Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
(04419616022)
Cilendek Barat
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya Modul Teori
dari Mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Balita ini dapat diselesaikan. Modul
Teori Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Balita Dengan Masalah Serta Penanganannya ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Akademi
Kebidanan Prima Husada Bogor dalam menempuh mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi dan Balita.
Modul ini disusun dengan kualifikasi merangkum semua materi teoritis. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas
selesainya modul ini. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul
ini. Oleh karena itu segala masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna
penyempurnaan modul ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
Asuhan Neonatus Jejas Persalinan.....................................................................................4
Tujuan Pembelajaran...................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................4
Tujuan..........................................................................................................................................4
Asuhan Neonatus Jejas Persalinan...............................................................................................4
Caput Suksedaneum.......................................................................................................................................4
Cephalhematoma............................................................................................................................................5
Trauma pada flexus braachialis......................................................................................................................5
Fraktur klavikula..............................................................................................................................................6
Perdarahan subaponeurotik...........................................................................................................................7
BAB II..............................................................................................................................21
PENUTUP.........................................................................................................................21
Kesimpulan................................................................................................................................21
Saran..........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22
BAB I
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir yang bermasalah secara mandiri.
Rumusan Masalah
1. Apa saja asuhan neonatus jejas persalinan?
2. Apa saja neonatus dengan kelainan bawaan?
Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan neonatus jejas persalinan
2. Untuk mengetahui neonatus dengan kelainan bawaan
Caput Suksedaneum
a. Definisi
Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan
uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan
ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang
dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada
gejala sisa yang dilaporkan Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat
disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang
akan menghilang dalam waktu satu dua hari.
b. Penyebab
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang
disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler.Keadaan ini
bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan Vacum ektrasi.Benjolan caput
ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.
c. Gejala
Ada beberapa gejala yang terlihat, antara lain :
1) Udema di kepala
2) Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3) Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
4) Udema melampaui tulang tengkorak
5) Batas yang tidak jelas
6) Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
7) Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan
d. Penatalaksanaan
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam penanganan caput succedaneum,
yaitu:
1) Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.
2) Pengawasan keadaan umum bayi.
3) Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup.
Cephalhematoma
a. Definisi
Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal
akibat kerusakan jaringan poricstum karena tarikan atau
tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas
sutura garis tengah. Pemeriksaan x-ray tengkorak
dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati
hampir 5% dari seluruh cephalhematoma).
b. Penyebab
Hematoma dapat terjadi karena :
1) Persalinan lama
2) Tarikan vakum atau cunam
3) Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
c. Tanda Dan Gejala
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
1) Adanya fluktuasi
2) Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi
lahir
3) Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal Berupa benjolan
timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian
benjolan keras sampai umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.
d. Penatalaksanaan
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar
kecilnya benjolan.
a. Definisi
Trauma pada fleksus brachialis adalah kelumpuhan
pada fleksus brakhialis schingga menyebabkan
kelemahan dan kelumpuhan lengan untu fleksi, abduksi dan memutar lengan keluar
serta hilangnya refleks bisep dan moro.
b. Penyebab
Tarikan lateral pada kepala atau leher pada waktu melahirkan bahu pada
presentasi kepala.
Terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu pada saat lengan sedang ekstensi
ketika melewati kepala pada presentasi bokong.
Fraktur klavikula
a. Definisi
Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada
tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan
trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada
kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran
pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula
ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering
juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.
b. Penyebab
Tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama
Bayi yang berukuran proses melahirkan. besar
Kecelakaan
Distosia bahu
Kompresi pada bahu
Partus dengan letak dalam jangka waktu sungsang lama
Proses patologik
Persalinan traumatic
d. Penatalaksanaan
Jangan banyak digerakkan
Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit.
Rawat bayi dengan hati-hati.
Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara menganjurkan
ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur, dengan sendok, dengan pipet).
Rujuk ke RS/ Pelayanan kesehatan lainnya.
Perdarahan subaponeurotik
a. Definisi
Pendarahan subarakhnoid ialah suatu kejadian saat adanya darah
pada rongga subarakhnoid yang disebabkan oleh proses patologis.
Perdarahan subarakhnoid ditandai dengan adanya ekstravasasi
darah ke rongga subarakhnoid yaitu rongga antara lapisan
dalam (piamater) dan lapisan tengah (arakhnoid matter)
yang merupakan bagian selaput yang membungkus otak (meninges).
b. Penyebab
Etiologi yang paling sering menyebabkan perdarahan subarakhnoid
adalah ruptur aneurisma salah satu arteri di dasar otak dan adanya
malformasi arteriovenosa (MAV).
c. Penatalaksanaan
Tujuan penatalakasanaan pertama dari perdarahan subarakhnoid
adalah identifikasi sumber perdarahan dengan kemungkinan bisa
diintervensi dengan pembedahan atau tindakan intravascular lain. Jalan napas
harus dijamin aman dan pemantauan invasive terhadap central venous pressure
dan atau pulmonary artery pressure, seperti juga terhadap tekanan darah arteri,
harus terus dilakukan. Untuk mencegah penigkatan tekanan intracranial,
manipulasi pasien harus dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan, dapat
diberikan analgesic dan pasien harus istirahat total.
Hidrosepalus
a. Pengertian
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intrakranial
yang meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran berbagai ruang
tempat mengalirnya liquor.
b. Klasifikasi
Terdapat tiga klasifikasi hidrosefalus. yang pertama berdasarkan
sumbatannya, berdasarkan perolehannya dan berdasarkan faktor terkait
1) Berdasarkan sumbatannya.
Hidrosefalus obstruktif.
Hidrosefalus komunikan KS.
2) Berdasarkan perolehannya.
Hidrosefalus kongenital
Hidrosefalus didapat atau acquired
Hidrosepalus dengan tekanan normal
c. Tanda dan Gejala
Tengkorak kepala mengalami pembesaran
Muntah dan nyeri kepala
Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya.teraba
tegang dan menonjol
Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat
d. Penatalaksanaan
1) Umum
a) Pengawasan suhu atau pencegahan hiportemi
b) Pencegahan Infeksi
c) Observasi TPRS, Aktivitas, Reaksi dan rangsangan serta adanya
di latasi pupil strabismus
d) Intake-output
e) Perawatan schabis BAK dan BAB
2) Khusus
a) Pengukuran lingkar kepala
b) Pengawasan dan pencegahan muntah
Spina bifida
a. Definisi
Spina bifida adalah cacat lahir yang mana ditandai dengan
terbentuknya celah pada tulang belakang bayi.
Kelainan ini dipicu oleh pembentukan tulang belakang
yang tidak sempurna pada bayi selama dalam kandungan.
Perkembangan tidak sempurna ini disebut cacat tabung saraf, dan spina bifida
termasuk salah satunya Pada kondisi normal, embrio akan membentuk tabung
saraf yang kemudian berkembang menjadi tulang belakang dan sistem saraf.
b. Penyebab
Penyebab spesifik dari spina bifida tidak diketahui, tetapi menurut beberapa
sumber menyebutkan bahwa spina bifida muncul akibat dari faktor genetik
(keturunan) dan kekurangan asam folat pada masa kehamilan.
c. Gejala
Tingkat keparahan gejala yang dialami masing-masing pengidap spina bifida
bisa bermacam-macam. Ini terjadi karena celah di tulang belakang bisa terbentuk
pada lokasi yang berbeda-beda pada tiap pengidap Selain lokasi, tingkat
keparahan bergantung pada bagian apa saja yang tidak menutup sempurna.
Terdapat beragam gejala yang mungkin disebabkan oleh spina bifida.
d. Penanganan
Tiap pengidap spina bifida membutuhkan langkah penanganan yang berbeda-
beda. Ini tergantung pada jenis spina bifida yang dialami, tingkat keparahan
gejala, serta kondisi pasien. Langkah utama dalam menangani spina bifida adalah
dengan operasi. Langkah ini umumnya dilakukan segera setelah sang bayi lahir,
dalam waktu satu hingga dua hari. Tujuannya adalah untuk menutup celah yang
terbentuk dan menangani hidrosefalus. Setelah operasi. pengidap spina bifida juga
biasanya membutuhkan beberapa perawatan lanjutan.
Ensefalokel
a. Definisi
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf
yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens
(selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti
kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.
Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan
penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
Bisa di belakang kepala, puncak kepala, atau di antara dahi dan hidung. Melalui
celah inilah sebagian struktur otak dan selaput otak keluar. Akibat kelainan ini
antara lain kelumpuhan anggota gerak, keterlambatan perkembangan, retardasi
mental, dan kejang berulang.
b. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinis paling utama dari ensefalokel adalah adanya benjolan yang
muncul sejak lahir. Benjolan ini dapat disertai gejala dan kelainan kongenital
lainnya.
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ensefalokel adalah koreksi melalui pembedahan.
Pembedahan dilakukan sedini mungkin yakni saat pasien berusia kurang dari 4
bulan. Bila tidak dilakukan koreksi, ensefalokel akan terus membesar karena
bertambahnya herniasi jaringan otak yang dapat menimbulkan defisit neurologis.
Meskipun demikian, ensefalokel dengan ukuran sangat minimal dan hanya
melibatkan segi kosmetis dapat dipertimbangkan untuk tidak dikoreksi secara
pembedahan. Pembedahan pada ensefalokel dilakukan elektif sedini mungkin
kecuali terjadi rupture pada kantung dan kebocoran CSF.
Labioskizis
a. Definisi
Labiopalatoskizis
a. Pengertian
Hernia Diafragmatika
a. Definisi
Hernia diafragmatika adalah kelainan bawaan di mana
tidak terbentuknya sebagian diafragmatika sehingga
sebagian sisi perut masuk kedalam rongga thoraks.
Hernia diafragmatika adalah tebukanya diafragma
abdominalis sehingga usus dapat memasuki rongga dada.
b. Penyebab
Terjadi oleh karena tidak terbentuknya sebagian diafragma sehingga sebagian isi
perut masuk kedalam rongga toraks. Lesi ini biasanya terdapat pada distress
respirasi berat pada masa neonatus yang disertai dengan anomali sistem organ lain
misalnya anomali sistem saraf pusat atresia esofagus, omfalokel dan lain-lain.
Pemisahan perkembangan rongga pada dada dan perut.
c. Tanda dan Gejala
Gejalanya bergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalam rongga
toraks. Bila sebagian isi perut masuk kedalam rongga toraks, akan timbul gejala
gangguan pernafasan seperti biru, sesak nafas. retraksi sela iga dan substemal, perut
kecil dan cekung, suara nafas tidak terdengar pada paru-paru yang terdesak dan
bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh
isi perut.
Atresia Esophagus
a. Definisi
Atresia esofagus adalah tertutupnya (buntu) bagian
ujung esofagus. Pada seperempat sampai sepertiga
kasus lainnya esofagus bagian bawah berhubungan
dengan trakhea setinggi karina (atresia esofagus dengan fistula).
b. Etiologi
Atresia esofagus merupakan kelainan bawaan yang etiologinya sampai saat ini
belum diketahui dengan jelas. Secara embriologis kelainan ini terjadi antara
minggu ketiga dan minggu keenam kehamilan. Secara embriologis anomali ini
terjadi akibat:
a) diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri untuk
masing-masing menjadi esofagus dan trakea,
b) perkembangan sel entodermal yang tidak lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia; dan
c) perlekatan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi
fistula trakeoesofagus.
Faktor genetik tidak berperan dalam patogenesis kelainan ini.
a. Tanda dan Gejala
Atresia esofagus pada bayi baru lahir harus dicurigai bila:
a) ditemukan riwayat polihidramnion pada ibu,
b) kateter yang dipakai untuk resusitasi tidak dapat masuk ke lambung.
c) terdapat banyak sekresi mulut pada bayi; atau
d) bayi tersedak, batuk, atau sianotik pada saat diberi minum. Kesulitan yang
terjadi adalah bahwa dugaan terhadap kelainan tersebut baru terpikirkan
setelah selesai pemberian minum sehingga bayi sudah mengalami aspirasi.
Walaupun dengan pengisapan sekresi di mulut dan faring seringkali dapat
menolong, tetapi gejala aspirasi akan selalu berulang.
Atresia Duodenum
a. Definisi
Atresia duodeni adalah kondisi dimana duodenum
tidak berkembang dengan baik sehingga tidak berupa
saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan
perjalanan makanan dari lambung ke usus.
Atresia duodenum adalah penyakit BBL Kasus stenosis
duodenal atu duodenal web dengan perforasi jarang tidak
terdiagnosis hingga massa kanak-kanak atau remaja. Penggunaan USG telah
memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebeum
kelahiran. Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble
(gelembung ganda) pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada
lambung dan gelembung kedua mengacu pada loop duodenal postpilorik dan
prestenotik yang ter dilatasi.
b. Penyebab
Penyebab mendasari atresia duodenum belum diketahui, patofisiologinya telah
dapat diterangkan dengan baik. Seringnnya ditemukan keterkaitan antara atresia
atau stenisis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bahwa
anomaly ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada massa awal kehamilan.
c. Tanda dan Gejala
Biasa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas, muntah banyak setelah bayi
lahir dan berwarna kehijauan akibat adanya empedu, muntah terus menerus
meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam, tidak memproduksi urine setelah
beberapa kali BAK, hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar
yang berupa mekonium. Atresia duodenum ditandai dengan onset muntah dalam
beberapa jam setelah lahir, Pada muntahan tampak biliosa, namun dapat pula non-
biliosa, Jarang ditemukan bayi dengan stenosis duodenum melawati deteksi
abnormalitas saluran cernahingga tumbuh jadi anak-anak atau lebih jarang lagi
hingga dewasa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial Sebaiknya pada anak
yang muntah dengan tampilan biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran
cerna proksimal, hingga terbukti sebaliknya.
d. Penanganan
Tuba orogastrik dipasang untuk mendekompresi lambung. Dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi dengan memberikan cairan dan elektrolit
melalui infuse IV. Pembedahan untuk mengkoreksi kebuntuan duodenum perlu
dilakukan naming tidak darurat. Pendekatan bedah tergantung pada sifat
abnormalitas. Prosedur operatif standar ini berupa duodenostomi melalui insisi
pada kuadran kanan atas, meskipun dengan perkembangan yang telah ada
dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia duodeni dengan cara yang
minimal invasive.
Obstruksi Biliaris
a. Pengertian
b. Penyebab
Atresia Biliaris
a. Pengertian
Omfalokel
a. Pengertian
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melelui akar pusat
lainnya melalui akar pusat yang hanya dilapisi olch peritoneum (selaput perut)
dan tidak dilapisi oleh kulit
b. Penyebab
c. Gejala
Omfalokel yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu, lahir ditutup oleh
peritonium, selai Warton dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa
gejala, jarang yang mengeluh nyeri Banyaknya usus dan organ perut lainnya
yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besamya lubang di
pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika
lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dimana isi perut
terlihat dari luar melalui selaput peritoneum.
Diagnosis tidak sukar yaitu dengan adanya defek pada umbilikus. Diagnosis
banding bila ada defek supraumbilikus dekat dengan defek umbilikus dengan
penonjolan lemak preperitonial yang dirasakan tidak enak.
Penyakit Hirschprung
a. Pengertian
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital
aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan
keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian
dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang
idak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi "kelumpuhan" usus
besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar
(megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda- beda untuk setiap
individu.
b. Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel "Neural Crest" ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus
dan submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam
dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus
Auerbach di kolon
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian
bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan
pada kolon.
c. Penatalaksanaan
Masalah utama adalah terjadinya gangguan defekasi (obstipasi). Perawatan
yang dilakukan adalah melakukan spuling dengan air garam fisiologis hangat
setiap hari (bila ada persetujuan dokter) dan mempertahankan kesehatan
pasien dengan memberi makanan yang cukup bergizi serta mencegah
terjadinya infeksi.
Atresia Ani
a. Pengertian
Atresia ani disebut juga anorektal anomali atau imperforata anus. Merupakan
kelainan kongenital dimana terjadi perkembangan abnormal pada anorektal di
saluran gastrointestinal. Atresia ani atau anus imperforata adalah malformasi
congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang ke luar (Wong.2004). Pada
Atresia ani bentuk anus tampak rata, cekung ke dalam, kadan berbentuk seperti
anus tetapi tidak ada lubang atau lubang abnormal sehingga tidak terhubung
dengan rectum. Atresia ani terjadi karena gangguan pemisahan kloaka pada saat
kehamilan.
b. Epidemiologi
Atresia Ani adalah kegagalan pemisahan kloaka saat embrional dalam kandungan
ibu yang schungga tidak terbentuknya lubang anus. Sebenarnya kelainan ini
sangat mudah diketahui, tetapi bisa juga terlewatkan karena kurangnya
pemeriksaan pada perineum. Malformasi anorektal lebih banyak ditemukan pada
laki-laki daripada perempuan. Dengan angka kejadian rata- rata malformasi
anorektal di seluruh dunia adalah 1 dalam 5000 pada setiap kelahiran.
Dari data yang ditemukan kelainan yang paling banyak ditemui pada bayi laki-
laki adalah Fistula rektouretra lalu diikuti oleh fistula perineal Sedangkan pada
bayi perempuan, jenis malformasi anorektal yang paling banyak ditemui adalah
anus imperforate kemudian diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal.
c. Etiologi
Penyebab dari atresia ani masih belum diketahui pasti. Pada beberapa penelitian,
atresia ani dapat disebabkan oleh kelainan genetic maupun factor lingkungan
yang terpapar oleh zat-zat beracun, lingkungan yang kumuh dan pola nutrisi bayi
selama dalam kandungan. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa factor,
yaitu:
1. Putusnya saluran pencernaan atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
2. Adanya kegagalan pembentukan septum urorektal secara sempurna karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan amus dari tonjolan
embrionik.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan dimana terjadi kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
4. Kelainan bawaan yang diturunkan dari orang tua. Jika kedua orang tua
menjadi carier maka 25%-30% menjadi peluang untuk terjadinya atresia ani,
kemudian adanya kelainan sindrom genetic, kromosom yang tidak nommal
dan kelainan congenital lainnya juga dapat beresiko menderita atresia ani.
Terjadinya gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital,
biasanya karena gangguan perkembangan septum urogenital pada minggu ke-5
sampai ke-7 pada usia kehamilan.
Fimosis
a. Definisi
b. Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup
dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup
menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir. atau didapat, misalnya karena infeksi
atau benturan.
Hipospadia
a. Pengertian
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu "hypo" yang berarti "dibawah" dan
"spadon" yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan
dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.
Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
b. Penyebab
Epispadfia
a. Pengertian
PENUTUP
Kesimpulan
Asuhan neonates dengan jejas (trauma) persalinan sangat berpengaruh terhadap
trauma pada kelahiran. Trauma lahir adalah trauma mekanis yang disebabkan karena
persalinan/kelahiran. Pengertian yang lain tentang trauma lahir adalah trauma pada
bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran. Yang mempunyai jenis-jenis
yaitu, Caput suksedaneum, cephalhematoma, trauma pada flexus brachialis, fraktur
klavikula dan perdarahan subaponeurotik.
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Cacat bawaan adalah merupakan suatu
kesatuan cacat lahir pada neonatus yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua
maupun petugas medis. Jenis-jenisnya yaitu, hidrosepalus, spina bifida, ensepalokel,
labioskizis, labiopalatokizis, hernia diafragmatika, atresia esofagus, atresia
duodenum, obsturksi biliaris, atresia biliaris, omfalokel, penyakit hirschprung, atresia
ani, fimosis, hipospadia, dan epispadfia.
Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar selalu memantau keadaan
bayi dan dapat benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan pada setiap kelainan kepala
yang mungkin terjadi pada neonatus. Selain itu, para orang tua untuk melakukan
perawatan bayinya secara rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi
dan iritasi.
Dalam menangani persalinan bidan harus memperhatikan persalinan tersebut dengan
penuh hati-hati agar dapat melakukan persalinan dengan persalinan yang normal dan
seorang bidanpun dapat menghindari sebagian dari persalinan yang abnormal seperti
trauma pada pleksus brachialis pada saat persalinan neonates Oleh karena itu bidan juga
sangat berperan dalam menangani trauma pada fleksus brachialis dengan cara merujuk
kerumah sakit terdekat.
Sebaiknya seorang bidan dalam memberikan asuhan neonatus dengan jejas persalinan
sesuai dengan prosedur, sehingga dapat menghindari terjadinya jejas yang dialami bayi
selama kelahiran dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/396954271/ASUHAN-NEONATUS-DENGAN-JEJAS-PERSALINAN
https://id.scribd.com/document/486484497/Makalah-Neonatus-Kelainan-Bawaan-docx
http://repository.unimus.ac.id/2626/3/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/39983038/Spina_Bifida
https://id.scribd.com/doc/307436286/Atresia-Esofagus
https://id.scribd.com/document/443035622/Makalah-obstruksi-biliaris
https://www.academia.edu/24310071/atresia_ani
https://id.scribd.com/document/439718965/MAKALAH-EPISPADIA-LENGKAP
https://www.academia.edu/4907411/OMFALOKEL
https://www.academia.edu/8504155/Makalah_hirscprung
https://www.academia.edu/17295164/labioskizis
https://eprints.umm.ac.id/75034/7/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/31115054/Atresia_Bilier
https://id.scribd.com/document/480821771/ENSEFALOKEL
https://id.scribd.com/doc/250073341/makalah-LABIOPALATOSCHIZIS
https://www.academia.edu/23924112/Disusun_Oleh_STIKes_YPIB_MAJALENGKA
https://id.scribd.com/document/441829946/MAKALAH-hernia-diafragmatika