Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah dengan judul Jejas Persalinan pada Bayi Baru
Lahir dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………... 3
3.1. KESIMPULAN……………………………………………. 24
3.2. SARAN…………………………………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat
dihindarin atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi
selama kelahiran dan persalinan. Trauma lahir adalah trauma pada bayi
diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan
untuk menunjukan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan
maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang
tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan
kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian
medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat
terjadi meskipun telah mendapatkan perawatan kebidanan yang terampil dan
kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap
orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma
akibat amniosentesis, transfuse intrauteri, pengambilan contoh darah vena
kepala atau resusitasi.
4
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi
karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus,
kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit
kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran
verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler
meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar di bawah lingkaran
tekanan dan padat empat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus
kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetrifisiologi, UNPAD.1985).
b. Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat
tunggal atau lebih dari satu (multiple). Tempat lunak ini akan berdenyut
seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam,
daerah ini akan berdenyut lebih cepat.
6
c. Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki
daerah lunak di kepala mereka (fontanel), yang mungkin tidak akan menutup
sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak belum menyatu.
Fontanel yang terbuka ini member tengkorak lebih banyak kelenturan selama
proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.
C. PENYEBAB
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala
bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan
tindakan vakum ekstraksi, persalinan lama dapat menyebabkan caput succedaneum
karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh
darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapile rmeninggi hingga cairan masuk ke
dalam cairan longgar di bawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
Persalinan dengan ekstraksi vakum pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup
berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan
sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan
posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat
pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan
pengobatan khusus dan biasanyamenghilangsetelah 2-5 hari.(Sarwono
Prawiroharjo.2002)
7
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan
serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai
akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses
kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar
dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan
terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi
premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut Sarwono
Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput
succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput
succadeneum merupakan pembengkakan difusi jaringan otak, yang dapat melampaui
sutura garis tengah. Adanya edema di kepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan di
daerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah
atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari.
Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat
pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang
spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan
fisioterapi diniuntuk hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang
tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin
menjadi nyata setelah caput mulaimereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat
mengakibatkan syok dan diperlukan transfuse darah.
8
2.2. CHEPAL HEMATOMA
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
C. PATOLOGI
9
a. Akibat robeknya pembuluhdarah yang melintasi tulangkepala ke jaringan
periostium. Robeknya pembuluh darah yang mengaakibatkan terjadi
penumpukan darah yang melintasi sub periosteal maka terlihat benjolan.
b. Benjolan tersebut terlihat berwarna merah karena penumpukan darah
didaerah pendarahan sub periosteal.
c. Timbul setelah beberapa jambayi lahir ( 6 - 8 jam ) karena pendarahan
sefalhematom prosesnya lambat.
D. PENATALAKSANAAN
10
2.3 FLEKSUS BRACHIALIS
11
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Trauma fleksus brakhialis pada bayi dapat terjadi karena beberapa factor
antara lain:
12
C. TANDA DAN GEJALA
Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses
kelahiran saat traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada
13
kelahiran persentasi bokong atau kelahiran yang diperberat distosia bahu.
Bahu baru lahir yang mengalami cedera fleksus brachialis rewel dan merasa
nyeri. Manifentasi cedera bergantung pada radiks saraf yang terkena dan
derajat cedera. Radiks saraf dapat terkena adalah radiks saraf servikal C5 dan
C6( paralis Erb-Duchenne ), radiks C8 dan T1 ( paralis Klumpke ), arau
keduanya.
Pada paralisis Klumpke, refles genggam hilang dan tangan bayi dalam postur
seperti mencakar. Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada
hampir 1 dalam tersebut Biasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit,
namun kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah, bayi baru lahir
dengan mengalami kelumpuhan. Paralisis Dukchenne atau Erb meliputi
paralisis mulkulus deltoideus dan infraspinatus disamping lengan tanpak
lemas dan tergantung disisi tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan
ekstensi serta rotasi ke dalam. Fungsi jari-jari tangan biasanya tidak
terganggu.
Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior pleksus
brachialis yang mudah mengalami tegangan ekstrim akibat tarikan kepala ke
lateral, sehingga denag tajam memfleksikan pleksus tersebut kea rah salah
satu bahu. Mengingat traksi dengan arah ini sering dilakukan untuk
melahirkan bahu pada presentasi verteks yang normal, paralisis Erb dapat
tejadi pada persalinan yang tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan
ekstraksi kedua bahu bayi, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan flaksi
lateral leher yang berlebihan. Yang paling sering terjadi, pada kasus dengan
persentasi kepala, janin yang menderita paralisis ini memiliki ukuran khas
abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000 gram atau lebih.
14
tepat. Namun, demikian kadangkala terdapat kasus yag tidak berhasil diatasi
denagn segalah tindakan dan lengan bayi mengalami paralisis permanen.
Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus bagian distal dari
pleksus brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau paralisis Klumpke.
Cedera pada radiks lebih tinggi, yaitu pada pleksus brachialis (C3-C5) dapat
menyebabkan tanda gangguan pernapasan yang signifikan karena paralisis
saraf frenikus dan gangguan diafragma. Bayi baru lahir yang mengalami tipe
cedera saraf ini bernapas sangat dangkal dengan ekskursi pernapasan dan
memerlukan dukungan pernapsan agresif saat lahir.
15
Disini terdapat kelemahan otot-otot freksor pergelangan tangan, sehingga bayi
kehilangan refkes mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya
bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan
pada persalinan sunsang apabilah dilakukan traksiyang kuat dalam usaha
melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat
terjadi pada janin pada bahu lebar.
Pengobatan ialah dengan imobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan
atas abduksi 90⁰,siku fleksi 90⁰disertai supinasi lengan bawah dan
pergelangan tangan dalam ekstensi, selain 12 jam sehari, disertai massege dan
latihan gerak. Atau penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas
dalam posis abduksi 90⁰ dan putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90⁰
disertai supinasi lengan bawah dengan ektensi pergelangan dan telapak tangan
menghadap kedepan. Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari, kadang-
kadang 3-6 bulan. Atau penyembuhan berpariasi antara 2 bulan sampai 2
tahun
3. Brachialis palsi
a. Penyebab terjadi
o Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu
presentasi
o kepala
o Apabilah dengan entensi melewati kepala pada presentasi bokong atau
terjaditarikan yang berlebihan pada bahu
b. Gejala
o Gangguan motorik lengan atas
16
o Refleks meraih dengan tangan tidak ada
E. PENATALAKSANAAN
F. PENYEBAB
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiografi
1. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra
vertical
17
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur scapula, klavekula dan
hemerusterapi okupasi terutama diperlukan untuk memelihara luas gerak
sendi bahu, membuat ortesa yang tepat untuk membantu fungsi tangan,
siku dan lengan, mengotrol edema deficit sensorik.
A. PENGERTIAN
Fraktur klavikula merupakan cedera yang sering terjdai akibat jatuh atau
hentaman langsung kebahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjdai pada sepertiga
tengah atau proksimal klavikula. (Askeb Patriani, 2008)
Fraktur klavikula cedera yang terjdai oleh trauma pada waktu persalinan.
(Kartikadela 89, 2009)
18
oleh tulang. Bila fraktur clavikula mengubah posisi tulang, struktur yang ada
disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh darah) juga mengalami
kerusakan. Tulang ini dapat patah karena kekerasa langsung atau tak langsung
seperti jatuh bertekan telapak tangan atau bahu biasanya tulang ini patah di
tengah-tengah atau di sepertiga dari tengah .
Dislokasi hampir selalu terjadi di bagian anterior degan caput humerus berada
di depan dan di bawah kavitas glenoid dislokasi posterior. Jarang di jumpai
avulse pada labrum glenoid atau pada tuberotsiyas mayor mungkin
menyebabkan dislokasi. Suatu “defek hatchet” yang merupakan depresi
konkaf pada kaput humerus dapat terlihat pada dislokasi berulang ini di
sebabkan oleh kolisi kaput humerus dengan glenoid inferior.
19
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavukula
di antaranya yaitu :
1) Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas sisi yang terkena.
4) Tidak adanya refleks moro (gerakan pada kaki dan lengan) pada sisi
yang terkena.
C. PENYEBAB
D. PENANGANAN
Tujuan penanganan adalah menjaga bau tetap dalam posisi normalnya dengan
cara reduksi dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (Gips Klavikula) atau
balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk
mereduksi fraktur ini; menarik bahu kebelakang, mempertahankan dalam
posisi ini: bila dipergunakan strap klavikula, kerak harus diberi bantalan yang
memadai untuk mencegah cedara kompresi terhadap fleksus brakhialis dan
arteri klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani
dengan saling dan pembatasan gerakan lengan. Bila farktur 1/3 distal disertai
dengan terputusnya ligamen korokoklavikuler, akan terjadi pergeseran, yang
harus di tangani sergan reduksi dan fiksasi interna. (Askeb Patriani, 2008)
20
Fraktur klavikula pada neonatus biasanya tidak memerlukan terapi lebih
lanjut. Kalus yang berada dapat dideteksi beberapa mingu kemuadian. Pada
anak-anak yang lebih tua, imobilisasi bahu (dengan balutan seperti kain
gendong atau mampu menyandang/ memfiksasi bagian lengan bawah dalam
posisi horisontal melawan batang tulang) sebaiknya digunakan untuk
mengangkat ekstrimitas atas untuk mengurangi tarikan ke bawah pada
klavikula distal. Kalus yang dapat dipalpasi dapat dideteksi beberapa mingu
yang kemudian akan remodel dalam 6-12 bulan. Fraktur klavikula biasanya
sembuh dengan cepat dalam 3-6 minggu. (dr. Hasan, 2009)
E. KOMPLIKASI
A. PENGERTIAN
21
Perubahan warna jaringan yang terkena.
Adapun penjelasan mengenai fraktur yang sering terjadi pada bayi baru lahir adalah:
1. Fraktur Humerus
Fraktur humerus merupakan salah satu bentuk fraktur tulang panjang (long bone)
yang ter jadi pada tulang humerus. Fraktur Humerus menurut (Mansjoer, Arif, 2000)
yaitu diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus. Sedangkan menurut
( Sjamsuhidayat 2004 ) Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.
Fraktur humerus pada bayi baru lahir adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan
teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang
dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena
tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang. Fraktur
tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan
penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala
dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada
tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur
total.
Fraktur humerus pada bayi baru lahir memiliki beberapa jenis sebagai berikut :
22
1. Fraktur suprakondilar humerus, ini terbagi atas:
Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal
melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi dan posisi
lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi
Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan
dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi
sedikit fleksi.
1. Fraktur interkondiler humerus adalah fraktur yang sering terjadi pada anak
adalah fraktur kondiler latreralis dan fraktur kondiler medialis humerus.
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral
(fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi).
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak dibawah kaput humeri) dan
kolum sirurgikum (terletak dibawah tuberkulum).
Gejala klinis fraktur humerus pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan
berkurangnya gerakan spontan pada lengan, ditemukannya reflex moro yang
asimetris, terbanya deformitas dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa nyeri
23
diikuti pembekakan, atau terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif. Letak fraktur
umumnya di daerah diafisis. Dokter knadungan dapat merasa atau mendengar derik
fraktur pada kelahiran bayi. Diagnosis pasti ditegakkan denan pemeriksaan radiologi.
Adapun asuhan yang di berikan pada bayi baru lahir denga fraktur humerus meliputi :
1. Data subjektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan meliputi :
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).
1. Riwayat antenatal
Yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBL dengan
fraktur humerus yaitu:
1. Riwayat natal
Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan
fraktur humeri pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
24
Kala II : Persalinan dengan letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas,
adanya adistocia bahu, panggul sempit, kala II lama.
Data obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan fraktur humeri, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang tidak aktif pada daerah
lengan dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
1. Tanda-tanda Vital
Suhu : Beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 ° (normal 36,5°C –
37,5°C)
25
1. Pemeriksaan fisik
Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks. Kecuali pada daerah yang fraktur, terjadi hematoma di
rongga medula tulang.
Kepala
Hidung
Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut
cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi
pada tali pusat.
Ekstremitas
26
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya
patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
1. Assasment
2. Planning
4. Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan lengan siku fleksi 90° selama 10-
14 hari serta kontrol nyeri.
27
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat
dihindarin atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi selama
kelahiran dan persalinan. Trauma lahir adalah trauma pada bayi diterima dalam atau
karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukan trauma
mekanik dan anoksik, baik yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat
dihindarkan, yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang
didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Macam-macam jejas lahir adalah
caput suksedaneum, cephalhematoma, flexus brachlalis, fraktur klavikula, dan
fraktur humerus. Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi
karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Chepal Hematoma adalah
pendarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau
tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Fleksus
brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalandari tulang
belakang C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh
lengan ( atas dan bawah ). Fraktur klavikula merupakan cedera yang sering terjdai
akibat jatuh atau hentaman langsung kebahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjdai pada
sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Fraktur humerus merupakan salah satu
bentuk fraktur tulang panjang (long bone) yang ter jadi pada tulang humerus.
3.2. SARAN
Jejas persalinan atau trauma pada persalinan dapat terjadi akibat dari keterampilan
dan perhatian medis yang tidak memadai. Untuk itu makalah ini membahas macam-
macam jejas persalinan, penyebab dan penangannya. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat membantu para mahasiswa ataupun tenaga medis dalam menambah
ilmunya. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca.
28
DAFTAR PUSTAKA
medica 2010.
ROD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para
Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1.
29
30