Anda di halaman 1dari 30

JEJAS PERSALINAN PADA BAYI BARU LAHIR

MATA KULIAH ILMU KESEHATAN ANAK

Dosen Pembimbing : Yuliasari SST,M.Keb

Disusun Oleh :

1. Bestria Yeita (P3.73.24.3.16.006)

2. Galuh Nadya Safira (P3.73.24.3.16.015)

3. Nada Sophia (P3.73.24.3.16.026)

4. Rifdah Asriani (P3.73.24.3.16.035)

5. Yeyen Erizka Zama (P3.73.24.3.16.046)

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN AJARAN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah dengan judul Jejas Persalinan pada Bayi Baru
Lahir dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 29 Agustus 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI..……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1

1.1. LATAR BELAKANG……………………………………….


1
1.2. RUMUSAN MASALAH……………………………………
1
1.3. TUJUAN……………………………………………………..
2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………... 3

2.1. CAPUT SUCCEDANEUM ……………………………….. 3

2.2. CHEPAL HEMATOMA ………………………………….. 6

2.3. FLEKSUS BRACHIALIS………………………………….. 9

2.4. FRAKTUR KLAVIKULA…………………………………. 15

2.5. FRAKTUR HUMERUS……………………………………. 18

BAB III PENUTUP……………………………………………………… 24

3.1. KESIMPULAN……………………………………………. 24

3.2. SARAN…………………………………………………….. 24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat
dihindarin atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi
selama kelahiran dan persalinan. Trauma lahir adalah trauma pada bayi
diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan
untuk menunjukan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan
maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang
tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan
kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian
medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat
terjadi meskipun telah mendapatkan perawatan kebidanan yang terampil dan
kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap
orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma
akibat amniosentesis, transfuse intrauteri, pengambilan contoh darah vena
kepala atau resusitasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari caput suksedaneum?

2. Apa pengertian dari cephalhematoma?

3. Apa pengertian dari trauma pada fleksus brachlalis?

4. Apa pengertian dari fraktur klavikula?

5. Apa pengertian dari fraktur humerus?

4
1.3 TUJUAN

1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian dari caput


suksedaneum.

2. Dapat mengetahui apa pengertian dari cephalhematoma.

3. Dapat mengetahui apa pengertian dari trauma pada fleksus brachlalis.

4 Dapat mengetahui apa pengertian dari klavikula

5. . Dapat mengetahui apa pengertian dari fraktur humerus.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 CAPUT SUCCEDANEUM

A. PENGERTIAN

Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi
karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus,
kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit
kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran
verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler
meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar di bawah lingkaran
tekanan dan padat empat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus
kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetrifisiologi, UNPAD.1985).

B. TANDA DAN GEJALA

Gejalaataupuntanda yang seringditemuipadakasus caput succedaneum


sebagaiberikut:

a. Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya


penggumpalan cairan di bawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat
bengkak atau oedema.

b. Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat
tunggal atau lebih dari satu (multiple). Tempat lunak ini akan berdenyut
seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam,
daerah ini akan berdenyut lebih cepat.

6
c. Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki
daerah lunak di kepala mereka (fontanel), yang mungkin tidak akan menutup
sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak belum menyatu.
Fontanel yang terbuka ini member tengkorak lebih banyak kelenturan selama
proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.

d. Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah


kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga
disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya
benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi bisa
kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.

e. Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.

C. PENYEBAB

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala
bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan
tindakan vakum ekstraksi, persalinan lama dapat menyebabkan caput succedaneum
karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh
darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapile rmeninggi hingga cairan masuk ke
dalam cairan longgar di bawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
Persalinan dengan ekstraksi vakum pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup
berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan
sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan
posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat
pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan
pengobatan khusus dan biasanyamenghilangsetelah 2-5 hari.(Sarwono
Prawiroharjo.2002)

7
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan
serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai
akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses
kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar
dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan
terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi
premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut Sarwono
Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput
succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput
succadeneum merupakan pembengkakan difusi jaringan otak, yang dapat melampaui
sutura garis tengah. Adanya edema di kepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan di
daerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah
atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari.
Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat
pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang
spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan
fisioterapi diniuntuk hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang
tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin
menjadi nyata setelah caput mulaimereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat
mengakibatkan syok dan diperlukan transfuse darah.

8
2.2. CHEPAL HEMATOMA

A. PENGERTIAN

Chepal Hematoma adalah pendarahan subperiosteal akibat kerusakan


jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah
melampaui batas sutura garis tengah.Pemeriksaan x-ray tengkorang dilakukan
bila dicurigai adanya fraktur mendekati hampir 5% dari seluruh chepal
hematoma. Tulang tengkorak yang sering terkena ialah tulang temporal atau
pariental, dan ditemukan pada 0,5 – 2% dari kelahiran hidup.

B. ETIOLOGI

Chepal Hematoma dapat terjadi pada:


a. Persalinan lama
Persalinan yang lama dapat menyebabkan adanya tekanan pada tulang
pelvis ibu terhadap tulang kepala bayiyang menyebabkan robeknya
pembuluh darah.
b. Persalinan dengan alat
Kelahiran dengan ekstraksi vakum maupun pemakaian cunam yang kuat
akan menyababkan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah
yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
c. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.

C. PATOLOGI

9
a. Akibat robeknya pembuluhdarah yang melintasi tulangkepala ke jaringan
periostium. Robeknya pembuluh darah yang mengaakibatkan terjadi
penumpukan darah yang melintasi sub periosteal maka terlihat benjolan.
b. Benjolan tersebut terlihat berwarna merah karena penumpukan darah
didaerah pendarahan sub periosteal.
c. Timbul setelah beberapa jambayi lahir ( 6 - 8 jam ) karena pendarahan
sefalhematom prosesnya lambat.

D. PENATALAKSANAAN

Pada umumnya chepal hematoma ini tidak memerlukan perawatan


khusus, karena kelainan ini akan resolusi dalam 2 - 8 minggu (tergantung
besar kecilnya benjolan), jika ada fraktur maka membutuhkan pentalaksanaan
khusus seperti
a. Menjaga kebersihan luka,
b. Tidak boleh melakukan aspirasi ataupun massage walaupun teraba
fluktuasi maka dilakukan pemeriksaan x-ray,
c. Pemberian vitamin K,
d. Bayi dengan chepal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya
karena dapat menghambat pembuluh darah yang mulai pulih,
e. Pantau hematokrit (pantau adanya hiperbilirubin), bilirubinia, dan
hemoglobin
Dengan masa resolusi dalam sekitar 2 - 12 minggu (tergantung seberapa
parah frakturnya).
Pada gejala lanjut (gangguan yang luas) yang mungkin terjadi ialah
anemia dan hiperbilirubinemia maka akan diperlukan penyembuhan dengan
klasifikasi, dan apabila benjolan tersebut mengalami pertambahan volume
yang mendadak maka harus dicurigai adanya infeksi lokal. Bila bayi tampak
kuning, informasikan kepada ibu untuk kembali ke tenaga kesehatan.

10
2.3 FLEKSUS BRACHIALIS

11
A. PENGERTIAN

Fleksus brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang


berjalandari tulang belakang C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan
ketiak, dan akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ). Serabut saraf akan
didistribusikan kebeberapa bagian lengan. Jaringan saraf dibentuk oleh
cervical yang bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat dan
pengadaan di lengan dan bagian bahu.

B. ETIOLOGI

Trauma fleksus brakhialis pada bayi dapat terjadi karena beberapa factor
antara lain:

1. Faktor bayi sendiri :


 Makrosomia
 Presentasi ganda
 Letak sunsang
 Distosia bahu
 Malpresentasi
 Bayi kurang bulan
2. Faktor ibu :
 ibu sefalo pelvic disease (panggul ibu yang sempit)
 umur ibu yang sudah tua
 adanya penyulit saat persalinan
3. faktor penolong persalinan
 tarikan yang berlebihan pada kepala dan leher saat menolong
kelahiran bahu pada presentasi kepala
 tarikan yang berlebihan pada bahu pada presentasi bokong

12
C. TANDA DAN GEJALA

1. gangguan motorik pada lengan atas


2. paralisis atau kelumpuhan pada lengan atas dan lengan bawah
3. lengan atas dalam keadaan ekstensi dan abduksi
4. jika anak diangkat maka lengan akan lemas dan tergantung
5. reflex moro negative
6. tangan tidak bisa menggenggam
7. reflex meraih dengan tangan tidak ada

D. TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS


Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang
tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal, di mana bayi
dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga ibu mengedan denga cara
tidak dipaksakan dan kontaraksi kandung ramin tanpa mengalami akfiksi yang
berat maupun trauma lahir seperti trauma pada fleksus brachialis

Macam-macam plesksus brachialis yaitu :

1. Paralis wajah dan cedera pleksus brachialis


Cedera pada wajah termasuk memar karena penggunaan forsep atau paralis
wajah yang disebabkan oleh forsep maupun tekanan sakkrum ibu. Tanda-
tanda paralis wajah termasuk wajah asimetris. Salah satu mata mungkin tetap
terbuka. Tindakan kebidanan dapat meliputi konsultasi penggunaan pelindung
mata ( eye patch) dan tetesan mata untuk lubrikasi. Paralis ini bersifat
sementara.

Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses
kelahiran saat traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada

13
kelahiran persentasi bokong atau kelahiran yang diperberat distosia bahu.
Bahu baru lahir yang mengalami cedera fleksus brachialis rewel dan merasa
nyeri. Manifentasi cedera bergantung pada radiks saraf yang terkena dan
derajat cedera. Radiks saraf dapat terkena adalah radiks saraf servikal C5 dan
C6( paralis Erb-Duchenne ), radiks C8 dan T1 ( paralis Klumpke ), arau
keduanya.

Tanda-tanda fisik paralisis Erb-Duchenne termasuk hilangnya pergerakan


secara pada lengan yang terkena dengan aduksi pada bagian bawah lengan
tersubut. Hal ini menyebabkan karakteristik tanda “tip pelayanan” (waiter's
tip) yang ditandai denga totasi iternal bagian bawah lengan dengan jari dan
pergelangan tangan fleksi. Refles menggenggam tidak terganggu, tetapi reflex
moro lemah pada sisi yang terkena.

Pada paralisis Klumpke, refles genggam hilang dan tangan bayi dalam postur
seperti mencakar. Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada
hampir 1 dalam tersebut Biasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit,
namun kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah, bayi baru lahir
dengan mengalami kelumpuhan. Paralisis Dukchenne atau Erb meliputi
paralisis mulkulus deltoideus dan infraspinatus disamping lengan tanpak
lemas dan tergantung disisi tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan
ekstensi serta rotasi ke dalam. Fungsi jari-jari tangan biasanya tidak
terganggu.

Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior pleksus
brachialis yang mudah mengalami tegangan ekstrim akibat tarikan kepala ke
lateral, sehingga denag tajam memfleksikan pleksus tersebut kea rah salah
satu bahu. Mengingat traksi dengan arah ini sering dilakukan untuk
melahirkan bahu pada presentasi verteks yang normal, paralisis Erb dapat
tejadi pada persalinan yang tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan
ekstraksi kedua bahu bayi, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan flaksi
lateral leher yang berlebihan. Yang paling sering terjadi, pada kasus dengan
persentasi kepala, janin yang menderita paralisis ini memiliki ukuran khas
abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000 gram atau lebih.

Pada ekstraksi bokong, kita harus memberikan perhatian terutama untuk


mencegah ekstensi kedua lengan lewat kepala. Lengan yang ektensi bukan saj
memperlambat persalinan bokong namun juga meningkatkan resiko paralisis.
Prognosis keadaan ini biasanya baik bial dilakukan fisioterapi segera dan

14
tepat. Namun, demikian kadangkala terdapat kasus yag tidak berhasil diatasi
denagn segalah tindakan dan lengan bayi mengalami paralisis permanen.

Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus bagian distal dari
pleksus brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau paralisis Klumpke.

Penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk membebat yang terkena


dekat dengan tubuh dan konsultasi dengan tim pediatric. Orang tua harus
dianjurkan untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh ekstremitas yang
tekena selama minggu pertama karena adanya nyeri. Orang tua dapat
diyakinkan bahwa pada mayoritas kasus, paralisis hilang dalam 3-6 bulan,
dengan perbaikan awal dibuktikan dalam beberapa minggu. Terapi ini
bermanfaat setelah pembengkakan pertama berkurang.

Cedera pada radiks lebih tinggi, yaitu pada pleksus brachialis (C3-C5) dapat
menyebabkan tanda gangguan pernapasan yang signifikan karena paralisis
saraf frenikus dan gangguan diafragma. Bayi baru lahir yang mengalami tipe
cedera saraf ini bernapas sangat dangkal dengan ekskursi pernapasan dan
memerlukan dukungan pernapsan agresif saat lahir.

2. Paralisis fleksus brachialis


Timbul akibat tarikan kuat pada leher bayi, misal pada distosia bahu atau
persalinan sunsang.

Kelainan ini terdiri atas :

a. Paralisis Duchenne – Erb yaitu mengenai lengan atas dipersarafi cabang-


cabang C5-C6,lengan dalam dengan ektensidan aduksi dengan refleks biseps
dan refleks Moro negatif atau dengan pengertian lain adalah kelumpuan
bagian tubuh yang disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari fleksus
brachialis.disini terdapat kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta memutar
keluar, disertai hilangnya refleks biseps dan Moro. Jadi bayi diangkat maka
lengan yang lumpuh akan tergantung lemas.
b. Paralisis Klumpke, yaitu mengenai lengan bawah yang depersarafi cdabang-
cabang C8-T1,sangat jarang ditemukan atau dengan kata lain kelumpuhan
bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-T1 dari fleksus brachialis.

15
Disini terdapat kelemahan otot-otot freksor pergelangan tangan, sehingga bayi
kehilangan refkes mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya
bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan
pada persalinan sunsang apabilah dilakukan traksiyang kuat dalam usaha
melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat
terjadi pada janin pada bahu lebar.
Pengobatan ialah dengan imobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan
atas abduksi 90⁰,siku fleksi 90⁰disertai supinasi lengan bawah dan
pergelangan tangan dalam ekstensi, selain 12 jam sehari, disertai massege dan
latihan gerak. Atau penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas
dalam posis abduksi 90⁰ dan putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90⁰
disertai supinasi lengan bawah dengan ektensi pergelangan dan telapak tangan
menghadap kedepan. Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari, kadang-
kadang 3-6 bulan. Atau penyembuhan berpariasi antara 2 bulan sampai 2
tahun

3. Brachialis palsi

Kelumpuhan pada fleksus brachialis.

a. Penyebab terjadi
o Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu
presentasi
o kepala
o Apabilah dengan entensi melewati kepala pada presentasi bokong atau
terjaditarikan yang berlebihan pada bahu
b. Gejala
o Gangguan motorik lengan atas

o Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi


o Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung

o Refleks moro negatif


o Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari

16
o Refleks meraih dengan tangan tidak ada

o Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah


“Gejala-gejala tersebut tergantung besar kecilnya kelumpuhan”

E. PENATALAKSANAAN

o Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk


mencegahterjadinya kontraktur
o Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya.
Caranya letakkan tangan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu
dengan memasangperban pada pergelangan tangan bayi kemudian
dipanitikan dengan bantal atauseprei disamping kepalanya
o Rujuk segera kerumah sakit

F. PENYEBAB

Ada banyak penyebab kemungkinan lesi pleksus brachialis. Trauma adalah


penyebab yang paling sering, selain itu juga konpresi local seperti pada tumor
ideopatik, radiasi, post operasi dan cedera pada lahir.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra
vertical

17
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan
hemerusterapi okupasi terutama diperlukan untuk memelihara luas gerak
sendi bahu, membuat ortesa yang tepat untuk membantu fungsi tangan,
siku dan lengan, mengotrol edema deficit sensorik.

2.4 FRAKTUR KLAVIKULA

A. PENGERTIAN

Fraktur klavikula merupakan cedera yang sering terjdai akibat jatuh atau
hentaman langsung kebahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjdai pada sepertiga
tengah atau proksimal klavikula. (Askeb Patriani, 2008)

Fraktur klavikula cedera yang terjdai oleh trauma pada waktu persalinan.
(Kartikadela 89, 2009)

Fraktur clavikula adalah rusaknya kontinuitas tulang clavikula, yang


diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap

18
oleh tulang. Bila fraktur clavikula mengubah posisi tulang, struktur yang ada
disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh darah) juga mengalami
kerusakan. Tulang ini dapat patah karena kekerasa langsung atau tak langsung
seperti jatuh bertekan telapak tangan atau bahu biasanya tulang ini patah di
tengah-tengah atau di sepertiga dari tengah .

Cidera traumatic paling banyak menyebabkan fraktur clavikula tulang ini


sering mengalami fraktur selama kelahiran tulang ini teroma rentan selama
masa persalinan bila ada kesukaran dalam persalinan bahu pada persentasi
vertex dan lengan yang terekstensi pada persalinan bokong. Fraktur klavikula
ternyata sering terjadi hampir pada 18 dari 1000 kelahiran hidup umumnya
dianggap sebagai keadaaan yang tidak dapat diperkirakan dan dicegah.
Fraktur klavikula umumnya terjadi setelah distosia bahu patah komplit sangat
menyekitkan dan membatasi pergerakan tangan bayi.

Dapat sembuh dengan sempurna namun seringkali dengan pembentukan kalus


yang cukup besar. Fraktur humerus cedera epifisis dapat terjadi selama
kelahiran yang sulit keadaan ini dapat sembuh baik, fraktur humerus dislokasi
bahu banyak disebabkan oleh cedera atletik atau terjatuh.

Dislokasi hampir selalu terjadi di bagian anterior degan caput humerus berada
di depan dan di bawah kavitas glenoid dislokasi posterior. Jarang di jumpai
avulse pada labrum glenoid atau pada tuberotsiyas mayor mungkin
menyebabkan dislokasi. Suatu “defek hatchet” yang merupakan depresi
konkaf pada kaput humerus dapat terlihat pada dislokasi berulang ini di
sebabkan oleh kolisi kaput humerus dengan glenoid inferior.

B. TANDA DAN GEJALA

Klavikula membantu mangangkat bahu keatas, keluar dan kebelakang thorax.


Maka bila klavikula patah, pasien akan terlihat dalam posisi melindungi bahu
jatuh kebawah dan mengimbolisasi lengan untuk menghindari gerakan bahu.
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula
antara lain: bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang
terkena, krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kdang-kadang disertai
perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya reflek moro pada sisi terkena,
adanya spasme otot sterno kledomastoidesis yang disertai dengan hilangnnya
depresi supraklavikular pada daerah fraktur (Meida, 2009).

19
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavukula
di antaranya yaitu :

1) Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas sisi yang terkena.

2) Krepitasi dan ketidakteraturan tulang.

3) Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur.

4) Tidak adanya refleks moro (gerakan pada kaki dan lengan) pada sisi
yang terkena.

5) Adanya spasme otot sternokleidomastoideus (otot yang menyilang dari


telinga ke bagian leher) yang disertai dengan hilangnya depresi
supraklavikular pada daerah fraktur.

C. PENYEBAB

Fraktur klavikula dapat terjadi bila terdapat kesukaran dalam melahirkan


bahu. Pada kelahiran presentasi kaki, mungkin terjadi fraktur femur bila
dilakukan traksi kuat. Pada tidnakan mauriceau, perhatikan adanya perdarahan
mukosa mulut, keadaan ini akan menimbulkan occult haemorrhage yang
mungkin berakhir dengan anemi/ syok pada bayi. Manipulasi yang salah pada
saat mengeluarkan tubuh bayi dapat menimbulkan kerusakan/ perdarahan
pada hati, limfa atau kelenjar andrenal. Mungkin pula terdapat ruptura atau
hematoma pada organ tersebut. (Maternal dan Neonatal, 2007)

D. PENANGANAN

Tujuan penanganan adalah menjaga bau tetap dalam posisi normalnya dengan
cara reduksi dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (Gips Klavikula) atau
balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk
mereduksi fraktur ini; menarik bahu kebelakang, mempertahankan dalam
posisi ini: bila dipergunakan strap klavikula, kerak harus diberi bantalan yang
memadai untuk mencegah cedara kompresi terhadap fleksus brakhialis dan
arteri klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani
dengan saling dan pembatasan gerakan lengan. Bila farktur 1/3 distal disertai
dengan terputusnya ligamen korokoklavikuler, akan terjadi pergeseran, yang
harus di tangani sergan reduksi dan fiksasi interna. (Askeb Patriani, 2008)

20
Fraktur klavikula pada neonatus biasanya tidak memerlukan terapi lebih
lanjut. Kalus yang berada dapat dideteksi beberapa mingu kemuadian. Pada
anak-anak yang lebih tua, imobilisasi bahu (dengan balutan seperti kain
gendong atau mampu menyandang/ memfiksasi bagian lengan bawah dalam
posisi horisontal melawan batang tulang) sebaiknya digunakan untuk
mengangkat ekstrimitas atas untuk mengurangi tarikan ke bawah pada
klavikula distal. Kalus yang dapat dipalpasi dapat dideteksi beberapa mingu
yang kemudian akan remodel dalam 6-12 bulan. Fraktur klavikula biasanya
sembuh dengan cepat dalam 3-6 minggu. (dr. Hasan, 2009)

Penyembuhan biasanya terjdai dalam 7-10 hari dengan imobilisasi delam


posisi abduksi 600 dan fleksi 900 dari siku yang terkena. Untuk mengurangi
rasa sakit, pergerakan lengan harus dibatasi. Jangan lupa untuk mencari
adanya trauma lainnya pada mendula spinalis, fleksus brakialis dan humerus.
(Ilmu kebidanan, 2008).

E. KOMPLIKASI

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada fleksus brakhialis


cedera vena atau arteria subklavia akibat fragmen tulang dan malunion
(penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah kosmetik bila
pasien memakai baju dengan leher rendah. (Askep Patriani, 2008).

2.5. FRAKTUR TULANG PADA BAYI BARU LAHIR

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan


akibat rudapaksa. (Mochtar, 1999) Fraktur tulang kadang terjadi selama kelahiran.
Menurut Hamilton (2000), tulang-tulang yang kebanyakan mengalami cedera adalah
klavikula, humerus, femorus. Gejala fraktur pada bayi baru lahir adalah sebagai
berikut:

21
 Perubahan warna jaringan yang terkena.

 Deformitas postur tubuh atau bengkak.

 Abnormal mobilitas atau kurangnya gerakan.

 Menangis merintih ketika tulang digerakkan

Adapun penjelasan mengenai fraktur yang sering terjadi pada bayi baru lahir adalah:

1. Fraktur Humerus

Fraktur humerus merupakan salah satu bentuk fraktur tulang panjang (long bone)
yang ter jadi pada tulang humerus. Fraktur Humerus menurut (Mansjoer, Arif, 2000)
yaitu diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus. Sedangkan menurut
( Sjamsuhidayat 2004 ) Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.

Fraktur humerus pada bayi baru lahir adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan
teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang
dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena
tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang. Fraktur
tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan
penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala
dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada
tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur
total.

Fraktur humerus pada bayi baru lahir memiliki beberapa jenis sebagai berikut :

22
1. Fraktur suprakondilar humerus, ini terbagi atas:

 Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal
melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi dan posisi
lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi

 Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan
dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi
sedikit fleksi.

1. Fraktur interkondiler humerus adalah fraktur yang sering terjadi pada anak
adalah fraktur kondiler latreralis dan fraktur kondiler medialis humerus.

2. Frakur batang humerus

Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral
(fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi).

1. Fraktur kolum humerus

Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak dibawah kaput humeri) dan
kolum sirurgikum (terletak dibawah tuberkulum).

B. TANDA DAN GEJALA FRAKTUR HUMERUS

Gejala klinis fraktur humerus pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan
berkurangnya gerakan spontan pada lengan, ditemukannya reflex moro yang
asimetris, terbanya deformitas dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa nyeri

23
diikuti pembekakan, atau terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif. Letak fraktur
umumnya di daerah diafisis. Dokter knadungan dapat merasa atau mendengar derik
fraktur pada kelahiran bayi. Diagnosis pasti ditegakkan denan pemeriksaan radiologi.

 Asuhan pada bayi baru lahir dengan fraktur humerus

Adapun asuhan yang di berikan pada bayi baru lahir denga fraktur humerus meliputi :

Pengkajian yang meliputi

1. Data subjektif

Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan meliputi :

 Biodata atau identitas pasien

 Bayi meliputi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin

 Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).

1. Riwayat antenatal

Yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBL dengan
fraktur humerus yaitu:

 Keadaan ibu selama hamil dengan diabetes mellitus.

1. Riwayat natal

Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan
fraktur humeri pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

24
 Kala II : Persalinan dengan letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas,
adanya adistocia bahu, panggul sempit, kala II lama.

 Riwayat post natal

Yang perlu dikaji

 Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 ASI

 Berat badan lahir : BBL >3800gr dengan persalinan pervaginam.

 Data obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.

1. Keadaan umum

Pada neonatus dengan fraktur humeri, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang tidak aktif pada daerah
lengan dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

1. Tanda-tanda Vital

 Suhu : Beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 ° (normal 36,5°C –
37,5°C)

 Nadi : Normal 120-140 kali per menit

 Respirasi : Normal antara 40-60 kali permenit

25
1. Pemeriksaan fisik

 Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks. Kecuali pada daerah yang fraktur, terjadi hematoma di
rongga medula tulang.

 Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun


besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

 Hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

 Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut
cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.

 Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi
pada tali pusat.

 Ekstremitas

26
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

 Refleks

Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya
patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

1. Assasment

2. Planning

3. Menjelaskan kepada orang tua tentang keadaan bayinya dan meminta


persetujuan untuk melakukan tindakan yang lebih lanjut

4. Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan lengan siku fleksi 90° selama 10-
14 hari serta kontrol nyeri.

 Menjelaskan kepada orang tua dalam masa pertumbuhan dan pembentukan


tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan
akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal.

27
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat
dihindarin atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi selama
kelahiran dan persalinan. Trauma lahir adalah trauma pada bayi diterima dalam atau
karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukan trauma
mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat
dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang
didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Macam-macam jejas lahir adalah
caput suksedaneum, cephalhematoma, flexus brachlalis, fraktur klavikula, dan
fraktur humerus. Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi
karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Chepal Hematoma adalah
pendarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau
tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Fleksus
brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalandari tulang
belakang C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh
lengan ( atas dan bawah ). Fraktur klavikula merupakan cedera yang sering terjdai
akibat jatuh atau hentaman langsung kebahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjdai pada
sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Fraktur humerus merupakan salah satu
bentuk fraktur tulang panjang (long bone) yang ter jadi pada tulang humerus.

3.2. SARAN

Jejas persalinan atau trauma pada persalinan dapat terjadi akibat dari keterampilan
dan perhatian medis yang tidak memadai. Untuk itu makalah ini membahas macam-
macam jejas persalinan, penyebab dan penangannya. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat membantu para mahasiswa ataupun tenaga medis dalam menambah
ilmunya. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Hakimi M. Ilmu kebidanan patologi 7 fisiologi persalinan: Yayasan essential

medica 2010.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008.Ilmu Kebidanan, jakarta: PT. Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2002.Asuhan Maternal dan Neonatal .Jakarta : YBP-SP

ROD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para

bidan: Deepublish. Available from: https://books.google.co.id/books?


id=dKzpCAAAQBAJ&pg=PA241&dq=trauma+pada+flexus+brachiaalis&hl=jv
&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=trauma%20pada%20flexus
%20brachiaalis&f=false

Saifuddin, Abdul Bari.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1.

Jakarta: ECG, 2000

Prawihardjo, Sarwono. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, 2002.

Prawihardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo, 2002.

29
30

Anda mungkin juga menyukai