelasan dari cephalhematoma?
3. Apa penjelasan dari trauma pada flexus brachlalis?
4. Apa penjelasan dari fraktur klavukula dan fraktur humerus ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian dari
caput suksedaneum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari cephalhematoma.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari trauma pada flexus
brachlalis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari klavikula dan fraktur
humerus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian jejas persalinan


Jejas persalinan adalah trauma pada bayi yang diakibatkan oleh proses
persalinan. Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukkan trauma mekanik
yang dapat dihindari atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang
dialami bayi selama kelahiran dan persalinan.

B. Macam-macam jejas persalinan


1. Caput succsedaneum
a. Pengertian Caput Succedaneum
Caput Succedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di
kepala karena oedem yang disebabkan tekanan jalan lahir pada kepala
(Depkes RI, 171 : 1977).
b. Penyebab Caput Succedaneum
Caput Succedaneum timbul akibat tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
ekstravasa. Benjolan kaput berisi cairan serum dan sedikit bercampur
darah (AH. Markum, 1991 :267).
c. tanda-tanda Caput Succedaneum
Secara klinis, benjolan ditemukan di daerah presentasi lahir, pada
perabaan teraba benjolan lunak, berbatas tidak tegas, tidak berfluktuasi
tetapi bersifat edema tekan. Benjolan terletak di luar periosteum hingga
dapat melampaui sutura. Kulit pada permukaaan benjolan sering
berwarna kemerahan atau ungu dan kadang- kadang ditemukan adanya
bercak petekie atau ekimosis. Caput Succedaneum dapat terlihat segera
setelah bayi lahir (AH. Markum, 1991).
d. Penatalaksanaan Caput Succedaneum

2
Ukuran dan letak Caput Succedaneum dicatat dan area yang terkena diamati
sampai pembengkakan menghilang. Biasanya sekitar 3 hari dan tidak
dibutuhkan pengobatan. Tetapi orang tua harus diingatkan bahwa
kondisi tersebut adalah relatif umum dan sementara. Jika terjadi
ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk
hiperbilirubinemia (Persis Mary Hamilton, 1995).

2. Cephal Hematoma
a. Pengertian Cephal Hematoma
Cephalohematoma adalah pendarahan yang terjadi pada lapisan di
selaput otak yang menyebabkan terperangkapnya darah pada lapisan
tersebut. Cephalohematoma menimbulkan pembengkakan akibat darah
menumpuk di periosteum. Kondisi ini terjadi pada bayi akibat
terganggunya jalan lahir. Kelainan ini agak lama menghilangnya sekitar
1-3 bulan. Cephalohematoma terjadi pada 2% dari kelahiran.
Cephalohematoma terjadi di lapisan otak bayi yaitu periosteum.
Periosteum merupakan lapisan tebal yang mencakup seluruh permukaan
lapisan otak.

3
b. Penyebab Cephal Hematoma
Kondisi utama hematoma adalah disebabkan oleh adanya trauma
pada bagian kepala. Penyebab utama dari munculnya pembengkakan
tersebut antara lain:
1) Persalinan cunam : Persalinan cunam atau ekstraksi cunam adalah
cara dalam membantu persalinan dengan alat cunam. Penarikan yang
kuat dapat memicu terjadinya cephalohematoma pada pembuluh darah
di lapisan otak bayi baru lahir.
2) Persalinan Vacum : Persalinan vacum dilakukan pada proses
persalinan yang sulit pada posisi kepala sehingga diperlukan alat
vacum untuk menarik bayi keluar.
3) Persalinan pertama : Persalinan pertama juga berdampak pada
terjadinya cephalohematoma karena trauma jalan lahir antara kepala
dan tulang pelvis.
4) Persalinan Lama : Persalinan yang berlangsung lama di luar waktu
persalinan dapat beresiko cephalohematoma.
5) Kepala Bayi yang besar : Ukuran lingkar kepala bayi yang besar atau
macrocephaly juga dapat beresiko meningkatkan terjadinya
cephalohematoma karena adanya penekanan saat memasuki lingkar
pelvis.
6) Bayi Besar : Ukuran bayi dengan berat badan lahir yang besar juga
memicu terjadinya cephalohematoma akibat penekanan selama jalan
lahir.
7) Kelahiran sungsang

c. Gejala Cephal Hematoma


Gejala cephalohematoma menimbulkan kelainan pada bentuk
kepala bayi. Gejala mulai muncul sekitar 6 hingga 8 jam setelah lahir dan
biasanya hilang sebelum 24 jam atau minggu berikutnya. Gejala yang
ditemukan antara lain:
1) Adanya fluktuasi atau pelunakan pada daerah kepala saat palpasi

4
2) Adanya pembengkakan yang terbatas tidak sampai melewati sutura
3) Lokasi pembengkakan menetap dan batas yang jelas
4) Kepala tampak bengkak dcan berwsarna merah
5) Kulit kepala tampak berwarna kemerahan akibat terisi darah
6) Benjolan dapat membesar hingga hari ketiga
7) Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak
8) Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

d. Komplikasi Cephal Hematoma


Cephalohematoma dapat menimbulkan komplikasi apabila tidak
diperhatikan dengan segera meskipun dapat hilang dengan sendirinya.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain`: Infeksi, Ikterusm,
dan Fraktur tulang tengkorak.
Perbedaan cephalohematoma dengan kaput suksedaneum adalah
lain halnya dengan cephalohematoma, kaput suksedanum juga
merupakan pembengkakan atau benjolan, tetapi ini terjadi akibat adanya
penumpukan getah bening akibat tekanan pada bagian kepala saat
jalan lahir. Pada kaput suksedaneum, pembengkakan dapat melewati
sutura dengan batas yang tidak jelas. Benjolan akan menghilang
perlahan selama 3 minggu.

e. Tatalaksana Cephal Hematoma


Tatalaksana cepahlohematoma dapat dilakukan melalui konsultasi
dokter sehingga ibu dapat mengenai tata cara terbaik pada bayi.
Sebenarnya cephalohematoma tidak memerlukan penanganan khusus
karena kondisi ini dapat menghilang sekitar 2 hingga 6 minggu
bergantung ukuran benjolan. Intinya ibu perlu mengetahui perbedaan
antara cepahlohematoma dan kaput suksedaneum melalui diagnosa
dokter.
Cephalohematoma tanpa fraktur hanya perlu menunggu penurunan
ukuran benjolan, pemberian vitamin K juga perlu. Pada daerah benjolan

5
perlu dijaga higienitas dan kebersihannya guna mencegah infeksi
berulang dan tidak boleh melakukan massage luka/benjolan cephal
hematoma.
Apabila ditemukan adanya fraktur yang menimbulkan
cephalohematoma, maka kondisi ini perlu ditangani di rumah sakit untuk
mencegah komplikasi lebih serius. Pemeriksaan laboratorium seperti
hematokrit, X-ray kepala, foto toraks, dan observasi ketat perlu dilakukan
agar mencegah perburukan kondisi. Selama penanganan tersebut
dimohon kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan baik diri sendiri
atau lingkungan agar mencegah infeksi pada bayi. Selama proses
penyembuhan dianjurkan untuk konsultasi kembali ke dokter untuk
memeriksa kondisi kesehatan bayi.

3. Trauma Flaksus Brachialis


a. Pengertian Trauma Flaksus Brakialis
Fleksus brakialis adalah Sebuah jaringan saraf tulang belakang
yang berasal dari belakang leher, meluas melalui aksila (ketiak), dan
menimbulkan saraf untuk ekstremitas atas. Pleksus brakialis dibentuk
oleh penyatuan bagian dari kelima melalui saraf servikal kedelapan dan
saraf dada pertama, yang semuanya berasal dari sumsum tulang
belakang.
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu,
lengan lengan bawah, atas dan tangan, menyebabkan mati rasa,
kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan kelumpuhan
ekstremitas atas. Meskipun cedera bisa terjadi kapan saja, banyak cedera
pleksus brakialis terjadi selama kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi
dampak selama proses persalinan, menyebabkan saraf pleksus brakialis
untuk meregang atau robek.
Trauma pada pleksus brakialis yang dapat menyebabkan paralisis
lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau
lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Trauma pleksus

6
brakialis sering terjadi pada penarikan lateral yang dipaksakan pada
kepala dan leher, selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau
bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi
bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.

b. Tanda dan Gejala pada Trauma Flaksus Brakialis


Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakialis palsi
adalah sebagai berikut:
1) Gangguan motorik pada lengan atas
2) Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
3) Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung
4) Refleks moro negative
5) Refleks meraih dengan tangan tidak ada

c. Komplikasi trauma fleksus brakhialis


1) Kontraksi otot yang abnormal (kontraktur)atau pengencangan
otot-otot, yang mungkin menjadi permanen pada bahu, siku atau
pergelangan tangan.
2) Permanen, parsial, atau total hilangnya fungsi saraf yang terkena,
menyebabkan kelumpuhan lengan atau kelemahan lengan.
d. Penanganan trauma fleksus brakhialis
Upaya ini dilakukan antara lain dengan cara :

7
1) Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan
ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau
1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang
kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
2) Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90
derajat, siku fleksi 90 derajat disertai supine lengan bawah dan
pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi
3) Beri penguat atau bidai selama 1 – 2 minggu pertama kehidupannya
dengan cara meletakkan tangan bayi yang lumpuh disebelah
kepalanya.
4) Rujuk ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani.
Penatalaksanaan dengan bentuk kuratif atau pengobatan.
Pengobatan tergantung pada lokasi dan jenis cedera pada pleksus
brakialis dan mungkin termasuk terapi okupasi dan fisik dan dalam
beberapa kasus, pembedahan. Beberapa cedera pleksus brakialis
menyembuhkan sendiri. Anak-anak dapat pulih atau sembuh dengan 3
sampai 4 bulan. Prognosis juga tergantung pada lokasi dan jenis cedera
pleksus brakialis menentukan prognosis. Untuk luka avulsion dan pecah
tidak ada potensi untuk pemulihan kecuali rekoneksi bedah dilakukan
pada waktu yang tepat. Untuk cedera neuroma dan neurapraxia potensi
untuk pemulihan bervariasi. Kebanyakan pasien dengan cedera
neurapraxia sembuh secara spontan dengan kembali 90-100% fungsi.
Penanganan lesi pleksus brachialis efektif bila cepat terdeteksi atau
dimulai pada usia antara 3 sampai 6 bulan. Ada dua terapi utama untuk
lesi pleksus brachialis yaitu :
1) latihan fisik melalui fisioterapi (occupational therapy)
2) Penanganan bedah

Penanganan awal penderita lesi plekus brachialis pada bayi lebih difokuskan
pada mempertahankan pergerakan seluruh sendi disamping terapi fisik
sebagai antisipasi bila tidak terjadi perbaikan spontan dari fungsi saraf.

8
Perbaikan spontan terjadi pada umumnya pada sebagian besar kasus
dengan terapi fisik sebagai satu-satunya penanganan. Ada atau tidaknya
fungsi motorik pada 2 sampai 6 bulan pertama merupakan acuan
dibutuhkannya penanganan bedah. Graft bedah mikro untuk komponen
utama pleksus brachialis dapat dilakukan pada kasus-kasus avulsi akar
saraf atau ruptur yang tidak mengalami perbaikan.
Penanganan sekunder dapat dilakukan pada pasien bayi sampai orang
dewasa. Prosedur ini lebih umum dilakukan daripada bedah mikro dan
dapat juga dilakukan sebagai kelanjutan bedah mikro. Penanganan bedah
ini meliputi soft-tissue release, osteotomi, dan transfer tendo (Dr. Kumar
Kadiyala). Semua graft saraf yang dibuat pada operasi diimobilisasi
selama 2 sampai 6 minggu. Rehabilitasi sempurna diharapkan mulai
setelah 6 minggu. Kemudian dilanjutkan dengan fisoterapi setelah 6
minggu dan follow up setiap 3 bulan.

4. Fraktur klavikula
a. Pengertian Fraktur Klavikula
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering
terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80%
fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula.
b. Penyebab Fraktur Klavikula Penyebab Fraktur Klavikula adalah :
1) Trauma (benturan)
2) Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama
3) Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia
c. Tanda-Tanda Fraktur Klavikula
Tanda-tanda fraktur Klavikula adalah :
1) Klavikula membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke
belakang thorax. Maka bila klavikula patah, pasien akan terlihat
dalam posisi melindungi-bahu jatuh ke bawah dan mengimobilisasi
lengan untuk menghindari gerakan bahu.
2) Perubahan warna jaringan yang terkena

9
3) Deformitas postur tubuh/ bengkak
4) Abnormal mobilitas / kurangnya gerakan
5) Menangis merintih ketika tulang digerakkan

d. Penanganan Fraktur Klavikula adalah :


1) Dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi bahu (gips
klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula
dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke
belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan
strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk
mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris.
2) Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3
distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat
ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur
1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular,
akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka
dan fiksasi internal.

5. Fraktur Humerus
a. Pengertian Fraktur Humerus
Fraktur humerus adalah patahnya tulang humerus akibat pada
persalinan letak kepala atau sungsang dengan lengan menumbung ke
atas. Fraktur humerus disebabkan oleh benturan atau trauma langsung
maupun tidak langsung.
b. Penyebab Frkatur Humerus
Kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi kepala /
sungsang dengan lengan menbumbung ke atas, pada kelahiran presentasi
kepala dapat pula di temukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan
keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Namun
demikian kasus ini terjadi juga pada persalinan secara seksio sesarea,

10
meskipun sangat jarang. Secara khusus, dalam kasus distosia bahu,
presentasi sungsang, posisi kaki pertama, kehamilan kembar, dan
makrosomia janin yang juga merupakan indikasi sesar, risiko cedera
janin meningkat. Fraktur humerus merupakan fraktur tulang panjang
kedua yang sering pada neonatal.
c. Tanda Dan Gejala Fraktur Humerus
1) Lengan yang cedera berkurang gerakannya atau tidak dapat
digerakkan
2) Menghilangnya reflex moro atau reflex moro asimetris
3) Bayi menangis pada gerakan pasif
4) Letak fraktur biasanya di daerah difasis
5) Terabanya deformitas dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa
sakit
b.

d. Diagnosis
Diagnosis pasti adalah dengan melakukan palpasi untuk
menemukan letak fraktur dcan melakukan foto rontgen.
e. Penanganan Fraktur Humerus
1) Rujuk ke dokter spesialis anak – bedah, sebelumnya mengurangi
gerakan/imobilisasi dan memasang spalk
2) Reduksi dan Pemasangan gips:
3) Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang terkena dan dada
dari ketiak sampai siku.

11
4) Balut lengan atas sampai dada dengan kasa pembalut
5) Fleksikan siku 90 derajat dan balut dengan kasa pembalut lain,
balut lengan atas menyilang dinding perut. Yakinkan bahwa tali
pusat tidak tertutup kasa pembalut.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jejas persalinan adalah trauma pada bayi yang diakibatkan oleh proses
persalinan. Selanjutanya marilah belajar tentang macam-macam jejas
persalinan.
1. Caput Succedaneum. Caput Succedaneum adalah pembengkakan pada suatu
tempat di kepala karena oedem yang disebabkan tekanan jalan lahir pada
kepala (Depkes RI, 171 : 1977).
2. Cephal Hematoma. Cephalohematoma adalah pendarahan yang terjadi pada
lapisan di selaput otak yang menyebabkan terperangkapnya darah pada
lapisan tersebut. Cephalohematoma menimbulkan pembengkakan akibat
darah menumpuk di periosteum. Kondisi ini terjadi pada bayi akibat
terganggunya jalan lahir. Kelainan ini agak lama menghilangnya sekitar 1-3
bulan.
3. Trauma Flaksus Brakialis. Fleksus brakialis adalah Sebuah jaringan saraf
tulang belakang yang berasal dari belakang leher, meluas melalui aksila
(ketiak), dan menimbulkan saraf untuk ekstremitas atas.
a. Fraktur Klavikula : Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera
yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih
dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal
klavikula.
b. Fraktur Humerus : Fraktur humerus adalah patahnya tulang humerus
akibat pada persalinan letak kepala atau sungsang dengan lengan
menumbung ke atas. Fraktur humerus disebabkan oleh benturan atau
trauma langsung maupun tidak langsung.

13
B. SARAN

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi yang


berkaitan dengan asuhan kebidanan pada neonatus sehingga dapat menambah
pengetahuan bagi mahasiswa.
Namun dalam penulisan dan pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan
kritik dan saran demi tercapainya pembuatan makalah yang sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Alifah R. Pemeriksaan Fisik dan temuan pada Neonatus, Bayi, Anak Balita dan
Prasekolah.Kebidanan; Teori dan Asuhan. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2018. p. 534-62.
2. Surjono A, Suradi R, A.M D, M SK, Indarso F, Dasatjipta G, et al. Buku
Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat, Bidan
di Rumah Sakit Rujukan Dasar Kosim MS, Surjono A, Setyowireni D, editors.
Jakarta. : IDAI, MNH, JHPIEGO, Depkes RI; 2005
3. Chung HY, Chung JY, Lee DG, Yang JD, Baik BS, Hwang SG, et al. Surgical
treatment of ossified cephalhematoma. Journal of Craniofacial Surgery.
2004;15(5):774-9.
4. Turan C, Kaskin G, Yurtseven a, Saz EU. A rare cause of neonatal humeral
fractures in pediatric emergency department: Cesarean Delivery. J Pediatr
Emerg Intensive Care Med. 2018;5:82-5.

15

Anda mungkin juga menyukai